Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.

A DENGAN CLOSE
FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH SINISTRA DI RSO PROF.
DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Profesi Ners (Ns)

Disusun oleh:

RATNA KUSUMA ASTUTI


J230113014

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
1

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN CLOSE


FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH SINISTRA DI RSO PROF.
DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Ratna Kusuma Astuti*
Bd. Sulastri, S.Kp.,M.Kes**
Yunus, S.Kep
ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf


halusinasi menuju industrialisasi yang tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat, mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi akan terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal di kota, sehingga menambah kepadatan arus lalu lintas. Arus
lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Tujuan umum dari penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengatahui gambaran asuhan keperawatan pada Sdr. A
dengan close fraktur femur 1/3 tengah sinistra di RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Metode yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan fisik, observasi partisipatif dan
studi dokumentasi. Kesimpulan dari Karya tulis Ilmiah ini pada pre operasi diangkat
masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, intra
operasi diangkat masalah keperawatan resiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan akibat pembedahan serta resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
barier pertahanan tubuh sekunder terhadap tindakan operasi. Dan post operasi diangkat
masalah keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
dan penurunan sensasi akibat insisi pembedahan.

Kata kunci: fraktur femur, ORIF, operasi


2

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN CLOSE


FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH SINISTRA DI RSO PROF.
DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

Disusun Oleh:
Ratna Kusuma Astuti
J 230 113 014

Telah Dipertahankan di Depan Dewan penguji pada tanggal 10


November 2012, dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji:


1. Bd. Sulastri, S.Kep., M.Kes ( …………………. )

NIK. 595

2. Yunus, S.Kep., Ns ( …………………. )

NIP. 19700623 200212 1 002

3. Agus Sudaryanto, S.Kep., Ns., M.Kes ( …………………. )


NIK. 901

Surakarta, 10 November 2012


Fakulats Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan

(Arif Widodo, A.Kep.M,Kes)


NIK: 630
3

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Negara Indonesia merupakan Fraktur Femur


negara berkembang yang berada 1. Pengertian
dalam taraf halusinasi menuju Fraktur atau patah tulang
industrialisasi yang tentunya akan adalah terputusnya kontinuitas
mempengaruhi peningkatan mobilisasi jaringan tulang dan tulang rawan
masyarakat, mobilitas masyarakat yang umumnya disebabkan oleh
yang meningkat otomatisasi akan rudapaksa (Mansjoer, 2003).
terjadi peningkatan penggunaan alat- Fraktur femur adalah terputusnya
alat transportasi kendaraan bermotor kontinuitas batang femur yang bisa
khususnya bagi masyarakat yang terjadi akibat trauma langsung
tinggal di kota, sehingga menambah (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
kepadatan arus lalu lintas. Arus lalu ketinggian). Patah pada tulang
lintas yang tidak teratur dapat femur dapat menimbulkan
meningkatkan kecenderungan perdarahan cukup banyak serta
terjadinya kecelakaan kendaraan mengakibatkan penderita
bermotor. Kecelakaan tersebut sering mengalami syok (Sjamsuhidajat,
kali menyebabkan cidera tulang atau 2004).
disebut fraktur (Sudirman, 2011). 2. Etiologi
Berdasarkan hasil riset oleh Penyebab fraktur secara
Badan Penelitian dan Pengembangan fisiologis merupakan suatu
Departemen Kesehatan Republik kerusakan jaringan tulang yang
Indonesia tahun 2007, di Indonesia diakibatkan dari kecelakaan,
terjadi kasus fraktur yang disebabkan tenaga fisik, olahraga dan
oleh cedera antara lain karena jatuh, trauma dapat disebabkan oleh:
kecelakaan lalu lintas dan trauma cedera langsung berarti pukulan
benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 langsung terhadap tulang
peristiwa terjatuh yang mengalami sehingga tulang patah secara
fraktur sebanyak 1.775 orang atau spontan dan cedera tidak langsung
3,8%, dari 20.829 kasus kecelakaan berarti pukulan langsung berada
lalu lintas, yang mengalami fraktur jauh dari lokasi benturan. Secara
sebanyak 1.770 orang atau 8,5%, dari patologis merupakan suatu
14.127 trauma benda tajam/tumpul kerusakan tulang yang terjadi
yang mengalami fraktur sebanyak 236 akibat proses penyakit dimana
orang atau 1,7% (Juniartha, 2007). dengan trauma dapat
Berdasarkan data sekunder yang mengakibatkan fraktur, hal ini
diperoleh penulis dari rekam medis dapat terjadi pada berbagai
dalam hal 10 besar kasus pada bulan keadaan diantaranya: tumor
Juni 2012 di ruang Instalasi Bedah tulang, osteomielitis, scurvy
Sentral (IBS) RSO Prof. Dr. R. (penyakit gusi berdarah) serta
Soeharso Surakarta, kasus fraktur rakhitis (Mansjoer, 2003).
femur dengan tindakan ORIF 3. Patofisiologi
menempati urutan nomor 3 dengan Tulang bersifat rapuh,
jumlah 90 kasus atau 23,5% setelah namun cukup mempunyai
kasus herniartioplasti dan kasus kekuatan dan gaya pegas untuk
rekonstruksi mal-union, non-union. menahan tekanan. Tetapi apabila
tekanan eksternal datang lebih
besar dari pada tekanan yang
diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau
4

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

terputusnya kontinuitas tulang diketahui: hemoglobin, hematokrit


(fraktur) (Elizabeth, 2003). sering rendah akibat perdarahan,
Setelah terjadi fraktur, Laju Endap Darah (LED)
periosteum dan pembuluh darah meningkat bila kerusakan jaringan
serta saraf dalam korteks marrow lunak sangat luas (Mansjoer,
dan jaringan lunak yang 2003).
membungkus tulang menjadi rusak 6. Penatalaksanaan
sehingga menyebabkan terjadinya Fraktur reduction: manipulasi
perdarahan. Pada saat perdarahan atau penurunan tertutup,
terjadi terbentuklah hematoma di manipulasi non-bedah penyusunan
rongga medulla tulang, sehingga kembali secara manual dari
jaringan tulang segera berdekatan fragmen-fragmen tulang terhadap
kebagian tulang yang patah. posisi otonomi sebelumnya.
Jaringan yang mengalami nekrosis Penurunan terbuka merupakan
akan menstimulasi terjadinya perbaikan tulang terusan
respon inflamasi yang di tandai penjajaran insisi pembedahan
dengan vasodilatasi, eksudasi seringkali memasukkan internal
plasma dan leukosit serta infiltrasi fiksasi terhadap fraktur dengan
sel darah putih. Kejadian inilah kawat, sekrup peniti plat batang
yang merupakan dasar dari proses intra medulasi dan paku. Peralatan
penyembuhan tulang nantinya traksi: traksi kulit untuk
(Price, 2005). pengobatan jangka pendek dan
4. Tanda dan Gejala traksi otot atau pembedahan
Tanda-tanda tidak pasti biasanya untuk periode jangka
diantaranya adalah: rasa nyeri dan panjang. Fraktur immobilisasi:
tegang, nyeri hebat bila bergerak, pembalutan (pemasangan gips),
hilangnya fungsi akibat nyeri atau ORIF dan Open Reduction of
tak mampu melakukan gerakan Eksternal Fixation (OREF). Fraktur
dan deformitas karena terbuka: pembedahan debridement
pembengkakan atau akibat dan irigasi, imunisasi tetanus,
perdarahan dan posisi fragmen terapi antibiotik (Smeltzer, 2004).
berubah. Tanda-tanda pasti 7. Komplikasi
diantaranya adalah: gerakan Komplikasi akibat fraktur
abnormalitas (false movement), yang mungkin terjadi menurut
gesekan dari kedua ujung fragmen Sjamsuhidajat (2004), antara lain:
tulang yang patah (krepitasi) serta syok neurogenik, infeksi, nekrosis
deformitas akibat fraktur divaskuler, cidera vaskuler dan
(umumnya deformitas berupa saraf, mal-union, luka akibat
rotasi, angulasi dan pemendekan) tekanan serta kaku sendi.
(Smletzer, 2004). ORIF
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologi, 1. Pengertian
diantaranya adalah: X-Ray, dapat ORIF adalah sebuah
dilihat gambaran fraktur. prosedur bedah medis, yang
Venogram/anterogram tindakannya mengacu pada
menggambarkan arus operasi terbuka untuk mengatur
vascularisasi. CT-Scan untuk tulang, seperti yang diperlukan
mendeteksi struktur fraktur yang untuk beberapa patah tulang,
komplek. Hal lain yang dapat fiksasi internal mengacu pada
dilakukan adalah dengan fiksasi plate dan screw untuk
pemeriksaan laboratorium, pada mengaktifkan atau memfasilitasi
fraktur test laboratorium yang perlu penyembuhan (Smeltzer, 2004).
5

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

2. Metode fraktur tulang, spasme otot,


Menurut Apley (2005) edema, kerusakan jaringan
terdapat lima metode fiksasi lunak. Adapun tujuan dari
internal yang digunakan, antara diagnosa tersebut menurut
lain: sekrup kompresi antar Wilkinson (2004), adalah:
fragmen, plat dan sekrup (paling nyeri berkurang sampai
sesuai untuk lengan bawah), paku hilang dengan kriteria hasil:
intermedula (untuk tulang panjang secara verbal klien
yang lebih besar), paku pengikat mengatakan nyeri
sambungan dan sekrup (ideal berkurang, skala nyeri
untuk femur dan tibia), sekrup menurun, klien tenang,
kompresi dinamis dan plat, ideal ekspresi wajah rileks dan
untuk ujung proksimal dan distal TTV dalam batas normal,
femur. Tekanan Darah (TD): 110-
3. Indikasi ORIF 120/70-80mmHg, Nadi (N):
Indikasi ORIF diantaranya 60-100x/menit, Respiratory
adalah: fraktur yang tidak bisa Rate (RR): 16-22x/menit dan
sembuh atau bahaya avasculair Suhu (S): 36-37,5ºC.
nekrosis tinggi (fraktur collum Intervensi keperawatan yang
femur), fraktur yang tidak bisa dilakukan adalah: lakukan
direposisi tertutup (fraktur avulse pendekatan pada klien dan
dan fraktur dislokasi), fraktur yang keluarga, kaji lokasi,
dapat direposisi tetapi sulit intensitas, frekuensi dan tipe
dipertahankan (fraktur monteggia, nyeri, observasi TTV,
fraktur galeazzi, fraktur antebrachii immobilisasi pada bagian
dan fraktur ankle), fraktur yang yang sakit, ajarkan teknik
berdasarkan pengalaman memberi relaksasi, kolaboratif
hasil yang lebih baik dengan pemberian analgetik.
operasi (fraktur femur) (Apley, 2) Ansietas berhubungan
dengan prosedur pembedahan.
2005). Adapun tujuan dari diagnosa
tersebut menurut Wilkinson
Asuhan Keperawatan (2004), cemas berkurang dengan
kriteria hasil: TTV dalam batas
1. Pengkajian normal, dengan TD: 110-120/70-
Pengkajian yang dilakukan 80mmHg, N: 60-adalah: kaji
penyebab dan tingkat kecemasan
diantaranya adalah: data klien, berikan suport sistem dan
demografi (umur, jenis kelamin, motivasi kepada klien, berikan
lingkungan yang nyaman, monitor
pekerjaan), keluhan utama, riwayat TTV, jelaskan prosedur dan
kesehatan, pola kesehatan dan 100x/menit, RR: 16-
pemeliharaan kesehatan, serta
pemeriksaan fisik yang meliputi:
keadaan dan kesadaran klien,
Tanda-Tanda Vital (TTV), keadaan
lokal meliputi: look (inspeksi)
perhatikan apa yang akan dilihat,
feel (palpasi) dan move
(pergerakan terutama rentang
gerak) (Doengoes, 2004).
2. Diagnosa dan Intervensi
Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri fisik,
6

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

tindakan dengan singkat dan membran mukosa, observasi


jelas, ajarkan teknik kesadaran klien, monitor
relaksasi. TTV, evaluasi ekstermitas,
3) Kerusakan mobilitas fisik ada tidaknya kualitas nadi,
berhubungandengan nyeri tekan dan edema.
kerusakan rangka 2) Resiko syok hipovolemik
neuromuskuler, pembatasan berhubungandengan
gerak. Adapun tujuan dari perdarahan akibat
diagnosa tersebut menurut pembedahan. Adapun tujuan
Wilkinson (2004), klien dari diagnosa tersebut
mampu melakukan mobilitas menurut Wilkinson (2004),
fisik seoptimal mungkin syok hipovolemik dapat
dengan kriteria hasil: klien diminimalkan/tidak terjadi
dapat melakukan aktivitas dengan kriteria hasil: tidak
secara mandiri, kekuatan ada tanda-tanda syok
otot meningkat. Intervensi hipovolemik, TTV dalam
keperawatan yang dilakukan batas normal, TD: 110-
adalah: kaji imobilitas klien, 120/70-80mmHg, N: 60-
pertahankan postur tubuh 100x/menit,RR:16-
dan posisi yang nyaman, 22x/menit dan S: 36-37,5ºC.
lakukan kerjasama dengan Intervensi keperawatan yang
keluarga dalam perawatan dilakukan adalah: monitor
klien, pertahankan balut atau perdarahan pada daerah
bidai sebagai alat pembedahan setelah
immobilisasi bagian yang dilakukan insisi, ingatkan
sakit, motivasi klien untuk operator dan asiasten bila
membatasi pergerakan pada terjadi perdarahan hebat,
bagian yang fraktur, monitor TTV, monitor cairan
kolaborasi tindakan operasi. yang melewati Dower
b. Intra operasi Catheter (DC), berikan
1) Gangguan perfusi jaringan cairan Ringer Laktat (RL)
perifer berhubungan dengan untuk resusitasi cairan,
penurunan aliran darah, monitor tanda-tanda syok
cidera vaskuler langsung, hipovolemik.
edema berlebihan. Adapun 3) Resiko infeksi berhubungan
tujuan dari diagnosa tersebut dengan penurunan barier
menurut Wilkinson (2004), pertahanan tubuh sekunder
tidak terjadi disfungsi terhadap terputusnya
neurovaskuler perifer kontinuitas jaringan. Adapun
dengan kriteria hasil: TTV tujuan dari diagnosa tersebut
dalam batas normal, TD: menurut Wilkinson (2004),
110-120/70-80mmHg, N: 60- infeksi tidak terjadi dengan
100x/menit,RR:16- kriteria hasil: tidak ada
22x/menit dan S: 36-37,5ºC, tanda-tanda peradangan
klien mampu (tumor, dolor, kalor, rubor
mempertahankan perfusi dan fungsiolesa), TTV dalam
jaringan dibuktikan oleh batas normal, dengan acuan
terabanya nadi dan akral sebagai berikut: TD: 110-
hangat. Intervensi 120/70-80mmHg, N: 60-
keperawatan yang dilakukan 100x/menit,RR:16-
adalah sebagai berikut: 22x/menit dan S: 36-37,5ºC.
observasi warna, suhu kulit, Intervensi keperawatan yang
7

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

dilakukan adalah: pantau METODE PENELITIAN


TTV, kaji tanda-tanda Tempat dan Waktu
peradangan infeksi, lakukan
perawatan luka dengan 1. Tempat pengambilan kasus dalam
teknik aseptik, lakukan pembuatan KTI ini di ruang IBS
perawatan luka terhadap RSO Prof. Dr. R. Soeharso
prosedur invasif, kolaborasi Surakarta.
pemberian antibiotik. 2. Waktu pelaksanaan studi kasus
c. Post operasi pada tanggal 3 Juli 2012.
1) Kerusakan integritas kulit Teknik Pengambilan Data
berhubungan dengan
kerusakan sirkulasi dan Dalam penyusunan KTI ini penulis
penurunan sensasi akibat mendapatkan data melalui:
insisi pembedahan. Adapun 1. Wawancara
tujuan dari diagnosa tersebut Wawancara merupakan alat re-
menurut Wilkinson (2004), cheking atau pembuktian terhadap
mencapai penyembuhan informasi atau keterangan yang
luka pada waktu yang sesuai diperoleh sebelumnya (Nursalam,
dengan kriteria hasil: tidak 2003). Wawancara dilakukan
ada tanda-tanda peradangan untuk mendapatkan data subjektif
(tumor, dolor, kalor, rubor dengan menggunakan pertanyaan
dan fungsiolesa), luka terbuka atau tertutup, penulis
bersih, TTV dalam batas bertanya langsung kepada klien
normal, dengan acuan TD: dengan close fraktur femur 1/3
110-120/70-80mmHg, N: 60- tengah sinistra. Dengan demikian
100x/menit, RR: 16- akan memudahkan penulis untuk
22x/menit dan S: 36-37,5ºC. mengetahui masalah keperawatan
Intervensi keperawatan yang klien.
dilakukan adalah sebagai 2. Pemeriksaan Fisik
berikut: kaji kulit dan Pemeriksaan fisik adalah teknik
identifikasi pada tahap pengumpulan data dengan
perkembangan luka, kaji melakukan pemeriksaan mulai dari
lokasi, ukuran, warna, bau, inspeksi, perkusi, palpasi dan
serta jumlah dan tipe cairan auskultasi untuk mendapatkan
luka, pantau peningkatan data fisik klien secara keseluruhan.
suhu tubuh, berikan Penulis melakukan pemeriksaan
perawatan luka dengan fisik secara langsung pada klien
teknik aseptik, balut luka dengan close fraktur femur 1/3
dengan kasa kering, dan tengah sinistra.
steril, motivasi klien untuk 3. Observasi Partisipatif
memenuhi diit Tinggi Observasi partisipatif adalah suatu
Karbohidrat Tinggi Protein teknik pengumpulan data yang
(TKTP), berikan cairan dilakukan dengan mengadakan
secara adekuat, motivasi pengamatan dan melaksanakan
klien untuk istirahat adekuat asuhan keperawatan pada klien
selama masa pemulihan dan selama dirawat di rumah sakit dan
mengurangi gerak. lebih bersifat obyektif, yaitu
dengan melihat respon klien
setelah dilakukan tindakan.
Penulis melakukan observasi
partisipatif dengan cara melihat
8

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

respon klien setelah penulis 1/3 tengah sinistra, sumber


melakukan tindakan keperawatan. informasi: klien, catatan
4. Studi Dokumentasi keperawatan, tanggal masuk: 2 Juli
Studi dokumentasi adalah suatu 2012 jam 17.00 WIB, tanggal
teknik yang diperoleh dengan pengkajian: 3 Juli 2012 jam 08.00
mempelajari buku laporan, catatan WIB. Pada saat masuk Instalasi
medis serta hasil pemeriksaan
yang ada. Penulis mempelajari Gawat darurat (IGD), klien
buku laporan, catatan yang dilakukan pengkajian dengan hasil
mengenai data-data klien dengan sebagai berikut: keluhan utama:
close fraktur femur 1/3 tengah nyeri pada paha kiri. Riwayat
sinistra. penyakit sekarang: ± 1 hari yang lalu
Analisis data klien mengalami kecelakaan, nyeri
pada paha kiri, terdapat luka di
Setelah memperoleh data yang pergelangan tangan kiri, klien langsung
diperoleh untuk menunjang proses di bawa ke RSO Prof. Dr. R Seoharso
penyusunan KTI dengan beberapa Surakarta.
cara diatas, kemudian penulis Hasil pemeriksaan fisik,
melakukan analisis data dengan keadaan umum: kesadaran
menarik kesimpulan dari batasan- composmentis, TD: 130/80mmHg, N:
batasan karakteristik yang diperoleh 84x/menit, RR: 20x/menit dan S: 37ºC.
saat pengkajian untuk ditarik menjadi Pada pemeriksaan head to too
sebuah diagnosa. Setelah itu penulis didapatkan hasil: kepala: mesochepal,
menentukan intervensi yang tepat yang rambut bersih berwarna hitam, mata
selanjutnya dilakukan implementasi kanan-kiri simetris, konjungtiva mata
dari apa yang sudah direncanakan tidak anemis, sclera mata tidak ikterik,
sebelumnya. Dan yang terakhir adalah telinga bersih, telinga kanan-kiri
melakukan evaluasi terhadap apa yang simetris, hidung bersih, mukosa bibir
sudah direncanakan dan dilakukan lembab, tidak ada stomatitis mulut,
pada klien. lidah berwarna merah muda, gigi
Dalam pembahasan, penulis belum ada yang tanggal dan tidak ada
melakukan analisa dengan gigi berlubang.
menggunakan mekanisme “compare Pemeriksaan fisik (dada): Paru:
and contrast” untuk diagnosa yang inspeksi: RR: 20x/menit, simetris, tidak
muncul pada saat pemberian asuhan ada bekas luka, pengembangan otot
keperawatan dengan diagnosa yang dada kanan-kiri simetris, tidak terdapat
muncul pada teori. Di dukung dengan otot bantu pernafasan, palpasi:
hasil jurnal-jurnal yang mempunyai fremitus vocal kanan = kiri; perkusi
tema yang berkaitan dengan didapat hasil: sonor, auskultasi: suara
pemberian asuhan keperawatan yang nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
dilakukan penulis. tambahan. Jantung: inspeksi: tidak ada
HASIL PENELITIAN bekas luka, ictus cordis tidak tampak,
palpasi: N: 84x/menit, ictus cordis
Gambaran Kasus teraba, perkusi: pekak, auskultasi:
suara jantung reguler, tidak ada suara
Identitas klien, inisial klien: jantung tambahan. Pada pemeriksaan
Sdr. A, umur: 22 tahun, jenis abdomen: inspeksi: tidak ada bekas
kelamin: laki-laki, alamat: Santer Rt luka, auskultasi: peristaltik usus
02/X Tambakboyo, Pedan, Klaten, 7x/menit, perkusi: thympani.
pendidikan: SMA, No. Rekam Pemeriksaan kulit: turgor kulit baik,
Medis (RM): 21.97.57, dengan capillary refill kembali < 2 detik.
diagnosa medis: close fraktur femur Ekstremitas atas: dapat digerakkan
9

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

secara bebas, terdapat luka di yang akan di jalaninya, respon


pergelangan tangan kiri, tangan kanan objektif klien melihat-lihat
terpasang infus RL 20tetes/menit. sekitar ruang operasi, tangan
Ekstremitas bawah: kaki kanan dapat klien saling menggenggam erat.
digerakkan secara bebas, kaki kiri Jam 08.20 WIB mengajarkan
gerakan terbatas. klien untuk menggunakan
Asuhan Keperawatan teknik relaksasi nafas dalam,
respon subjektif klien
1. Pre operasi mengatakan paham dengan
a. Diagnosa keperawatan teknik relaksasi nafas dalam,
Ansietas berhubungan dengan respon objektif klien kooperatif
prosedur pembedahan. mempraktekkan relaksasi nafas
b. Intervensi keperawatan dalam, ekspresi klien lebih
Tujuan yang diharapkan adalah tenang dan rileks. Jam 08.35
setelah dilakukan asuhan WIB menjelaskan prosedur dan
keperawatan selama 1x30 tindakan pembedahan dengan
menit klien mampu mengontrol jelas dan singkat, respon
rasa takut dan mempunyai subjektif klien mengatakan lebih
mekanisme koping yang positif tenang dan siap menghadapi
dengan kriteria hasil sebagai operasi, respon objektif klien
berikut: klien mampu tenang.
mengidentifikasi, d. Evaluasi keperawatan
mengungkapkan dan Evaluasi pada jam 09.00 WIB
menunjukkan tehnik untuk dengan data sebagai berikut:
mengontrol rasa takut, secara data subjektif klien mengatakan
verbal klien mengatakan lebih cemas berkurang setelah
tenang, ekspresi klien tenang melakukan teknik nafas dalam,
dan rileks, TTV dalam batas klien mengatakan lebih tenang
normal, dengan TD: 110- dan siap menghadapi operasi.
120/70-80mmHg, N: 60- Data objektif klien kooperatif
100x/menit, RR: 16-22x/menit. dan mampu melakukan teknik
Rencana tindakan keperawatan nafas dalam dengan baik, klien
yang akan dilakukan: kaji tenang dengan TTV TD:
tingkat kecemasan pasien, 120/80mmHg, N: 84x/menit,
lakukan pemeriksaan TTV, RR: 20x/menit. Masalah
ajarkan klien teknik relaksasi, keperawatan ansietas teratasi
jelaskan prosedur dan tindakan sebagian yaitu secara verbal
pembedahan dengan jelas dan klien mengatakan terjadi
singkat. penurunan tingkat kecemasan,
c. Implementasi keperawatan untuk planningnya intervensi
Implementasi keperawatan dihentikan.
mulai dilakukan penulis pada 2. Intra operasi
jam 08.00 WIB, memeriksa a. Diagnosa keperawatan
TTV, respon subjektif klien 1) Resiko syok hipovolemik
menanyakan berapa lama berhubungan dengan
operasi akan berlangsung dan perdarahan akibat
respon objektif TD: pembedahan.
120/80mmHg, N: 84x/menit, 2) Resiko infeksi berhubungan
RR: 20x/menit. Mengkaji tingkat dengan penurunan barier
kecemasan pasien, respon pertahanan tubuh sekunder
subjektif klien mengatakan terhadap tindakan operasi.
cemas dengan tindakan operasi
10

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

b. Intervensi keperawatan steril sampai operasi selesai


1) Tujuan yang diharapkan dan kolaborasi pemberian
adalah setelah dilakukan antibiotik.
asuhan keperawatan selama c. Implementasi keperawatan Pada
1x1 jam syok hipovolemik jam 10.00 WIB, memantau TTV
tidak terjadi dengan kriteria (diagnosa 1,2) dengan
hasil: tidak ada tanda-tanda respon obyektif TD:
syok hipovolemik, TTV 110/80mmHg, N: 90x/menit dan
dalam batas normal: TD: SpO2 99%. Pada jam 10.45
110-120/70-80mmHg, N: 60- WIB memantau TTV (diagnosa
100x/menit dan SpO2 98- 1,2) dengan respon obyektif TD:
100%. Rencana tindakan 125/89mmHg, N: 85x/menit dan
keperawatan yang akan SpO2: 98%. Jam 11.15 WIB
dilakukan adalah: monitor mempertahankan bagian yang
perdarahan pada daerah dioperasi dalam keadaan steril
pembedahan setelah sampai operasi selesai
dilakukan insisi, ingatkan (diagnosa 2) dengan respon
operator dan asiasten bila objektif bekas insisi tertutup
terjadi perdarahan hebat, rapat, kondisi broad plate dan
monitor TTV, monitor cairan screw dengan 8 hole dalam
yang melewati DC, berikan keadaan steril dan pelaksanaan
cairan RL untuk resusitasi heacthing dalam kondisi steril.
cairan, monitor tanda-tanda Pada jam 11.20 WIB memonitor
syok hipovolemik. tanda-tanda syok hipovolemik
2) Tujuan yang diharapkan (diagnosa 1) dengan respon
adalah setelah dilakukan objektif tidak ada tanda-tanda
asuhan keperawatan selama syok hipovolemik, capilary reffil
1x1 jam penyebab resiko kembali dalam 2 detik. Jam
terjadinya infeksi dapat 11.30 WIB memonitor
diminimalkan dengan kriteria perdarahan pada daerah
hasil: bekas insisi tertutup pembedahan setelah dilakukan
rapat selama operasi insisi (diagnosa 1) dengan
berlangsung, bagian yang respon objektif perdarahan ±
dilakukan pembedahan tidak 650cc. Jam 11.35 WIB
mengalami kontak secara memantau TTV (diagnosa 1,2)
langsung dengan alat-alat didapatkan respon obyektif
dan lingkungan yang tidak sebagai berikut: TD:
steril, kondisi plate, screw 120/78mmHg, N: 80x/menit dan
serta alat pembedahan SpO2: 99%.
dalam keadaan steril, d. Evaluasi keperawatan
pelaksanaanheacthing Evaluasi dilakukan pada jam
dalamkondisisteril. 11.50 WIB, dari hasil
Rencana tindakan implementasi diagnosa 1
keperawatan yang akan diperoleh data objektif: setelah
dilakukan adalah: pantau operasi selesai diperoleh hasil
TTV, lakukan perdarahan ± 750cc, tidak ada
insisi/pembedahan dengan tanda-tanda syok hipovolemik,
teknik aseptik (mencuci capilary reffil kembali dalam 2
tangan, memakai jubah dan detik dengan TD: 120/78mmHg,
handscoen steril), N: 80x/menit dan SpO2: 99%.
pertahankan bagian yang Berdasarkan hasil evaluasi yang
dioperasi dalam keadaan diperoleh di atas, implementasi
11

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

yang telah dilakukan sudah N: 60-100x/menit, RR: 16-


memberikan pengaruh terhadap 22x/menit dan S: 36-37,5ºC.
resiko syok hipovolemik klien. Rencana tindakan keperawatan
Masalah teratasi sebagian yang akan dilakukan adalah:
dengan melanjutkan intervensi: kaji kulit (lokasi, ukuran, warna,
ukur TTV dan tanda-tanda syok bau, jumlah dan tipe cairan
hipovolemik. luka), identifikasi pada tahap
Dari hasil implementasi perkembangan luka, pantau
diagnosa 2 diperoleh data peningkatan suhu tubuh,
objektif: bekas insisi tertutup berikan perawatan luka dengan
rapat selama operasi teknik aseptik, balut luka
berlangsung, bagian yang dengan kasa kering dan steril,
dilakukan pembedahan tidak motivasi klien untuk memenuhi
mengalami kontak secara diit TKTP, berikan cairan infus
langsung dengan alat-alat dan RL 20tetes/menit, motivasi klien
lingkungan yang tidak steril, untuk istirahat selama masa
kondisi broad plate dan screw 8 pemulihan.
hole dalam keadaan steril, c. Implementasi keperawatan
pelaksanaan heacthing dalam Implementasi keperawatan
dilakukan mulai jam 11.55 WIB
kondisi steril, dengan TD: yaitu mengkaji kulit (lokasi,
120/78mmHg, N: 80x/menit dan ukuran, warna, bau, serta jumlah
SpO2: 99%. Berdasarkan hasil dan tipe cairan luka) dan
evaluasi yang diperoleh di atas, mengidentifikasi pada tahap
perkembangan luka dengan
implementasi yang telah respon objektif pada bekas insisi
dilakukan sudah memberikan bedah tidak keluar darah atau
pengaruh terhadap resiko cairan yang merembes dan
balutan kering. Jam 12.00 WIB,
infeksi klien. Masalah teratasi memantau suhu tubuh⁰ klien
sebagian dengan melanjutkan respon objektif S: 36 C. Jam
intervensi: ukur TTV, lakukan 12.15 WIB, memberikan cairan
perawatan luka dengan teknik infus RL 20tetes/menit dengan
aseptik, observasi luka secara respon objektif infus RL 20
rutin, kaji tanda-tanda tetes/menit terpasang pada
peradangan (tumor, dolor, calor, tangan kanan klien. Jam 12.30
rubor dan fungsiolesa). WIB, memotivasi klien untuk
3. Post operasi istirahat selama masa
a. Diagnosa keperawatan pemulihan dengan respon
Kerusakan integritas kulit subjektif klien mengatakan
berhubungan dengan bersedia untuk istirahat, respon
kerusakan sirkulasi dan objektif ekspresi klien tenang
penurunan sensasi akibat insisi dan rileks dengan posisi semi
pembedahan. fowler.
b. Intervensi keperawatan d. Evaluasi keperawatan
Tujuan yang diharapkan adalah Evaluasi dilakukan pada jam
setelah dilakukan asuhan 13.00 WIB, dari hasil
keperawatan selama 1x60 menit implementasi diperoleh data
kerusakan integritas kulit subyektif: klien mengatakan
terkontrol dengan kriteria hasil: bersedia untuk istirahat. Data
pada bekas insisi bedah tidak obyektif: pada bekas insisi
keluar darah atau cairan, bedah tidak keluar darah atau
heacthing rapat, balutan kering
serta TTV dalam batas normal
yaitu: TD: 110-120/70-80mmHg,
12

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

cairan yang merembes,⁰ balutan


kering, S: 36 C, ekspresi klien pada data subjektif klien
tenang dan rileks dengan posisi mengatakan takut dengan tindakan
semi fowler. Masalah kerusakan operasi yang akan di jalaninya.
integritas kulit teratasi sebagian
dan intervensi dilanjutkan dengan Menurut Barbara (2003),
memberikan intervensi: ukur TTV kecemasan adalah suatu perasaan
dan lakukan perawatan luka subjektif yang dialami seseorang
setiap hari dengan teknik aseptik. terutama oleh adanya pengalaman
baru, termasuk pada klien yang
PEMBAHASAN akan mengalami tindakan invasif
seperti pembedahan. Dilaporkan
Dalam kasus KTI yang berjudul klien mengalami cemas karena
asuhan keperawatan pada Sdr. A hospitalisasi, pemeriksaan dan
dengan close fraktur femur 1/3 tengah prosedur tindakan medis yang
sinistra di RSO Prof. Dr. R. Soeharso menyebabkan perasaan tidak
Surakarta, dilakukan tindakan ORIF nyaman.
dengan spinal anestesi. Dipilihnya jenis Implementasi keperawatan
anestesi ini dikarenakan indikasi bedah yang dilakukan pada masalah
ekstremitas bawah. Namun, dengan keperawatan ansietas sudah
menggunakan spinal anestesi akan berdasarkan intervensi dan
menimbulkan kontraindikasi yang disesuaikan dengan sumber daya
diantaranya adalah hipovolemia berat yang tersedia diantaranya yaitu:
(syok) (Yao, 2006). menjelaskan prosedur dan
Teori mengenai masalah tindakan pembedahan dengan
keperawatan yang timbul pada klien jelas dan singkat. Dari intervensi
dengan close fraktur femur 1/3 tengah tersebut didapatkan respon
sinistra dengan tindakan ORIF baik pre subjektif klien mengatakan lebih
operasi, intra operasi dan post operasi tenang dan siap menghadapi
tidak jauh berbeda dengan masalah operasi. Hal ini sejalan dengan
keperawatan yang terjadi di lapangan. penelitian Elise (2009), dalam
Namun, tidak semua masalah kesimpulannya menerangkan
keperawatan pada teori muncul bahwa peran perawat dalam
sebagai masalah yang dialami oleh memberikan informasi kepada
klien. klien sebelum dilakukan tindakan
1. Pre operasi medis sangat berpengaruh dalam
Pada pengkajian pre operasi menurunkan tingkat kecemasan
diangkat masalah keperawatan klien.
ansietas berhubungan dengan 2. Intra operasi
prosedur pembedahan (NANDA, Pada pengkajian intra
2007). Kecemasan dapat ditandai operasi diangkat masalah
dengan kelelahan, kecepatan keperawatan resiko syok
denyut jantung dan pernapasan, hipovolemik berhubungan dengan
ketegangan otot meningkat, bicara perdarahan akibat pembedahan
cepat dengan volume tinggi,
(NANDA, 2007). Syok hipovolemik
mudah tersinggung, marah dan
merupakan kondisi medis atau
menangis (Smeltzer, 2004).
bedah dimana terjadi kehilangan
Meskipun dalam data objektif
cairan dengan cepat yang berakhir
kurang mendukung untuk
pada kegagalan beberapa organ,
menegakkan masalah
disebabkan oleh volume sirkulasi
keperawatan tersebut, namun yang tidak adekuat dan berakibat
pada perfusi yang tidak adekuat.
Paling sering, syok hipovolemik
merupakan akibat kehilangan
13

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

darah yang cepat (syok 3. Post operasi


hemoragik) (Zimmerman, 2010). Pada pengkajian post
Impementasi keperawatan operasi diangkat masalah
yang dilakukan pada masalah keperawatan kerusakan integritas
keperawatan resiko syok kulit berhubungan dengan
hipovolemik sudah berdasarkan kerusakan sirkulasi dan penurunan
intervensi dan disesuaikan dengan sensasi akibat insisi pembedahan
sumber daya yang tersedia (NANDA, 2007). Masalah
diantaranya yaitu: memonitor keperawatan kerusakan integritas
perdarahan pada daerah kulit ini muncul karena integritas
pembedahan dengan data objektif: kulit masuk dalam kebutuhan
setelah operasi selesai perdarahan keselamatan dan rasa aman
± 750cc. Apabila ditinjau dari (Elizabeth, 2003). Prinsip
tahapan syok hipovolemik implementasi atau penanganan
perdarahan tersebut termasuk masalah ini adalah melakukan
dalam kategori tahap I (syok perawatan luka yang dapat
ringan). Menurut Eliastham (2008) dilakukan dibangsal nantinya,
dalam pengkatagorian syok, karena perawatan luka dengan
dikatakan tahap I apabila terjadi prinsip steril membantu mencegah
kehilangan darah 0-10% yaitu ± kontaminasi. Demikian juga
500ml dan terjadi kompensasi dijelaskan Saiffudin (2005) bahwa
dimana biasanya kardiak output perawatan luka dengan prinsip
dan tekanan darah masih dapat steril dapat menghancurkan
dipertahankan. mikroorganisme. Selain itu didalam
Selain masalah keperawatan tubuh terdapat flora normal yang
resiko syok hipovolemik pada dapat mempertahankan
pengkajian intra operasi keseimbangan sensitif dengan
didapatkan data objektif klien mikroorganisme lain untuk
dilakukan pemasangan ORIF plate mencegah infeksi.
dan screw yang kemungkinan Impementasi keperawatan
besar dapat menyebabkan infeksi yang dilakukan pada masalah
sehingga diangkat masalah keperawatan kerusakan integritas
keperawatan resiko infeksi kulit sudah berdasarkan intervensi
berhubungan dengan penurunan dan disesuaikan dengan sumber
barier pertahanan tubuh sekunder daya yang tersedia dan
terhadap tindakan operasi memberikan intervensi sebagai
(NANDA, 2007). tindak lanjut di ruang perawatan
Impementasi keperawatan yaitu: lakukan perawatan luka
yang dilakukan pada masalah setiap hari dengan teknik aseptik.
keperawatan resiko infeksi sudah Hal ini sama dengan intervensi
berdasarkan intervensi dan tindak lanjut dari masalah
disesuaikan dengan sumber daya keperawatan pada intra operasi
yang tersedia dan memberikan yaitu resiko infeksi, sehingga
intervensi sebagai tindak lanjut di dengan intervensi tindak lanjut di
ruang perawatan yaitu: lakukan ruang perawatan diharapkan
perawatan luka dengan teknik kedua masalah keperawatan dapat
aseptik. Menurut Muzana (2007) teratasi secara bersama.
dalam penelitiannya dengan
menerapan teknik aseptik dalam
perawatan luka pasca bedah dapat
mencegah dan meminimalkan
omset penyebaran infeksi.
14

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

SIMPULAN DAN SARAN 4. Impementasi dilaksanakan


Simpulan berdasarkan intervensi dari
uraian analisis masalah keperawatan yang
Berdasarkan diangkat dan disesuaikan dengan
data dan pembahasan, maka dapat
sumber daya yang tersedia.
ditarik simpulan: Secara keseluruhan klien
1. Fokus dalam pengkajian pada
kooperatif dalam merespon
klien, Sdr. A dengan close faktur intervensi keperawatan yang
femur 1/3 tengah sinistra adalah
diberikan walaupun terdapat
tentang penyebab kejadian serta
kekurangan dan hambatan-
keluhan klien yang didukung hambatan, baik dari pihak klien
dengan data subjektif dan data
maupun dari pihak penulis dalam
objektif yang meliputi tiga tahap
melakukan asuhan keperawatan.
yaitu: pre operasi, intra operasi 5. Evaluasi dari implementasi telah
dan post operasi. dilaksanakan antara lain masalah
2. Masalah keperawatan yang timbul keperawatan pre operasi teratasi
baik pada saat pre operasi, intra
sebagian dan menghentikan
operasi dan post operasi pada
intervensi. Masalah keperawatan
fraktur femur dengan tindakan
intra operasi dari kedua masalah
ORIF berdasarkan teori tidaklah
teratasi sebagian dan melanjutkan
berbeda jauh dengan yang terjadi intervensi di ruang perawatan,
di lapangan. Bahkan terdapat
demikian juga dengan masalah
masalah yang tidak muncul
keperawatan post operasi teratasi
dikarenakan keterbatasan waktu sebagian dan melanjutkan
penulis dalam pemberian asuhan
intervensi di ruang perawatan.
keperawatan pada klien.
3. Setelah dilakukan pengkajian dan Saran
analisa kasus muncul empat Berdasarkan diagnosa pada klien, yaitu:
pre pembahasan yang
operasidiangkatmasalah penulis memberikan
keperawatan ansietas yang bisa dijadikan berhubungan dengan prosedur
selanjutnya. Diantaranya pembedahan, intra operasi 1. Bagi mahasiswa
diangkat masalah keperawatanUntuklebih
resikosyokhipovolemikwawasantentang
berhubungan dengan perdarahankeperawatan pada klien
akibat pembedahan serta resiko
fraktur femur dengan intervensi
infeksi berhubungan dengan
keperawatan sesuai dengan teori
penurunan barier pertahanan yang digunakan. tubuh sekunder
terhadap tindakan 2. Bagi perawat
operasi. Dan post operasi diangkatUntuk lebih meningkatkan kualitas
masalah keperawatan kerusakandalammemberikanasuhan
integritas kulit berhubungankeperawatan pada klien dengan
dengan kerusakan sirkulasi danfrakturfemursehingga
penurunan sensasi akibat insisi hasil analisis dantelahdiuraikan,beberapasaranuntukprogramadalah:
meningkatkanasuhandengan

pembedahan.
15

Asuhan Keperawatan pada Sdr. A dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra di
RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

meminimalkan masalah Makasar: Universitas Negeri


keperawatan. Makasar. Skripsi. and
3. Bagi penulis KTI lainny NANDA (Nursing Diagnosis
Clasification). 2007. Diagnosa
Untuk lebih menggali lagi dan Nanda NIC & NOC disertai
meningkatkan teori-teori serta Discharge Planning. Philadelpia.
penemuan yang mendukung kasus Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
klien dengan fraktur femur. Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.
Price, A. Wilson. 2005. Patofisiologi
Appley, G. A. 2005. Orthopedi dan Fraktur Konsep Proses-Proses Penyakit,
Edisi IV. Jakarta: EGC.
Sistem Appley, Edisi VII. Jakarta: Saifuddin. 2005. Panduan Pencegahan
Widya Medika. Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan
Barbara, J. Gruendemann. 2003. Buku Ajar Kesehatan dengan Sumber Daya
Keperawatan Perioperatif, Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Volume I. Jakarta: EGC. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta:
EGC. EGC.
Doengoes, Marilyn. E. 2004. Rencana Smeltzer, Suzanne, C. Bare Brenda, G.
Asuhan Keperawatan: Pedoman 2004. Buku Ajar Keperawatan
Untuk Perencanaan dan Medikal Bedah Brunner &
Pendokumentasian Perawatan Suddarth, Edisi VIII. Jakarta:
Pasien, Edisi III. Jakarta: EGC. EGC.
Eliastham, Michael. 2008. Buku Saku Sudirman. 2011. Padatnya Arus Lalu
Penuntun Kedaruratan Medis. Lintas.
Jakarta: EGC. http://www.kompas.com/.html
Elise, R. P. 2009. Older Cancer Patients diakses pada tanggal 3 Oktober
Information and Support Needs 2012.
Surrounding Treatment: An Wilkinson, M. Judith. 2004. Buku Saku
Evaluation Through The Eyes of Diagnosa Keperawatan dengan
Patients, Relatives and Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
Professionals. BMC Nursing NOC. Jakarta: ECG.
Journal (online) Volume 8 Yao, F.S.F, Artusio. 2006. Anesthesiology,
(http://www.biomedcentral.com/1 Problem Oriented Patient
472-6955/8/1, diakses pada Management. USA: Lippincott
tanggal 2 November 2012). Williams and Wilkins.
Elizabeth, J. Corwin. 2003. Buku Saku Zimmerman. 2010. Diagnosis and
Patofisiologi. Jakarta: EGC. Management of Shock,
Pearce, C. Evelyn. 2006. Anatomi dan Fundamental Critical Support.
Fisiologi untuk Paramedis. Society of Critical. USA: Care
Jakarta: Gramedia Pustaka Medicine.
Utama.
Juniartha. 2007. Angka Kejadian Fraktur.
http://okezone.com diakses pada
tanggal 3 Oktober 2012.
Mansjoer, Arief. 2003. Kapita Selekta

Kedokteran, Edisi III. Jakarta:


Media Aesculapius.
Muzana, Darise. 2007. Observasi Peran
Perawat dalam Penerapan
Teknik Aseptik pada Perawatan
Luka Pasca Bedah di RSUP Dr.
Wahidin Sudiro Husodo.

Anda mungkin juga menyukai