Anda di halaman 1dari 4

Patogenesis

Otitis media akut (OMA) terjadi akibat adanya gangguan pada faktor pertahanan tubuh.
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA. Dengan
adanya sumbatan yang merusak faktor pertahanan tubuh sebagai pencegah invasi kuman ke dalam
tuba Eustachius maka terjadi peradangan pada mukosa. Hal ini menyebabkan fungsi tuba
Eustachius Eustachius (ventilasi, drainase, proteksi ) terganggu sehingga menyebabkan terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga tengah. Pada umumnya pencetus terjadinya OMA adalah infeksi
saluran napas atas (ISPA), antara lain Rinitis akut, Rinosinusitis, Tonsilitis, Faringitis
menyebabkan mukosa tuba Eustachius bagian nasofaring menjadi hiperemis dan edema, sehingga
terjadi obstruksi. Semakin sering terkena ISPA maka kemungkinan terjadinya OMA semakin
besar.

Klasifikasi

Ada empat stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa pada telinga tengah (Ballenger):

1. Stadium Hiperemis

Terjadi edema pada mukoperiosteum telinga tengah dan mastoid, udara yang berada dalam telinga
tengah diabsorpsi. Selanjutnya terjadi proses transudasi dan eksudasi cairan serofibrinosa kedalam
kavum timpani mengakibatkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Gejala klinis: Rasa penuh, gangguan pendengaran, nyeri telinga, dan demam 13 Pemeriksaan
otoskopi: Membran timpani hiperemis, cembung (bulging).

2. Stadium Supurasi

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan
pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis pada mukosa
dan submukosa. Bila penyakit berlanjut atau tidak dilakukan miringotomi pada kuadran postero-
inferior, maka membran timpani akan perforasi. Cairan yang keluar mula-mula serosanguinous,
lama-kelamaan berubah menjadi mukopurulen atau purulen. Gejala klinik: Nyeri telinga berkurang
dan demam akan menurun Pemeriksaan otoskopi: Sekret mukopurulen keluar melalui perforasi
pada pars tensa membran timpani.

3. Stadium Komplikasi
Komplikasi utama adalah mastoiditis dengan perluasan sekunder ke sinus venosus, meningen atau
labirin yang terjadi karena drainase yang tidak adekuat melewati aditus ad antrum akibat mukosa
atik yang menebal. Gejala klinik: Demam subfebris dan nyeri pada daerah mastoid Tanda klinik:
Terdapat nyeri tekan dan penebalan periosteum korteks mastoid. Bila teraba massa yang
berfluktuasi, maka terjadi abses subperiosteum. Pemeriksaan otoskopi: Tampak dinding
posterosuperior liang telinga menggantung (sagging)

4. Stadium Resolusi

Infeksi mereda dan terjadi penyembuhan pada telinga. Sekret telinga mengering, edema berkurang,
dan pendengaran akan normal kembali. Perforasi membran timpani yang kecil dapat menutup
kembali.

Klasifikasi menurut Djafar ZA, Helmi dan Restuti RD dalam Noverta (2013) Tanda dan gejala
pada OMA bergantung pada stadium penyakit pasien, dimana pada umumnya OMA memiliki lima
stadium, antara lain :

1. Stadium oklusi tuba Eustachius


Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat adanya tekanan
negatif didalam telinga tengah yang terjadi karena absorpsi udara. Membran timpani kadang
tampak normal atau berwarna keruh pucat.

2. Stadium hiperemis ( stadium pre-supurasi)


Pada stadium ini dapat dilihat adanya pelebaran pembuluh darah pada membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis disertai edema.
3. Stadium supuratif
Terjadinya edema yang hebat pada mukosa telinga tengah, hancurnya sel epitel superfisial, dan
telah terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani sehingga menyebabkan penonjolan
(bulging) membran timpani ke arah liang telinga luar merupakan tanda yang dapat ditemukan pada
stadium supuratif ini. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, terjadi peningkatan suhu dan
nadi, serta adanya nyeri telinga yang dirasakan bertambah berat.

4. Stadium perforasi
Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah yang berada di dalam kavum
timpani mengalir ke liang telinga luar. Pasien tampak lebih tenang dari sebelumnya dan terjadi
penurunan suhu.

5. Stadium resolusi
Pada stadium ini membran timpani yang perforasi dapat kembali normal secara perlahan-lahan
tanpa pengobatan jika daya tahan tubuh pasien baik atau virulensi kuman rendah.
Prognosis:

Quo ad vitam: ad bonam

Quo ad functionam: dubia ad bonam

Daftar Pustaka

1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13 jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara.
2. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Teling Hidung-Tenggorokan. Edisi
5. Jakarta: FKUI.
3. Adams, Boies, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai