Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan


(Wadell, 1932). Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan,
transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di
dalam lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen.
Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil
dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami
erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan
sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik
secara mekanik maupun secara kimia dan organik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses sedimentasi, diantaranya adalah kecepatan arus sungai,
kondisi dasar sungai, turbulensi dan lainnya.
Yuwono (2005) abrasi diartikan dengan proses terkikisnya batuan atau
material keras seperti dinding atau tebing batu yang biasanya diikuti oleh
longsoran dan runtuhan material. abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996).
Peraian desa Sungai Dua Laut merupakan perairan terbuka, yang
berhadapan langsung dengan laut Jawa. Sehingga rentan terjadi abrasi dan
sedimentasi, dimana perairan tersebut merupakan daerah yang bertebing dan
pantai yang landai, yang tersusun oleh material beting karang dan pasir karang.
Dimana pantai sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi yaitu gelombang,
pasang surut, kecepatan arus, dan lain sebagainya.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan laporan sedimentologi laut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara mengukur dan menganalisis partikel sedimen
2. Membuat pola sebaran sedimen
3. Menganalisi transport dan budget sedimen

1
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi praktek lapang Desa Sungai Dua Laut Kecamatan Sungai Loban
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Desa
Sungai Dua Laut terletak pada posisi 3°40’31,51” - 3°42’13.57” Lintang Selatan
dan 115°14’24” - 116°05’56” Bujut Timur dengan batas-batas administrasi
sebagai berikut:
 Sebelah Utara Desa Persiapan Damar Indah dan Sumber Makmur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Sari dan Desa Swi Marga
Utama
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Loban

1.3.2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam praktikum sedimentologi meliputi:

1. Oseanografi meliputi pengukuran gelombang dan arus


2. Transpor sedimen meliputi pengambilan sampel sedimen pada 15 stasiun
menggunakan alat grab sampler
3. Transpor sedimen meliputi pengukuran sedimen menggunakan sedimen trap
dilakukan di 6 stasiun dalam jangka waktu pemasangan alat sedimen trap
selama 3 hari.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sedimen dan Sedimentologi


Pengertian sedimen ada beberapa macam. Krumbrein dan Sloss (1963)
berpendapat bahwa sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral
dan material organic yang ditransportasikan dari berbagai sumber air, darat
maupun laut dan didepositkan oleh udara, angin, es dan air. Sedangkan menurut
Pipkin (1977) sedimen adalah deposit dari material padat di permukaan bumi di
berbagai medium (udara, air, gas) di bawah kondisi normal permukaan. Selain itu
ada juga yang dapat diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi)
atau dalam bentuk kimia pada suatu tempat (presipitasi kimia).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah salah satu contoh hasil dan proses pengendapan
material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand
dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin (Adlien, 2011).
Sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan, transportasi
dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam
lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Atau
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell,
1932 dalam bahan ajar sedimentologi Baharuddin, 2014).
2.2. Sumber Sedimen
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber
yang menurut Kennet (1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1) Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan
material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut
melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut
dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.
2) Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi.

3
3) Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi
kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut
sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini
adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4) Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
yang terbawa angin. Material yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-
sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal
dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau
berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana
proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub
tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya
sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber
yang lain (Anonim 2013).
Berdasarkan sumbernya Barnes (1969) membagi jenis sedimen, yakni
sedimen yang bersumber dari limpasan sungai yang jenisnya banyak
mempengaruhi pembentukan morfologi pantai di sekitar muara sungai (disebut
sedimen of inlets) dan sedimen yang bersumber dari darat yang terangkut ke laut
oleh angin dan drainase atau penguraian sisa-sisa organisme (disebut pyroclastic
sediment). Sedangakan menurut Wentworth (1922) dalam CHL (2002)
mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran butirnya (Skala Wentworth)
yakni lempung, lanau, pasir, kerikil, koral (pebble), cobble, dan batu (boulder).
Krumbein (1934) dalam Dyer (1986) mengembangkan Skala Wentworth
dengan menggunakan unit phi (). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pengklasifikasian jika suatu sampel sedimen mengandung partikel yang berukuran
kecil dalam jumlah yang besar. Skala phi didasarkan pada logaritma negatif
berbasis dua dengan bentuk konversi seperti yang ditunjukkan pada persamaan
berikut:
   log 2 d (2.30)

4
simbol d merupakan diameter partikel dalam unit mm dan tanda negatif
digunakan agar partikel dengan diameter <1 mm memiliki nilai phi yang positif.
Untuk mengkonversi unit phi menjadi milimeter (mm) digunakan persamaan
berikut (CHL 2002):
D  2  (2.31)
Ukuran suatu partikel mencerminkan (1) keberadaan partikel dari jenis yang
berbeda, (2) daya tahan (resistensi) partikel terhadap proses pelapukan
(weathering). erosi atau abrasi dan (3) proses pengangkutan dan pengendapan
material, misalnya kemampuan angin atau air untuk memindahkan partikel
(Friedman and Sanders 1978). Selanjutnya Gross (1993) menjelaskan bahwa
ukuran partikel sangat penting dalam menentukan tingkat pengangkutan sedimen
dari ukuran tertentu dan tempat sedimen tersebut terakumulasi di laut.
Parameter statistik besar butir rata-rata (mean grain size), standar deviasi,
keponcongan (skewness) dan kurtosis sering digunakan di dalam menentukan
sedimentasi dan arah transpor sedimen (Folk 1974; Dyer 1986). Besar butir rata-
rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen atau nilai terbesar
butir di mana 50% halus dan sebaliknya kasar. Standar deviasi adalah metode
pemilahan keseragaman distribusi ukuran butir yakni penyortirannya. Sorting
dapat menunjukkan batas ukuran butir, tipe pengendapan, karakteristik arus
pengendapan, dan lamanya waktu pengendapan dari suatu populasi sedimen.
Skewness mencirikan ke arah mana dominan ukuran butir dari suatu
populasi tersebut, mungkin simetri, condong ke arah sedimen berbutir kasar atau
condong ke arah berbutir halus. Sehingga skewness dapat digunakan untuk
mengetahui dinamika sedimentasi (Folk 1974). Nilai skewness positif
menunjukkan suatu populasi sedimen condong berbutir halus, sebaliknya
skewness negatif menunjukkan condong berukuran kasar. Tabel 2.1. menunjukkan
distribusi kwalitatif dari standar deviasi, skewness dan kurtosisis.
Tabel 2.1 Distribusi kwalitatif sedimen untuk standar deviasi, skewness, dan
kurtosis (CHL 2002)
Standar Deviasi Skewness Kurtosis
Very well sorted <0.35 Very coarse-skewed <-0.3 Very platykurtic <0.6
Well sorted 0.35– Coarse-skewed - 0.3– (flat) 5
Moderately well sorted 0.50 Near- 0.1 Platykurtic 0.65-
Moderately sorted 0.50– symmetrical - 0.1– Mesokurtic (normal 0.90
Poorly sorted 0.71 Fine-skewed 0.1 peakedness)

5
Very poorly 0.71– Very fine- +0.1– Leptokurtic 0.90-
sorted 1.00 skewed 0.3 (peaked) 1.11
Extremely poorly 1.00– >+0.3 Very leptokurtic 1.11-
sorted 2.00 Extremely 1.50
2.00– leptokurtic 1.50-
4.00 3.00
>3.0
>4.0 0
0
Pergerakan udara dan air umumnya memisahkan partikel dari ukuran
aslinya dan selanjutnya sedimen dari berbagai sumber yang berbeda akan bertemu
dan menghasilkan percampuran antar ukuran yang berbeda-beda pula.
Percampuran antar ukuran sering terjadi di lautan yang kemudian disebut dengan
populasi. Percampuran ditetapkan dalam tiga kategori populasi yaitu kerikil, pasir
dan lumpur sekaligus sebagai subyek percampuran. Ketiga kategori tersebut
merupakan subyek dalam percampuran sedimen dengan proporsi masing-masing
ukuran dinyatakan dalam persen (Friedman dan Sanders 1978; Dyer 1986).
Dyer (1986) menyatakan bahwa sedimen dengan ukuran yang lebih halus
lebih mudah berpindah dan cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar. Fraksi
halus terangkut dalam bentuk suspensi sedangkan fraksi kasar terangkut pada
dekat dasar laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat
daripada yang berukuran kecil. Waktu settling (laju partikel keluar dari suspensi
menuju dasar perairan) partikel disajikan pada

