Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki beberapa tujuan yang

jelas. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua

adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham.

Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai

perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Martono dan Agus, 2005:3).

Setiap perusahaan yang go public menginginkan harga saham yang dijual

memiliki potensi harga tinggi dan menarik minat para investor untuk

membelinya. Menurut Hermuningsih (2009) bagi perusahaan terbuka (go

public) indikator nilai perusahaan tercermin pada harga saham yang

diperdagangkan di pasar modal. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi

nilai perusahaan.

Pengukuran nilai perusahaan salah satunya diukur dengan menggunakan

rasio Price to Book Value (Bringham dan Houston, 2006:111). Nilai perusahaan

yang diindikasikan dengan Price to Book Value (PBV) yang tinggi menjadi

keinginan para pemilik perusahaan, atau menjadi tujuan perusahaan bisnis pada

saat ini, sebab akan meningkatkan kemakmuran para pemegang atau stockholder

wealth maximization. PBV dapat menunjukkan seberapa mahal harga saham

tersebut dibandingkan dengan nilai bukunya, makin tinggi nilainya maka

menunjukkan harga saham semakin mahal. Menurut Wulandari (2009) Price to

1
2

Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku

saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan

prospek perusahaan tersebut. Ahmed dan Nanda (2004) juga menunjukkan

bahwa hampir semua keputusan investasi di pasar modal didasarkan pada

perkembangan PBV (Price to Book Value).

Upaya dalam meningkatkan nilai perusahaan dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan yaitu dengan cara mengaplikasikan faktor-faktor yang

dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor

eksternal maupun faktor internal perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro (2007)

menjelaskan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan

yang baik, terutama dalam memberikan dividen kepada para pemegang saham.

Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek

perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga

akan dinilai semakin baik di mata investor. Profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total

aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122).

Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan

informasi tentang penilaian saham. Menurut Hartono (2000;79) terdapat tiga

jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value),

nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku

merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan

pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai

sebenarnya dari saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai
3

tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi

saham karena dapat membantu investor untuk mengetahui saham mana yang

bertumbuh dan murah. Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik

saham adalah price book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku

merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar

saham (Jones, 200;274).

Menurut Herdiningsih (2000), PBV merupakan indikator lain yang

digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar rasio PBV maka

semakin tinggi suatu perusahaan dinilai oleh para investor dibandingkan dengan

dana yang telah ditanamkan oleh perusahaan. PBV digunakan untuk mengukur

kinerja harga saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan

baik, umumnya rasio PBV nya mencapai di atas satu. Hal tersebut menunjukkan

bahwa nilai pasar saham lebih besar dari pada nilai bukunya.

Ahmed dan Nanda (2004), PBV memiliki peran penting sebagai suatu

pertimbangan bagi investor untuk memilih saham yang akan dibeli dan PBV juga

dapat dijadikan indikator harga atau nilai saham. Sedangkan menurut Reilly dan

Brown (2000) menyatakan bahwa rasio PBV dapat digunakan untuk semua jenis

perusahaan sebab nilai buku dapat menjadi ukuran yang rasional untuk menilai

perusahaan. Tandellin (2001) mengatakan hubungan antara harga pasar dan nilai

buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk

menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham

haruslah mencerminkan nilai bukunya. Pengertian tentang PBV juga disampaikan

oleh Budi Leksmana dan Gunawan (2003), PBV merupakan rasio yang
4

menunjukkan berapa kali harga pasar dari suatu saham jika dibandingkan

dengan nilai bukunya.

Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan

perusahaan dalam menentukan struktur modal (bauran antara hutang dan

ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Pendekatan

Tradisional diwakili oleh trade-off theory dan pecking order theory

berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai

perusahaan atau biaya modal perusahaan dapat diubah dengan cara mengubah

struktur modal (Husnan, 2005 :294). Menurut Irawati (2006), pendekatan

tradisional mengasumsikan sampai pada tingkat leverage tertentu risiko

perusahaan tidak mengalami perubahan, tetapi jika hutangnya terus ditambah

maka risikonya akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan

hutang. Sedangkan dalam teori Modigliani and Miller (MM) tanpa pajak

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh struktur modal terhadap nilai

perusahaan. Selain itu dalam teori MM dengan pajak disimpulkan bahwa

financial leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Bringham dan

Houston, 2006:30). Struktur modal perusahaan dapat diukur dengan

menggunakan Debt to Equity Ratio, yaitu total hutang dibagi dengan total ekuitas

(Sutrisno, 2012:217).

