Indonesia dinilai punya segudang potensi untuk mewujudkan mimpi menjadi basis
produk-produk halal dunia. Memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia
mencapai 209,1 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar besar dalam memastikan
penyerapak produk halal, yang seharusnya membawa masuknya investasi ke Tanah
Air.
Salah satu kelemahan Indonesia diyakini lantaran tidak adanya basis atau pusat
produksi halal. Sementara negara-negara tadi, meski penduduk muslimnya kecil
sudah membangun kawasan industri yang menjadi pusat produksi halal. Meski
begitu, kita belum terlambat untuk mengejar ketertinggalan.
Halal Logistik
Logistik dapat didefinisikan sebagai sebagai proses perencanaan, implementasi, dan
pengendalian terkait proses penyimpanan barang dan jasa supaya dapat memenuhi
kebutuhan dari pelanggan. Tujuan utama dari logistik adalah untuk memastikan
bahwa konsumen dapat menikmati, menggunakan, atau mengkonsumsi produk
pada waktu dan jumlah yang tepat, sesuai kebutuhan, serta dalam kondisi yang baik
(Talib & Hamid, 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik meliputi
berbagai aktivitas, antara lain: transportasi, penyimpanan dan pergudangan,
manajemen persediaan, pelayanan kepada konsumen, dan sebagainya. Semua
produk halal harus mengikuti hukum syariah, tidak terkecuali proses logistiknya.
Oleh karena itu, perlu adanya proses logistik yang menerapkan prinsipprinsip
syariah dalam pelaksanaannya. Prinsip utama dari halal logistic adalah memastikan
pemisahan antara produk halal dan non halal. Dari seluruh supply chain, pihak
penyedia jasa layanan logistik berperan penting untuk memastikan bahwa bahan
mentah, bahan baku, pengemasan, penyimpanan dan trasnportasi produk halal
telah dilakukan dengan benar sehingga tidak terkontaminasi produk non halal (Soon
et al, 2017). Menurut Tieman (2013) ada tiga dasar dalam halal logistic, yaitu: kontak
langsung dengan produk haram, risiko kontaminasi, dan persepsi konsumen Muslim.
Ketiga hal tersebut penting untuk menjamin integritas kehalalan produk yang
dihasilkan.
Salah satu poin dalam regulasi tersebut adalah sertifikasi halal akan diurus
oleh pengelola kawasan yang telah bekerja sama juga dengan MUI. Seluruh produk
yang keluar dari kawasan tersebut sudah ditanggung pengelola kawasan dengan
membayar sesuai dengan penyesuaian terhadap peraturan Undang-Undang
Jaminan Produk Halal (JPH).
Produk halal bukan hanya identik bagi masyarakat muslim saja, namun sudah
dikonotasikan dengan treatment yang lebih baik, mulai dari pemilihan bahan baku,
proses produksi, packaging, dan logistiknya. Untuk langkah awal sebaiknya dibuat
zona terlebih dahulu baru kemudian dibuat kawasan yang lebih besar. Jangan
langsung dibuat besar, karena nanti tidak siap. Pengembangan zona kawasan
industri tersebut juga akan mempertimbangkan produk-produk yang memiliki
orientasi ekspor, terutama ke negara-negara Timur Tengah.
Mengapa ada halal food center? Di era saat ini ada banyak yang menawarkan
tempat makan enak dan bagus, tapi belum tentu halal atau nyaman. Dalam hal ini
halal food center mencoba membuat sebuah penawaran sekaligus rujukan tempat
makan yang insyaallah aman, nyaman, juga terpercaya.
Meski belum begitu sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki disana sini,
kedepannya halal food center ingin memberikan yang terbaik, pelayanan yang
ramah, tempat yang nyaman, juga fasilitas lengkap. Mulai dari tempat bakery yang
luas, cafe yang kelak akan dipermak menjadi tempat singgah sekaligus nongkrong
yang asyik untuk kawula muda, ampai dengan mushola yang tak begitu luas namun
cukup untuk beribadah bagi umat islam.
Rencananya akan disiapkan satu lahan dalam kawasan industri halal itu untuk
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dari Kementrian Agama
(Kemenag) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dilengkapi dengan laboratorium
dan peralatan yang dibutuhkan. Dengan keberadaan lembaga itu di sana akan
menjamin produk dan kegiatan produksinya benar-benar sesuai dengan ketentuan.
Pengawasannya langsung dilakukan dari hari ke hari.
Karena itu, Dinas Perindag Provinsi Banten tengah mengajukan rencana industri
dan perdagangan untuk dijadikan peraturan daerah (Perda). Sertifikasi kehalalan
meliputi, produksi di kawasan itu tidak mengandung DNA Babi dan bahan-bahan
yang berasal dari babi, tidak mengandung bahan haram seperti darah, semua bahan
dari hewan yang disembelih secara syariat Islam, semua tempat penyimpanan,
penjualan, pengolahan dan transportasi tidak boleh menggunakan yang pernah
dipakai untuk daging babi. Jika pernah digunakan untuk daging babi, maka
semuanya harus dibersih sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
1. Peluang bisnis industri halal belum didasari banyak pihak terutama soal
regulasinya.
2. Pengembangan industri halal masih terkendali oleh terbatasnya supply bahan
baku yang memenuhi kriteria halal.
3. Pemahaman yang masih terbatas pada sejumlah produsen serta infrastruktur
yang belum mendukung.
4. Perbedaan standarisasi dan sertifikasi produk halal.
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini
membuat Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia bagi produk- produk halal.
Namun Indonesia baru sebatas pasar dan belum menjadi pelaku. Padahal,
Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk memproduksi produk-produk halal yang
dapat dikonsumsi di dalam negeri maupun diekspor. Industri halal global malah
dirajai oleh sejumlah negara yang bukan negara dengan persentase penduduk
muslim yang besar. Industri makanan halal global dirajai oleh Thailand yang hanya
memiliki persentase penduduk muslim sebesar 5 persen.
Sementara itu, Australia telah memproduksi dan mengekspor daging sapi halal.
Korea Selatan yang terkenal dengan industri kecantikannya juga merajai industri
kosmetik halal dunia. Adapun industri tekstil halal didominasi oleh China. Industri
semacam tersebut adalah hasil dari dikembangkannya rantai pasok halal atau halal
supply chain. Maksudnya adalah, produksi barang atau jasa dari hulu hingga hilir
memiliki standar dan sertifikasi halal.
Dalam kasus Indonesia, sektor yang paling memiliki keunggulan daya saing adalah
makanan halal. Oleh sebab itu, pengembangan rantai pasok halal perlu dipercepat.
Rantai pasok halal ini pun harus terintegrasi, baik dari sisi usaha besar, menengah,
maupun kecil.