Proposal Yusuf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian khususnya di bidang

industri. Kerugian yang dapat diakibatkan oleh terjadinya korosi sangat berbahaya

dan fatal. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan di bidang korosi sangat penting

mengingat perkembangan industri yang terjadi dewasa ini.

Korosi didefinisikan sebagai perusakan atau penurunan mutu material karena

reaksi material dengan lingkungannya. Beberapa para ahli menyimpulkan bahwa

definisi ini harus dibatasi untuk logam, tetapi seringkali para ahli teknik korosi harus

menganggap logam dan bukan logam untuk solusi masalah yang diberikan.1

Peralatan-peralatan berat dalam dunia industri, mesin-mesin besar, pipa saluran

(minyak, gas, dan air) yang berada di luar akan cepat rusak karena hujan, kabut dan

pengembunan yang relatif tinggi yang membawa bahan-bahan pengoksida yang

menyebabkan korosi merupakan salah satu faktor yang mempercepat korosi pada

peralatan itu. Biaya-biaya yang besar yang dikeluarkan oleh penguasa di bidang

industri digunakan untuk melindungi material dari serangan korosi dengan

penggantian alat yang rusak akibat korosi, perawatan peralatan, pengecetan material,

maupun pelapisan logam. Untuk mencegah banyaknnya pengeluaran biaya yang

besar, maka dilakukan pengendalian korosi adalah dengan pemberian inhibotor yang

berfungsi memperlambat laju korosi pada lingkungan operasi.


2

Korosi tidak dapat dicegah tetapi lajunya dapat dikurangi. Berbagai cara telah

dilakukan untuk mengurangi laju korosi, salah satunya dengan pemakaian inhibitor.

Sejauh ini penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

mencegah korosi, karena biayanya yang relatif murah dan prosesnya yang sederhana.

Inhibitor korosi dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan

dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi

lingkungan terhadap logam. Biasanya proses korosi logam berlangsung secara

elektrokimia yang terjadi secara simultan pada daerah anoda dan katoda. Inhibitor

biasanya ditambahkan dalam jumlah sedikit, baik secara kontinu maupun periodik

menurut suatu selang waktu tertentu.[2]

Penggunaan inhibitor hingga saat ini masih menjadi solusi terbaik untuk

melindungi korosi internal pada logam, dan dijadikan sebagai pertahanan utama

industri proses dan ekstraksi internal pada logam, dan dijadikan sebagai pertahanan

utama industri dan ekstraksi minyak. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang

fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang

agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah

diaplikasikan, dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang

terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan

perlindungan yang luas.

Pemanfaatan tumbuhan sebagai inhibtor korosi (anti karat) merupakan suatu

alternatif yang perlu dikaji terus menerus karena bahan alam biasanya lebih aman

dan ramah lingkungan dibandingkan senyawa kimia yang diproduksi sendiri[3]. Pada

umumnya, jenis Green Inhibitor yang digunakan oleh para peneliti mengandung
3

senyawa-senyawa antioksidan. Secara kimia, pengertian senyawa antioksidan adalah

senyawa pemberi elektron. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan

elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan, sehingga aktivitas senyawa

oksidan tersebut bisa dihambat. Ekstrak daun teh yang akan digunakan pada

penelitian ini merupakan salah satu tanaman yang mengandung zat antioksidan.

Pada penelitian ini, peneliti ingin membuat inhibitor dari ekstrak daun teh

(Camelia Sinensis.) sebagai inhibitor korosi baja. Dari pemaparan tersebut, maka

penelitian uji inhibitor menggunakan ekstrak daun Ginkgo ini perlu dilakukan agar

kita dapat memperoleh suatu zat inhibitor organik yang dapat bermanfaat secara luas.

Pengujian ini akan dilakukan pada skala laboratorium dengan menguji penambahan

konsentrasi ekstrak daun Ginkgo terhadap laju korosi pada baja ringan di larutan

asam lemah H2CO3

1.2 Rumusan Masalah

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK),

semakin tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia akan meningkatkan pula zat-

zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi tersebut.

Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-

proses fisik dan kimia yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi isu-isu global salah

satunya adalah hujan asam[12]. Maka pencegahan korosi pada lingkungan hujan

asam dengan menggunakan inhibitor organik sangat diperlukan. Identifikasi Masalah

pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan kadar
4

inhibitor ekstrak daun Ginkgo terhadap pengurangan laju korosi. Serta bagaimana

pengaruh waktu perendaman sampel baja ringan terhadap ketahanan korosi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kadar optimum inhibitor terhadap efesiensi pengurangan laju korosi. Mengetahui

waktu optimal yang dibutuhkan untuk inhibitor bisa melapisi sampel baja ringan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini diantaranya :

1. Bahan baku daun teh yang diperoleh dari Sukabumi, Jawa Barat.

2. Preparasi sampel baja ringan dengan dimensi 5 cm x 3cm x 0,2 cm yang

kemudian diampelas lalu dibilas dengan aquades dan dicelupkan kedalam

aseton.

3. Ekstrak daun teh menjadi larutan inhibitor.

4. Larutan disiapkan dengan menggunakan larutan 1 M H2CO3.dengan

atau tanpa tambahan larutan inhibitor dengan berbagai konsentrasi (2%, 4%,

6%, dan 8%).

5. Sampel akan direndam dalam larutan selama 3 dan 6 hari.

6. Pengujian Gravimetri.

1.5 Hipotesis Awal


5

Berdasarkan studi literatur dan hasil analisis dari penelitian sebelumnya, maka

hipotesis awal untuk penelitian ini adalah seiring meningkatnya konsentrasi dan lama

perendaman sampel dalam larutan maka akan ada penurunan nilai laju korosi .

1.6 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan dalam penyusunan proposal penelitian ini terdiri dari

3 Bab, yaitu Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang yang berisikan

tentang alasan mengangkat judul penelitian ini dan, selanjutnya ada rumusan masalah

yang menjelaskan variabel yang di amati, lalu ada tujuan penelitian yang menjadi

fokus utama dalam penelitian ini, setelah itu ada ruang lingkup penelitian yang

menjelaskan tentang hal-hal yang membatasi penelitian ini, lalu ada hipotesa awal

yang menjadi perkiraan hasil dari penelitian ini berdasakan sumber dari penelitian

sebelumnya, dan metode penulisan berisi tentang gambaran yang ada pada tiap bab

dalam proposal skripsi ini. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi tentang

teori-teori yang mendukung penelitian serta penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu berisi pemaparan tentang

daun teh sebagai inhibitor alami. Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian

yang berisi tentang diagram alir penelitian, bahan, alat-alat yang digunakan dalam

penelitian dan prosedur penelitian yang dilakukan. Serta daftar pustaka yang

berisikan literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi

Korosi adalah hasil kerusakan dari reaksi kimia antara logam atau logam

paduan dan lingkungannya. Atom logam di alam hadir dalam senyawa kimia

(yaitu, mineral). Jumlah energi yang sama dibutuhkan untuk mengekstrak logam

dari mineral mereka yang dipancarkan selama reaksi kimia yang menghasilkan

korosi. Korosi mengembalikan logam ke keadaan gabungannya dalam senyawa

kimia yang mirip atau bahkan identik dengan mineral dari mana logam

diekstraksiADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "DOI" : "10.1016/0261-3069(93)90066-5", "ISBN" :

"0133599930", "ISSN" : "02613069", "PMID" : "2514180", "abstract" :

"Comprehensive approach to scientific principles and methods that underlie the

cause, detection, measurement and prevention of many metal corrosion problems

engineering practices.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" :

"Walker", "given" : "Robert", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" } ], "container-title" : "Materials & Design", "id" : "ITEM-1",

"issue" : "3", "issued" : { "date-parts" : [ [ "1993" ] ] }, "number-of-pages" :

"207", "title" : "Principles and prevention of corrosion", "type" : "book", "volume"

: "14" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=ea239aeb-0cf2-

482b-96be-3e97477a60ae" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[4]",


7

"plainTextFormattedCitation" : "[4]", "previouslyFormattedCitation" : "[4]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[4].

Korosi atau pengkaratan dikenal sebagai peristiwa kerusakan logam karena

adanya faktor metalurgi (pada material itu sendiri) dan reaksi kimia dengan

lingkungannya yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas suatu bahan

logam. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam

dan garam, seperti asam klorida (HCl) dan natrium klorida (NaCl) yang

digunakan sebagai medium korosifADDIN CSL_CITATION { "citationItems" :

[ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "abstract" : "Penelitian tentang pengendalian

laju korosi baja St-37 dalam medium asam klorida dan natrium klorida

menggunakan inhibitor ekstrak daun teh (Camelia sinensis) telah dilakukan.

Metode yang digunakan adalah metode potensiodinamik untuk melihat nilai arus

korosi, dan metode kehilangan berat untk melihat nilai laju korosi. Medium

korosif yang digunakan adalah HCl 3 % dan NaCl 3 %. Baja direndam di dalam

medium korosif dengan penambahan dan tanpa penambahan inhibitor. Variasi

konsentrasi inhibitor yang digunakan adalah dari 1 % hingga 10 % dengan lama

perendaman selama empat hari. Semakin besar konsentrasi inhibitor yang

ditambahkan maka nilai laju korosi akan semakin menurun dan nilai efisiensi

inhibisi korosi semakin tinggi. Nilai efisiensi terbesar didapatkan pada

penambahan konsentrasi inhibitor 10 % untuk medium korosif HCl mencapai 86,3

% dan untuk medium korosif NaCl mencapai 92 %. Hal ini menunjukan bahwa

inhibitor ekstrak daun teh sangat efisien dalam mengendalikan laju korosi dalam

medium korosif HCl dan NaCl. Dari analisis foto optik morfologi permukaan baja
8

St-37 memperlihatkan permukaan baja dengan penambahan ekstrak daun teh

mengalami korosi lebih sedikit.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" :

"Sari", "given" : "Desi Mitra", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" }, { "dropping-particle" : "", "family" : "Handani", "given" : "Sri",

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-

particle" : "", "family" : "Yetri", "given" : "Yuli", "non-dropping-particle" : "",

"parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "container-title" : "Jurnal Fisika Universitas

Andalas", "id" : "ITEM-1", "issue" : "3", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2013" ] ] },

"page" : "204-211", "title" : "Pengendalian Laju Korosi Baja St-37 dalam Medium

Asam Klorida dan Natrium Klorida Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Teh

(Camelia sinensis)", "type" : "article-journal", "volume" : "2" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=e73789f9-e9da-416a-b9ad-

81c8bfa27c98" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[2]",

"plainTextFormattedCitation" : "[2]", "previouslyFormattedCitation" : "[2]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[2].

Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragaman

atau keserbanekaannya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis

mekanisma utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung,

dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga

medium basah. Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam

maupun secara terlokalisasi. Korosi didalam medium basah yang terjadi secara

terlokalisasi ada yang memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi

galvani sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi
9

pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis

dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar

butirADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "abstract" : "Secara umum suatu inhibitor dalah suatu zat kimia

yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan

inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu

lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap

suatu logam. Mekanisma penghambatannya terkadang lebih dari satu jenis.

Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi untuk membentuk

suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan ketebalan beberapa molekul saja,

ada pula yang karena pengaruh lingkungan membentuk endapan yang nampak dan

melindungi logam dari serangan yang mengkorosi logamnya dan menghasilkan

produk yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang menghilangkan

konstituen yang agresif. Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang

memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik,

inhibitor pengendapan, dan inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai kimia dari

inhibitor korosi dapat menyangkut sifat dari inhibitor, interaksi inhibitor dengan

berbagai lingkungan yang agresif serta pengaruhnya terhadap proses korosi.",

"author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Indra Surya Dalimunthe",

"given" : "", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ],

"container-title" : "Construction and Building Materials", "id" : "ITEM-1",

"issued" : { "date-parts" : [ [ "2004" ] ] }, "page" : "1-8", "title" : "Kimia Dari

Inhibitor Korosi", "type" : "article-journal" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=c409df4f-9df8-4e55-b7ab-
10

667e1ff27069" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[5]",

"plainTextFormattedCitation" : "[5]", "previouslyFormattedCitation" : "[5]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[5].

Korosi dapat dibagi menjadi korosi basah dan korosi temperatur tinggi:

1. Korosi basah (atau berair) mengacu pada korosi pada cairan atau

lingkungan basah, dan termasuk korosi atmosferik.

2. Korosi suhu tinggi menunjukkan korosi dalam gas panas pada

temperatur dari sekitar 500 ° C hingga 1200 ° CADDIN CSL_CITATION

{ "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "ISBN" : "007049147X",

"ISSN" : "007049147X", "PMID" : "3181290", "abstract" : "The world

consumption of stainless steels has shown a more or less constant increase of 6 %

per annum since the middle of the 20th century. The rapidly increasing number of

applications has led to a need among engineers, designers and materials specifiers

for an introduction to stainless steel which provides basic and readable

information. This need will at least partly be fulfilled by the present handbook.

The handbook is also aimed to be useful to students by providing a complement to

the general and often limited informa- tion on stainless steels in the existing

student literature. The reader will become acquainted with the commodity stain-

less steel grades and also introduced to the most common speci- alty steels, e.g.

the modern weldable duplex grades with reduced alloying content and increased

strength. The handbook gives a broad view of the properties of different types of

stainless steels, their production and physical metallurgy, applications of stainless

steels and fabrication techniques. It also reflects the rapidly incre- asing use of
11

stainless steels in load bearing constructions, such as bridges and buildings, where

the low maintenance costs, high recycling ratio and thus low environmental

impact and carbon foot- print contributes to a sustainable society. This handbook

has been written by a group of specialists at Outokumpu, with each person

contributing their special compe- tence. It can act as an introduction to the other

stainless steel handbooks produced by Outokumpu, such as the Welding Hand-

book, the Corrosion Handbook and the handbook Machining of Stainless, in

which more in depth knowledge is presented. It is our hope that after reading the

handbook you should have a reasonably clear picture of the variety and the

versatility of the most important available stainless steels on the market today,

keeping in mind the constantly on-going development work within Outokumpu

and elsewhere. We have strived to provide technical objective knowledge and not

to include subjective marketing.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" :

"Outokumpu", "given" : "", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" } ], "container-title" : "Sandvikens Tryckeri", "id" : "ITEM-1",

"issued" : { "date-parts" : [ [ "2013" ] ] }, "page" : "1-89", "title" : "Handbook of

Stainless Steel", "type" : "article-journal" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=6747cc02-319d-4f81-a0a1-

9a69b0ab8626" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[6]",

"plainTextFormattedCitation" : "[6]", "previouslyFormattedCitation" : "[6]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[6].

2.2 Jenis-Jenis Korosi


12

Adapun jenis-jenis korosi menurut mekanisme terjadinya korosi adalah

sebagai berikut:

2.2.1 Uniform Corrosion

Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara menyeluruh dipermukaan.

Bentuk korosi ini mudah diprediksi karena kecepatan atau laju korosi di

setiap permukaan adalah sama. Dalam upaya pencegahan biasanya kita

dapat melakukan pelapisan (coating) di permukaan yang terpapar oleh

lingkungan.

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/uniform2.jpg" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 2.1 Contoh Uniform Corrosion [13]

2.2.2 Galvanic Corrosion


13

Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih yang memiliki potensial

reduksi (Eored) yang berbeda baik dihubungkan atau terhubung. Berdasarkan

deret volta / deret galvanik, material yang memiliki potensial reduksi yang

lebih kecil akan mengalami korosi.

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/galv-

plaque.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar 2.2 Contoh Galvanic Corrosion [14]

2.2.3 Crecive Corrosion

Korosi ini terjadi karena terdapat celah antara 2 logam sejenis yang

digabungkan. Sehingga terbentuk kadar oksigen yang berbeda diantara area

di dalam celah dan diluarnya, sehingga akan menyebabkan korosi.

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/monel.jpg" \*
14

MERGEFORMATINET

Gambar 2.3 Contoh Crecive Corrosion [15]

2.2.4 Pitting Corrosion

Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan pasif di satu titik karena

pengaruh dari lingkungan korosif. Contoh lingkungan korosif tersebut

seperti pada air laut. Air laut yang mengandung Ion Cl- akan menyerang

lapisan pasif dari logam. Ketika terjadi permulaan pitting pada satu titik di

permukaan lapisan pasif, maka ion Cl- akan terkonsentrasi menyerang pada

permukaan lapisan pasif yang terjadi pitting terlebih dahulu sehingga pitting

akan menjadi dalam. Pecahnya lapisan pasif mengakibatkan gas hidrogen

dan oksigen mudah masuk dan mengkorosikan material tersebut.


15

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/pits.jpg" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 2.4 Contoh Pitting Corrosion [16]

2.2.5 Stress Corrosion Cracking (SCC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan beban tarik pada suatu

material di lingkungan korosif. Logam pertama-tama akan terkena korosi

pada suatu titik, dan kemudian akan terbentuk retakan. Retakan ini akan

menjalar dan dapat menyebabkan kegagalan pada komponen tersebut.

Sifat yang khas dari korosi ini adalah crack yang berbentuk akar serabut.
16

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/inter

grainscc.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar 2.5 Contoh Stress Corrosion Cracking [17]

2.2.6 Corrosion Fatigue Cracking (CFC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan beban fatik pada suatu material

di lingkungan korosif. Hal ini sewaktu-waktu akan menyebabkan material

tersebut akan terkena korosi pada satu titik yang menyebabkan crack yang

menjalar berbentuk tidak serabut.


17

INCLUDEPICTURE

"http://2.bp.blogspot.com/_39fGOBwj7eQ/TCdVmvsCieI/AAAAAAAAANQ/0PH0w0FN9Mg/s320/

CFC.JPG" \* MERGEFORMATINET

Gambar 2.6 Contoh Corrosion Fatigue Cracking [18]

2.2.7 Erosion-Corrosion and Fretting

Korosi ini terjadi karena adanya fluida korosif yang mengalir pada

permukaan material. Fluida tersebut dapat berupa liquid (Erosion Corrosion)

maupun gas (Fretting Corrosion) dengan kecepatan tinggi. Karena

kecepatan tinggi dari fluida korosif yang mengalir, terjadi efek keausan

mekanis atau abrasi. Lapisan pasif atau pun coating pada permukaan

material akan terkikis, sehingga kemungkinan terjadinya korosi semakin

besar.
18

INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/-0A-7zEYv5nE/UoSrUADZV-

I/AAAAAAAAAGk/uH6wblkjyKk/s320/erosion+corr.jpg" \* MERGEFORMATINET

Gambar 2.7 Contoh Erosion-Corrosion and Fretting [19]

2.2.8 Hydrogen Induced Cracking (HIC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan internal pada suatu material

karena adanya molekul-molekul gas hidrogen yang berdifusi ke dalam

struktur atom logam. Hidrogen dapat terbentuk akibat reduksi H2O ataupun

dari asam. Penetrasi hidrogen ini akan menyebabkan korosi pada material,

dan kemudian terjadi perpatahan getas.


19

INCLUDEPICTURE "http://www.m2m-ndt.com/wp-content/uploads/2017/07/HIC.png" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 2.8 Contoh Hydogen Induced Cracking (HIC) [20]

2.2.9 Intergranular Corrosion (Korosi Batas Butir)

Korosi terjadi akibat adanya chrome pada sekitar batas butir yang

membentuk presipitat kromium karbida di batas butir. Kemudian akan

terjadi crack yang menjalar sepanjang batas butir.


20

INCLUDEPICTURE

"https://www.nace.org/uploadedImages/Corrosion_Central/Corrosion_101/qete1.jpg" \*

MERGEFORMATINET

Gambar 2.9 Contoh Intergranular Corrosion (Korosi Batas Butir) [21]

2.3 Korosi pada Air Hujan

Baja akan mengalami korosi terhadap lingkungan air yang mengandung

unsur-unsur kimia yang bersifat korosif. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku korosi pada air hujan ada bermacam-macam seperti faktor temperatur,

keasaman (pH), kadar garam (NaCl), kadar klorida (Cl -), kadar sulfat (SO42-) dan

juga oksigen terlarutADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" :

"ITEM-1", "itemData" : { "abstract" : "Telah dilakukan pengamatan pengaruh

unsur korosif air hujan terhadap produk korosi baja karbon rendah. Baja karbon

rendah berupa velg dengan variasi lapisan \u201cCoating\u201ddiuji korosi dalam


21

medium air hujan dengan metode potensiostat dan menggunakan pengaduk

magnetik. Sampel sampel yang telah terkorosi dihitung laju korosinya, kemudian

produk korosi diamati menggunakan XRD dan SEM dengan fasilitas EDX. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa sampel 2 (2,5 x 10-5 mm/year) mempunyai laju

terbesar, diikuti sampel 1 (0,4 x 10-5 mm/year) dan sampel 3 (0,17 x 10-5

mm/year). Secara umum laju parabolik produk korosi tidak bisa teramati untuk

sampel 1 dan sampel 3, sedangkan sampel 2 didentifikasi sebagai Fe2O3 (besi

oksida). Hasil pengamatan dengan SEM dan EDX menunjukkan bahwa produk

korosi cukup merata dan pada sampel 2 lapisan oksida terkelupas dan reaksi

terjadi antara base metal dengan oksigen.", "author" : [ { "dropping-particle" : "",

"family" : "Lukman", "given" : "", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" :

false, "suffix" : "" }, { "dropping-particle" : "", "family" : "Triwikantoro",

"given" : "", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ],

"container-title" : "Corrosion Science", "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" :

[ [ "2009" ] ] }, "page" : "4", "title" : "Pengaruh Unsur Korosif Pada Air Hujan",

"type" : "article-journal" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=c91f809d-fb78-4866-8faf-997b84a96b54" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[7]", "plainTextFormattedCitation" : "[7]",

"previouslyFormattedCitation" : "[7]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[7]. Sehingga menyebabkan baja terkorosi.

Secara alami derajat kemasaman (pH) air hujan normal adalah 5,6.

Berdasarkan kandungan kimia air hujan dikenal istilah hujan asam dan hujan basa.

Hujan asam adalah air hujan dengan pH lebih kecil dari 5,6. Adalah Robert Angus
22

Smith, seorang berkebangsaan Inggris yang untuk pertama kali pada 1852

menghubungkan antara pencemaran udara dengan dampaknya berupa hujan asam.

Dua puluh tahun kemudian (1872), Robert Angus Smith menemukan untuk

pertama kalinya hujan asam di kota Manchester (Inggris) yang disebabkan

industrialisasi pada masa revolusi industri. Sedangkan hujan basa, jika pH air

hujan di atas 5,6ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Supriatin",

"given" : "Lilik S", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" :

"" }, { "dropping-particle" : "", "family" : "Cahyono", "given" : "Waluyo E", "non-

dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1",

"issue" : "2", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2017" ] ] }, "page" : "103-109",

"title" : "PENGARUH KUALITAS AIR HUJAN PADA KONSENTRASI

METANA The Effect of Rainwater Quality on The Methane Concentration",

"type" : "article-journal", "volume" : "2" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=b9c366b4-ea7a-4d9c-9441-

d7b70e4c3e85" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[8]",

"plainTextFormattedCitation" : "[8]", "previouslyFormattedCitation" : "[8]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[8]. Hujan asam terjadi jika di

atmosfer terdapat bahan polutan udara berupa SO2 dan NOx yang bereaksi

dengan H2O (titik- titik air dalam awan) membentuk H2SO4 (asam sulfat) dan

HNO3 (asam nitrat) dan turun sebagai hujan asam. Asam nitrat (HNO3) berasal

dari NOx yang terjadi pada suhu tinggi di dalam mesin kendaraan bermotor.

