PENDAHULUAN
Pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun
tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah
pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap
sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut,
termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan
tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualaitas tempat tinggal dan rekreasi
Wilayah pesisir adalah wilayah yang rentan terhadap pencemar karena
berbagai aktivitas diantaranya pemukiman, pertambangan, pelabuhan, dan
perkebunan. Keadaan tersebut cenderung mengakibatkan penurunan kualitas sehingga
lingkungan pesisir di lokasi tersebut dapat berkurang fungsinya atau bahkan sudah
tidak mampu berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan
penduduk secara berkelanjutan.
Lingkungan yang dikatakan tercemar, jika kadar lingkungan tersebut tidak
sesuai lagi dengan peruntukannya, atau keluar dari sifat alaminya. Tingkat pencemaran
lingkungan laut yang masih tinggi ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi
atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan
tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen,
maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut.
Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton
atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Kasus-kasus pencemaran
di lingkungan laut antara lain terjadi di muara-muara sungai. Meski kerap terjadi,
inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat ini masih belum terdata
dengan baik, termasuk kerugian yang dialami.
Indikator dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan yang dianggap
tercemar dapat dilakukan dengan beberapa pengamatan. Seperti pengamatan secara
fisik, kimiawi dan bilogis. Secara umum diketahu untuk pemeriksaan pencemaran air
adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
1
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemycal oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan
oksigen kimiawi (Chemical Oxigen Demand, COD).
Pencemaran yang terjadi di pesisir dan laut tidak hanya bersumber dari lokasi
tersebut, aktifitas manusia dan buangan limbah yang berasal dari hulu sungai akan
terbawa aliran air dan berujung di laut. Kegiatan-kegiatan yang berasal dari daratan
yang dapat menimbulkan pencemaran di laut adalah, limbah rumah tangga, khususnya
ekoli yang merupakan penyumbang terbesartingkat pencemar di suatu perairan. Selain
itu juga ada run off dari perkantoran, industri dan kota. Sedangkan penyumbang bahan
pencemar yang berasal dari wilayah pesisir dan laut salah satunya adalah aktifitas
pengerukan dan pengurugan pasir di muara sungai, aktifitas pelabuhan, tumpahan
minyak baik itu yang berasal dari kilang minyak di pesisir ataupun akibat dari
transfortasi laut.
Melihat kondisi wilayah pantai Sungai Dua Laut yang mempunyai karakteristik
pantai berpasir dan merupakan pantai terbuka, adanya pelsus (pelabuhan khusus),
Perusahaan kelapa sawit dan adanya perusahaan batubara disekitar perairan tersebut
serta sungai yang bermuara kemungkinan akan adanya pencemaran di daerah pantai
Sungai Dua Laut. Dilihat dari hasil analisis plankton didapatkan adanya jumlah
individu plankton yang berlimpah pada suatu stasiun sedangkan pada stasiun lainnya
di perairan yang sama jumlah tersebut sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi horizontal plankton di suatu perairan tidak merata.
2
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dilakukannya praktik lapang merupakan kajian
pencemaran laut di perairan Sungai Dua Laut, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan
Selatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak
sesuai lagi dengan baku mutu dan fungsinya (Dewi, 2009). Sedangkan menurut Miller
(2004), Pencemaran adalah sebaran penambahan pada udara, air dan tanah atau
makanan yang membahayakan kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau
organism hidup lainnya.
Pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun
tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah
pesisir pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap
sumberdaya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut,
termasuk perikanan dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan
tingkat kualitas air laut serta menurunkan kualaitas tempat tinggal dan rekreasi (KLH,
1991 dalam mukhtasor 2009).
Program Lingkungan PBB atau United Nations Environmental Programs
(Bishop 1983) Pencemaran Laut adalah dimasukannya substansi atau energi ke dalam
lingkungan laut oleh manusia secara langsung atau tidak langsung yang
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang merugikan seperti merusak sumberdaya
hidup, bahaya pada kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan kelautan
diantaranya perikanan, rusaknya kualitas air dan pengaruhnya pada keindahan dan
kenyamanan.
4
Sumber Pencemaran
Laut
5
2. Berasal dari kegiatan-kegiatan di daratan. Bahan pencemar dapat masuk ke
ekosistem laut melalui udara atau terbawa oleh air (sungai, sistem drainase)
(Kartawinata et al., 1997 dalam Harizal, 2006).
Bila ditinjau dari daya urainya, maka bahan pencemaran pada perairan laut
dapat dibagi atas dua jenis: yaitu (1) Senyawa-senyawa konservatif, yang merupakan
senyawa-senyawa yang dapat bertahan lama didalam suatu badan perairan sebelum
akhirnya mengendap ataupun terabsorbsi oleh adanya berbagai reaksi fisik dan kimia
perairan, misalnya logam-logam berat, pestisida, atau deterjen; dan (2) Senyawa-
senyawa non konservatif, yang mudah terurai dan berubah bentuk dalam suatu badan
perairan, misalnya senyawa-senyawa organic seperti karbohidrat, lemak, dan
proteinyang mudah terlarut menjadi zat-zat organik oleh mikroba (Mukhtasor, 2006).
