Oleh Kelompok 3 :
I Made Brahmanta Dwikayana 1707521060
I Komang Dimas Wiyana 1707521067
Ni Wayan Eling Juliatri 1707521073
Anak Agung Ayu Intan Kusuma W 1707521074
Robert Bakhita Dos Martires Guterres De Sousa 1707521142
Putu Arie Mahawira Yuditira 1707521149
PENDAHULUAN
1.3Tujuan
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pinjaman tunai dan pinjaman non tunai
PEMBAHASAN
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana.
Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila
dana telah dihimpun. Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang
diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syari’ah (Hidayat, dkk, 2012:109). Keberhasilan suatu bank dalam
memenuhi maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal sebagai berikut:
4. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana (Trihandaru dan Budisantoso,
2009:95-96).
b. Sumber Penghimpun Dana Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
1. Dana Sendiri Bank sentral mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan
dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan
istilah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio—CAR).
2. Dana dari Deposan Dana dari deposan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Giro Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk
pemindahbukuan. Cek, merupakan perintah tak bersyarat kepada bank untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban rekening penarik cek. Bilyet giro, merupakan
surat perintah dari nasabah kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas
beban rekening penarik/pemilik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum dalam bilyet
giro tersebut. Jasa giro, merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada giran atas
sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
b. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan pihak bank.
Pihak bank akan memfasilitasi perpanjangan otomatis (automatic roll over—ARO) atas deposito
berjangka tersebut. Karena adanya ARO tersebut, maka bank harus membayar dana ini dengan
tingkat bunga yang relatif lebih besar dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk yang lain.
c. Tabungan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengn syarat
tertentu yang disepakati, berbeda dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat
dipersamakan dengan itu. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat
ini adalah dengan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan kartu debet.
d. Cara lain penghimpunan dana dari deposan Persaingan yang ketat dalam penghimpun dana
antar bank telah memunculkan produk-produk baru dalam penghimpun dana. Produkproduk baru
tersebut antara lain:
2) Deposit on call, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak
bank dengan nasabah.
3) Rekening giro terkait tabungan, merupakan fasilitas bank yang memungkinkan nasabah
menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati
kelebihan fasilitas rekening gironya. Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening
tabungan, sementara jika nasabah menarik cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro
tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan pemindahbukuan dari tabungan ke rekening
giro (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:96-99).
3. Dana Pinjaman
Dana pinjaman yang diperoleh bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat
berupa:
a. Call Money Merupakan sumber dana yang diperoleh bank berupa pinjaman jangka
pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini sering digunakan
oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi
kalah kliring atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh para deposan (rush).
b. Pinjaman antarbank Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga
diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain. Pinjaman ini dilakukan
bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk
memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atas
meningkatkan penerimaan bank.
c. Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI) Merupakan kredit yang diberikan oleh Bank
Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah kesulitan
likuiditas karena kalah kliring atau adanya penaikan dana secara besar-besaran oleh nasabah-
nasabah suatu bank (rush). Untuk kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepada
bank secara umum, maka BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada bank tersebut
sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:100)
Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha
perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut antara lain:
a. Setoran jaminan (Storjam) Merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh
nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Jasa-jasa bank yang memerlukan storjam ini
antara lain adalah Letter of Credit (L/C) dan Bank Garansi (BG). Dana storjam yang tersimpan di
bank tidak menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga
sehingga dana ini merupakan dana murah yang dapat digunakan bank untuk kegiatan usahanya.
b. Dana transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana.
Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari uang tunai ke suatu
rekening, atau sebaliknya. Dana transfer yang tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban
kepada bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana
murah bagi bank.
c. Surat Berharga Pasar Uang Salah satu akibat adanya serangkaian paket deregulasi
perbankan sejak 1980-an adalah diperkenalkannya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai
salah satu instrumen yang dipergunakan pihak bank untuk menghimpun dana. SBPU merupakan
surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara di diskonto oleh
Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat
membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan
likuiditas.
d. Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek
oleh BI dengan cara pembelian promes dan wesel yang diterbitkan oleh bankbank atas dasar
diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank
sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas diskonto ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas
diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar pengaturan dana bank sehari-hari dan
fasilitas diskonto yang diberikan dalam menggulangi kesulitan pendanaan karena rencana
pengerahan dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau jangka panjang
oleh nasabah (mismatch) (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:95-96).
Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam
pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat tiga hal utama yang selalu
menjadi perhatian bank. Ketiga hal tersebut adalah risiko, hasil, dan jangka waktu.
Gambar 2.1
Hubungan antara Risiko dan Rate of Return Sumber: Budisantoso dan Nuritomo, 2015:131
Menyadari situasi tersebut, suatu bank biasanya terlebih dahulu menentukan tingkat risiko
tertentu yang bersedia ditanggung. Setelah mentukan tingkat risiko, kemudia menentukan
alternatif bentuk aset yang diinginkan. Tingkat risiko yang diharapkan tidaklah mungkin sama
dengan nol karena pada dasarnya tidak ada bentuk aset yang sama sekali tidak berisiko.
memerlukan berbagai bentuk aset yang disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, bank memilih berbagai macam bentuk aset dengan
mempertimbangkan jangka waktu aset tersebut dapat dijadikan likuid. Adanya sumber-sumber
dana jangka pendek menuntut agar bank mengalokasikan sejumlah dananya dalam bentuk aset
yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. Secara lebih rinci, alokasi dari dana yang telah berhasil
dihimpun oleh bank dapat dalam bentuk-bentuk berikut.
a) Cadangan primer (primary reserves) Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas,
saldo pada bank sentral, saldo pada bank lain, dan warkat dalam proses penagihan. Aset ini
ditunjukan terutama untuk memenuhi ketentuan Reserve Requirement yang ditentukan oleh bank
sentral dan juga untuk kegiatan usaha sehari-hari seperti penarikan dana oleh nasabah,
penyelesaian kliring, pemberian kredit, kewajiban yang akan jatuh tempo.
b) Cadangan sekunder Di Indonesia aset ini dapat berupa Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito. Pada saat
suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam
SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. Penempatan dana
dalam bentuk cadangan sekunder ini terutatama ditunjukan untuk: