Anda di halaman 1dari 7

METODE PENELITIAN HUKUM

Disusun Oleh:

Yoserizal Rahmad Fadillah B1A016185


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia oleh bangsa ini sudah
mulai dilaksanakan sejak Indonesia merdeka. Pembaharuan hukum pidana
yang diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum
pidana materiil dan hukum pidana formil saja, namun juga pelaksanaan
hukum pidana. Berkaitan dengan usaha pembaharuan hukum pidana itu
bangsa Indonesia telah membuktikan pada dunia mampu memperbaharui
beberapa hukum yang berhasil diperbaharui, diantaranya hukum pidana
formil yaitu dengan telah diundangkannya Undang–Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang–Undang Hukum Acara Pidana.
KUHAP yang telah diundangkan dan berlaku sejak akhir 1981 adalah
hukum acara pidana yang bersifat nasional sebagai pengganti HIR (Het
Herzine Inlandsch Reglemen) yang merupakan produk hukum warisan jaman
Hindia Belanda. Dengan diundangkannya Kitab Undang–Undang Hukum
Acara Pidana tersebut, maka secara tegas telah dinyatakan bahwa segala
ketentuan – ketentuan acara pidana sebelum Undang–Undang (KUHAP) ini
berlaku, yaitu HIR (Het Herzine Inlandsch Reglemen) dan segala ketentuan
yang berkaitan dengan hal ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Di lihat dari pertimbangan tersebut, Undang–Undang Nomor 8 Tahun
1981 mengharapkan agar masyarakat menghayati hak dan kewajiban sebagai
warga negara, dalam hal ini adalah sebagai warga negara dari suatu negara
hukum. Di samping itu juga diharapkan peningkatan sikap aparat penegak
hukum demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum.
Menurut Oemar Seno Adji, "KUHAP sebagai hukum nasional dengan
mengadakan aksentuasi terhadap hak–hak asasi manusia dari mereka yang
terlibat dalam suatu proses pidana mempunyai karakteristik bahwa KUHAP
mengandung reform dan inovasi Lembaga pengawasan dan pengamatan
pelaksanaan putusan pengadilan dimana hakim diberi wewenang oleh Undang–
Undang untuk menjalankan tugas tersebut adalah merupakan suatu hal yang
baru dalam kehidupan perundang–undangan kita. Jika pada masa HIR (Het
Herzine Inlandsch Reglemen) pengawasan dilakukan secara vertikal yaitu
ditangan kejaksaan, sekarang tugas pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
dilakukan secara horisontal yaitu diserahkan kepada hakim.
Implementasi dari asas dalam Undang–Undang tentang Ketentuan–
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dituangkan dalam KUHAP (Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana), khususnya pada Bab XX (Pasal 277–
283) mengenai “Pengawasan dan Pengamatan Putusan Pengadilan“. Pasal
277 KUHAP memintakan suatu hakim khusus yang dinamakan hakim
pengawas dan pengamat yang ditunjuk untuk dua tahun membantu ketua
pengadilan negeri dalam melaksanakan pengawasan dan pengamatan
terhadap pelaksanaan putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana
perampasan kemerdekaan.
Pengawasan dan pengamatan yang dilakukan oleh hakim pengawas
dan pengamat terhadap pelaksanaan putusan pengadilan yang menjatuhkan
pidana perampasan kemerdekaan dimaksudkan agar terdapat suatu kepastian
hukum dan untuk menjamin serta melindungi hak asasi manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat sejauh mana
pelaksanaan pengawas dan pengamatan oleh hakim pengawas dan pengamat
dalam mengadakan pembinaan kepada Narapidana yang telah dijatuhi
pembinaan penjara di lembaga pemasyarakatan.
Bertitik tolak dari uraian latar belakang penelitian di atas, telah
mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang kemudian disusun dalam
suatu bentuk penulisan penelitian yang berjudul: “EFEKTIVITAS HAKIM
PENGAWAS DAN PENGAMAT DALAM PEMBINAAN
NARAPIDANA.”

B. Perumusan Masalah
1. Sejauhmana efektivitas hakim pengawas dan pengamat dalam pembinaan
narapidana?
2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi oleh hakim pengawas dan
pengamat dalam usaha pembinaan narapidana serta bagaimana cara
mengatasinya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan obyektif
- Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas hakim pengawas dan
pengamat dalam pembinaan narapidana.
- Untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam usaha pembinaan
serta cara mengatasinya, berkaitan dengan efektivitas hakim
pengawas dan pengamat dalam pembinaan narapidana.
b. Tujuan subyektif
- Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diangkat
dan dituangkan dalam bentuk penulisan hukum.
- Untuk memperoleh serta mengembangkan permohonan aspek
hukum dalam teori maupun praktek di lapangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman akademisi dan kajian
tentang efektivitas hakim pengawas dan pengamat terhadap narapidana.
b. Manfaat praktis
Dari penelitian ini diharapkan adanya pengembangan aturan baru dalam
upaya menanggulangi pelanggaran di dalam lapas walaupun sudah ada
hakim pengawas dan pengamat.

D. Kerangka pemikiran
Efektifitas hakim pengawas dan pengamat sangat berkaitan erat
dengan lembaga pemasyarakatan yang menjalankan fungsi pembinaan
terhadap narapidana. tugas pengawasan, hakim pengawas dan pengamat juga
bertugas untuk melakukan pengamatan sebagai bahan penelitian demi
ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan yang akan datang. Pengamatan
ini mengenai perilaku narapidana atau pembinaan lembaga pemasyarakatan
serta pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama menjalani
pidananya. Tugas pengamatan untuk bahan penelitian demi ketetapan yang
bermanfaat bagi pemidanaan tidak ada penjelasan lebih lanjut dalam surat
keputusan menteri tersebut.

1. Hakim adalah , Secara normatif menurut Pasal 1 ayat (5) UU


Komisi Yudisial No. 22 Tahun 2004 yang dimaksud dengan
hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan peradilan
di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung serta Hakim Mahkamah Konstitusi
sebagimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. sedangkan secara etimologi
atau secara umum, Bambang Waluyo, S.H. menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan
yang dianggap memahami hukum, yang dipundaknya telah
diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar hukum dan
keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada
tertulis atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas),
dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan asas
dan sendi peradilan berdasar Tuhan
2. Pembinaan adalah , menurut Poerwadarmita 1987 suatu
usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya
guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Menurut Thoha (1989) suatu proses, hasil atau pertanyaan
menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya
perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi
atau berbagai kemungkinan atas sesuatu.
3. Pengawasan adalah , Menurut Siagian (1982 : 135)
Pengawasan adalah proses pengawasan daripada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
MenurutSemito(1984:17)
Pengawasan (cotroling) adalah usaha untuk dapat mencegah
kemungkinan – kemungkinan penyimpangan daripada
rencana – rencana, instruksi – instruksi, saran – saran dan
sebagainya yang telah ditetapkan

4. hakim pengawas dan pengamat (KIMWASMAT). Dasar hukum pelaksanaan Kimwasmat


mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP) Jo. Surat Edaran

Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim
Pengawas dan Pengamat.

5. Tujuan dilaksanakan hakim pengawas dan pengamat (Kimwasmat), antara lain:

memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan sebagaimana


mestinya.
bahan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh
dari perilaku narapidana atau pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh
timbal-balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya.
Dalam konteks Hakim sebagai pengawas bertugas untuk:

Memeriksa dan menanda-tangani register pengawas dan pengamat yang berada di


Kepaniteraan Pengadilan Negeri.
Mengadakan checking on the spot paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali ke lembaga
pemasyarakatan untuk memeriksa kebenaran berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan yang ditanda-tangani oleh Jaksa, Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan
terpidana.

Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatan-kegiatan yang


berlangsung di dalam lingkungan tembok-tembok lembaga, khususnya untuk menilai
apakah keadaan lembaga pemasyarakatan tersebut sudah memenuhi pengertian bahwa
“pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan
merendahkan martabat manusia”, serta mengamati dengan mata kepala sendiri
perilaku narapidana yang dijatuhkan kepadanya.
Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan (terutama para wali-
pembina narapidana-narapidana yang bersangkutan) mengenai perilaku serta hasil-
hasil pembinaan narapidana, baik kemajuan-kemajuan yang diperoleh maupun
kemunduran-kemunduran yang terjadi.

Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana mengenai hal ihwal


perlakuan terhadap dirinya, hubungan-hubungan kemanusiaan antara sesama mereka
sendiri maupun dengan para petugas lembaga pemasyarakatan.
Menghubungi Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Ketua Dewan Pembina
Pemasyarakatan (DPP), dan jika dipandang perlu juga menghubungi koordinator
pemasyarakatan pada kantor wilayah Departemen Kehakiman dalam rangka saling
tukar menukar saran-pendapat dalam pemecahan suatu masalah; serta berkonsultasi
(dalam suasana koordinatif) mengenai tata perlakuan terhadap narapidana yang
bersifat tehnis, baik tata perlakuan di dalam tembok-tembok lembaga maupun di
luarnya.
Sementara itu, dalam konteks Hakim sebagai pengamat bertugas untuk:

Mengumpulkan data-data tentang perilaku narapidana, yang dikategorikan


berdasarkan jenis tindak-pidananya (misalnya pembunuhan, perkosaan dan
sebagainya). Data-data mengenai perilaku narapidana ini dapat berpedoman pada
faktor-faktor (antara lain): tipe dari pelaku tindak pidana (misalnya untuk pertama kali
melakuakan tindak pidana, residivis dan sebagainya), keadaan rumah tangganya
(baik-baik, bobrok dan sebagainya), perhatian keluarganya terhadap dirinya (besar
kali, kurang dan sebagainya), keadaan lingkungannya (tuna susila dan sebagainya),
catatan pekerjaan (penganggur dan sebagainya), catatan kepribadian (tentang,
egosentris dan sebagainya), jumlah teman-teman dekatnya (satu, dua, tiga orang atau
lebih), keadaan psychisnya dan lain-lain.

Mengadakan evaluasi mengenai hubungan antara perilaku narapidana tersebut dengan


pidana yang dijatuhkan, apakah lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap narapidana
dengan perilaku tertentu sudah tepat (dalam arti cukup) untuk melakukan pembinaan
terhadap dirinya sehingga pada waktu dilepaskan nanti, narapidan tersebut sudah
dapat menjadi anggota masyarakat baik dan taat pada hukum.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian diperlukan untuk memberikan pedoman tentang
cara-cara seorang peneliti dalam mempelajari, menganalisis dan penelitian
yang dilakukan.
Soerjono Soekanto mengemukakan tentang metodologi penelitian
sebagai berikut:
1. Suatu pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian.
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

1) Metode Pendekatan
Penelitian dilakukan berdasarkan pada penelitian hukum dengan
menggunakan pendekatan yuridis empiris.
2) Jenis Penelitian
penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan sejauh mana efektivitas hakim pengawas dan
pengamat dalam pembinaan narapidana dan hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh hakim pengawas dan pengamat dalam usaha pembinaan
narapidana serta cara mengatasinya
3) Sumber Data
a. Sumber data primer
Yaitu para pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti
dalam hal ini adalah data yang berasal dari lokasi penelitian
b. Sumber data sekunder
Yaitu sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara tidak langsung
diperoleh melalui bahan-bahan dokumen, laporan, arsip, literature, surat
kabar dan hasil penelitian lainnya dengan masalah yang diteliti
4) Metode Pengumpulan Data
a. Studi lapangan (field research)
Yaitu dengan observasi dan wawancara (Interview).
b. Studi kepustakaan (library research)
Yaitu cara pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dan data
yang diperlukan sebagai landasan berpikir dengan jalan mempelajari
buku-buku literature, peraturan perundang-undangan dan bahan
pustaka lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
5) Teknik Pengambilan Sampel
Purposive sampling yaitu memilih sampling berdasarkan tujuan dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
6) Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini mengandung tiga proses, yaitu: "reduksi
1
data, pemayaran data, dan penarikan kesimpulan".

Anda mungkin juga menyukai