Anda di halaman 1dari 2

Tugas Artikel

Orientalisme

Mata Kuliah: Pemikiran Politik Kontemporer

Dosen Pengampu: Chusnul Mariyah

Nama (NPM) : Aulia Fachri Aldrian Rasyid (1706051962)

Untuk waktu yang lama, budaya ketimuran telah menjadi ungkapan yang begitu familiar.
Frasa ini berulang-ulang diucapkan dan kerap kali menjadi acuan ketika terjadi suatu fenomena
yang dianggap tidak sesuai dan menyimpang. Budaya ketimuran telah menjadi enigma yang tidak
pernah secara pasti terdefinisikan ataupun diperjelas aspek-aspeknya. Baru-baru ini, pihak
manajemen Ancol, Jakarta Utara memutuskan untuk "menutup" patung putri duyung dengan
kemben berwarna emas. Patung putri duyung ini telah lama menjadi suatu ornamen yang ikonik
dan diingat wisatawan yang mengunjungi Ancol. Ketika ditanya alasan dari keputusan tersebut,
Pengelola Taman Impian Jaya Ancol menjawab patung yang dibiarkan terbuka di bagian badan
tanpa penutup tidak sesuai dengan budaya ketimuran. Istilah ini kembali disebut. Lalu apa
sebenarnya budaya ketimuran itu ? Dikarenakan tidak adanya definisi yang pasti tentang budaya
ketimuran. Penulis mencoba mengulas diskursus ini menggunakan terminologi yang membahas
dunia Timur yakni Orientalisme. Istilah Orientalisme sendiri pertamakali diperkenalkan Edward
Said, seorang professor dari Harvard University. Menurut Said, Orientalisme merupakan cara
bangsa Barat melihat bangsa Timur. Said dilahirkan di Palestina. Ayahnya asli Palestina
sedangkan Ibunya lahir di Lebanon. Beberapa tahun setelahnya, Said pindah ke Amerika Serikat
untuk menempuh studi. Latar belakang Said yang berdarah Timur dan hidup serta tumbuh dewasa
di Barat membuatnya memiliki pandangan yang luas terhadap 2 bagian dunia yang saling
bertolakbelakang tersebut. Pandangan itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku fenomenal
yang berjudul Orientalism (1978). Alasan Said menulis buku tentang Orientalisme sangat menarik.
Sebagai orang berdarah Timur, Said ingin mengetahui bagaimana persepsi yang dimiliki bangsa
Barat terhadap bangsa Timur. Ternyata, orang-orang Barat menggambarkan orang-orang Timur
dalam citra yang buruk, seperti tidak berpendidikan, suka berfoya-foya suka melakukan tindak
kekerasan. Menurut Said sendiri, Orientalisme adalah sebuah konstruksi sejarah yang didasarkan
oleh asumsi dan tidak dapat divalidasi kebenarannya. Said ingin melurskan, bahwa sebenarnya
bangsa Timur itu beragam dan memiliki kompleksitas masing-masing. Sehingga tidak bisa
digeneralisir dan semerta-merta diberi cap tertentu oleh bangsa Barat. Dengan mengetahui tentang
Orientalisme, kita bisa memahami bahwa penggunaan istilah budaya ketimuran bertujuan agar
bangsa Timur terhindar dari label yang berkonotasi negatif. Penggunaan istilah ini bukan
merupakan justifikasi untuk menyalahkan sesuatu yang dianggap tidak sesuai, melainkan sebuah
upaya agar bangsa Timur tetap terhormat dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai