Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DINA MAULIDYA SIREGAR

NIM : 1502101010206
KELAS :5

SCHISTOSOMA MANSONI

DEFINISI

Schistosomiasis (bilharziasis) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing pipih (cacing
pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-dingin, dan nyeri otot dan kadangkala
menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih dan pendarahan.

Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di daerah tropis dan subtropis
di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Lima jenis schistosoma yang paling menyebabkan kasus
pada schistosomiasis pada manusia.

Schistosoma hematobium menginfeksi saluran kemih (termasuk kantung kemih)


Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, dan Schistosoma
intercalatum menginfeksi usus dan hati. Schistosoma mansoni menyebar luas di Afrika dan
satu-satunya schistosome di daerah barat.

TOKSONOMI
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Strigeiformes
Famili : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma mansoni

PENYEBAB
Schistosomiasis diperoleh dari berenang, menyeberangi, atau mandi di air bersih yang
terkontaminasi dengan parasit yang bebas berenang. Schistosomes berkembang biak di dalam
keong jenis khusus yang menetap di air, dimana mereka dilepaskan untuk berenang bebas di
dalam air. Jika mereka mengenai kulit seseorang, mereka masuk ke dalam dan bergerak melalui
aliran darah menuju paru-paru, dimana mereka menjadi dewasa menjadi cacing pita dewasa.
Cacing pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju tempat terakhir di dalam
pembuluh darah kecil di kandung kemih atau usus, dimana mereka tinggal untuk beberapa
tahun. Cacing pita dewasa tersebut meletakkan telur-telur dalam jumlah besar pada dinding
kandung kemih atau usus. Telur-telur tersebut menyebabkan jaringan setempat rusak dan
meradang, yang menyebabkan borok, pendarahan, dan pembentukan jaringan luka parut.
Beberapa telur masuk ke dalam kotoran(tinja)atau kemih. Jika kemih atau kotoran pada orang
yang terinfeksi memasuki air bersih, telur-telur tersebut menetas, dan parasit memasuki keong
untuk mulai siklusnya kembali.

Schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum biasanya menetap di dalam pembuluh


darah kecil pada usus. Beberapa telur mengalir dari sana melalui aliran darah menuju ke hati.
Akibatnya peradangan hati bisa menyebabkan luka parut dan meningkatkan tekanan di dalam
pembuluh darah yang membawa darah antara saluran usus dan hati (pembuluh darah portal).
Tekanan darah tinggi di dalam pembuluh darah portal (hipertensi portal) bisa menyebabkan
pembesaran pada limpa dan pendarahaan dari pembuluh darah di dalam kerongkongan.

Telur-telur pada schistosoma hematobium biasanya menetap di dalam kantung kemih,


kadangkala menyebabkan borok, ada darah dalam urin, dan luka parut. Infeksi schistosoma
hematobium kronis meningkatkan resiko kanker kantung kemih.

Semua jenis schistosomiasis bisa mempengaruhi organ-organ lain (seperti paru-paru,


tulang belakang, dan otak). Telur-telur yang mencapai paru-paru bisa mengakibatkan
peradangan dan peningkatan tekanan darah di dalam arteri pada paru-paru (hipertensi
pulmonari).

SIKLUS HIDUP

Cacing dewasa hidup di vena mesenterica superior dan plexus haemorrhoidalis → telur
menembus jaringan submukosa intestinum → masuk ke dalam lumen usus dan keluar dari
tubuh bersama tinja → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk ke hospes
perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara → menjadi
cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung, paru-paru,
kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena mesenterica.
Cacing dewasa dapat berumur sampai 26 tahun dan dapat menghasilkan telur sampai 300 butir
tiap cacing perhari.
EPIDEMIOLOGI
Schistosomiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar dengan
prevalensi pada laki-laki umumnya lebih tinggi daripada wanita. Sebagai sumber infeksi, selain
manusia ditemukan pula hewan-hewan lain sebagai reservoir. Salah satu hewan yang penting
adalah berbagai spesies tikus sawah (Rattus). Selain itu rusa hutan, babi hutan, sapi dan anjing
dilaporkan juga mengandung cacing ini (Hadidjaja, 2000).

Cacing Schistosoma membutuhkan dua hospes yaitu hospes definitif dan hospes
perantara untuk tahap perkembangbiakannya secara sexual dan asexual dengan sempurna.
Hospes definitif yaitu manusia dan berbagai binatang mamalia yang berperan sebagai reservoir
sedangkan hospes perantaranya yaitu sejenis siput amfibi. Di Indonesia, siput Oncomelania
ditemukan pada tahun 1971 oleh Carney. Siput tersebut dinamakan oleh Davis dan Carney
tahun 1973 sebagai Oncomelania hupensis lindoensis
.
Di Dataran Lindu, O.h. lindoensis ditemukan di sekitar sistem pengairan Sungai
Gumbasa sedangkan di Dataran Tinggi Napu, Oncomelania ditemukan di sekitar sistem
pengairan Sungai Lariang (Sudomo & Carney, 1974). Habitat siput ini hidup di daerah seperti
bekas sawah, saluran air dan daerah yang alami seperti tempat becek yang terlindung, di tepi
danau, di tepi hutan dan di dalam hutan di bawah pohon. Sebagian besar populasi Oncomelania
ditemukan di daerah persawahan yang tidak diolah dengan karakteristik tanah yang berlumpur.
Adanya rumput liar yang tinggi digunakan Oncomelania untuk perlindungan. Pada daerah yang
alami, Oncomelania ditemukan di hutan. Pada umumnya Oncomelania ditemukan berkelompok
di tanah lumpur atau menempel pada substrat (Sudomo & Carney, 1974).

Saat ini, strategi pengendalian Schistosomiasis terutama didasarkan pada pengobatan


penderita yang terinfeksi. Namun, terapi obat tidak mencegah individu dari reinfeksi. Selain
itu, telah dilaporkan terjadinya perkembangan resistensi parasit terhadap obat yang digunakan
dalam kemoterapi massal (Wang, X.et al. 2008).

Konsep pencegahan efektif yang ditawarkan untuk menghindari schistosomiasis adalah


dengan menghindari kontak pada tempat yang beresiko terdapat schistosomes, seperti di air
alam di daerah yang diketahui mengandung schistosomes. Sedangkan pemberantasan
schistosomiasis antara lain dilakukan dengan pengobatan penderita menggunakan Niridazole
dan pemberantasan siput penular (O. hupensis lindoensis) dengan molusisida dan
agroengineering.

Masalah schistosomiasis cukup kompleks. Selain dengan melakukan pengobatan


massal juga harus diikuti dengan pemberantasan hospes. Selain itu schistosomiasis di Indonesia
merupakan penyakit zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada penderita manusia
saja tetapi semua hewan mamalia yang terinfeksi.

GEJALA

Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang gatal bisa terjadi (gatal
perenang). Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa mulai meletakkan
telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah, rasa tidak nyaman yang samar (malaise), mual,
dan nyeri perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa membesar untuk sementara waktu,
kemudian kembali normal. kelompok gejala-gejala terakhir ini disebut demam katayama.

Gejala-gejala lain bergantung pada organ-organ yang terkena ::


 Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis : perut tidak nyaman, nyeri, dan
pendarahan (terlihat pada kotoran), yang bisa mengakibatkan anemia.
 Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah adalah tinggi : pembesaran hati dan
limpa atau muntah darah dalam jumlah banyak.
 Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat nyeri, sering berkemih, kemih
berdarah, dan meningkatnya resiko kanker kandung kemih.
 Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan dan akhirnya luka parut yang
bisa menyumbat saluran kencing.
 Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis (jarang terjadi) : Kejang atau
kelemahan otot.

DIAGNOSA

Wisatawan dan imigran dari daerah-daerah dimana schistosomiasis adalah sering terjadi
harus ditanyakan apakah mereka telah berenang atau menyeberangi air alam. Dokter bisa
memastikan diagnosa dengan meneliti contoh kotoran atau urin untuk telur-telur. Biasanya,
beberapa contoh diperlukan, tes darah bisa dilakukan untuk memastikan apakah seseorang telah
terinfeksi dengan schistosoma mansoni atau spesies lain, tetapi tes tersebut tidak dapat
mengindikasikan seberapa berat infeksi atau seberapa lama orang tersebut telah memilikinya.
Kadangkala, seorang dokter mengambil contoh pada usus atau jaringan kantung kemih untuk
diteliti di bawah mikroskop pada telur-telur. Ultrasonografi bisa digunakan untuk mengukur
seberapa berat schistosomiasis pada saluran kemih atau hati.

PENGOBATAN
Prazikuantel sampai 2-3 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Anorital, Annida. Hospes perantara dan hospes reservoir Fasciolopsis buski di Indonesia.
Vektora. 2011;3(2):112-21.
Craig, C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology. Michigan : Lea & Febiger

Anda mungkin juga menyukai