Bahan-bahan pencemar yang dibuang ke laut dapat diklasifikasikan dalam
berbagai cara. Mannion dan Bowlby (1992) dalam Misran (2002) menggolongkannya
dari segi konservatif/non-konservatif :
a) Golongan non-konservatif terbagi dalam tiga bentuk yaitu :
buangan yang dapat terurai (seperti sampah dan lumpur), buangan dari industry
pengolahan makanan, proses distilasi (penyulingan), industri-industri kimia,
dan tumpahan minyak;
pupuk, umumnya dari industri pertanian;
buangan dissipasi (berlebih), pada dasarnya adalah energi dalam bentuk panas
dari buangan air pendingin, termasuk juga asam dan alkali.
b) Golongan konservatif terbagi dalam dua bentuk yaitu :
partikulat, seperti buangan dari penambangan (misalnya : tumpahan dari
tambang batubara, debu-debu halus), plastik-plastik inert;
buangan yang terus-menerus (persistent waste) yang terbagi lagi dalam tiga
bentuk :
(i) logam-logam berat (besi, timbal, zinkum);
(ii) hidrokarbon terhalogenasi (DDT dan pestisida lain dari hidrokarbon
terklorinasi, dan PCBs atau polychlorinated biphenyl); dan
(iii) bahan-bahan radioaktif.
Berdasarkan sebaran sumber masuknya limbah kedalam kawasan pesisir dan
laut, sumber pencemar dapat dibedakan menjadi (1) Point sources (sumber titik), yaitu
6
sumber pencemaran yang dapat diketahui dengan jelas lokasinya, misalnya sumber
pencemaran dari instalasi pembuangan pabrik atau industri dan tumpahan minyak
yang terjadi karena kecelakaan kapal tanker atau pengeboran minyak di laut; dan (2)
Non point sources (sumber bukan titik), yaitu sumber pencemar yang tidak terlokalisir
secara definitive, misalnya buangan rumah tangga yang tidak terintegrasi di kawasan
pesisir, limbah dari lahan pertanian, sedimentasi dari aliran yang berasal pegunungan
serta bahan pencemar lain yang sulit dilacak sumbernya (Mukhtasor, 2006).
7
beracun, biasanya berupa bahan yang asam, basa, logam berat, dan bahan
organik yang beracun.
4) Limbah Pengerukan, Pengerukan, terutama untuk kegiatan navigasi dan
pelabuhan, merupakan aktivitas manusia yang terbesar dalam melimpahkan
bahan-bahan buangan ke dalam laut. Kebanyakan bahan kerukan
(dredgespoils) diambil dari daerah pelabuhan yang biasanya sudah sangat
tercemar oleh sampah-sampah pemukiman, bahan organik, dan sisa buangan
industri termasuk logam berat dan minyak. Di samping itu, limbah pengerukan
menghasilkan masalah pengeruhan air oleh karena padatan terlarut (suspended
solid) yang dikandungnya.
5) Limbah Eksplorasi dan Produksi Minyak, Kegiatan operasi indutri minyak
lepas pantai mengakibatkan beban pencemaran yang serius pada lokasi
tertentu, mulai dari pencemaran panas, kekeruhan akibat padatan terlarut,
sampai dengan pencemaran panas, kekeruhan akibat padatan terlarut, sampai
dengan pencemaran kimiawi dari bahan organik dan logam-logam berbahaya.
Beberapa limbah yang berbahaya dihasilkan, seperti “drilling mud” dan
“cutting mud” yang sangat beracun, “produce water”(air yang ikut terisap
bersama minyak), “drill cutting”(buangan sisa pengeboran), “drilling
fluids”(cairan kimia untuk membantu proses pengeboran), “flaring
smoke”(asap pembakaran) sampai tumpahan minyak.
6) Tumpahan minyak, Tumpahan minyak, disengaja maupun tidak merupakan
sumber pencemaran yang sangat membahayakan. Tumpahan minyak ke laut
dapat berasal dari kapal tanker yang mengalami tabrakan atau kandas, atau dari
proses yang disengaja seperti pencucian tangki halas, transfer minyak
antarkapal maupun kelalaian awak kapal. Umumnya cemaran minyak dari
kapal tanker berasal dari pembuangan air tangki balas. Sebagai gambaran,
untuk tanker berbobot 50.000 ton, buangan air dari tangki balasnya mencapai
1.200 barel.
7) Limbah Radioaktif, Sisa bahan radioaktif umumnya sekarang banyak disimpan
dalam tempat-tempat penyimpanan di daratan. Beberapa diantaranya
ditenggelamkan ke dasar laut yang dalam. Dari kebocoran tempat-tempat
8
penyimpanan inilah kemungkinan akan terjadi pencemaran bahan radioaktif di
laut.
8) Cemaran Panas, Kehidupan d laut umumnya sangat peka terhadap perubahan
suhu air. Suhu tinggi di laut dapat menyebabkan peneluran dini, migrasi ikan
yang tidak alami, penurunan oksigen terlarut, atau kematian binatang laut. Air
pendingin (Cooling water) dan effluent dari beberapa industri dibuang ke
lingkungan laut pada suhu yang tinggi daripada lingkungan laut itu sendiri.
Begitu juga dengan penggunaan air laut untuk pendingin pembangkit nuklir
yang meningkat dengan cepat. Satu unit pembangkit nuklir memerlukan sekitar
1 milyar gallon air per hari. Dan ini sangat berbahaya apabila tidak direncakan
dengan baik, termasuk air pendingin yang dikembalikan ke laut pada suhu lebih
tinggi 11-20oC dibanding suhu air laut normal.
9) Sedimen, Sedimen membawa bahan dari daratan yang hanyut oleh air sungai,
dan sebagian besar mengendap di kawasan pesisir dan pantai. Limbah jenis ini
berbahaya bagi kehidupan laut, karena kekeruhan yang ditimbulkan dapat
menutupi insang atau elemen penyaring pada binatang yang makan dengan
cara menyaring air (organisme filter feeder, seperti misalnya jenis kerang-
kerangan).
10) Limbah padat, Limbah padat yang dibuang ke laut berupa sampah merupakan
salah satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah. Di Indonesia,
sampah yang dibuang ke laut sebenarnya cukup banyak dan pada saat ini sudah
pada kondisi yang memperhatinkan, terutama di perairan teluk Jakarta dan
beberapa perairan lainnya di Indonesia.
11) Limbah dari Kapal, Kegiatan operasional tersebut dapat berupa pembersihan
tangki-tangki baik secara rutin maupun untuk pengedokan, pembuangan
kotoran yang ada di saluran got kapal, pembuangan air ballast , termasuk juga
sampah dan limbah minyak dari mesin kapal. Semua kapal yang beroperasi
diwajibkan memiliki penampung limbah.
12) Limbah Pertanian, Limbah pertanian dapat menimbulkan eutrofikasi yang
disebabkan karena akumulasi bahan-bahan organik seperti sisa tumbuhan yang
membusuk. Secara ekologis proses kekeruhan karena sedimentasi dapat
menyebabkan terganggunya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan,
9
sehingga kegiatan fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya
menjadi terhenti.
13) Pestisida adalah jenis-jenis bahan kimia yang digunakan untuk memberantas
hama, yang bervariasi jenisnya dan mempunyai sifat fisik dan kimia yang
berbeda-beda. Di antara jenis pestisida, insektisida organoklorin dikenal sangat
persisten, seperti DDT (dikloro difenil tukloroetana), dieldrin, endrin,
klordane dan heptaklor.
14) Cat Antifouling, Penggunaan cat anti organisme penempel (antifouling)
ternyata telah menimbulkan pencemaran logam berat yang serius di laut serta
sedimen di dekat dok dan tempat sandar kapal. Cat ini dirancang untuk secara
terus-menerus mengeluarkan racun untuk membunuh organisme penempel di
dasar kapal.
15) Limbah Perikanan, Potensi sumber daya ikan yang berlimpah menjadikan
banyak tumbuh industri pengolahan ikan., mulai dari skala kecil sampai
industri dengan skala yang besar, di Indonesia.aktivitas penangkapan ikan
dengan bahan peledak atau racun kimia mengakibatkan beban pencemaran laut
yang semakin tinggi dan potensi berkurangnya produksi ikan di beberapa
daerah.
10
Indikator yang umum digunakan pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH
atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Pemantauan kualitas air pada sungai
perlu disertai dengan pengukuran dan pencatatan debit air agar analisis hubungan
parameter pencemaran air dan debit badan air sungai dapat dikaji untuk keperluan
pengendalian pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2003).
Pencemaran air dapat diketahui dari aspek fisik-kimia dan/atau aspek biologi.
Beberapa indikator pencemar air aspek fisika-kimia adalah sebagai berikut :
a. pH (derajat keasaman)
pH suatu badan air merupakan indikasi keseimbangan antara asam (ditandai
dengan ion H+) dan basa (OH-). Keduanya merupakan ion pembentuk air (H2O).
Air murni memiliki asam dan basa dalam jumlah yang seimbang pada pH 7. Air
bersifat asam bila pH-nya kurang dari 7, dan bila lebih dari 7 air akan bersifat
basa. Apabila pH air kurang dari 5 dan lebih dari 9, maka badan air tersebut telah
dikatakan tercemar.
b. Suhu
Suhu air berkisar pada 25oC Suhu air pada tiap badan air berbeda-beda tergantung
pada ketinggian dan kondisi geografis. Suhu air di daerah tropis berbeda dengan
suhu air di daerah subtropis. Air dikatakan tercemar apabila suhu air pada wilayah
tersebut berubah secara drastis.
c. Warna
Air yang memenuhi syarat kesehatan secara umum adalah tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna (jernih). Ketiga syarat tersebut bukan sekedar
merupakan syarat estetika, tapi juga merupakan indikasi apakah air tersebut
tercemar atau tidak. Perubahan warna air bisa diakibatkan karena partikel terlarut
seperti lumpur, fitoplankton dan mikroorganisme yang bersifat mikroskopis.
Sumber pencemaran warna terutama berasal dari limbah cair industri cat, industri
tekstil dan pencelupan kain, serta industi pewarna pakaian dan makanan.
d. Disolved Oxygen (DO)
DO atau oksigen terlarut, adalah banyaknya oksigen yang terlarut dalam satu liter
air (mg/l). Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
11
untuk proses metabolisme. Kehidupan tumbuhan dan organisme perairan
tergantung dari kemampuan badan air mempertahankan jumlah oksigen terlarut
dalam air. Semakin rendah jumlah oksigen terlarut dalam air menunjukkan makin
tingginya tingkat pencemaran suatu perairan.
e. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD atau permintaan oksigen biologis, adalahh jumlah oksigen (dalam mg) yang
diperlukan oleh mikroorganisme (terutama bakteri) untuk proses
penguraian/oksidasi dan stabilisasi bahan organik secara biologis pada kondisi
aerobik (kondisi dimana mikroba tidak dapat hidup tanpa oksigen) dalam satu liter
air limbah. BOD yang tinggi mengindikasikan adanya bahan organik yang tinggi
pula, dan itu berarti tingkat pencemaran di suatu badan air juga tinggi. hal ini
dikarenakan mikroorganisme memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk
menguraikan bahan organik dalam jumlah besar pula.
f. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau permintaan oksigen kimiawi merupakan pengukuran jumlah bahan
organik dengan menggunakan persamaan dari jumlah oksigen (dalam mg) yang
diperlukan untuk mengoksidasikan bahan organik secara kimiawi dalam satu liter
air limbah. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD. Hal ini dikarenakan tidak
semua bahan organik yang dihitung melalui persamaan kimia mampu diuraikan
oleh mikroorganisme.
g. Logam Berat
Logam tertentu sejatinya dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam jumlah yang cukup
dan tidak berlebih, seperti zat besi untuk pembentukan sel darah merah. Air
dikatakan tercemar apabila kandungan logam di dalam air tersebut melebih batas
dan jumlah yang ditentukan sehingga bersifat racun dan berdampak negatif
terhadap sistem tubuh, jenis logam berat paling berbahaya adalah raksa, perak,
tembaga, seng, nikel, timah hitam, kadmium, arsen dan kromium.
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004. Tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari dan biota laut, menyatakan baku
mutu air laut adalah sebagai berikut :
12
Tabel 1. Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari
BIOLOGI
200( g)
13
MPN/100
1 E Coliform (faecal )g
ml
2 Coliform (total) g MPN/100 1000( g)
ml
RADIO NUKLIDA
Komposisi yang tidak
1 Bq/l 4
diketahui
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam
dan musim)
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis
(thin layer) dengan ketebalan 0,01mm
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2
musiman
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman
Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman
Tabel 2. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut
No. Parameter Satuan Baku mutu
FISIKA
1 Kecerahana m coral: >5
mangrove: -
lamun: >3
2 Kebauan - alami3
3 Kekeruhana NTU <5
14
4 Padatan tersuspensi totalb mg/l coral: 20
mangrove: 80
lamun: 20
5 Sampah - nihil 1(4)
6 Suhuc oC alami3( c)
coral: 28-30( c)
mangrove: 28-32 ( c)
lamun: 28-30( c)
7 Lapisan minyak 5 - nihil 1(5)
KIMIA
1 pHd - 7 - 8,5( d)
2 Salinitase %o alami3( e)
coral: 33-34( e)
mangrove: s/d 34 ( e)
lamun: 33-34( e)
3 Oksigen terlarut (DO) mg/l >5
4 BOD5 mg/l 20
5 Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,3
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8 Sianida (CN-) mg/l 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01
10 PAH (Poliaromatik mg/l 0,003
11 hidrokarbon)
Senyawa Fenol total mg/l 0,002
12 PCB total (poliklor bifenil) µg/l 0,01
13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1
14 Minyak & lemak mg/l 1
15 Pestisidaf µg/l 0,01
16 TBT (tributil tin) 7 µg/l 0,01
Logam terlarut:
17 Raksa (Hg) mg/l 0,001
18 Kromium heksavalen mg/l 0,005
19 (Cr(VI))
Arsen (As) mg/l 0,012
20 Kadmium (Cd) mg/l 0,001
21 Tembaga (Cu) mg/l 0,008
22 Timbal (Pb) mg/l 0,008
23 Seng (Zn) mg/l 0,05
24 Nikel (Ni) mg/l 0,05
BIOLOGI
15
1 Coliform (total) g MPN/100 1000( g)
2 Patogen ml
sel/100 ml nihil1
3 Plankton sel/100 ml tidak bloom 6
RADIO NUKLIDA
1 Komposisi yang tidak Bq/l 4
diketahui
16
membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa sampai ke laut
melalui wilayah pesisir. Hal ini akan menperbesar tekanan ekologis wilayah pesisir.
17
a. Perkapalan dan transportasi: tumpahan minyak, air ballast limbah padat dan
kecelakaan.
b. Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan
pencemar, konversi kawasan pesisir.
c. Perikanan: overfishing, destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan
distribusi, modal dan tenaga/ keahlian
d. Budidaya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove.
e. Kehutanan: penebangan dan konversi hutan.
f. Pertambangan: penambangan pasir dan terumbu karang
g. Industri: reklamasi dan pengerukan tanah.
h. Pariwisata: pembangaunan infrastruktur dan pencemaran.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan pencemaran pesisir dan pantai
adalah sebagai berikut:
a. Penambangan karang dengan atau tanpa bahan peledak,
penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak.
b. Penambatan jangkar perahu.
c. Pembuangan sampah rumah tangga
d. Pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri, penebangan
kayu dan penambangan di daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan terjadinya
pencemaran dan perobahan lingkungan wilayah pesisir.
e. Pembukaan hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman, pembangunan
infrastuktur dan perikanan tambak dapat mengakibatkan erosi pantai.
f. Sumber pencemaran pesisir dan pantai dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian
yaitu:
1) Industri,
2) Limbah cair pemukiman (sewage),
3) Limbah cair perkotaan (urban stormwater),
4) Pertambangan,
5) Pelayaran (shipping)
18
demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran
laut, antara lain: dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan (alokasi)
bahan pencemar di tempat yang aman, dan daur ulang limbah ada beberapa tindakan
nyata yang dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat
dicegah dan dihindari sedini mungkin :
1. Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah
semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut.
2. Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota,
eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan,
penanggulan pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik,
dan pembuangan limbah.
3. Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan
dan kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang
berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
4. Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan
ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan
dan sebagainya.
Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa
penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran
lingkungan laut (Agus, 2013).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
Tabel 4. Bahan kimia
No. Nama Bahan Kegunaan
1 Bahan Pengawet Untuk mengawetkan sampel agar tidak rusak
2 Tissue Membersihkan tempat botol sampel
3 Aquades Untuk mengkalibrasi alat
4 H2SO4N Sebagai campuran dalam titrasi
5 KMNO4 Sebagai campuran dalam titrasi
6 Oksalat Sebagai campuran dalam titrasi
7 Regen Sebagai campuran dalam titrasi
20
Gambar 5. Lokasi Praktik Lapang di perairan Sungai Dua Laut
21
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Oseanografi
Dalam pengambilan data oseanografi data yang diambil adalah berupa:
a. Parameter Fisik
Metode pengambilan data untuk parameter fisika yaitu sebagai berikut:
- Pengambilan arus menggunakan layang-layang arus, dengan memberi jarak
sampai lima meter, menunggu beberapa menit sampai tali tersebut
membentang terbawa arus.
- Untuk pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer batang
dengan cara mencelupkan termometer batang tersebut kedalam air selama
beberapa menit/detik.
- Kekeruhan (turbidty) di ukur dengan water quality checker.
- Kecerahan dapat menggunakan sechi disk dengan cara memasukkan kedalam
kolom perairan, mengamati berapa jarak batas sampai alat terlihat samar-samar
b. Parameter Kimia
Untuk metode pengambilan data parameter kimia yaitu sebagai berikut:
- Pengukuran salinitas di permukaan dilakukan menggunakan
handrefractometer. Sebelum melakukan pembacaan terlebih dahulu alat
tersebut dikalibrasi dengan aquades.
- Untuk pH dan DO menggunakan water quality checker.
- Mengambil sampel air untuk menganalisis BOD, COD, kekeruhan, logam
berat (besi dan mangan), TSS, dan fosfat dengan memasukkan sampel air ke
dalam botol sampel selanjutnya akan dianalisis di laboratorium.
c. Paremeter Biologi
Untuk metode pengambilan parameter biologi yaitu sebagai berikut:
- Pengambilan sampel biologi dengan mengambil sampel air kemudian disaring
menggunakan planktonnet dan dimasukan ke botol sampel selanjutnya akan di
analisis di laboratorium.
22
b. Untuk pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer batang
dengan cara mencelupkan termometer batang tersebut kedalam air selama
beberapa menit/detik.
c. Kecerahan dengan menggunakan sechi disk dengan cara memasukan
kedalam kolom perairan, amati berapa jarak batas sampai alat tidak terlihat
lagi.
d. Pengukuran salinitas di permukaan dilakukan dengan handrefractometer.
Sebelum melakukan pembacaan terlebih dahulu alat tersebut dikalibrasi
dengan aquades.
Metode pengambilan sampel kualitas air secara eksitu:
a. Mengambil sampel BOD, COD dan logam berat kemudian memasukan ke
dalam botol sampel selanjutnya akan dianalisis di laboratorium.
b. Mengambil sampel plankton kemudian disaring menggunakan palanktonet
dan dimasukan ke botol sampel selanjutnya akan di analisis di laboratorium.
3.3.3. Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan cara mengambil sampel air dengan
menggunakan ember yang berukuran 10 liter sebanyak 10 kali pengulangan, yang di
masukkan ke dalam plankton net dengan tujuan untuk menyaring plankton. Air yang
sudah disaring dengan menggunakan plankton net, di masukkan ke dalam botol
sampel. Masukkan lugol sebanyak 1 tetes ke dalam botol sampel dengan tujuan untuk
mengawetkan sampel plankton. Catat posisi pengambilan sampel dengan
menggunakan GPS.
23
3.4.2. Kualitas Air
a. Analisa BOD5
- Aquades diaerasi terlebih dahulu selama 15 menit.
- Menyiapkan dua buah botol, satu botol terang dan satu botol gelap. Kemudian
mengisi keduanya dengan air sampel masing-masing sebanyak 75 ml.
- Setelah itu, menambahkan keduanya dengan aquades yang telah diaerasi
sampai penuh.
- Botol gelap dimasukkan ke dalam alat inkubator selama 5 hari dan selanjutnya
akan dilakukan hal yang sama seperti air sampel dalam botol terang.
- Pada botol terang dimasukkan R1 dan R2 masing-masing sebanyak 2 ml.
Mengocoknya dan membiarkannya sampai terjadi endapan. Setelah itu
memasukkannya ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml. Agar pencampuran dapat
merata, masukkan satu buah kapsul pengaduk ke dalamnya.
- Kemudian menambahkan R5 secara perlahan sampai larutan berubah bening
dan mencatat jumlah R5 yang diperlukan.
Analisis data kualitas air adalah sebagai berikut :
Analisa terhadap kandungan BOD5
DOawal DOakhir
BOD 1000 p
300
b. COD
COD, Masukkan air sampel 100 ml ke dalam gelas ukur, kemudian tambahkan
KMNO4 10 ML, H2SO46N 2 ml ke dalam gelas ukur tersbut.Masukkan batu didih ke
dalam gelas ukur kemudian panaskan sampai mendidih ±10-15 menit.Tambahkan
oksalat 10 ml. Kemudian dititrasi dengan KMNO4 sampai warna berubah menjadi
merah muda atau coklat muda.
3.4.3. Benthos
1. Komposisi jenis
Untuk menentukan komposisi jenis dilakukan dengan menghitung persentase dari
setiap jenis yang didapatkan pada setiap stasiun yaitu dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
P = (ni / N ) 100%
Dimana : P = Persentase setiap jenis
24
ni = Jumlah individu spesies i
N = Jumlah individu seluruh spesies
2. Indeks Dominansi
Menurut Simpson indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus :
C = ( ni / N)2
Dimana : C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
3. Indeks Keanekaragaman
H’ = - (ni / N) ln (ni / N)
Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman
ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
3.4.4. Plankton
Sampel air di ambil lalu disaring ke planktonet dan dimasukan ke botol sampel
selanjutnya di analisis di laboratorium.
1. Perhitungan Kelimpahan Plankton
N = n x Oi/Op x Vr/Vo x 1/Vs x 1/P
Keterangan:
N = kelimpahan plankton (individu/liter)
N = Jumlah plankton yang tercacah ( individu)
Volume botol sampel plankton hasil
Vr = saringan (ml)
Jumlah air yang disaring oleh jaring
Vs = plankton (l)
Oi = Luas gelas penutup (mm2)
Op = Luas lapangan pandang (mm2)
Vo = Volume 1 tetes air contoh (ml)
P = Jumlah lapangan pandang
2. Indeks Dominansi
Menurut Simpson indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus :
C = ( ni / N)2
Dimana : C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap spesies
25
N = Jumlah individu seluruh spesies
3. Indeks Keanekaragaman
H’ = - (ni / N) ln (ni / N)
Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman
ni = Jumlah individu setiap spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
290
270
Tinggi Muka Air (cm) 250
230
210
190
170
150
22:00
01:00
04:00
07:00
10:00
13:00
16:00
19:00
22:00
01:00
04:00
07:00
10:00
13:00
16:00
19:00
22:00
01:00
04:00
07:00
Jam
28
stasiun yaitu di daerah jembatan, hal ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana arah
dan kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan oleh Rahim (1998), bahwa arus
merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik dalam bentuk penyebaran (diffusion)
maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses percampuran partikel-partikel dalam air,
dengan adanya arus laut serta proses difusi, maka faktor pencemar dapat menyebar
secara horizontal seiring dengan perjalanan waktu. Proses masuknya bahan pencemar
ke dalam perairan laut dan kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang
terdapat pada lingkungan tersebut dipicu melalui adukan/turbulensi oleh arus laut
tersebut.
29
4.3. Analisis Pengaruh Pencemaran Terhadap Biota dan Kualitas Perairan
4.3.1. Parameter Fisik
a. Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu di perairan Sungai Dua Laut berkisar antara
28 – 33,6°C. Untuk menggambarkan keadaan suhu di daerah studi dalam hal ini
digunakan software Surfer 9.0 dengan gambaran sebagai berikut:
Laut Jawa
30
Sungai Dua Laut
Laut Jawa
Laut Jawa
31
dengan curah hujan yang tinggi maka salinitas diperairan Sungai Dua Laut akan cukup
rendah, sedangkan pada musim barat dan timur pada saat curah hujan rendah maka
salinitasnya akan naik. Hal ini terlihat pada gambar 10 sebaran salinitas tersebut,
dimana semakin jauh dari daratan, salinitasnya semakin tinggi.
Salinitas merupakan gambaran jumlah garam dalam suatu perairan. Sebaran
salinitas di air laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
b. DO
Pengukuran DO yang diambil dari beberapa stasiun berkisar antara 21-34 ppm
sebagaimana disajikan pada gambar 11.
Laut Jawa
32
Lokasi dengan nilai DO tertinggi yaitu berlokasi di sebelah selatan atau
mengarah kearah laut lepas yang ditunjukkan dengan warna kehijauan. Sedangkan DO
dengan nilai terendah berada di dekat daratan yang ditampilkan dengan warna biru
muda.
c. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, berdasarkan hasil
pengambilan sampel kualitas air sebagaimana di sajikan dalam gambar 12 didapatkan
hasil pH perairan yang berkisar antara 6,2 – 8,9. Indikasi tersebut menunjukan bahwa
ph air laut cukup tidak normal, karena dengan nilai keasaman yang besar. pH air laut
yang normal adalah 7 sampai dengan 9. Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh kadar CO2 yang terlaut dalam perairan tersebut. Aktivitas fotosintesa
merupakan peroses yang sangat menentukan kadar CO2 yang terkandung dalam suatu
perairan.
Laut Jawa
d. BOD5
Berdasarkan hasil analisis BOD5 dari pengukuran beberapa stasiun di perairan
Sungai Dua Laut berkisar antara 0,85 mg/l sampai 1,9 mg/l, kisaran ini menunjukan
bahwa perairan Sungai Dua Laut masih murni. Tinggi rendahnya nilai BOD5
dipengaruhi oleh nilai DO, karena sifat BOD5 ini yang berbanding terbalik dengan
DO, semakin rendah oksigen disuatu perairan maka kebutuhan akan oksigen untuk
33
biokimia akan semakin tinggi, sebaliknya pun demikian. Berikut ini data hasil analisis
BOD5 yang di lakukan di laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan dan Kelautan
Unlam yang ditampilkan pada gambar 13.
Laut Jawa
34
Sungai Dua Laut
Laut Jawa
Gambar 15. Sebaran Chemical Oxygen Demand (COD) di Perairan Sungai Dua Laut
f. Logam Berat
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau
seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan
tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam
berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan
konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk hidup.
1. Besi
Besi merupakan logam berat yang dibutuhkan dimana zat ini dibutuhkan dalam
proses untuk menghasilkan oksidasi enzim cytochrome dan pigmen pernapasan
(haemoglobin). Logam ini akan menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam
konsentrasi di atas normal. Kadar besi dalam perairan alami berkisar antara 0,05-0,2
mg/L. Pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat
mencapai 10-100 mg/L, pada air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mg/L, sedangkan
pada air laut sekitar 0,01 mg/L (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil pengambilan sampel
35
logam berat sebagaimana di sajikan dalam gambar 15 di dapatkan hasil kandungan
besi di perairan Sungai Dua Laut berkisar antara 0,02 – 0,8 mg/L sehingga dapat
diketahui bahwa air laut tersebut telah tercemar oleh logam besi, hal ini diketahui dari
NAB logam berat besi dalam air laut yaitu 0,01 mg/L. Tingginya konsentrasi besi di
perairan diduga disebabkan oleh aktivitas manusia yang terjadi di daratan yaitu
buangan limbah rumah tangga yang mengandung besi.
Laut Jawa
Gambar 16. Sebaran logam berat (besi) di Perairan Sungai Dua Laut
2. Mangan
Mangan (Mn) adalah metal berwarna kelabu kemerah-merahan. Keracunan Mn
seringkali bersifat kronis sebagai akibat imhalasi debu dan uap logam. Gejala yang
timbul berupa gejala susunan urat saraf, insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot
muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask).
Berdasarkan hasil pengambilan sampel logam berat sebagaimana di sajikan dalam
gambar 16 di dapatkan hasil kandungan mangan di perairan Sungai Dua Laut berkisar
antara 0,19 – 0,49 mg/L.
36
Sungai Dua Laut
Laut Jawa
Gambar 17. Sebaran logam berat (mangan) di Perairan Sungai Dua Laut
g. Fosfat
Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi
berbagai organisme akuatik. Fosfat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di
laut.
Berdasarkan hasil pengambilan sampel kualitas air sebagaimana di sajikan
dalam gambar 17 di dapatkan hasil kandungan fosfat di perairan Sungai Dua Laut
berkisar antara 0,2 – 0,5 mg/L. Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai
dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan
(algae bloom). Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan
air yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari
sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan.
37
Sungai Dua Laut
Laut Jawa
h. TSS
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Total Suspended Solid juga merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi
zat organik di suatu perairan. Berdasarkan hasil pengambilan sampel kualitas air
sebagaimana di sajikan dalam gambar 18 di dapatkan hasil kandungan TSS di perairan
Sungai Dua Laut berkisar antara 280 – 780 g/L.
Laut Jawa
38
Plankton merupakan organisme renik yang melayang pasif dalam kolom air,
tidak dapat melawan pergerakan massa air karena kemampuan renangnya yang sangat
lemah. Plankton berukuran mikroskopik antara 0,02 – 200 µm, hidupnya melayang
atau mengapung dan tidak mempunyai kemampuan renang melawan arus, secara
umum terbagi atas fitoplankton dan zooplankton.
Identifikasi terhadap sampel plankton yang diambil pada 4 lokasi pengamatan
perairan di wilayah studi telah teridentifiaksi 12 jenis fitoplankton yang termasuk
dalam filum Bacillarophyta, Cyanophyta, Chlorophyta, Chrysophyta dan Dinophyta.
Sedangkan zooplankton terdapat 8 jenis yang terdiri dari filum Protozoa, Gastropoda
dan Crustasea. Jumlah jenis fitoplankton yang ditemukan pada setiap lokasi
pengamatan berkisar antara 4 – 13 jenis, jumlah jenis tertinggi terdapat pada stasiun 1,
sedangkan untuk jumlah jenis terendah berada pada satsiun 3. Filum Bacillariaceae
merupakan jenis yang paling banyak ditemukan pada semua stasiun. Hasil perhitungan
kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi, dan indeks Evennes
fitoplankton dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 6. Hasil Perhitungan Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks
Keseragaman dan Indeks Dominasi Plankton
Stasiun
No. Parameter
1 2 3 4
1. Jumlah taksa 13 10 4 10
2 Kelimpahan (Sel/lt) 4337 4740 1109 3832
3 Indeks 2,1107 2,2399 0,6355 1,9383
Keanekaragaman
4 Indeks keseragaman 1,2152 1,0280 2,1814 1,1880
5 Indeks Dominasi 0,1606 0,1595 0,0254 0,1147
39
100000
10000
1000
100
10
1
1 2 3 4
0.1
0.01
40
prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan
di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Sedangkan
menurut Lee et al. (1978), klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks
keanekaragaman dapat dilihat dari tabel berikut:
1.40 1.26
1.20
0.96 0.94
1.00 0.91 0.86
0.76
0.80 0.66
0.53
0.60
0.40 0.31
0.21
0.11
0.20 0.04
0.00
ST1 ST2 ST3 ST4
41
Dari grafik di atas dapat diketahui, untuk indeks dominasi yaitu berkisar antar
0,04 – 0,031 dengan indek dominasi tertinggi yaitu berada pada stasiun 1 sebesar 0,31,
sedangkan untuk indeks dominasi terendah beradda pada stasiun 3 sebesar 0,04.
Dari grafik di atas juga dapat diketahui indek keragaman dan indeks
keseragaman. Dapat dilihat pada stasiun 1 indeks keragaman bentos sebesar 1,26 dan
indeks keseragamannya yang hanya sebesar 0,91. Pada stasiun 2 indeks keragamannya
sebesar 0,66 dan indeks keseragamannya sebesar 0,92. Sedangkan pada stasiun 3
indeks keragamannya sebesar 0,53 dan indeks keseragamannya 0,76. Dan untuk
stasiun 4 indeks keragamannya sebesar 0,94 dan untuk indeks keseragamannya sebesar
0,86.
42
a) Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran laut :
a. Menempatkan tempat pembersihan kapal didarat bukan dilaut
b. Sistem pengisian solar tersistem dengan baik
c. Tidak membuang sampah ke laut
d. Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing
di laut.
e. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
f. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b) Penanggulangan pencemaran laut :
a. Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu
menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
ledakan ladang minyak.
b. Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam
berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah
pohon api-api (Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan
akumulasi logam berat yang tinggi.
c. Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta
masyarakat
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat
pencemaran laut diantaranya adalah :
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi
kehidupan.
2) Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta
isinya.
3) Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
4) Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau,
dan lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
5) Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang
akan mencemari laut.
43
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
44
ANALISIS PARAMETER KUALITAS AIR, PLANKTON DAN BENTOS
SEBAGAI INDIKATOR BAHAN PENCEMARAN
DI WILAYAH SUNGAI DUA LAUT KABUPATEN TANAH BUMBU
LAPORAN PRAKTEK
G1F113024
45
DAFTAR PUSTAKA
Asdak.C, 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University:Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995.
http://eprints.undip.ac.id/17967/1/SUDARWIN.pdf
Harizal. 2006. Studi Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Kerang Hijau
(Perna Viridis l) Sebagai Bio Monitoring Pencemaran Di perairan Pantai
Pencemaran Lingkungan On Line. 2006. 27 Januari. Pencemaran Udara dan
pencemaran Air.
Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its Measurenment. New Jersey:
Princeton University Press.
MENLH. No 51. Tahun 2004. Bakumutu Air Laut
Miller, 2004. Public Understanding of Science July 2004 vol. 13 no. 3 273-294
Misra, emi, 2002. Aplikasi teknologi berbasiskn membran dalam bidang bioteknologi
kelautan pengendalian pencemaran. Medan digital library universitas
sumatra utara
Mukhtashor. 2009. Pencemaran Pesisir Dan Laut. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
46
Jakarta. Hlm: 27-35. www.oseanografi.lipi.go.id (Diakses tanggal 15 Desember
2012).
47