Struktur modal (capital structure) suatu perusahaan merupakan

gabungan antara modal sendiri (equity) dan hutang perusahaan (debt). Modal

sendiri (equity) berasal dari common stock, paid in capital, retained earning,

dan dikurangi treasury stock (internal equity). Modal sendiri juga dapat
5

berupa external equity, yaitu apabila perusahaan menjual sebagian saham

kepada investor. Hutang perusahaan (debt) berasal dari hutang kepada kreditur

maupun penerbitan obligasi perusahaan. Bermacam ragam sumber modal

perusahaan menuntut manajer keuangan agar dapat memenuhi komposisi

sumber modal yang tepat bagi perusahaan. Masing-masing keputusan

sumber modal tersebut mempunyai konsekuensi dan karakteristik keuangan

yang berbeda terhadap perusahaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam

menentukan struktur modal perusahaan. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas

penjualan, struktur aset, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas,

pajak, pengendalian, sikap manajemen, ukuran perusahaan, dan fleksibilitas

keuangan (Brigham dan Houston, 2008: 39-41).

Wetson dan Brigham (2009:174-177) berpendapat beberapa faktor yang

umumnya dipertimbangkan dalam mengambil keputusan mengenai struktur

modal pada perusahaan yaitu stabilitas penjualan, struktur aset, leverage operasi,

tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap

pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi

internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Keputusan pendanaan

keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam

melakukan aktivitas operasinya selain juga akan berpengaruh terhadap risiko

perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan porsi hutangnya

(leverage), maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan


6

risiko keuangan dan konsekuensinya. Sebaliknya perusahaan harus

memperhatikan masalah pajak.

Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya

dengan modal sendiri, tetapi juga disertai penggunaan hutang karena

pertimbangan atas manfaat pengurangan pajak yang ditimbulkannya. Pecking

Order Theory (Myers 1984 dalam Azib 2005) menyatakan bahwa perusahaan

lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada

eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih didahulukan

dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Hal ini

disebabkan pendanaan internal tidak menimbulkan biaya modal.

Analisis rasio keuangan adalah membandingkan angka-angka yang ada

dalam laporan keuangan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan

serta menilai kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu.

Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa laporan

keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah cara analisa dengan

menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang

ditujukkan dalam neraca maupun laba rugi. Pada dasarnya perhitungan rasio-

rasio keungan adalah untuk menilai kinerja keuangan perusahaan di masa lalu,

saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

Menurut Irawati (2005 : 22) rasio keuangan merupakan teknik analisis

dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi

keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu , ataupun hasil-hasil usaha

dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan
7

dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar

neraca maupun laba rugi.

Menurut Rahardjo (2007 : 104) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan

menjadi lima kelompok, yaitu :

1. Rasio Likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Rasio Solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

3. Rasio Aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektifitas

penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.

4. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas (profitability ratios), yang menunjukkan

tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau

aktiva.

5. Rasio Investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam

surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi.

Kasmir (2013:110) menyatakan Rasio likuiditas adalah untuk

menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan

maupun didalam perusahaan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah Current Ratio (CR). Current

Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan

merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan


8

suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio

menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancer, semakin tinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio

yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam

likuiditas, sebaliknya Current Ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena

menunjukkan banyaknya dana menganggur yang padaakhirnya dapat mengurangi

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Sawir, 2012:10). Kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang pada saat jatuh tempo membuat daya tarik

atau minat investor atas saham tersebut meningkat sehingga permintaan atas

saham perusahaan tersebut juga meningkat. Hal ini menyebabkan harga saham

dari perusahaan ikut meningkat.

Semakin tinggi likuiditas menunjukkan semakin besar aktiva lancar

yang dimiliki perusahaan dibandingkan kewajiban lancarnya. Sesuai dengan

konsep pecking order theory, perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi,

berarti perusahaan memiliki kelebihan aset lancar yang cukup untuk

membiayai operasional perusahaan tanpa harus meminjam dana dari pihak

luar, sehingga akan menurunkan porsi utang dalam susunan struktur modal

perusahaan.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

mendapatkan laba dalam suatu periode tertentu (Hermuningsih, 2013). Faktor

profitabilitas ini sangat penting untuk menujukkan prospek dari suatu

perusahaan, apakah perusahaan tersebut akan bertahan sampai masa yang akan
9

datang atau tidak. Rasio profitabilitas terdiri dari basic earning power, return on

asset, return on equity dan profit margin. Pada penelitian ini rasio

profitabilitas yang digunakan adalah rasio Return On Asset (ROA). Menurut

Harjito dan Martono (2005) ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aset yang digunakan atau diinvestasikan dalam satu

periode akuntansi (Fakhruddin dan Hadianto, 2001).ROA dapat mengukur

efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan

aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut, sehingga dapat menjadi

indikator keberhasilan perusahaan di pandangan investor (Ayuningtyas dan

Kurnia, 2013).

Beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis hubungan

profitabilitas dengan nilai perusahaan adalah Hestinoviana (2013) yang

menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Ayunintyas dan Kurnia (2013) didapatkan

kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Selain dari profitabilitasnya kinerja perusahaan dapat dilihat dari

pertumbuhan perusahaan.

Menurut Dewi dan Wirajaya (2013) ukuran perusahaan adalah

peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi

pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Sedangkan pada

perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar kecil, nilai buku yang kecil

dan laba yang rendah. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang

berbeda terhadap nilai suatu perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset
10

yang besar, pihak manajemen akan lebih leluasa dalam mempergunakan asset

yang ada dalam perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan besar juga

mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan juga mudah untuk

memperoleh dana.

Besar ukuran perusahaan merupakan sinyal berupa kepercayaan investor

kepada perusahaan untuk menanamkan modalnya di perusahaan

dengan mengharapkan return yang tinggi dari investasinya, hal ini akan

berakibat pada bertambahnya nilai perusahaan. Hubungan antara ukuran

perusahaan dan nilai perusahaan berdasarkan penelitian dari Handa Sari

(2013) adalah berpengaruh positif dan signifikan. Penelitian lain yang telah

dilakukan menurut Dewi dan Wirajaya (2013) menunjukan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Taswan (2013)

juga melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara ukuran perusahaan

dan nilai perusahaan yang hasilnya adalah ukuran perusahaan berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan masih adanya

inkonsistensi hubungan antara ukuran perusahaan dan nilai perusahaan.

Pasar modal di Indonesia saat ini menunjukkan perkembangan bagi

perekonomian Indonesia. Perkembangan pesat ini terjadi karena semakin

meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi dipasar modal,

berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang pasar modal, dan semakin

banyaknya jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Pasar modal secara

umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya

adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
11

serta keseluruhan surat berharga yang beredar (Sunariyah, 2011:4). Pasar modal

bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun

institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti

obligasi, saham, dan sekuritas lainnya.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) selain memiliki Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) juga memiliki indeks yang bernama LQ45. Indeks LQ45

adalah indeks yang berisi 45 saham terpilih yang memiliki likuiditas tinggi

sehingga mudah untuk diperdagangkan. Nama LQ sendiri memiliki arti LiQuid

dan angka 45 memiliki arti 45 saham yang berada di dalamnya, adapula nomor

45 dipilih karena merupakan simbol tahun kemerdekaan bangsa Indonesia tahun

1945. Indeks LQ45 terbitkan pada bulan Februari 1997. Tujuan indeks LQ 45

adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang

obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan

pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-

saham yang aktif diperdagangkan.

Salah satu indeks yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia

adalah indeks LQ45.indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di Bursa Efek Indonesia

dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi

menurut beberapa kriteria pemilihan (Tandelilin, 2010:87). Adanya indeks LQ45

juga menyediakan sarana objektif dan terpercaya bagi para analisis keuangan,

manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor

saham yang aktif diperdagangkan (Sembiring, 2012).

Perusahaan-perusahaan yang terpilih masuk dalam indeks LQ-45


12

merupakan perusahaan-perusahaan yang paling likuid dari berbagai sektor saham

dan bisa menggambarkan pergerakan Bursa Efek Indonesia karena berkorelasi

99,99% terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika indeks LQ-45

naik, maka IHSG menguat dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan saham-saham

dalam indeks LQ-45 rata-rata merupakan saham yang memiliki nilai kapitalisasi

pasar yang besar, sehingga berpengaruh langsung terhadap IHSG.

Berikut adalah tabel dan grafik nilai rata-rata Nilai Perusahaan (PBV),

Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (SIZE), Struktur Modal

(DAR) dan harga indeks LQ-45 dari perusahaan-perusahaan yang selalu masuk

dalam daftar indeks LQ-45 selama periode tahun 2012-2016.

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata PBV, CR, ROA, SIZE, DAR, LQ 45, IHSG
Periode Tahun 2012 – 2016

NILAI RATA-RATA
TAHUN
PBV CR (00) ROA SIZE DAR LQ45 (00) IHSG
2012 5,03 2,48 14,68 16,87 4,08 7,35 4,32
2013 5,33 2,08 13,91 17,02 4,52 7,11 4,27
2014 5,13 2,01 12,08 17,13 4,29 8,99 5,23
2015 4,69 2,17 9,21 17,22 4,36 7,92 4,59
2016 4,80 2,11 9,08 17,27 4,20 8,85 5,30
Sumber : Pengolahan data, 2017
13

Grafik 1.1 Nilai Rata-Rata PBV, CR, ROA, SIZE, DAR, LQ 45, IHSG
Periode Tahun 2012-2016
20,00
18,00
16,00
ROA
14,00
SIZE
12,00
DAR
10,00
LQ45 (00)
8,00
PBV
6,00
CR (00)
4,00
IHSG
2,00
0,00
2012 2013 2014 2015 2016

Dari table dan grafik PBV, CR, ROA, SIZE, DAR LQ 45 dan IHSG di atas

dapat dilihat bahwa pada saat indeks LQ 45 naik maupun turun, maka tidak

semua variabel mengikuti pergerakan indeks LQ 45. Misalnya pada tahun 2013

dimana indeks LQ 45 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tetapi PBV

dan DAR perusahaan justru mengalami kenaikan. ROA sepanjang tahun 2012-

2016 mengalami penurunan terus menerus, sedangkan SIZE mengalami

kenaikan terus menerus pada periode 5 tahun diatas. Sedangkan CR berlawanan

arah pergerakannya terhadap LQ 45 kecuali tahun 2012 ke 2013.

Dari berbagai fenomena yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Rasio Keuangan, Ukuran

Perusahaan, Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan

Non Perbankan Kategori LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia Periode 2012-

2016”.
14

1.2. Identifikasi, Perumusan, Batasan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, identifikasi

masalah yang dinyatakan dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai Perusahaan yang tergambar dalam saham-saham non

perbankan pada kategori LQ-45 di Indonesia berfluktuasi naik

dan turun selama jangka waktu lima tahun terakhir. Padahal nilai

perusahaan merupakan salah satu pertimbangan investor dalam

melakukan investasi. Perusahaan dengan Nilai Perusahaan

yang rendah akan dinilai negatif oleh investor dan

menyebabkan investor tidak mau melakukan investasi. Nilai

Perusahaan yang tinggi akan menarik minat investor untuk

berinvestasi karena dimata investor perusahaan tersebut mampu

mengelolah sumber daya dengan baik dan akan mampu

memberikan keuntungan yang besar bagi investor.

2. Adanya fenomena nilai suatu perusahaan dipengaruhi oleh rasio

keuangan dan ukuran perusahaan dimana struktur modal

perusahaan sebagai variabel intervening yang memperbesar

pengaruh tersebut.