Sementara SO2 berasal dari industri, kendaraan bermotor, dan erupsi gunung
23

api.ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" :

{ "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Supriatin", "given" : "Lilik S",

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-

particle" : "", "family" : "Cahyono", "given" : "Waluyo E", "non-dropping-

particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1", "issue" :

"2", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2017" ] ] }, "page" : "103-109", "title" :

"PENGARUH KUALITAS AIR HUJAN PADA KONSENTRASI METANA The

Effect of Rainwater Quality on The Methane Concentration", "type" : "article-

journal", "volume" : "2" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=b9c366b4-ea7a-4d9c-9441-d7b70e4c3e85" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[8]", "plainTextFormattedCitation" : "[8]",

"previouslyFormattedCitation" : "[8]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[8]

Tingkat keasaman diukur dengan nilai pH. PH air hujan normal juga bersifat

asam; alasannya adalah bahwa air bereaksi sedikit saja dengan karbon dioksida

atmosfer (CO2) untuk menghasilkan asam karbonat.ADDIN CSL_CITATION

{ "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "DOI" :

"10.1038/oby.2011.322", "ISBN" : "0254-8704 (Print)\\r0254-8704 (Linking)",

"ISSN" : "02548704", "PMID" : "18831326", "abstract" : "Acidification of rain-

water is identified as one of the most serious environmental problems of

transboundary nature. Acid rain is mainly a mixture of sulphuric and nitric acids

depending upon the relative quantities of oxides of sulphur and nitrogen

emissions. Due to the interaction of these acids with other constituents of the
24

atmosphere, protons are released causing increase in the soil acidity. Lowering of

soil pH mobilizes and leaches away nutrient cations and increases availability of

toxic heavy metals. Such changes in the soil chemical characteristics reduce the

soil fertility, which ultimately causes the negative impact on growth and

productivity of forest trees and crop plants. Acidification of water bodies causes

large scale negative impact on aquatic organisms including fishes. Acidification

has some indirect effects on human health also. Acid rain affects each and every

components of ecosystem. Acid rain also damages man-made materials and

structures. By reducing the emission of the precursors of acid rain and to some

extent by liming, the problem of acidification of terrestrial and aquatic ecosystem

has been reduced during last two decades.", "author" : [ { "dropping-particle" : "",

"family" : "Singh", "given" : "Anita", "non-dropping-particle" : "", "parse-

names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-particle" : "", "family" : "Agrawal",

"given" : "Madhoolika", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" } ], "container-title" : "Journal of Environmental Biology", "id" :

"ITEM-1", "issue" : "1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2008" ] ] }, "page" : "15-

24", "title" : "Acid rain and its ecological consequences", "type" : "article-

journal", "volume" : "29" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=a510cb07-6c18-4027-bdec-7e647d8842b7" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[9]", "plainTextFormattedCitation" : "[9]",

"previouslyFormattedCitation" : "[9]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[9]
25

CO2 + H2O → H2CO3 (Asam Karbonat)..................................................(2.1)

Reaksi kimia yang menghasilkan pembentukan hujan asam melibatkan

interaksi SO2, NOx dan O3. Ketika polutan dilepaskan ke atmosfer oleh asap,

molekul SO2 dan NOx terperangkap dalam angin yang, di mana mereka

berinteraksi di hadapan sinar matahari dengan uap untuk membentuk asam sulfat

dan kabut asam nitrat. Asam-asam ini tetap dalam keadaan uap di bawah kondisi

temperatur tinggi. Ketika suhu turun, kondensasi membentuk tetesan aerosol,

yang karena adanya partikel karbon yang tidak terbakar akan menjadi hitam, asam

dan karbon di alam. Hal ini disebut “acid smut”. Kehadiran oksidator dan

karakteristik reaksi mempengaruhi laju pembentukan asam.ADDIN

CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "DOI" :

"10.1038/oby.2011.322", "ISBN" : "0254-8704 (Print)\\r0254-8704 (Linking)",

"ISSN" : "02548704", "PMID" : "18831326", "abstract" : "Acidification of rain-

water is identified as one of the most serious environmental problems of

transboundary nature. Acid rain is mainly a mixture of sulphuric and nitric acids

depending upon the relative quantities of oxides of sulphur and nitrogen

emissions. Due to the interaction of these acids with other constituents of the

atmosphere, protons are released causing increase in the soil acidity. Lowering of

soil pH mobilizes and leaches away nutrient cations and increases availability of

toxic heavy metals. Such changes in the soil chemical characteristics reduce the

soil fertility, which ultimately causes the negative impact on growth and

productivity of forest trees and crop plants. Acidification of water bodies causes

large scale negative impact on aquatic organisms including fishes. Acidification


26

has some indirect effects on human health also. Acid rain affects each and every

components of ecosystem. Acid rain also damages man-made materials and

structures. By reducing the emission of the precursors of acid rain and to some

extent by liming, the problem of acidification of terrestrial and aquatic ecosystem

has been reduced during last two decades.", "author" : [ { "dropping-particle" : "",

"family" : "Singh", "given" : "Anita", "non-dropping-particle" : "", "parse-

names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-particle" : "", "family" : "Agrawal",

"given" : "Madhoolika", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" } ], "container-title" : "Journal of Environmental Biology", "id" :

"ITEM-1", "issue" : "1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2008" ] ] }, "page" : "15-

24", "title" : "Acid rain and its ecological consequences", "type" : "article-

journal", "volume" : "29" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=a510cb07-6c18-4027-bdec-7e647d8842b7" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[9]", "plainTextFormattedCitation" : "[9]",

"previouslyFormattedCitation" : "[9]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[9]

2.4 Korosi pada Baja Karbon Rendah

Baja Karbon Rendah Baja karbon rendah adalah baja dengan kadar karbon

sekitar 0,05-1%. Untuk meningkatkan sifat mekanisnya, baja karbon rendah dapat

ditambahkan paduan lain. Baja karbon rendah sering digunakan karena harganya

relatif murah, namun sifat mekanisnya dapat disesuaikan.ADDIN

CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "abstract"


27

: "Ubi ungu merupakan salah satu bahan organik yang dapat dikembangkan

sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi pada baja karbon rendah di

lingkungan air laut. Inhibitor ubi ungu diharapkan akan menjadi inhibitor yang

aman digunakan, ramah lingkungan, murah serta bio-degradable. Metode

polarisasi digunakan untuk mengetahui kadar penggunaan yang optimal dari

inhibitor ubi ungu dengan variasi konsentrasi 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak ubi ungu cukup efektif sebagai inhibitor

dalam menghambat laju korosi baja karbon rendah di lingkungan NaCl 3,5%.

Ekstrak ubi ungu bekerja cukup optimal dan mampu menghambat laju korosi

hingga 79,4%.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Ui", "given" :

"F T", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" :

"ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2011" ] ] }, "publisher" : "Universitas

Indonesia", "title" : "Pengaruh penambahan ..., Adhi Nugroho, FT UI, 2011",

"type" : "thesis" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=290a5c1f-f38e-4d08-a6f1-9143f1597d8b" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[10]", "plainTextFormattedCitation" : "[10]",

"previouslyFormattedCitation" : "[10]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[10]

Penambahan elemen paduan pada baja karbon rendah seperti Cu, Ni, dan Cr

dapat meningkatkan ketahanan baja karbon rendah terhadap korosi. Sedangkan

penambahan unsur seperti Si, Ti, S, Se, dan C akan menurunkan ketahanan

korosi.ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "abstract" : "Ubi ungu merupakan salah satu bahan organik yang
28

dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi pada baja

karbon rendah di lingkungan air laut. Inhibitor ubi ungu diharapkan akan menjadi

inhibitor yang aman digunakan, ramah lingkungan, murah serta bio-degradable.

Metode polarisasi digunakan untuk mengetahui kadar penggunaan yang optimal

dari inhibitor ubi ungu dengan variasi konsentrasi 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak ubi ungu cukup efektif sebagai

inhibitor dalam menghambat laju korosi baja karbon rendah di lingkungan NaCl

3,5%. Ekstrak ubi ungu bekerja cukup optimal dan mampu menghambat laju

korosi hingga 79,4%.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Ui",

"given" : "F T", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" :

"" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2011" ] ] }, "publisher" :

"Universitas Indonesia", "title" : "Pengaruh penambahan ..., Adhi Nugroho, FT

UI, 2011", "type" : "thesis" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=290a5c1f-f38e-4d08-a6f1-9143f1597d8b" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[10]", "plainTextFormattedCitation" : "[10]",

"previouslyFormattedCitation" : "[10]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[10]

2.5 Pengaruh pH pada Korosi

Pada kenyataannya, pH air alami berada pada kisaran 4,5 hingga 8,5 pH.

Nilai pH tinggi di mana korosi baja dapat ditekan, dan nilaipH rendah, di mana

perubahan gas hidrogen terjadi, tidak sering ditemukan di air alami. Tembaga

dipengaruhi sampai batas tertentu oleh nilai pH. Di perairan asam, sedikit korosi
29

terjadi, dan sedikit tembaga dalam larutan menyebabkan warna hijau dari kain dan

perlengkapan saniter. Selain itu, redeposisi tembaga pada permukaan aluminium

atau galvanis membentuk sel-sel korosi, yang berakibat pada pitting yang parah

pada logam. Penggunaan bahan-bahan yang berbeda ini dalam sistem air harus

dihindari. Di sebagian besar perairan, nilai pH kritis adalah sekitar 7,0, tetapi

dalam air yang mengandung asam organik mungkin lebih tinggi. Korosi air,

mengandung cakupan rinci dari efek pH dan suhu pada korosi logamADDIN

CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "DOI" :

"10.1016/S0026-0576(00)83445-5", "ISBN" : "0070765162", "ISSN" :

"00260576", "abstract" : "Reduce the enormous economic and environmental

impact of corrosion Emphasizing quantitative techniques, this guide provides you

with: Theory essential for understanding aqueous, atmospheric, and high

temperature corrosion processes Corrosion resistance data for various materials

Management techniques for dealing with corrosion control, including life

prediction and cost analysis, information systems, and knowledge re-use

Techniques for the detection, analysis, and prevention of corrosion damage,

including protective coatings and cathodic protection More", "author" :

[ { "dropping-particle" : "", "family" : "Roberge", "given" : "Pierre R", "non-

dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-particle"

: "", "family" : "Pierre", "given" : "R", "non-dropping-particle" : "", "parse-names"

: false, "suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "1999" ] ] },

"number-of-pages" : "1125", "publisher-place" : "New York", "title" : "Handbook

of Corrosion Engineering Library of Congress Cataloging-in-Publication Data",

"type" : "book" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?


30

uuid=3dbb9452-7582-4663-99f6-355e4db98e81" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[11]", "plainTextFormattedCitation" : "[11]",

"previouslyFormattedCitation" : "[11]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[11].

Efek pH pada korosi besi dalam air soda ditunjukkan pada Gambar 2.10 Reaksi

anodiknya adalah:

Fe → Fe2+ + 2e-..................................................................................................(2.2)

Gambar 2.10 Pengaruh pH pada korosi besi menggunakan HCI dan NaOH untuk

mengontrol pH dalam air, mengandung oksigen terlarut [11]

pada semua nilai pH, tetapi laju korosi bervariasi karena perubahan dalam reaksi

reduksi katodik. Dalam rentang pH antara 4 sampai 10, endapan besi oksida yang

berpori, melindungi permukaan dan mempertahankan pH sekitar 9,5 di bawah

endapan. Laju korosi hampir konstan dan ditentukan oleh difusi seragam oksigen

terlarut melalui endapan dalam kisaran pH menengah ini. Pada permukaan logam

di bawah endapan, oksigen dikurangi secara katodik oleh


31

O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-...................................................................................(2.3)

Dalam larutan yang lebih asam di bawah pH 4, oksida dapat larut dan korosi

meningkat, karena ketersediaan H+ untuk reduksi oleh

2H+ + 2e- → H2...................................................................................................(2.4)

Tidak adanya permukaan endapan juga meningkatkan akses oksigen terlarut, yang

jika ada, akan meningkatkan laju korosi lebih lanjut. Oksigen terlarut secara

katodik direduksi dalam asam sesuai dengan:

O2 + 4H+ + 4e- → 2H2O.....................................................................................(2.5)

ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" :

{ "DOI" : "10.1016/0261-3069(93)90066-5", "ISBN" : "0133599930", "ISSN" :

"02613069", "PMID" : "2514180", "abstract" : "Comprehensive approach to

scientific principles and methods that underlie the cause, detection,

measurement and prevention of many metal corrosion problems engineering

practices.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Walker", "given" :

"Robert", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ],

"container-title" : "Materials & Design", "id" : "ITEM-1", "issue" : "3",

"issued" : { "date-parts" : [ [ "1993" ] ] }, "number-of-pages" : "207", "title" :

"Principles and prevention of corrosion", "type" : "book", "volume" : "14" },

"uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=ea239aeb-0cf2-482b-
32

96be-3e97477a60ae" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[4]",

"plainTextFormattedCitation" : "[4]", "previouslyFormattedCitation" : "[4]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[4]

2.6 Korosi dalam Media Berair

Untuk korosi dalam media berair, dua variabel fundamental, yaitu potensial

korosi dan pH, dianggap sangat penting. Perubahan variabel lain, seperti

konsentrasi oksigen, cenderung tercermin dari perubahan potensial korosi.

Mempertimbangkan kedua parameter fundamental ini, Staehle memperkenalkan

konsep definisi mode over-lapping dan diagram definisi lingkungan, untuk

menentukan dalam keadaan lingkungan apa mode / submode kerusakan korosi

tertentu dapat terjadi. Sangat penting untuk mempertimbangkan dan menentukan

lingkungan pada permukaan logam, di mana reaksi korosi terjadi. Lingkungan

lokal yang sangat korosif yang sangat berbeda dari lingkungan curah nominal

dapat diatur pada permukaan tersebut ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" :

[ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "DOI" : "10.1016/S0026-0576(00)83445-5",

"ISBN" : "0070765162", "ISSN" : "00260576", "abstract" : "Reduce the enormous

economic and environmental impact of corrosion Emphasizing quantitative

techniques, this guide provides you with: Theory essential for understanding

aqueous, atmospheric, and high temperature corrosion processes Corrosion

resistance data for various materials Management techniques for dealing with

corrosion control, including life prediction and cost analysis, information systems,

and knowledge re-use Techniques for the detection, analysis, and prevention of
33

corrosion damage, including protective coatings and cathodic protection More",

"author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Roberge", "given" : "Pierre R",

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-

particle" : "", "family" : "Pierre", "given" : "R", "non-dropping-particle" : "",

"parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" :

[ [ "1999" ] ] }, "number-of-pages" : "1125", "publisher-place" : "New York",

"title" : "Handbook of Corrosion Engineering Library of Congress Cataloging-in-

Publication Data", "type" : "book" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=3dbb9452-7582-4663-99f6-

355e4db98e81" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[11]",

"plainTextFormattedCitation" : "[11]", "previouslyFormattedCitation" : "[11]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[11].

Dalam penerapan diagram E-pH untuk korosi, data termodinamika dapat

digunakan untuk memetakan terjadinya korosi, pasifitas, dan kemuliaan logam

sebagai fungsi dari pH dan potensi. Lingkungan operasi juga dapat ditentukan

dengan koordinat yang sama, memfasilitasi prediksi termodinamika sifat

kerusakan korosi. Suatu diagram lingkungan khusus yang menunjukkan stabilitas

termodinamika berbagai spesies kimia yang terkait dengan air juga dapat

diturunkan secara termodinamik. Diagram ini, yang dapat dengan mudah

ditumpangkan pada diagram E-pH, ditunjukkan pada Gambar 2.11. Sementara

diagram E-pH tidak memberikan informasi kinetik apa pun, ia mendefinisikan

batas termodinamika untuk spesies dan reaksi korosi yang penting. Perilaku korosi

yang diamati dari logam atau paduan tertentu juga dapat ditumpangkan pada
34

diagram E-pH. Seperti superposisi disajikan pada Gambar. 2.12. Perilaku korosi

baja yang disajikan dalam gambar ini dicirikan oleh pengukuran polarisasi pada

potensi yang berbeda dalam larutan dengan berbagai tingkat pH. Perlu dicatat

bahwa perilaku korosi baja tampaknya ditentukan oleh batas

termodinamik.ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "DOI" : "10.1016/S0026-0576(00)83445-5", "ISBN" :

"0070765162", "ISSN" : "00260576", "abstract" : "Reduce the enormous

economic and environmental impact of corrosion Emphasizing quantitative

techniques, this guide provides you with: Theory essential for understanding

aqueous, atmospheric, and high temperature corrosion processes Corrosion

resistance data for various materials Management techniques for dealing with

corrosion control, including life prediction and cost analysis, information systems,

and knowledge re-use Techniques for the detection, analysis, and prevention of

corrosion damage, including protective coatings and cathodic protection More",

"author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Roberge", "given" : "Pierre R",

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" }, { "dropping-

particle" : "", "family" : "Pierre", "given" : "R", "non-dropping-particle" : "",

"parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" :

[ [ "1999" ] ] }, "number-of-pages" : "1125", "publisher-place" : "New York",

"title" : "Handbook of Corrosion Engineering Library of Congress Cataloging-in-

Publication Data", "type" : "book" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=3dbb9452-7582-4663-99f6-

355e4db98e81" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[11]",

"plainTextFormattedCitation" : "[11]", "previouslyFormattedCitation" : "[11]" },


35

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[11]

Gambar 2.11 Stabilitas termodinamika dari air, oksigen dan hidrogen [11]

Gambar 2.12 Batas termodinamika dari jenis korosi yang diamati pada baja. [11]

2.7 Perlindungan Terhadap Korosi

Untuk mengurangi bahkan menghindari kerugian yang diakibatkan oleh

proses korosi, maka perlu dilakukan perlindungan terhadap korosi. Ada beberapa
36

metode yang dapat dikembangkan untuk memperlambat laju korosi. Adapun

beberapa metode untuk perlindungan terhadap korosi adalah sebagai

berikutADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "abstract" : "Ubi ungu merupakan salah satu bahan organik yang

dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi pada baja

karbon rendah di lingkungan air laut. Inhibitor ubi ungu diharapkan akan menjadi

inhibitor yang aman digunakan, ramah lingkungan, murah serta bio-degradable.

Metode polarisasi digunakan untuk mengetahui kadar penggunaan yang optimal

dari inhibitor ubi ungu dengan variasi konsentrasi 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak ubi ungu cukup efektif sebagai

inhibitor dalam menghambat laju korosi baja karbon rendah di lingkungan NaCl

3,5%. Ekstrak ubi ungu bekerja cukup optimal dan mampu menghambat laju

korosi hingga 79,4%.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Ui",

"given" : "F T", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" :

"" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2011" ] ] }, "publisher" :

"Universitas Indonesia", "title" : "Pengaruh penambahan ..., Adhi Nugroho, FT

UI, 2011", "type" : "thesis" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?

uuid=290a5c1f-f38e-4d08-a6f1-9143f1597d8b" ] } ], "mendeley" :

{ "formattedCitation" : "[10]", "plainTextFormattedCitation" : "[10]",

"previouslyFormattedCitation" : "[10]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json" }

[10]:

2.7.1. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)


37

Proteksi katodik merupakan salah satu cara perlindungan terhadap

korosi yaitu dengan pemberian arus searah (DC) dari suatu sumber eksternal

untuk melindungi permukaan logam dari korosi. Metode ini efektif dan

berhasil melindungi logam dari korosi khusus di lingkungan yang terbenam

air maupun di dalam tanah, seperti perlindungan pada kapal laut, instalasi

pipa bawah tanah, dan sebagainya. Untuk memberikan arus searah dalam

sistem proteksi katodik, terdapat dua cara yaitu dengan cara menerapkan

anoda korban (sacrificial anode) atau dengan cara menerapkan arus tanding

(impressed current)ADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" :

"ITEM-1", "itemData" : { "DOI" : "10.1016/S0026-0576(00)83445-5",

"ISBN" : "0070765162", "ISSN" : "00260576", "abstract" : "Reduce the

enormous economic and environmental impact of corrosion Emphasizing

quantitative techniques, this guide provides you with: Theory essential for

understanding aqueous, atmospheric, and high temperature corrosion

processes Corrosion resistance data for various materials Management

techniques for dealing with corrosion control, including life prediction and

cost analysis, information systems, and knowledge re-use Techniques for the

detection, analysis, and prevention of corrosion damage, including

protective coatings and cathodic protection More", "author" :

[ { "dropping-particle" : "", "family" : "Roberge", "given" : "Pierre R",

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" },

{ "dropping-particle" : "", "family" : "Pierre", "given" : "R", "non-

dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" :

"ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "1999" ] ] }, "number-of-pages" :


38

"1125", "publisher-place" : "New York", "title" : "Handbook of Corrosion

Engineering Library of Congress Cataloging-in-Publication Data", "type" :

"book" }, "uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=3dbb9452-

7582-4663-99f6-355e4db98e81" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" :

"[11]", "plainTextFormattedCitation" : "[11]",

"previouslyFormattedCitation" : "[11]" }, "properties" : { }, "schema" :

"https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-

citation.json" }[11].

2.7.2 Proteksi Anodik (Anodic Protection)

Berbeda dengan perlindungan katodik, perlindungan anodik relatif

baru; pertama kali disarankan oleh Edeleanu pada tahun 1954. teknik ini

dikembangkan menggunakan prinsip kinetika elektroda dan agak sulit untuk

dijelaskan tanpa memperkenalkan konsep teori elektrokimia yang maju.

hanya perlindungan anodik didasarkan pada pembentukan film pelindung

pada logam oleh arus anodik yang diterapkan secara eksternalADDIN

CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" :

{ "ISBN" : "0-07-021463-8", "abstract" : "This book studies corrosion in

engineering, it approaches the subject in terms of corrosives or

environments rather than in terms of materials. Aspects of corrosion covered

include corrosion principles, forms of corrosion, corrosion testing, materials,

corrosion prevention, environments and theories. The book was first written

as a text book but can be used as a reference book. (from Preface)", "author"

: [ { "dropping-particle" : "", "family" : "Fontana", "given" : "Mars G.",


39

"non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "id" :

"ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "1987" ] ] }, "page" : "576", "title" :

"Corrosion Engineering Mars G. Fontana.Pdf", "type" : "article" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=bf9391c3-d9ba-4e42-a40f-

9906c35ce763" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[1]",

"plainTextFormattedCitation" : "[1]", "previouslyFormattedCitation" :

"[1]" }, "properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[1].

2.7.3 Pelapisan (Coating)

Coating merupakan proses pelapisan permukaan logam dengan cairan

atau serbuk, yang akan melekat secara kontinu pada logam yang akan

dilindungi. Adanya lapisan pada permukaan logam akan meminimalkan

kontak antara logam dengan lingkungannya, yang kemudian akan mencegah

proses korosi pada logam. Pelapisan yang paling umum digunakan adalah

dengan cat. Pelapisan biasanya dimaksudkan untuk memberikan suatu

lapisan padat dan merata sebagai bahan isolator atau penghambat aliran

listrik diseluruh permukaan logam yang dilindungi. Fungsi dari lapisan

tersebut adalah untuk mencegah logam dari kontak langsung dengan

elektrolit dan lingkungan sehingga reaksi logam dan lingkungan

terhambatADDIN CSL_CITATION { "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1",

"itemData" : { "abstract" : "Ubi ungu merupakan salah satu bahan organik

yang dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi

pada baja karbon rendah di lingkungan air laut. Inhibitor ubi ungu
40

diharapkan akan menjadi inhibitor yang aman digunakan, ramah

lingkungan, murah serta bio-degradable. Metode polarisasi digunakan untuk

mengetahui kadar penggunaan yang optimal dari inhibitor ubi ungu dengan

variasi konsentrasi 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa ekstrak ubi ungu cukup efektif sebagai inhibitor dalam

menghambat laju korosi baja karbon rendah di lingkungan NaCl 3,5%.

Ekstrak ubi ungu bekerja cukup optimal dan mampu menghambat laju

korosi hingga 79,4%.", "author" : [ { "dropping-particle" : "", "family" :

"Ui", "given" : "F T", "non-dropping-particle" : "", "parse-names" : false,

"suffix" : "" } ], "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2011" ] ] },

"publisher" : "Universitas Indonesia", "title" : "Pengaruh penambahan ...,

Adhi Nugroho, FT UI, 2011", "type" : "thesis" }, "uris" :

[ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=290a5c1f-f38e-4d08-a6f1-

9143f1597d8b" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[10]",

"plainTextFormattedCitation" : "[10]", "previouslyFormattedCitation" :

"[10]" }, "properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[10]. Secara umum, coating

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pelapis Logam: electroplating, electroless-plating, hot dip galvanizing,

pack cementation, cladding, thermal spraying, dan physical vapor

deposition.

2. Pelapis Anorganik: anodizing, chromate filming, phosphate coating,

nitriding, dan lapisan pasif.


41

3. Pelapis Organik, dengan tiga metode proteksi, yaitu barrier effect,

sacrificial effect, dan inhibition effect.

2.8 Inhibitor

Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau

memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan

suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat

menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada

prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu

maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentuADDIN CSL_CITATION

{ "citationItems" : [ { "id" : "ITEM-1", "itemData" : { "abstract" : "Secara umum

suatu inhibitor dalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat

suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila

ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan

korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Mekanisma penghambatannya

terkadang lebih dari satu jenis. Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui

cara adsorpsi untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan

ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh lingkungan

membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam dari serangan yang

mengkorosi logamnya dan menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif,

dan ada pula yang menghilangkan konstituen yang agresif. Dewasa ini terdapat 6

jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik,

inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor pengendapan, dan inhibitor fasa uap.

Pembahasan mengenai kimia dari inhibitor korosi dapat menyangkut sifat dari
42

inhibitor, interaksi inhibitor dengan berbagai lingkungan yang agresif serta

pengaruhnya terhadap proses korosi.", "author" : [ { "dropping-particle" : "",

"family" : "Indra Surya Dalimunthe", "given" : "", "non-dropping-particle" : "",

"parse-names" : false, "suffix" : "" } ], "container-title" : "Construction and

Building Materials", "id" : "ITEM-1", "issued" : { "date-parts" : [ [ "2004" ] ] },

"page" : "1-8", "title" : "Kimia Dari Inhibitor Korosi", "type" : "article-journal" },

"uris" : [ "http://www.mendeley.com/documents/?uuid=c409df4f-9df8-4e55-b7ab-

667e1ff27069" ] } ], "mendeley" : { "formattedCitation" : "[5]",

"plainTextFormattedCitation" : "[5]", "previouslyFormattedCitation" : "[5]" },

"properties" : { }, "schema" : "https://github.com/citation-style-

language/schema/raw/master/csl-citation.json" }[5].

Adapun mekanisme kerja inhibitor dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu

lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini

tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat

penyerangan lingkungan terhadap logamnya.

2. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat

mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta

melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,

sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.

3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat

kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi

tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.

4. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.


43

2.9 Jenis-Jenis Inhibitor

Berdasarkan fungsinya, inhibitor terbagi menjadi:

2.9.1 Inhibitor Katodik

Inhibitor katodik dapat memperlambat reaksi katodik suatu logam dan

membentuk presipitat di wilayah katoda yang dapat meningkatkan

impedansi permukaan sekaligus membatasi difusi pereduksi untuk

melindungi logam tersebut. Terdapat tiga jenis inhibitor katodik, yaitu:

1. Racun katoda, dapat menghambat reaksi evolusi hidrogen. Contohnya

seperti sulfida, selenida, arsenat, dan antimonat.

2. Presipitat katoda, dapat mengendap membentuk oksida sebagai lapisan

pelindung pada logam. Contohnya seperti kalsium, seng, dan magnesium.

3. Oxygen scavengers, yang dapat mengikat oksigen terlarut sehingga

mencegah reaksi reduksi oksigen pada katoda.

2.9.2 Inhibitor Anodik

Inhibitor anodik dapat memperlambat reaksi elektrokimia di anoda

melalui pembentukan lapisan pasif di permukaan logam tersebut sehingga

logam terlindung dari korosi.

Terdapat dua jenis inhibitor anodik, yaitu:

1. Oxidizing anions, yang dapat membentuk lapisan pasif pada baja

tanpa kehadiran oksigen. Contohnya antara lain kromat, nitrit, dan

nitrat.
44

2. Non-oxidizing ions, yang dapat membentuk lapisan pasif pada baja

dengan kehadiran oksigen. Contohnya antara lain phosphat,

tungstat, dan molybdat. Inhibitor anodik merupakan inhibitor yang

paling efektif serta paling banyak digunakan diantara jenis inhibitor

yang lain

2.9.3 Inhibitor Presipitasi

Inhibitor presipitasi dapat membentuk presipitat di seluruh permukaan

suatu logam yang berperan sebagai lapisan pelindung untuk menghambat

reaksi anodik dan katodik logam tersebut secara tidak langsung. Contoh dari

inhibitor jenis ini adalah silikat dan fosfat

2.9.4 Green Inhibitor

Saat ini pengembangan terhadap green inhibitor atau inhibitor alami

sangat diperlukan. Inhibitor jenis ini sangat menguntungkan dunia industri

dikarenakan harganya yang relatif tidak mahal dan pengaplikasiannya yang

ramah lingkungan. Efektifitas inhibitor ini sangat bergantung kepada

komposisi kimia yang dimilikinya, struktur molekul, dan afinitasnya

terhadap permukaan logam. Karena pembentukan lapisan merupakan proses

adsorbsi, maka temperatur dan tekanan dalam sistem memegang peranan

penting. Inhibitor organik akan teradsorbsi sesuai dengan muatan ion-ion

inhibitor dan muatan permukaan.

2.10 Metode Kehilangan Berat (Weight Loss)


45

Metode kehilangan berat adalah perhitungan laju korosi dengan

mengukur kekurangan berat akibat korosi yang terjadi. Metode ini

menggunakan jangka waktu penelitian hingga mendapatkan jumlah

kehilangan akibat korosi yang terjadi. Untuk mendapatkan jumlah

kehilangan berat akibat korosi digunakan rumus sebagai berikut:

W .K
EMBED Equation.3 CR (mpy ) 
DAs T

.....................................................................................(2.6)

Dimana,

CR = Corrosion rate (mpy)

W = Weight loss (gram)

K = Konstanta faktor

D = Densitas spesimen (g/cm3)

As = Surface area (cm2)

T = Exsposure time (jam)

Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang

ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari

pada berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat

dikembalikan kedalam rumus untuk mendapatkan laju kehilangan beratnya.

Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat

dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui

seberapa korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk

treatment yang harus diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek

tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Adapun diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

Sampel baja carbon rendah

Preparasi fisik sampel dengan


pemotongan, pengamplasan,
perendaman dalam aseton,
dan penimbangan sampel

Analisa komposisi kimia


sampel menggunakan XRF

Preparasi bubuk inhibitor

Pembuatan larutan inhibitor


dan lingkungan uji

Pengujian

Tanpa Penambahan Penambahan Penambahan Penambahan


inhibitor inhibitor 2% inhibitor 4% inhibitor 6% inhibitor 8%

Pengambilan sampel yang Pengambilan sampel yang


direndam selama 5 hari direndam selama 10 hari
47

Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang Digunakan

Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam penellitian,

diantaranya adalah gelas beker 250 ml, gelas ukur 250 ml, pipet gondok 1

ml, Bulb, Heater, pengaduk magnetik, Blender, labu ukur, tabung reaksi,

desikator, gelas arloji, corong, kertas saring, timbangan digital, amplas,

Oven, dan XRF (X-Ray Flourescence) untuk mengetahui komposisi kimia

sampel.

3.2.2 Bahan yang Digunakan

Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian,

diantaranya adalah baja low carbon dengan komposisi karbon 0,08%-0,12%

yang dipotong dengan dimensi 5 cm x 3 cm x 0,2 cm, ekstrak daun teh,

larutan H2CO3 1 M, aquades, aseton

3.3 Prosedur Penelitian


48

3.3.1 Preparasi Sampel

Memotong baja karbon rendah dengan dimensi panjang 5 cm, lebar 3

cm, dan ketebalan 0,2 cm sebanyak 30 buah. Kemudian permukaan baja

dihaluskan dengan menggunakan amplas untuk membersihkan permukaan

sampel baja. Selanjutnya baja direndam di dalam aseton untuk

membersihkan sisa-sisa kotoran dipermukaan sampel. Setelah itu sampel

baja dikeringkan dalam oven selama 10 menit dengan temperatur 110 0 C

dan ditimbang. Sampel yang sudah kering akan diuji menggunakan XRF

untuk mengetahui komposisi kimia sampel.

3.3.2 Persiapan Bubuk Inibitor

Mengering udarakan daun teh segar sebanyak 3000 g selama 14 hari

di dalam ruangan. Setelah kering, daun teh yang didapatkan sekitar 1000

gram, kemudian dihaluskan dengan mesin blender untuk mendapatkan

bubuk teh.

3.3.3 Pembuatan Larutan Inihbitor

Sebanyak 1000 g daun teh yang dijadikan bubuk, diletakkan di dalam

gelas ukur 250 ml. Untuk mendapatkan larutan inhibitor 2 %, diambil 2

gram bubuk daun teh dan di campur dengan 98 ml aquades dan dipanaskan

dengan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit pada suhu 80oC.

Setelah 30 menit, larutan ini didinginkan dan kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring. Pembuatan larutan inhibitor dibuat dengan

berbagai konsentrasi dari 2% - 8%, dari bubuk kering daun teh dan pelarut

(aquades), dengan komposisi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.


49

Tabel 3.1 Komposisi Inhibitor dengan Berbagai variasi

3.3.4 Persiapan Lingkungan Uji (medium korosif)

Persiapan Lingkungan Uji (medium korosif) Lingkungan uji (medium

korosif) yang digunakan adalah Asam karbonat (H 2CO3) 1 M dengan kadar

5 %. Medium korosif H2CO3 ini dibuat dengan metode pencampuran yaitu 5

ml larutan H2CO3 dicampur dengan 97 ml aquades.


DAFTAR PUSTAKA

ADDIN Mendeley Bibliography CSL_BIBLIOGRAPHY [1] M. G.

Fontana, “Corrosion Engineering Mars G. Fontana.Pdf.” p. 576, 1987.

[2] D. M. Sari, S. Handani, and Y. Yetri, “Pengendalian Laju Korosi Baja St-37

dalam Medium Asam Klorida dan Natrium Klorida Menggunakan Inhibitor

Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis),” J. Fis. Univ. Andalas, vol. 2, no. 3, pp.

204–211, 2013.

[3] Ilim, K. D. Pandiangan, and Sudrajat, “Studi penggunaan tumbuhan

tembakau, teh dan kopi sebagai inhibitor korosi baja lunak dalam air laut buatan

yang jenuh CO2,” Sains MIPA, vol. 13, no. 2, pp. 163–168, 2007.

[4] R. Walker, Principles and prevention of corrosion, vol. 14, no. 3. 1993.

[5] Indra Surya Dalimunthe, “Kimia Dari Inhibitor Korosi,” Constr. Build.

Mater., pp. 1–8, 2004.

[6] Outokumpu, “Handbook of Stainless Steel,” Sandvikens Tryckeri, pp. 1–89,

2013.

[7] Lukman and Triwikantoro, “Pengaruh Unsur Korosif Pada Air Hujan,”

Corros. Sci., p. 4, 2009.

[8] L. S. Supriatin and W. E. Cahyono, “Pengaruh Kualitas Air Hujan Pada

Konsntrasi Metana” vol. 2, no. 2, pp. 103–109, 2017.

[9] A. Singh and M. Agrawal, “Acid rain and its ecological consequences,” J.

Environ. Biol., vol. 29, no. 1, pp. 15–24, 2008.

[10] A. Nugroho, “PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR ORGANIK


EKSTRAK UBI UNGU TERHADAP LAJU KOROSI PADA MATERIAL BAJA
LOW CARBON DI LINGKUNGAN NaCl 3,5 %,” Universitas Indonesia, 2011.
[11] P. R. Roberge and R. Pierre, Handbook of Corrosion Engineering Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data. New York, 1999.

[12] Kurniawan, Annas. (2011, June 1). Makalah Jurnal Asam. [online].

Available : https://annaskurniawan.wordpress.com/2011/06/01/makalah-hujan-

asam-acid-rain/

[13] NACE. Uniform Corrosion. [online]. Available :

https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Uniform-Corrosion/

[14] NACE. Galvanic Corrosion. [online]. Available : HYPERLINK

"https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Galvanic-Corrosion/"

https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Galvanic-Corrosion/

[15] NACE. Crecive Corrosion. [online]. Available :

https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Crecive-Corrosion/

[16] NACE. Pitting Corrosion. [online]. Available : HYPERLINK

"https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Pitting-Corrosion/"

https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Pitting-Corrosion/

[17] NACE. Stress Corrosion Cracking (SCC). [online]. Available :

HYPERLINK "https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-101/Stress-

Corrosion-Cracking-(SCC)/" https://www.nace.org/Corrosion-

Central/Corrosion-101/Stress-Corrosion-Cracking-(SCC)/

[18] NACE. Corrosion Fatigue. [online]. Available :

HYPERLINK "https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-

101/Corrosion-Fatigue/" https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-

101/Corrosion-Fatigue/

[19] Furqan, Muhammad. (2013, November 2013). Corrosion Engineering.

[online]. Available : HYPERLINK


"http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-

bentuk-korosi.html"

http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-

bentuk-korosi.html

[20] Corrosion Clinic. Hydrogen-Induced Cracking. [online]. Available :

HYPERLINK "http://www.corrosionclinic.com/types_of_corrosion/hydrogen-

induced_cracking_HIC.htm"

http://www.corrosionclinic.com/types_of_corrosion/hydrogen-

induced_cracking_HIC.htm

[21] NACE. Intergranular Corrosion. [online]. Available :

HYPERLINK "https://www.nace.org/Corrosion-Central/Corrosion-

101/Intergranular-Corrosion/" https://www.nace.org/Corrosion-

Central/Corrosion-101/Intergranular-Corrosion/

Anda mungkin juga menyukai