Tabel 2.2 Kecepatan dan waktu settling berdasarkan diameter partikel


(Allen 1985)

Pergerakan secara
Diameter partikel Kecepatan settling Waktu settling
horisontal pada arus
(m) (m/det) sejauh 4 km (hari)
0,1 m/det (km)
Lempung (1) 9,79 x 10-7 47300 40900
Lanau (10) 9,79 x 10-5 473 409
Pasir (100) 9,79 x 10-3 4,73 4,09

Menurut Sverdrup et al. (1942), material yang tenggelam ke arah dasar tidak
langsung diendapkan pada saat pertama kali mencapai dasar laut, tetapi
kemungkinan terangkut pada suatu jarak yang besar sebelum menjadi endapan
yang permanen. Pengangkutan sedimen oleh berbagai media dapat mempengaruhi
bentuk, ukuran dan komposisi partikel tunggal, misalnya pengendapan kalsium

6
karbonat, tetapi pengangkutan umumnya mengurangi dimensi material yang
sebenarnya. Interaksi antara material terlarut dengan material padat cenderung
untuk mereduksi ukuran dan bentuknya. Selain itu, pengangkutan partikel akan
mempengaruhi pola distribusi sedimen di laut.
2.3. Transport Sedimen
Hampir seluruh proses input/kredit sedimen merupakan akibat proses-
proses alami kecuali peremajaan pantai yang merupakan penambahan sedimen ke
dalam sistem oleh manusia. Sedimen yang masuk dapat berasal dari angkutan
sejajar pantai (longshore transport), angkutan sedimen dari sungai (river
transport), erosi tebing (sea-cliff erosion), angkutan sedimen ke pantai (on shore
transport), endapan biogenus (biogenous deposition), angkutan angin (wind
transport), endapan hidrogenus (hydrogenous deposition). Sebaliknya sedimen
keluar (output/debit) dapat terjadi akibat angkutan sejajar pantai, angkutan ke
lepas pantai (offshore transport), angkutan angin, pelarutan dan abrasi (solution
and abrasion) dan penambangan pasir (sand mining) (Dirjen P3K DKP 2004).
Proses dinamika pantai dan sistem fisik perairan pantai adalah angkutan
sedimen litoral yang didefinisikan sebagai pergerakan sedimen pada zona perairan
pantai oleh gelombang dan arus. Transpor sedimen pada perairan pantai dapat
diklasifikasikan menjadi transpor menuju dan meninggalkan pantai (onshore-
offshore transport) dan transpor sepanjang pantai (longshore transport). Transpor
menuju dan meninggalkan pantai mempunyai arah rata-rata tegak-lurus garis
pantai, sedang transpor sepanjang pantai mempunyai arah rata-rata sejajar pantai
(CHL 2002).
Transpor sedimen litoral yang sejajar dengan garis pantai, mempunyai dua
kemungkinan arah pergerakan yaitu ke kanan (Qrt) atau ke kiri (Qlt) relatif
terhadap pengamat yang berdiri ke arah laut. Untuk penyajian laju transpor
sedimen menyusur pantai, perlu membedakan antara nett transport rate, Qn (Qrt –
Qlt) dengan gross transport rate Qg (Qrt + Qlt) pada lokasi pantai tertentu. Arah
distribusi tahunan energi gelombang dapat menyebabkan laju angkutan dominan
bergerak dalam satu arah sehingga Qg lebih besar daripada Qn. Pada sisi lain,
energi gelombang tahunan terdistribusi dalam segala arah sehingga diperkirakan
sedimen terangkut dalam setiap arah dengan volume yang sama. Nilai Qn dapat

7
digunakan dalam memprediksi erosi pantai, Qg untuk memprediksi laju
pendangkalan dalam inlet terkontrol, sedangkan nilai Ort dan Qlt dapat
dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam mendesain jetty (Sorensen 1991; CHL
2002).
Angkutan sedimen di pantai terjadi dalam dua bentuk yaitu angkutan dasar
(bedload) yang merupakan pergerakan butiran material secara menggelinding
(sliding) melalui dasar sebagai akibat pergerakan air di atasnya, dan suspended
load transport jika pergerakan butiran dilakukan oleh arus setelah butiran tersebut
terangkat dari dasar oleh proses turbulen. Kedua bentuk angkutan sedimen di atas
biasanya terjadi pada waktu yang bersamaan tetapi sulit ditentukan tempat
berakhirnya angkutan dasar dan permulaan dari angkutan suspensi (van Rijn
1993; Allen 1985). Selanjutnya Heinemann (1999) menjelaskan bahwa angkutan
sedimen kohesif sering diistilahkan dengan suspended load transport karena
kebanyakan sifatnya yang melayang dalam kolom air, sementara angkutan
sedimen non-kohesif disebut bed load transport.
Berbagai persamaan yang menjelaskan kondisi suspensi pada kolom air
tidak lepas hubungannya dengan nilai tekanan dasar serta kecepatan shear (u*)
dari profil arus vertikal, sedangkan kecepatan shear digambarkan pada profil arus
secara vertikal dalam determinasi lapisan batas dan pengadukan massa air. Pada
daerah pantai kecepatan shear umumnya diakibatkan oleh aktifitas gelombang
dengan amplitudo tinggi dan shear maksimum terjadi pada daerah pecahnya
gelombang (Dake 1985). Di laut dalam, gerak partikel air karena gelombang
jarang mencapai dasar laut. Sedangkan di laut dangkal, partikel air di dekat dasar
bergerak maju dan mundur secara periodik. Kecepatan partikel air di dekat dasar
naik dengan bertambahnya tinggi gelombang dan berkurang dengan kedalaman,
(Triatmodjo 1999).
Pasir di laut biasa digerakkan oleh arus (yang dibangkitkan pasut, angin,
gelombang atau secara umum terjadi oleh kombinasi antara arus dan gelombang.
Pasir ditransportasikan oleh proses dasar “entrainment”, transportasi, dan
deposisi. Entrainment terjadi sebagai hasil dari tegangan geser yang terjadi di
dasar perairan oleh arus dan gelombang dengan turbulen diffuse yang
kemungkinan mengangkat partikel naik ke dalam kondisi suspense. Transportasi

8
terjadi oleh adanya rolling (partikel menggelinding), sliding (partikel tergelincir)
dan hopping (partikel meloncat-loncat) sepanjang dasar perairan sebagai respon
dari tegangan geser yang bekerja dan dasar yang miring dan gaya yang berat
partikel. Transport semacam ini dinamakan transport secara bedload yang
dominan terjadi pada kondisi arus/gelombang lemah atau terjadi pada partikel
yang berukuran besar (Ukkas, dkk 2009).

Gambar 1. Transport sedimen laut

2.4. Budget Sedimen


Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen
yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan
budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa
sedimen. Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah
pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi).
Konsep keseimbangan profil pantai menjadi perhatian jika gaya-gaya di alam
yang mempengaruhi keseimbangan pantai berubah berdasarkan variasi pasut,
gelombang, arus dan angin. Keseimbangan profil tersebut merupakan salah satu
konsep yang sangat bermanfaat dalam menyajikan suatu kerangka kerja dalam
studi mengenai ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan sedimen tegak-lurus
pantai. Selain itu, dapat dimanfaatkan dalam suatu desain studi yang didasarkan
pada profil keseimbangan.
Konsep sederhana dari konservasi massa yang diaplikasikan untuk proses
transpor sedimen pantai, secara umum melalui tiga tahapan yaitu: (1) teraduknya

9
material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material non-
kohesif dari dasar laut, (2) perpindahan material secara horizontal dan (3)
pengendapan kembali partiket atau material sedimen tersebut. Ketiga tahapan
tersebut sangat bergantung kepada gerakan fluida dan karakteristik sedimen yang
terangkut. Proses perubahan sedimen pada suatu daerah dapat terjadi oleh karena
berbagai sebab seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. Panah hitam
menunjukkan pengurangan sedimen (outflow), sementara panah putih
menunjukkan penambahan sedimen (inflow) pada daerah kontrol. L menunjukkan
laju angkutan sedimen sejajar garis pantai, O adalah laju angkutan sedimen tegak-
lurus garis pantai, B adalah tingkat angkutan sedimen akibat angin, R merupakan
angkutan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dan Rc adalah angkutan
sedimen yang dihasilkan dari erosi pantai berbatu. Apabila jumlah inflow <
outflow, pantai akan tererosi dan sebaliknya jika inflow > outflow maka pantai
akan terakresi (Horikawa 1988).

sungai daerah kontrol

R R
B Ka B
rang
Ka R L
L
rang c

O
Gambar 2.5 Budget sedimen di daerah litoral (Horikawa 1988).

Pemahaman terhadap sumber sedimen (sediment source), akumulasi


sedimen sementara (sediment storage), hilangnya sedimen (sediment sink),
pergerakan sedimen (sediment transport), batas-batas pergerakan sedimen
(sediment boundary) serta proses-proses energi (terutama gelombang) yang
menggerakkan sedimen tersebut sangat penting dalam rangka memahami konsep
satuan (sel) sedimen.
Sel dan sub sel dapat didefinisikan secara konsisten dengan
mengidentifikasikan ketidak-kontinyuan di dalam laju atau arah angkutan sedimen
sejajar pantai. Identifikasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan batas-batas

10
angkutan sedimen. Batas sel dibagi menjadi batas-batas tetap dan batas-batas
sementara (dinamik). Batas tetap yakni berdasarkan catatan historis stabilitas
pantai dalam kurun waktu 20 tahun sampai 100 tahun terakhir. Batas-batas ini
berupa headland atau inlet tetapi dapat juga berupa struktur bangunan pantai yang
masih bertahan selama kurun waktu tersebut, sedangkan batas sementara
(dinamik) secara umum memiliki karakter yang luas dan stabilitas yang terbatas.
Batas-batas ini berupa konvergensi litoral drift, yang terbagi atau ditandai oleh
perubahan yang jelas dari laju transpor tetapi tidak selalu diasosiasikan oleh
adanya struktur bangunan atau kenampakan morfologi (Dirjen P3K DKP 2004).
Penggunaan konsep profil keseimbangan pada permasalahan yang
memerlukan suatu pendugaan mengenai perluasan atau kemunduran profil sangat
erat kaitannya dengan prinsip konservasi pasir di sepanjang profil tersebut. Pada
kondisi tanpa kehadiran gradien menyusur pantai, maka angkutan sedimen tegak-
lurus pantai merupakan penyebab redistribusi pasir di sepanjang profil tetapi tidak
menyebabkan adanya sedimen yang hilang atau bertambah dari profil tersebut.
Pengaplikasian metode ini untuk memprediksi perubahan profil diyakini bahwa
volume pasir tetap tertahan pada profil aktif, sehingga erosi pada suatu muka
pantai yang terbuka memerlukan suatu kompensasi dalam bentuk pengendapan di
daerah lepas pantai. Pengendapan pada bagian muka pantai tersebut akan disertai
dengan proses erosi pada daerah selancar. Untuk kasus adanya gradien menyusur
pantai dalam angkutan sedimen menyusur pantai terjadi maka umumnya
diasumsikan bahwa penambahan atau kemunduran suatu profil pada semua
elevasi aktif tidak akan mengakibatkan perubahan pada bentuk profil aktif. Jadi
pada umumnya metode-metode yang digunakan dalam memprediksi perubahan
profil membedakan antara komponen menyusur pantai dengan tegak-lurus pantai
sehingga hasil akhir dari bentuk profil ditentukan melalui penjumlahan dari kedua
komponen tersebut (CHL 2002).
Profil keseimbangan pantai didefinisikan dalam "Encyclopedia of Beaches
and Coastal Environment” (Schwartz 1982) sebagai profil dasar laut dalam jangka
panjang yang dihasilkan oleh pengaruh gelombang dan tipe sedimen pantai
terentu. Dean (1983) dalam Pilkey et al. (1993) mendefinisikan profil
keseimbangan pantai sebagai suatu idealisasi kondisi yang terjadi di alam untuk

11
karakteristik sedimen tertentu dan kondisi gelombang tetap. Selanjutnya, Larson
(1991) menjelaskan profil keseimbangan pantai sebagai pantai dengan ukuran
butir sedimen tertentu yang jika terbuka terhadap kondisi gaya-gaya konstan,
maka secara normal gelombang yang pecah diasumsikan dalam periode pendek
sehingga tidak ada perubahan berarti pada profil untuk jangka waktu tertentu.
Menurut Triatmodjo (1999), transpor sedimen sepanjang pantai merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai, hal ini disebabkan karena
pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai
jauh. Gelombang badai yang terjadi dalam waktu singkat dapat menyebabkan
terjadinya erosi pantai, selanjutnya gelombang biasa yang terjadi sehari-hari
akan membentuk kembali pantai yang sebelumnya tererosi (pantai kembali stabil),
sebaliknya akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat
terangkut sampai jauh dan menyebabkan perubahan garis pantai.
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sedimentasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah sebagai
berikut:
1. Kecepatan Aliran Sungai
Kecepatan alian maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai membelok
maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut of slope (terjadi erosi).
Pengendapan terjadi bila kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
2. Gradien / kemiringan lereng sungai
Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam kedataran
yang lebih rendah maka keceapatan air berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga
menyebabkan pengendapan pada dasar sungai.
3. Bentuk alur sungai Aliran air akan mengerus bagian tepi dan dasar sungai.
Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat.
Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasar tidak kasar, aliran airnya deras.
Sungai yang lebar, dangkal dan permukaan dasarnya tidak kasar, atau sempit
dalam tetapi permukaan dasarnya kasar, aliran airnya lambat.

12
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktik lapang Sedimentologi Laut dilaksanakan pada hari selasa, 1


Desember hingga hari jumat, 4 Desember 2015 di Desa Sungai Dua Laut
Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data sedimen :
- Grabe Sampler
- Sedimen Trab
- GPS
- Kapal
- Kantung Sampel
Alat-alat yang digunakan dalam kerja dilaboratorium terbagi atas :
- Timbangan digital untuk menimbang berat sampel sedimen
- Satu set saringan (ayakan)
- Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
sampel sedimen
- Mesin pengguncang saringan
- Kuas, sikat kuningan, dan sendok
- Silinder pembagi volume 1000 ml
- Beakers glass (50 ml)
- Pipet (20 ml)
3.2.2. Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada analisis sampel adalah :
- Sampel sedimen
- Air
- Tissue
- Alat tulis
- Laptop

13
-

Gambar 2. Peta lokasi praktik lapang kelautan di Desa Sungai Dua Laut.

14
-
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Oseanografi
A. Gelombang
Pengukuran tinggi, periode dan arah gelombang dilakukan dengan
menggunakan tiang skala, stopwatch, kompas dan alat tulis menulis. Pengukuran
tinggi gelombang dilakukan dengan cara membaca pergerakan naik (puncak) dan
turun (lembah) permukaan air laut pada tiang berskala yang ditancapkan di
mintakat sebelum gelombang pecah sebanyak 20 pengulangan. Dari perbedaan
pembacaan puncak dan lembah gelombang yang terukur, maka serangkaian tinggi
gelombang dapat dihitung. Pengukuran perioda gelombang dilakukan dengan
menggunakan stopwatch dengan cara menghitung banyaknya waktu yang
diperlukan pada posisi puncak dan lembah gelombang bagi sejumlah gelombang
datang. Arah datang gelombang di ukur dengan menggunakan kompas.
B. Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan layang-layang arus, dengan
terlebih dahulu menentukan arah arus dengan menggunakan kompas, yakni
menentukan posisi titik awal layang-layang arus ketika dilepas sampai jarak
terakhirnya.
3.3.2. Sedimen
Pengambilan contoh sedimen dasar menggunakan bottom grab sampler
(peterson grab) pada beberapa stasiun yang posisinya dicatat. Sampel sedimen
yang diperoleh selanjutnya dianalisis (laboratorium) untuk penentuan besar
ukuran butirnya menggunakan sieve net dan metode pipet serta beberapa analisis
parameter fisik sedimen lainnya.
3.3.3. Transport Sedimen
Pengukuran transport sedimen menggunakan Sedimen Trap yaitu :
a. Menentukan posisi stasiun pengambilan sampel
b. Meletakkan sedimen trap di dasar perairan pada suatu titik yang telah
ditentukan dan mengarahkan tabung-tabungnya tepat ke keempat arah mata
angin.
c. Memberi tanda agar mudah ditemukan ketika ingin mengangkatnya kembali
seperti pelampung.

15
d. Setelah empat hari, sedimen yang ada di dalam tabung diambil secara perlahan
agar tidak tercecer.
e. Memasukkan masing-masing sampel sedimen tersebut ke dalam kantung
sampel yang berbeda dan memberi tanda berdasarkan arah mata angin.
3.3.4. Budget Sedimen
Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen
yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan
budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa
sedimen. Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah
pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi).

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Oseanografi

A. Gelombang

 Analisis Data
Untuk menghitung tinggi dan periode gelombang dengan menggunakan
metode CERC
1. Arus
 Analisis Data
Untuk menghitung kecepatan arus dengan menggunakan persamaan :
s
v  Dimana;
t
v = Kecepatan arus (meter/detik)
s = Jarak (meter)
t = Waktu tempuh (detik)

3.4.2 Sedimen
a. Analisis Ukuran Butir
Analisis ukuran butir sedimen sesuai ayakan ASTM (American Society for
Testing and Materials) menggunakan metode sieve net untuk ukuran sedimen
kerikil dan pasir, dan metode pipet untuk ukuran lempung dan lanau (Faturahman
dan Wahyu 1992). Prosedur analisis fisik sedimen di atas dianalisis dengan

16
menggunakan software GRADISTAT versi 11.0 (Blot 2000) dengan keluaran
berupa parameter statistik sedimen meliputi ukuran partikel sedimen, sorting,
skewness, kurtosis dan persentase jenis sedimen. Persentase sedimen berdasarkan
Segitiga Shepard dari pengelompokan klasifikasi menurut Skala Wenworth
seperti disajikan pada Gambar 3.9, yakni percampuran kerikil, pasir dan lumpur.

Kerikil
(> 2mm)

80%

kil
eri
ek

mG msG sG
tas
n
rse
Pe

30%

gM gmS gS

5%
(g)M (g)sM (g)mS (g)S
1%
Lumpur M sM mS S Pasir
< 0,0625mm 10% 50% 90% 0,0625 – 2mm
Persentase pasir
Dalam fraksi <2mm

Gambar 3.9 Diagram Segitiga Shepard campuran sedimen (kerikil, pasir dan
lumpur) permukaan dasar laut (Folk 1980 dalam SNI/Standar
Nasional Indonesia 1998).

b. Transpor sedimen
Analisis volume transpor sedimen total menggunakan dua metode, yakni:
Metode Fluks Energi
Metode fluks energi pertama kali dikembangkan oleh CERC (1984), metode
ini hanya tergantung pada komponen besar fluks energi (power) arus menyusur
pantai. Metode CERC kemudian dimodifikasi oleh CHL (2002) dengan
memasukkan komponen empirik (K = 0,2), densitas air dan sedimen (ρ = 1025
kg/m3 dan ρs = 2650 kg/m3), serta porositas sedimen (n = 0,4).
  g  5
Ql  K   H 2 sin 2  (3.28)
 16 2    1  n   b
1 b
 b s 

17
Analisis data sedimen
 Data hasil pengukuran ditabulasi
 Menetukan persentase berat dan berat komulatif masing-masing
ukuran partikel pada tiap stasiun
 Menentukan persentase partikel pasir, lanau, dan lempeng dengan
menggunakan skala wenworth (Bird, 1970) kemudian diplotkan ke
dalam grafik semilog untuk menentukan Q1 = Q25 dan Q3 = Q75
 Data hasil persentase partikel pasir, lanau dan lempung kemudian
diplotkan ke dalam segitiga tekstur (Holme dan McIntyre, 1984)
berikut ini :
 Menghitung nilai sortasi (berdasarkan Koesoemadinata, 1983) dengan
rumus :
So = Q3 / Q1 = Q75 / Q25
Keterangan ; So = Nilai Sortasi
Q1 = Kwartil pertama (Q25)
Q3 = Kwartil ketiga (Q75)
 Analisis data sedimen yang terperangkap pada sedimen trap dapat
diketahui arah dan volume angkuan melalui analisis vektor seperti
formulasi di bawah ini, (Daut, A. dkk. 1991) :
2
Q = Qt  Qb 2  Qu  Qs
Qu  Qs
 = Arc tg
Qt  Qb

Keterangan,
Q = Angkutan total sedimen (m3/hari)
 = Arah angkutan sedimen yang sebenarnya
Qu,Qs,Qt,Qb = Sedimen yang masuk dalam sedimen trap (utara,
selatan,timur, barat)
c. Analisis Budget Sedimen
Konsep coastal cell (sediment budget) digunakan untuk mengetahui
perubahan garis pantai sebagai akibat transpor sedimen dengan membagi garis
pantai dalam bagian-bagian (profil) berdasarkan morfologi pantai. Interaksi antara
energi (terutama gelombang) yang menyebabkan arus menyusur pantai dengan

18
sedimen di daerah dekat pantai menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut
dan diendapkan pada batas-batas tertentu. Analisis budget sedimen pantai
didasarkan pada hukum kontinuitas (kekekalan massa sedimen) sehingga
diketahui daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi) dari
aktifitas energi yang bekerja.
Besarnya budget sedimen bulanan dan pengukuran lapangan dapat
ditentukan dari perhitungan besarnya laju transpor dari masing-masing profil
berdasarkan volume dan arah pergerakan prediksi netto sediment transport
bulanan dan pengukuran lapangan yang diperoleh dari perhitungan di atas. Budget
sedimen adalah selisih antara sedimen yang masuk dengan yang keluar pada suatu
profil pantai. Apabila nilai budget sedimennya nol maka pantai pada profil
tersebut dalam kondisi seimbang, jika nilainya positif pantai mengalami akresi
dan sebaliknya untuk nilai budget negatif pantai mengalami erosi.
Hasil analisis budget sedimen pada setiap sel/segmen tersebut untuk setiap
bulannya sebagai dasar input kedalaman (perubahan kedalaman dengan
penambahan dan pengurangan berdasarkan hasil budget) untuk prediksi pada
bulan berikutnya.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi


Desa Sungai Dua Laut merupakan salah satu desa yang terdapat di
wilayah pesisir pantai kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu dan
Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Desa Sungai Dua Laut
terletak pada posisi 3°40’31,51” - 3°42’13.57” Lintang Selatan dan 115°14’24” -
116°05’56” Bujur Timur dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
 Sebelah Utara Desa Persiapan Damar Indah dan Sumber Makmur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Sari dan Desa Swi Marga
Utama
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Loban
Mayoritas penduduk Desa Sungai Dua Laut beragama Islam. Jumlah
sarana ibadah di Desa Sungai Dua Laut terdapat 1 buah mesjid dan 3 buah
musholla. Tenaga kesehatan yang ada di Desa Sungai Dua Laut antara lain 1
orang Perawat dan 1 orang Bidan yang setiap harinya bekerja di Polindes dan Pos
Kasdes, serta dukun kampung yang banyak membantu persalinan. Masyarakat
Desa Sungai Dua Laut secara umum berprofesi sebagai nelayan, selain itu juga
ada yang berprofesi sebagai petani, perternak dan pegawai pemerintahan.
Masyarakat Desa Sungai Dua Laut terdiri dari suku Bugis, Mandar, Banjar, Jawa
dan Lombok.

4.2 Kondisi Oseanografi


Pesisir Pantai Sungai Dua Laut membentuk garis pantai yang relatif lurus
dan landai, Kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah
arus dan gelombang.
Arus laut (sea current) adalah gerakan air laut dari satu tempat ketempat
yang lain, baik secara pertikal maupun horizontal. Arus merupakan faktor
oseanografi yang cukup berperan penting dalam membawa bahan paritkek
sedimen, bahan terlarut dan tersuspensi, yang dapat menimbulkan pendakalan
sebuah perairan.Adapun hasil pengukuran arus di Perairan Sungai Dua Laut ialah
sebagai berikut :

20
Gambar 4.1. Pola Arus pada Perairan Sungai Dua Laut

Hasil Pengukuran arah dan kecepatan arus dilapangan dilakukan pada satu
stasiun yaitu di daerah dermaga, hal ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana
arah dan kecepatan arus di dekat pantai. Dari hasil pengukuran menunjukan
bahwa kecepatan arus pada saat pasang ke arah barat daya dan saat surut ke arah
tenggara. Berdasarkan pola dan kecepatan arus hasil pengukuran lapangan yang
dilakukan selama 61 jam, menunjukkan bahwa pada saat air menuju pasang, arah
arus bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan maksimum 0.13m/s,
sedangkan pada saat surut arah arus bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan
yang lebih kecil 0.02m/s.
Pengaruh arus terhadap sedimen ialah arus membawa sedimen menuju
kearah pantai dan meninggalkan pantai dengan dipengaruhi oleh gelombang. Arus
yang terjadi di Perairan Sungai Dua Laut juga dipengaruhi oleh topografi pantai
yang landai dan mengarah ke laut sehingga kecepatan gelombang tinggi pada
musim-musim tertentu dan membuat kecepatan arus juga relative tinggi sehingga
sedimen yang dari dasar perairan akan terangkut oleh arus dan terbawa ke pantai.

4.3 Ukuran dan Sebaran Butir Sedimen

Jenis sedimen yang dominan di Perairan Sungai Dua Laut berupa pasir
(sand), dengan persentase antara 14,9% sampai 100%. Sedangkan sisanya adalah
berupa kerikil dengan persentase berkisar antara 0,0 sampai 85,1% dan lumpur
dengan persentase berkisar antara 0,1% sampai 98,7% (lampiran).
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan adalah klasifikasi dari The
Subcommittee on Sediment Terminology of AGU (American Geophysical
Union). Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran
kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).Klasifikasi butiran
dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.

21
Berdasarkan nilai (D50) untuk stasiun 1 dan 2 selanjutnya ukuran butir
kerikil halus (very fine gravel) yaitu pada stasiun 10, ukuran butir pasir sedang
(medium sand) yaitu pada stasiun 3, 6, 7, dan 9. Ukuran butir pasir halus (fine
sand ) yaitu pada stasiun 4, 5, dan 8 sedangkan pada stasiun 11 - 14 dan 15
termasuk dalam kisaran lumpur kasar (coarse silt). Maka dapat disimpulkan
lokasi studi didominasi material dasar lumpur kasar (coarse silt), karena energi
mekanik seperti arus dan gelombang pada lokasi tersebut relatif sedang.

3.4 Transpor Sedimen dan Budget Sedimen


Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang disebabkan oleh
gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Triatmodjo 1999). Transport sedimen
pantai dapat diklasifikasikan menjadi transport menyusur pantai (longsore
transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport).
Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap transpor sedimen, dimana
semakin besar arus yang terbentuk maka transpor sedimennya juga besar, baik
berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended load (sedimen tersuspensi)
selain faktor lain seperti karakteristik butir sedimen dan kemiringan pantai.
Analisis budget sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen
yang masuk dan keluar dari suatu pantai yang ditinjau. Analisis keseimbangan

22
budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan massa
sedimen. Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah
pantai yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi).

Tabel 9. Volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut


Lama
Jam Volume sedimen trab Waktu
Stasiun Pemasangan
(t)
Pemasangan Pengambilan Jam Menit Utara Selatan Barat Timur Atas
St. 1.1 18:25 10:35 65 10 580 580 790 785 365 65.17
St. 1.2 18:30 10:42 65 12 610 595 695 865 152 65.20
St. 2.1 18:20 10:30 65 10 500 740 715 605 153.06 65.17
St. 2.2 18:27 10:38 65 11 420 490 600 665 147.63 65.18
St. 3.1 18:18 10:30 65 12 605 625 220 605 170 65.20
St. 3.2 18:30 10:45 65 15 480 630 540 590 175 65.25

Lanjutan Tabel 9. Volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut


Volume transport
Volume transport Sedimen
Sedimen α Resultan Qtotal/bulan Qtotal/tahun
Sejajar Pantai (Qx) Tegak Lurus (Qy)
0.08 0.00 0.00 0.08 2.30 27.6
2.61 0.23 5.04 2.62 78.52 942.3
1.69 3.68 65.38 4.05 121.54 1458.5
1.00 1.07 47.12 1.47 43.96 527.6
5.90 0.31 2.97 5.91 177.39 2128.6
0.77 2.30 71.57 2.42 72.70 872.4

Tabel 10. Prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut


Volume
Tahun Budget Keterangan
Timur Barat
2005 -29389,9 881381,3 851991,3 sedimentasi
2004 -19104,2 312407,8 293303,6 sedimentasi
2003 -5254,17 412438,5 407184,3 sedimentasi
2002 -5669,99 166400,6 160730,6 sedimentasi
2001 -227790 6368481 6140692 sedimentasi
2000 -3504,91 223449,4 219944,5 sedimentasi
1999 -1235,28 360035,3 358800,1 sedimentasi
1998 -4954,99 9699465 9694510 sedimentasi
1997 -15053,5 307248,3 292194,8 sedimentasi
1996 -4040,76 315280,7 311240 sedimentasi
1995 -29223,4 240320,3 211096,9 sedimentasi

23
Pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut hingga
Tanjung Kandang Haur meliputi sedimen menggunakan sedimen trap dilakukan di
6 stasiun dalam jangka waktu pemasangan alat sedimen trap selama 3 hari
menghasilkan Qx (sejajar pantai), Qy (tegak lurus), arah dan Qtotal perhari,
perbulan dan pertahun (Tabel 9). Jumlah dari Qx (sejajar pantai) adalah 12,040,
Qy (tegak lurus) adalah 7,592, dan Qtotal perhari adalah 16,547, perbulan adalah
496,411 dan pertahun adalah 5956,933.
Pengukuran prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut hingga
Tanjung Kandang Haur dengan melanjutkan perhitungan transfortasi gelombang
dari mata kuliah oseanografi fisika, dari tahun 2005-1995 menunjukkan volume
arah timur terjadi abrasi (minus) dan arah barat terjadi sedimentasi. Dari
pengukuran budget menghasilkan terjadinya sedimentasi lebih dominan dari pada
abrasi.
Dari hasil pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua
Laut dan prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut hingga Tanjung
Kandang Haur dapat di simpulkan bahwa mengalami abrasi dan sedimentasi.
Abrasi diduga karena Perairan tersebut berseberangan dengan Laut Jawa sehingga
arahnya dominan Timur, Tenggara dan hasilnya minus, tanah berbentuk tebing
dan dipengaruhi oleh gelombang, pasang surut, arus, sungai, hujan. Sedangkan
sedimentasi diduga karena pertumbuhan kelapa sawit menyebabakan tingginya
run up menyebabkan adanya sedimentasi dan berdampak negatif terhadap
perairan yaitu kekeruhan sehingga menghambat pertumbuhan ekosistem perairan.
Akan tetapi pengukuran budget sedimen di Perairan Sungai Dua Laut dan prediksi
transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut hingga Tanjung Kandang Haur
menghasilkan sedimentasi hal ini diduga karena sedimentasi lebih dominan
daripada abrasi.

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang telah di dapat pada praktek lapang di Perairan


Sungai Dua Laut adalah sebagai berikut :
1. Butiran sedimen pantai Sungai Dua Laut hingga Tanjung Kanang Haur
dominan berupa pasir dan kerikil. Yang kebanyakan memiliki tipe
polymodalpoorly sorted dengan tekturnya yaitu Slightly Gravelly sand.
2. Volume transport sedimen di lapangan maupun prediksi gelombang
menghasilkan budget yang berketerangan sedimentasi diduga karena
sedimentasi lebih dominan daripada abrasi.

5.2. Saran
Sebaiknya waktu melakukan praktek lapang lebih awal dari biasanya agar
waktu untuk menganalisis sampel, data dan membuat laporan lebih banyak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Gerak Air Laut. http:// e_books/modul_online/geografi.html


http://geo.ugm.ac.id/archives/100/

Coastal Hydrolic Laboratory (CHL). 2006. Coastal Engineering Manual.


Washington DC : Departement of Army. U.S. Army Corp of Engineering.

Folk, R.L., 1974. Petrology of Sedimentary Rocks. 3nd Edition Hemphill’s


Bookstore, Austin.

Krumbein, W.C. & L.L., Sloss, 1983, Stratigraphy and Sedimentation,


W.H.Freeman and Co., San Fransisco.

Pipkin, B.W. 1977. Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H.


Freeman and Company.

Sugeng, Widada, 2002, Modul Mata Kuliah. Universitas Diponegoro :


Semarang.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah


Pesisir Tropis.

Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai Edisi Kedua. Beta Offset. Yogyakarta.

Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove Alami dan Hasil
Rehabilitasi de Kecamatan Keera Kab. Wajo Sulawesi Selatan. Hibah
Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Uniersitan Hasanuddin.
Makassar.

U.S. Army. 2003. Engineering and design Coastal Engineering Manual.


Departement of the Army. U. S. Army corps of Engineers. Washington, DC.

Wibisono,M.S.2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo.Jakarta.

26
LAMPIRAN

Ukuran Butiran
Posisi Parameter Statistik Distribusi
D50 D90 Ukuran Butir Ukuran Butir
St Deskripsi Tipe Sedimen Nama Sedimen Tekstur
x y Folk & Ward
Gravel Pasir Lumpur
(µm) (ɸ) (µm) (ɸ) Geo (µm) Log (ɸ)
x 745,1 0,424 Coarse Sand Slightly Very Fine
σ 2,078 1,055 Poorly Sorted Gravelly Very Coarse
1 3611163 9590150 1113,0 -0,154 1364,7 2,580 Trimodal, Poorly Sorted Slightly Gravelly Sand 5,0% 95,0% 0,0%
Sk -0,787 0,787 Very Fine Skewed Sand
K 1,149 1,149 Leptokurtic
x 561,1 0,834 Coarse Sand Very Fine
σ 2,917 1,544 Poorly Sorted Gravelly Medium
2 360925 9590123 519,0 0,946 2291,5 2,759 Polymodal, Poorly Sorted Gravelly Sand 16,80% 83,20% 0%
Sk 0,085 -0,085 Symmetrical Sand
K 0,860 0,860 Platykurtic
x 258,7 1,951 Medium Sand Polymodal, Very Fine
σ 2,439 1,286 Poorly Sorted Poorly Sorted Gravelly Fine Sand
3 360689 9589853 179,9 2,475 1231,0 2,942 Gravelly Sand 6,5% 93,5% 0,1%
Sk 0,614 -0,614 Very Coarse Skewed
K 0,989 0,989 Mesokurtic
x 148,6 2,750 Fine Sand Bimodal, Slightly Very Fine
σ 1,517 0,601 Moderately Well Sorted Moderately Well Sorted Gravelly Fine Sand
4 359283 9589421 148,6 2,750 179,2 3,592 Slightly Gravelly Sand 2,5% 97,5% 0,0%
Sk 0,176 -0,176 Coarse Skewed
K 3,900 3,900 Extremely Leptokurtic
x 190,0 2,396 Fine Sand Bimodal, Slightly Very Fine
σ 1,564 0,645 Moderately Well Sorted Moderately Well Sorted Gravelly Fine Sand
5 350156 9590185 161,8 2,628 345,9 2,935 Slightly Gravelly Sand 0,2% 99,8% 0,0%
Sk 0,632 -0,632 Very Coarse Skewed
K 0,986 0,986 Mesokurtic
x 294,6 1,763 Medium Sand Very Well Sorted
σ 1,204 0,268 Very Well Sorted Medium Sand
6 359593 9589003 294,6 1,763 343,9 1,987 Unimodal, Very Well Sorted Sand 0% 100% 0%
Sk -0,280 0,280 Fine Skewed
K 1,677 1,677 Very Leptokurtic
x 452,6 1,144 Medium Sand Very Fine
σ 3,050 1,609 Poorly Sorted Gravelly Fine Sand
7 359957 9589337 315,1 1,666 2296,8 2,891 Polymodal, Poorly Sorted Gravelly Sand 17,0% 83,0% 0,0%
Sk 0,403 -0,403 Very Coarse Skewed
K 0,629 0,629 Very Platykurtic
x 177,1 2,497 Fine Sand Slightly Very Fine
σ 1,874 0,906 Moderately Sorted Gravelly Fine Sand
8 361026 9590512 153,2 2,707 331,5 3,656 Trimodal, Moderately Sorted Slightly Gravelly Sand 4,1% 95,4% 0,5%
Sk 0,480 -0,480 Very Coarse Skewed
K 3,886 3,886 Extremely Leptokurtic
x 459,7 1,121 Medium Sand Very Fine Gravelly
σ 3,324 1,733 Poorly Sorted Fine Sand
9 361326 9589582 331,1 1,595 2340,8 2,945 Polymodal, Poorly Sorted Gravelly Sand 18,8% 80,6% 0,7%
Sk 0,274 -0,274 Coarse Skewed
K 0,705 0,705 Platykurtic
x 2297,8 -1,200 Very Fine Gravel
σ 1,654 0,726 Moderately Sorted
10 359436 9589613 2297,8 -1,200 2691,5 0,629 Unimodal, Moderately Sorted Very Fine Gravel Gravel 85,1% 14,9% 0,0%
Sk -0,438 0,438 Very Fine Skewed
K 5,964 5,964 Extremely Leptokurtic
x 16,19 5,949 Coarse Silt
σ 2,375 1,248 Poorly Sorted
11 360782 9590622 16,19 5,949 45,19 7,590 Unimodal, Poorly Sorted Fine Silt Mud 0,0% 2,4% 97,6%
Sk -0,008 0,008 Symmetrical
K 0,726 0,726 Platykurtic
x 15,93 5,972 Coarse Silt
σ 2,347 1,231 Poorly Sorted
12 360782 9590625 15,93 5,972 43,30 7,594 Unimodal, Poorly Sorted Very Fine Silt Mud 0,0% 1,3% 98,7%
Sk -0,011 0,011 Symmetrical
K 0,722 0,722 Platykurtic
x 16,33 5,936 Coarse Silt
σ 2,391 1,258 Poorly Sorted
13 360556 9590579 16,33 5,936 46,28 7,587 Unimodal, Poorly Sorted Very Fine Silt Mud 0,0% 3,0% 97,0%
Sk -0,006 0,006 Symmetrical
K 0,729 0,729 Platykurtic
x 16,16 5,951 Coarse Silt
σ 2,372 1,246 Poorly Sorted
14 360554 9590570 16,16 5,951 44,99 7,590 Unimodal, Poorly Sorted Very Fine Silt Mud 0,0% 2,3% 97,7%
Sk -0,008 0,008 Symmetrical
K 0,726 0,726 Platykurtic
x 16,14 5,953 Coarse Silt
σ 2,370 1,245 Poorly Sorted
15 360551 9590560 16,14 5,953 44,86 7,591 Unimodal, Poorly Sorted Very Fine Silt Mud 0,0% 2,2% 97,8%
Sk -0,008 0,008 Symmetrical
K 0,726 0,726 Platykurtic

27
Prediksi Sedimen dan Budget Sedimen selama 10 tahun

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-05 260 1,139313 0,787712 0,064079 0,437697 84,77033 2543,11 2543,11 sedimentasi
Feb-05 260 1,345716 0,786236 0,071302 0,448654 131,8755 3956,264 3956,264 sedimentasi
Mar-05 300 0,467679 0,772792 0,223425 2,413504 50,89052 1526,716 1526,716 sedimentasi
Apr-05 200 1,926107 0,792117 0,581331 3,049014 2184,284 65528,52 65528,52 sedimentasi
Mei-05 100 1,246935 0,78628 0,126593 0,827562 201,0132 6030,397 -6030,4 abrasi
Jun-05 150 0,774818 0,782274 0,418479 3,489688 258,0451 7741,353 -7741,35 abrasi
Jul-05 130 0,616458 0,784533 0,276863 2,58081 107,7171 3231,513 -3231,51 abrasi
Agu-05 140 0,681506 0,78356 0,345611 3,068141 164,5685 4937,055 -4937,06 abrasi
Sep-05 210 1,902504 0,791355 0,534135 2,819709 1960,174 58805,22 58805,22 sedimentasi
Okt-05 110 1,096766 0,787422 0,202472 1,410402 248,3201 7449,603 -7449,6 abrasi
Nov-05 170 4,436198 0,785157 1,06972 3,720706 21533,58 646007,5 646007,5 sedimentasi
Des-05 240 2,960931 0,787766 0,384337 1,629195 3433,797 103013,9 103013,9 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-04 180 2,021587 0,791757 0,650374 3,331763 2693,352 80800,57 80800,57 sedimentasi
Feb-04 270 1,085477 0,788128 0,026678 0,18662 32,01633 960,49 960,49 sedimentasi
Mar-04 270 1,139313 0,787712 0,027519 0,187965 36,4049 1092,147 1092,147 sedimentasi
Apr-04 135 0,774818 0,782274 0,34923 2,91003 215,3445 6460,335 -6460,34 abrasi
Mei-04 270 1,139313 0,787712 0,027519 0,187965 36,4049 1092,147 1092,147 sedimentasi
Jun-04 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Jul-04 90 0,992082 0,788286 0,025437 0,186106 25,49453 764,8358 -764,836 abrasi
Agu-04 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Sep-04 135 0,774818 0,782274 0,34923 2,91003 215,3445 6460,335 -6460,34 abrasi
Okt-04 170 2,298418 0,790777 0,701873 3,374897 3762,394 112871,8 112871,8 sedimentasi
Nov-04 100 1,197687 0,786643 0,123363 0,822622 180,6229 5418,688 -5418,69 abrasi
Des-04 280 1,444502 0,785587 0,13772 0,836932 293,7579 8812,738 8812,738 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-03 270 1,030567 0,788567 0,025804 0,18519 27,89641 836,8922 836,8922 sedimentasi
Feb-03 270 1,395431 0,785905 0,031342 0,193711 62,3593 1870,779 1870,779 sedimentasi
Mar-03 270 1,085477 0,788128 0,026678 0,18662 32,01633 960,49 960,49 sedimentasi
Apr-03 225 2,330189 0,789766 0,485568 2,317844 2679,182 80375,45 80375,45 sedimentasi
Mei-03 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Jun-03 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Jul-03 90 0,938075 0,788757 0,02454 0,184568 21,97557 659,2672 -659,267 abrasi
Agu-03 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Sep-03 180 2,207572 0,791089 0,688127 3,375372 3401,371 102041,1 102041,1 sedimentasi
Okt-03 135 0,681506 0,78356 0,32166 2,854778 153,1635 4594,905 -4594,9 abrasi
Nov-03 225 2,330189 0,789766 0,485568 2,317844 2679,182 80375,45 80375,45 sedimentasi
Des-03 270 1,139313 0,787712 0,027519 0,187965 36,4049 1092,147 1092,147 sedimentasi

28
Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-02 360 0,253614 0,780118 0,276048 4,033892 18,29391 548,8172 548,8172 sedimentasi
Feb-02 225 1,22699 0,794493 0,321775 2,108508 488,9944 14669,83 14669,83 sedimentasi
Mar-02 360 0,21717 0,781761 0,249942 3,941182 12,1166 363,4981 363,4981 sedimentasi
Apr-02 225 1,902504 0,791355 0,426346 2,249366 1564,608 46938,24 46938,24 sedimentasi
Mei-02 270 0,85809 0,790068 0,022943 0,180235 17,15934 514,7802 514,7802 sedimentasi
Jun-02 315 0,252672 0,780083 0,205365 3,002238 13,50942 405,2825 405,2825 sedimentasi
Jul-02 180 1,414984 0,794299 0,517368 3,160985 1045,902 31377,05 31377,05 sedimentasi
Agu-02 135 0,582899 0,785064 0,290998 2,789017 101,1486 3034,457 -3034,46 abrasi
Sep-02 135 0,513286 0,786239 0,268215 2,736714 72,16957 2165,087 -2165,09 abrasi
Okt-02 90 0,826045 0,789801 0,022617 0,181126 15,68162 470,4487 -470,449 abrasi
Nov-02 270 0,85809 0,790068 0,022943 0,180235 17,15934 514,7802 514,7802 sedimentasi
Des-02 180 1,926073 0,792117 0,6305 3,308034 2368,944 71068,32 71068,32 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-01 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 789,3297 23679,89 23679,89 sedimentasi
Feb-01 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 789,3297 23679,89 23679,89 sedimentasi
Mar-01 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 789,3297 23679,89 23679,89 sedimentasi
Apr-01 180 1,30382 0,794847 0,490916 3,12314 35090,11 1052703 1052703 sedimentasi
Mei-01 225 1,627231 0,792518 0,385672 2,19806 43080,77 1292423 1292423 sedimentasi
Jun-01 225 1,432899 0,793428 0,355453 2,157228 30748,38 922451,3 922451,3 sedimentasi
Jul-01 360 0,253614 0,780118 0,276048 4,033892 762,4206 22872,62 22872,62 sedimentasi
Agu-01 180 1,926073 0,792117 0,6305 3,308034 98728,59 2961858 2961858 sedimentasi
Sep-01 45 0,582899 0,785064 0,262075 2,511054 3796,495 113894,8 -113895 abrasi
Okt-01 45 0,582899 0,785064 0,262075 2,511054 3796,495 113894,8 -113895 abrasi
Nov-01 270 0,85809 0,790068 0,022943 0,180235 715,1361 21454,08 21454,08 sedimentasi
Des-01 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 789,3297 23679,89 23679,89 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-00 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Feb-00 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Mar-00 270 0,85809 0,790068 0,022943 0,180235 17,15934 514,7802 514,7802 sedimentasi
Apr-00 270 0,85809 0,790068 0,022943 0,180235 17,15934 514,7802 514,7802 sedimentasi
Mei-00 225 1,432899 0,793428 0,355453 2,157228 737,7921 22133,76 22133,76 sedimentasi
Jun-00 90 0,826045 0,789801 0,022617 0,181126 15,68162 470,4487 -470,449 abrasi
Jul-00 135 0,582899 0,785064 0,290998 2,789017 101,1486 3034,457 -3034,46 abrasi
Agu-00 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Sep-00 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Okt-00 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Nov-00 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Des-00 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 18,93958 568,1873 568,1873 sedimentasi

29
Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-99 270 1,139313 0,787712 0,027519 0,187965 36,4049 1092,147 1092,147 sedimentasi
Feb-99 270 0,734781 0,791278 0,020769 0,17615 11,37036 341,1109 341,1109 sedimentasi
Mar-99 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Apr-99 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Mei-99 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Jun-99 90 0,826045 0,789801 0,022617 0,181126 15,68162 470,4487 -470,449 abrasi
Jul-99 180 1,926073 0,792117 0,6305 3,308034 2368,944 71068,32 71068,32 sedimentasi
Agu-99 180 1,926073 0,792117 0,6305 3,308034 2368,944 71068,32 71068,32 sedimentasi
Sep-99 90 0,992082 0,788286 0,025437 0,186106 25,49453 764,8358 -764,836 abrasi
Okt-99 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Nov-99 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Des-99 225 1,902504 0,791355 0,426346 2,249366 1564,608 46938,24 46938,24 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-98 180 1,82865 0,792498 0,60986 3,282785 2064,345 61930,35 61930,35 sedimentasi
Feb-98 135 0,439527 0,787616 0,242821 2,674343 47,81403 1434,421 -1434,42 abrasi
Mar-98 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Apr-98 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Mei-98 180 1,82865 0,792498 0,60986 3,282785 2064,345 61930,35 61930,35 sedimentasi
Jun-98 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Jul-98 315 0,319628 0,77745 0,238737 3,110126 25,22697 756,8092 756,8092 sedimentasi
Agu-98 225 1,812605 0,791721 0,41331 2,233341 1376,102 41283,05 41283,05 sedimentasi
Sep-98 135 0,616458 0,784533 0,301629 2,812378 117,3524 3520,573 -3520,57 abrasi
Okt-98 180 12,22747 0,775852 2,01978 4,267105 313070,4 9392111 9392111 sedimentasi
Nov-98 225 1,331605 0,793937 0,339119 2,134057 607,4533 18223,6 18223,6 sedimentasi
Des-98 225 1,627231 0,792518 0,385672 2,19806 1033,702 31011,05 31011,05 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-97 225 1,902504 0,791355 0,426346 2,249366 1564,608 46938,24 46938,24 sedimentasi
Feb-97 190 1,729125 0,792902 0,574116 3,176626 1736,582 52097,46 52097,46 sedimentasi
Mar-97 180 1,522618 0,793798 0,542277 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Apr-97 225 1,902504 0,791355 0,426346 2,249366 1564,608 46938,24 46938,24 sedimentasi
Mei-97 190 1,729125 0,792902 0,574116 3,176626 1736,582 52097,46 52097,46 sedimentasi
Jun-97 135 0,513286 0,786239 0,268215 2,736714 72,16957 2165,087 -2165,09 abrasi
Jul-97 135 0,513286 0,786239 0,268215 2,736714 72,16957 2165,087 -2165,09 abrasi
Agu-97 180 1,926073 0,792117 0,6305 3,308034 2368,944 71068,32 71068,32 sedimentasi
Sep-97 135 0,649303 0,784033 0,311834 2,834233 134,692 4040,76 -4040,76 abrasi
Okt-97 90 1,044941 0,787842 0,026299 0,187544 29,25989 877,7967 -877,797 abrasi
Nov-97 135 0,744216 0,782683 0,340327 2,892555 193,4914 5804,743 -5804,74 abrasi
Des-97 270 1,139313 0,787712 0,027519 0,187965 36,4049 1092,147 0,33597 sedimentasi

30
Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-96 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Feb-96 270 0,974466 0,789034 0,024894 0,18366 24,04607 721,382 721,382 sedimentasi
Mar-96 315 0,30346 0,778046 0,23093 3,08594 21,97661 659,2982 659,2982 sedimentasi
Apr-96 225 1,720914 0,792108 0,399773 2,21629 1199,119 35973,57 35973,57 sedimentasi
Mei-96 225 2,162995 0,79036 0,462924 2,292445 2199 65970 65970 sedimentasi
Jun-96 225 2,077566 0,790676 0,451112 2,278823 1976,076 59282,29 59282,29 sedimentasi
Jul-96 225 1,627231 0,792518 0,385672 2,19806 1033,702 31011,05 31011,05 sedimentasi
Agu-96 315 0,28694 0,77868 0,222797 3,060091 18,93958 568,1873 568,1873 sedimentasi
Sep-96 180 1,72911 0,792903 0,588359 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Okt-96 135 0,649303 0,784033 0,311834 2,834233 134,692 4040,76 -4040,76 abrasi
Nov-96 225 1,720914 0,792108 0,399773 2,21629 1199,119 35973,57 35973,57 sedimentasi
Des-96 225 1,627231 0,792518 0,385672 2,19806 1033,702 31011,05 31011,05 sedimentasi

Bulan Arah Hb ϒb V1 αb Q1/hari Q1/bulan Budget Keterangan

Jan-95 315 0,252672 0,780083 0,051341 3,002238 13,50942 405,2825 405,2825 sedimentasi
Feb-95 230 1,432899 0,793428 0,079934 1,94012 663,659 19909,77 19909,77 sedimentasi
Mar-95 315 0,28694 0,77868 0,055699 3,060091 18,93958 568,1873 568,1873 sedimentasi
Apr-95 180 2,021587 0,791757 0,162593 3,331763 2693,352 80800,57 80800,57 sedimentasi
Mei-95 135 1,195041 0,792287 0,092163 2,45276 533,0935 15992,8 -15992,8 abrasi
Jun-95 180 1,522618 0,793798 0,135569 3,195308 1270,275 38108,24 38108,24 sedimentasi
Jul-95 135 0,681506 0,78356 0,080415 2,854778 153,1635 4594,905 -4594,9 abrasi
Agu-95 135 0,681506 0,78356 0,080415 2,854778 153,1635 4594,905 -4594,9 abrasi
Sep-95 135 0,649303 0,784033 0,077958 2,834233 134,692 4040,76 -4040,76 abrasi
Okt-95 180 1,72911 0,792903 0,14709 3,255785 1779,632 53388,96 53388,96 sedimentasi
Nov-95 225 1,902504 0,791355 0,106586 2,249366 1564,608 46938,24 46938,24 sedimentasi
Des-95 270 0,601998 0,792757 0,004569 0,171045 6,701763 201,0529 201,0529 sedimentasi

31

Anda mungkin juga menyukai