3. Adanya gap penelitian terdahulu atas faktor yang mempengaruhi

nilai perusahaan dimana rasio perusahaan, ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan dan tidak signifikan. Tentang pengaruh


15

rasio keuangan, ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dan

struktur modal masih memperoleh kesimpulan yang bervariasi.

4. Pada penelitian sebelumnya, para peneliti melakukan penelitian

dengan sampling data pada sektor-sektor tertentu. Pada penelitian

ini, penulis mencoba meneliti perusahaan-perusahaan non

perbankan yang selalu masuk dalam LQ-45 dimana didalamnya

terdiri dari perusahaan-perusahaan dari semua sektor yang ada

pada Bursa Efek Indonesia dimana perusahaan tersebut dianggap

mewakili sektornya masing-masing dan merupakan gambaran

Bursa Efek Indonesia.

1.2.2. Batasan Masalah

1. Penelitian ini menggunakan data 20 perusahaan non perbankan

yang secara konsisten masuk dalam LQ-45 yang listing di BEI

selama periode tahun 2012 - 2016.

2. Penelitian ini meneliti variabel rasio keuangan yaitu likuiditas

dan profitabilitas, serta ukuran perusahaan sebagai faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai

variabel intervening. Penelitian ini tidak memasukkan faktor lain

diluar variabel yang diteliti.

3. Dalam penelitian ini variabel bebas tingkat rasio likuiditas

diukur dengan Current Ratio (CR) yakni dengan jalan

membandingkan antara current asset dengan current liabilities

4. Profitabilitas dalam suatu perusahaan diukur dengan


16

menggunakan tolak ukur Return On Asset (ROA). Return on

asset yang dimaksud untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva

yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan

mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.

5. Ukuran Perusahaan (Size) diukur dengan melihat Logarithm

Naturan (Ln) dari Total Aset.

6. Untuk variabel terikat struktur modal diukur dengan rasio Debt to

Total Assets Ratio (DAR) yakni dihitung dengan cara

membandingkan total hutang dengan total aset, yang

mencerminkan besarnya pendanaan melalui hutang baik

hutang lancar maupun hutang jangka penjang terhadap aset

secara keseluruhan.

7. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan rasio Price to Book

Value (PBV) yang dihitung dengan membagi price per share

dengan book value per share.

1.2.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap struktur modal

perusahaan?

2. Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap struktur

modal perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal

perusahaan?
17

4. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan?

5. Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap nilai

perusahaan?

6. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan?

7. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan?

8. Bagaimana pengaruh likuiditas, profitabilitas dan ukuran

perusahaan secara simultan terhadap struktur modal perusahaan?

9. Bagaimana pengaruh likuiditas, profitabilitas dan ukuran

perusahaan secara simultan terhadap nilai perusahaan?

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan serta menguji hasil

penelitian sebelumnya untuk melihat kesesuaian hasil penelitian

terdahulu dengan kondisi saat ini.

1.3.2.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.

2. Mengkaji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal.

3. Mengkaji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal.

4. Mengkaji pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan.


18

5. Mengkaji pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

6. Mengkaji pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

7. Mengkaji pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.

8. Mengkaji pengaruh simultan likuiditas, profitabilitas dan ukuran

perusahaan terhadap struktur modal.

9. Mengkaji pengaruh simultan likuiditas, profitabilitas dan ukuran

perusahaan terhadap nilai perusahaan.

1.4. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

1.4.1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjelaskan likuiditas,

profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur modal dalam

mempengaruhi nilai perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih

memperhatikan faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan.

1.4.2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi

perusahaan dalam melihat pengaruh likuiditas, profitabilitas,

ukuran perusahaan dan struktur modal terhadap nilai

perusahaan agar dapat digunakan sebagai salah satu bahan

pertimbangan dan evaluasi dalam mengelola perusahaan


19

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah

satu pertimbangan investor dalam melakukan pengambilan

keputusan investasi terutama dalam melakukan investasi

pada saham-saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-

penelitian serupa dalam melakukan penyusunan penelitian

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai