Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Teknik Pemetaan Partisipatif Untuk Mendukung Penyusunan Basis Data Penggunaan Lahan Desa ............................

(Marjuki)

PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK


MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA SPASIAL PENGGUNAAN
LAHAN DAN SUMBERDAYA DESA
Studi Kasus Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
(Application Of Participatory Mapping Techniques To Support The Development Of Village
Land-Use And Resources Spatial Database
Case Study Of Sendangadi Village, Mlati District, Sleman Regency, Yogyakarta
Special Area)
Bramantiyo Marjuki
Balai Pemetaan dan Informasi Infrastruktur, Pusat Data dan Teknologi Informasi,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Republik Indonesia
Jalan Pattimura No.20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110
E-mail: b_marjuki@pu.go.id

ABSTRAK
Peningkatan perhatian pada isu-isu kewilayahan memerlukan dukungan data dan informasi geospasial
yang detil, akurat, terkini dan lengkap. Berbagai inisiasi pemetaan telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan
tersebut. Di sisi lain, teknik pemetaan konvensional memiliki keterbatasan dalam memperoleh data dan
informasi spasial di permukaan bumi, terutama pada skala besar yang mensyaratkan perolehan data yang
lebih akurat dan rinci. Kajian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi kemanfaatan teknik pemetaan partisipatif
guna mendukung teknik pemetaan konvensional dalam memperoleh data dan informasi spasial pada skala
besar secara cepat dan berbiaya rendah, dengan mengambil studi kasus di Desa Sendangadi, Kecamatan
Mlati, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kajian yang diperoleh menunjukkan bahwa
penerapan teknik pemetaan partisipatif dapat menghasilkan data dan informasi spasial yang tidak mudah
diperoleh menggunakan teknik pemetaan konvensional, seperti misalnya, batas rukun tetangga, batas rukun
warga, batas dusun dan saluran irigasi. Selain itu, teknik ini dapat melengkapi hasil yang diperoleh dari
pemetaan konvensional, utamanya pada aspek toponimi, seperti perolehan informasi nama jalan, kelas jalan,
nama dan jenis fasilitas umum yang ada di lingkungan desa, dan potensi desa.

Kata kunci: peta sumber daya desa, pemetaan partisipatif, basis data spasial desa.

ABSTRACT
Regional issues requires detailed, accurate, current and complete geospatial data and information.
Various conventional mapping initiatives in Indonesia have been carried out to meet these requirements. On
the other hand, conventional mapping techniques have limitations to obtain earth's surface spatial data and
information, especially on a large scale which requires more accurate and detailed data. This study was
intended to explore the usefulness of participatory mapping techniques to support conventional mapping
techniques to obtain spatial data and information on a large scale quickly and at low cost, by taking a case
study in Sendangadi Village, Mlati District, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta. The results of the
study show that the application of participatory mapping techniques can produce spatial data and information
that is not easily obtained using conventional mapping techniques, such as neighborhood and hamlet
boundaries or irrigation channels. Also, this technique can complement the results obtained from conventional
mapping, especially on objects toponymy, such as street names, road classes, names and types of public
facilities, and village resources.

Keywords: village resources map, participatory mapping, village spatial database

PENDAHULUAN
Meningkatnya perhatian akan isu – isu kewilayahan seperti kerawanan bencana, penataan
ruang, pengelolaan sumber daya alam, dan pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir memerlukan dukungan data dan informasi geospasial guna mendukung
penyelesaian isu – isu tersebut. Inisiasi program nasional peningkatan kualitas dan kuantitas
1
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

informasi geospasial tematik telah dilaksanakan dalam kerangka Kebijakan Satu Peta (Hasyim et al.
2016), dengan berbagai program pendukung, baik sebelum maupun sesudah Kebijakan Satu Peta
diluncurkan, seperti misalnya Program Penyediaan Citra Tegak Resolusi Tinggi Nasional (Martha et
al. 2012), Integrasi Peta Penutup Lahan Nasional (Nurwadjedi et al. 2015), dan INA-SDI (Karsidi,
2012). Urgensi penyediaan informasi geospasial tematik skala besar (tingkat kecamatan dan desa)
saat ini juga semakin menguat seiring dengan diberlakukannya Undang-undang No.4 Tahun 2011
tentang Informasi Geospasial beserta peraturan turunannya, Undang-undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa beserta peraturan turunannya, dan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No.
3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan pemetaan partisipatif dalam kegiatan – kegiatan
pemetaan semakin meluas. Aplikasi – aplikasi yang banyak menggunakan pemetaan partisipatif
sebagai salah satu alternatif teknik perolehan data spasial antara lain di bidang pengelolaan sumber
daya alam, perencanaan aktivitas pertanian, implementasi lokasi penempatan sarana pendidikan
dan kesehatan, penegasan batas wilayah, dan pengurangan risiko bencana (Chambers, 2008).
Pemetaan partisipatif sendiri dapat didefinisikan sebagai metode pemetaan yang melibatkan
masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku pemetaan di wilayahnya (Hidayat et al.
2005). Pemetaan partisipatif dapat menjadi alternatif metode pemetaan, dimana informasi rinci
suatu wilayah tidak mudah didapatkan dengan cara pemetaan konvensional, atau pada kondisi
dimana pemetaan konvensional memerlukan waktu yang relatif lama untuk diselesaikan. Melalui
pemetaan partisipatif, aktivitas pemetaan dapat menghadirkan nara sumber yang mempunyai
keterkaitan erat dengan wilayah yang dipetakan, sehingga berbagai data dan informasi dapat
dikumpulkan dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa masyarakat lokal
mempunyai kapasitas dan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkungan tempat tinggalnya
(Thomas-Slayter, 1995). Contoh – contoh keberhasilan penerapan pemetaan partisipatif di Indonesia
untuk pemetaan batas wilayah maupun sumber daya pada tingkat desa antara lain oleh Budisusanto
et al. (2014); Hapsari dan Cahyono, (2014); Rini et al. (2015); dan Zulkarnain, (2014).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa teknik pemetaan partisipatif mempunyai
potensi untuk dimanfaatkan dalam inventarisasi dan pengumpulan data spasial sumber daya desa
yang lengkap, komprehensif dan rinci. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi kepentingan
tersebut. Melalui pemberdayaan pengetahuan kewilayahan dari perangkat desa, maka data dan
informasi spasial sumber daya desa yang hanya tersimpan dalam peta mental masyarakat lokal atau
perangkat desa dapat ditransmisikan dalam bentuk data spasial yang mempunyai dasar penentuan
lokasi yang jelas dan baku, serta dapat mendukung secara strategis upaya – upaya penguatan dan
pengayaan informasi geospasial tematik nasional.

METODE
Lokasi Penelitian
Kajian penyusunan basis data spasial skala desa menggunakan informasi dari pemetaan
partisipatif dilaksanakan di Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. (Gambar 1). Desa Sendangadi merupakan salah satu dari empat desa di Kecamatan
Mlati, Kabupaten Sleman. Jumlah penduduk pada Tahun 2016 sebesar 18.650 orang yang terdiri
dari 9.465 penduduk laki-laki dan 9.185 penduduk perempuan. Mata Pencaharian penduduk terbesar
adalah sebagai petani, diikuti pedagang (Monografi Desa Sendangadi, 2016). Desa ini terletak
kurang lebih 7 kilometer ke arah utara dari Kota Yogyakarta, dan termasuk dalam aglomerasi
Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY/Greater Yogya) menurut Peraturan Daerah DIY No.2 Tahun
2011. Luas wilayah Desa Sendangadi secara keseluruhan adalah 536 Ha, dengan potensi desa antara
lain di sektor peternakan, pertanian, perikanan, perdagangan dan jasa.

2
Penerapan Teknik Pemetaan Partisipatif Untuk Mendukung Penyusunan Basis Data Penggunaan Lahan Desa ............................(Marjuki)

Gambar 1. Lokasi Relatif Desa Sendangadi Jika Dilihat Dari Kota Yogyakarta.
Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
sekunder yang digunakan meliputi citra satelit resolusi tinggi dari layanan Google Earth dengan
waktu perekaman citra Bulan Juli Tahun 2016, data jaringan jalan dan blok bangunan dari layanan
Open Street Map, dan peta blok persil tanah dari pemerintah desa. Adapun data primer yang
dihasilkan dari kajian ini antara lain, penggunaan lahan, batas wilayah, infrastruktur dan fasilitas
umum desa, serta usaha – usaha ekonomi dan perdagangan yang ada di dalam wilayah desa
Teknik Pemetaan
Pembuatan Peta Penggunaan Lahan berbasis interpretasi citra penginderaan jauh dapat
dilakukan menggunakan dua metode, yaitu intepretasi visual dan klasifikasi dijital. Interpretasi visual
biasanya dilakukan pada data penginderaan jauh yang berformat analog/cetakan atau secara dijital
melalui digitasi pada layar monitor. Pada proses interpretasi visual, interpreter berusaha mengenali
obyek di permukaan bumi dengan mendasarkan pada kunci interpretasi yang terdiri dari rona/warna,
bentuk, pola, tekstur, bayangan, ukuran, asosiasi dan situs (Sutanto, 1986). Obyek yang
teridentifikasi kemudian di deliniasi batasnya dan akhirnya dihasilkan sebuah peta tematik sebaran
obyek hasil identifikasi. Sedangkan pada klasifikasi dijital, proses pengenalan obyek dilakukan secara
otomatis oleh komputer. Komputer mengenali obyek hanya berdasarkan pada dua aspek, yaitu
atribut spektral/warna dan atribut spasial/tekstur. Oleh karena itu penggunaan klasifikasi dijital
hanya terbatas untuk pemetaan penutup lahan atau penggunaan lahan yang mempunyai tekstur
spesifik saja.
Teknik interpretasi visual dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pemetaan
penggunaan lahan. Sebagai dasar interpretasi, digunakan citra satelit resolusi tinggi terbaru. Hasil
peta penggunaan lahan yang diperoleh kemudian divalidasi dan dilengkapi informasinya dari hasil
kegiatan pemetaan partisipatif. Pemetaan penggunaan lahan dalam penelitian ini menggunakan
skema klasifikasi penggunaan lahan dalam Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3
Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa.
Teknik pemetaan partisipatif dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut Cadag dan
Gaillard (2012). Teknik pemetaan partisipatif tersebut antara lain Ground Mapping, Stone Mapping,
Sketch Mapping, Scaled 2D Mapping, WebGIS based Mapping dan GPS Mapping. Adapun teknik
pemetaan partisipatif yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik Scaled 2D Mapping, yaitu teknik
pemetaan partisipatif dimana nara sumber menggambarkan informasi yang diketahui
(menggunakan alat tulis dan gambar) ke dalam peta dasar dalam bentuk cetak. Teknik Scaled 2D
Mapping lebih dipilih daripada metode pemetaan partisipatif lain dengan pertimbangan: (1) nara
sumber yang dilibatkan adalah perangkat desa yang sudah cukup familiar dengan peta dan foto
3
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

udara; (2) memungkinkan adanya dialog dua arah antara peneliti dengan nara sumber guna
meminimalisir distorsi informasi yang dipetakan. Peta dasar yang digunakan adalah citra satelit
resolusi tinggi yang ditumpang-susunkan dengan peta persil tanah yang dimiliki oleh pemerintah
desa. Penggunaan peta persil tanah sebagai salah satu informasi dalam peta dasar merupakan
permintaan dari nara sumber. Pada umumnya nara sumber perangkat desa (kepala padukuhan) di
masa lalu menggunakan peta persil sebagai dasar untuk mengingat berbagai obyek spasial di
wilayah yang ditanganinya, sehingga kombinasi antara citra satelit resolusi tinggi dan peta persil
dapat memaksimalkan proses ekstraksi berbagai informasi yang diketahui nara sumber, dan
memudahkan transfer informasi dari bentuk peta mental (mental map) ke peta fisik (physical map).
Hasil pemetaan partisipatif kemudian diubah menjadi bentuk digital melalui proses scanning
peta cetak hasil penggambaran oleh nara sumber, dilanjutkan proses georeferencing peta hasil scan,
dijitasi komputer untuk memperoleh data spasial dalam bentuk vektor, dan diakhiri dengan pengisian
data atribut. Hasil pemetaan partisipatif kemudian diintegrasikan dengan hasil pemetaan
penggunaan lahan yang dilakukan peneliti, sebagai pelengkap informasi hasil pemetaan penggunaan
lahan dan sekaligus menjadi bahan validasi hasil pemetaan penggunaan lahan. Hasil pemetaan yang
telah dilakukan kemudian disampaikan kembali kepada nara sumber untuk divalidasi dan dikoreksi
apabila ditemukan kesalahan. Produk akhir hasil kegiatan pemetaan kemudian dikompilasi dalam
bentuk basis data spasial geodatabase, dan didiseminasikan dalam bentuk peta cetak. Standar
penyajian peta cetak dalam penelitian ini mengikuti Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial
Nomor 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa. Gambaran umum proses
penelitian dan pemetaan yang dilakukan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 3. Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif Menggunakan Teknik Scaled 2D Mapping.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif
Pelaksanaan pemetaan partisipatif untuk identifikasi sumber daya desa dilaksanakan melalui
serangkaian Focus Group Discussion dan pertemuan – pertemuan informal yang dilaksanakan di
Balai Desa Sendangadi pada Bulan September hingga Desember Tahun 2016. Nara sumber yang
dilibatkan antara lain 14 kepala padukuhan(dusun) di Desa Sendangadi dan Kepala Bagian
Pemerintahan Desa Sendangadi. Proses pemetaan partisipatif dilaksanakan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Nara sumber (kepala padukuhan) diminta mengamati peta dasar dalam format cetak
ukuran A0 yang meliput wilayah padukuhan sesuai dengan wilayah kerja setiap kepala
padukuhan. Peta dasar yang digunakan berisi informasi citra satelit resolusi tinggi yang
ditumpangsusunkan dengan peta batas persil tanah.
2. Nara sumber mengidentifikasi dan mendeliniasi setiap obyek yang dapat dikenali dari peta
dasar menggunakan alat tulis yang disediakan, yang dilanjutkan dengan pemberian
keterangan nama obyek yang berhasil diidentifikasi dan dideliniasi (Gambar 2).
4
Penerapan Teknik Pemetaan Partisipatif Untuk Mendukung Penyusunan Basis Data Penggunaan Lahan Desa ............................(Marjuki)

3. Peneliti mengkonfirmasi setiap obyek yang digambarkan setiap nara sumber dengan nara
sumber yang lain untuk menjamin konsistensi informasi dan meminimalisir kesalahan
(distorsi) hasil pemetaan.

Gambar 3. Pelaksanaan Pemetaan Partisipatif Menggunakan Teknik Scaled 2D Mapping.


Berdasarkan hasil pemetaan partisipatif yang telah dilakukan, nara sumber berhasil
mengidentifikasi beberapa jenis data dan informasi spasial desa, baik yang termasuk dalam kategori
informasi geospasial dasar maupun informasi geospasial tematik, yang sebagian diantaranya belum
termuat dalam peta dasar nasional. Daftar lengkap jenis data yang berhasil diidentifikasi dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Data yang Berhasil Terpetakan dalam Pemetaan Partisipatif.
Kelompok Tema Jenis Data Kelengkapan Informasi
Batas Desa (garis/polyline)
Batas Padukuhan (Dusun) (garis/polyline)
Batas Wilayah -
Batas Rukun Warga (RW) (garis/polyline)
Batas Rukun Tetangga (RT) (garis/polyline)
Sekolah Dasar (Luasan / Polygon)
Sekolah Mengengah Pertama (Luasan / Polygon)
Fasilitas Pendidikan Dilengkapi Nama Fasilitas
Sekolah Menengah Atas (Luasan / Polygon)
Universitas / Sekolah Tinggi (Luasan / Polygon)
Rumah Sakit (Luasan / Polygon)
Klinik Umum/Klinik Bersalin (Luasan / Polygon)
Fasilitas Kesehatan Dilengkapi Nama Fasilitas
Puskesmas (Luasan / Polygon)
Posyandu (Luasan / Polygon)
Pemakaman (Luasan / Polygon)
Pos Kamling (Luasan / Polygon)
Fasilitas Sosial Lain Balai Warga (Luasan / Polygon) Dilengkapi Nama Fasilitas
Kantor Lembaga Swadaya Masyarakat (Luasan /
Polygon)
Fasilitas Masjid (Luasan / Polygon)
Dilengkapi Nama Fasilitas
Peribadatan Gereja (Luasan / Polygon)
Bank (Luasan / Polygon)
Rumah Makan (Luasan / Polygon)
Dealer Kendaraan Bermotor (Luasan / Polygon)
Fasilitas Ekonomi, Bengkel Kendaraan Bermotor (Luasan / Polygon)
Perdagangan dan Pabrik (Luasan / Polygon) Dilengkapi Nama Fasilitas
Jasa SPBU (Luasan / Polygon)
Pergudangan (Luasan / Polygon)
Hotel / Penginapan (Luasan / Polygon)
Kompleks Pertokoan (Luasan / Polygon)
Sawah Irigasi Teknis (Luasan / Polygon)
Pertanian.
Sawah Tadah Hujan (Luasan / Polygon)
Perkebunan, Dilengkapi Nama Fasilitas
Bendung (Titik/ Point)
Peternakan
Saluran Irigasi (garis/polyline)
5
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

Kelompok Tema Jenis Data Kelengkapan Informasi


Kolam Perikanan Air Tawar (Luasan / Polygon)
Perkebunan Rakyat (Luasan / Polygon)
Jalan Nasional (garis/polyline)
Jalan Provinsi (garis/polyline)
Transportasi Jalan Kabupaten (garis/polyline) Dilengkapi Nama Fasilitas
Jalan Kecamatan / Desa (garis/polyline)
Jalan Kampung / Jalan Gang (garis/polyline)
Permukiman Kampung (Luasan / Polygon)
Perumahan dan
Rumah Susun (Luasan / Polygon) Dilengkapi Nama Fasilitas
Permukiman
Kompleks Perumahan (Luasan / Polygon)
Pariwisata Obyek Wisata (Titik/ Point) Dilengkapi Nama Fasilitas
Kantor Desa (Luasan / Polygon)
Kantor Padukuhan (Luasan / Polygon)
Pemerintahan Kantor Instansi Pemerintah Pusat/Daerah lainnya Dilengkapi Nama Fasilitas
(Luasan / Polygon)
Tanah Kas Desa (Luasan / Polygon)
Sumber: Survei Lapangan (2017)
Kompilasi Hasil Pemetaan
Hasil pemetaan partisipatif kemudian diolah lebih lanjut dalam perangkat lunak Sistem Informasi
Geografi (SIG) untuk memperoleh data spasial dalam format vektor. Proses – proses yang dilakukan
dalam kompilasi data antara lain: (1) scanning peta hasil pemetaan partisipatif menggunakan teknik
2D Scaled Mapping; (2) georeferencing peta hasil scanning dengan mengacu pada citra satelit yang
telah mempunyai referensi koordinat permukaan bumi (map to image registration); (3) delineasi
ulang hasil pemetaan partisipatif secara dijital dalam lingkungan SIG; (4) input data atribut seperti
nama obyek, luas dan panjang obyek, dan informasi lain yang relevan. Data spasial yang dihasilkan
kemudian dikompilasi dalam sebuah basis data dengan format file geodatabase. Struktur komplikasi
basis data yang dihasilkan disajikan secara konseptual pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Basis Data Spasial.

Verifikasi Dan Validasi Data


Verifikasi dan validasi data dilakukan untuk memastikan tidak adanya kesalahpahaman antara
informasi yang digambarkan dalam kegiatan pemetaan partisipatif oleh nara sumber, dengan peneliti
yang menterjemahkan hasil pemetaan partisipatif dalam bentuk data geospasial dijital. Proses
verifikasi dan validasi data dilaksanakan dalam sebuah diskusi bersama terfokus (Focus Group
6
Penerapan Teknik Pemetaan Partisipatif Untuk Mendukung Penyusunan Basis Data Penggunaan Lahan Desa ............................(Marjuki)

Discussion) antara peneliti dan para nara sumber. Dari proses verifikasi yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa beberapa narasumber ternyata tidak konsisten dalam memberikan informasi antara
pada tahap pelaksanaan pemetaan dengan tahap verifikasi, sehingga proses penerjemahan data
hasil pemetaan sebagian harus direvisi (Gambar 4). Melalui proses verifikasi dan validasi data, hasil
pemetaan dapat lebih akurat, baik dari aspek geometrik maupun substansi.

Gambar 4. Hasil Verifikasi dan Validasi Data


Visualisasi Kartografis Hasil Pemetaan
Hasil kompilasi data yang sudah diverifikasi dan divalidasi kemudian ditampilkan secara
kartografis dalam peta penggunaan lahan desa (Gambar 6). Peta berisikan informasi penggunaan
lahan terbaru disertai informasi – informasi tambahan yang direpresentasikan dalam bentuk anotasi,
untuk memperkaya informasi yang ditampilkan di dalam peta (Gambar 5). Acuan simbolisasi, tata
letak layout, dan visualisasi informasi tepi peta dalam hal ini semaksimal mungkin mengikuti
spesifikasi dalam Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Spesifikasi teknis penyajian peta desa.

Gambar 6. Visualisasi Penggunaan Lahan dan Sumberdaya Desa.


7
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

Gambar 6. Hasil Verifikasi dan Validasi Data.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik
pemetaan partisipatif untuk pemetaan sumber daya desa dengan melibatkan nara sumber yang
berkompeten di lingkungan desa dapat melengkapi teknik pemetaan konvensional guna
menghasilkan produk peta sumber daya desa yang lebih komprehensif. Berbagai informasi spasial
yang tersimpan dalam mental map nara sumber dapat diterjemahkan dalam obyek spasial, termasuk
informasi – informasi yang sulit diperoleh menggunakan teknik pemetaan konvensional, seperti
misalnya batas rukun warga, batas rukun tetangga dan batas dusun. Pemetaan partisipatif juga
dapat melengkapi atribut obyek dari hasil pemetaan konvensional, seperti pemisahan kelas jalan,
informasi nama jalan, serta jenis dan nama fasilitas umum. Melihat besarnya manfaat strategis dari
teknik pemetaan partisipatif dalam kegiatan survei dan pemetaan skala besar, setiap kegiatan
pemetaan skala besar yang dilaksanakan organisasi pemerintah dan non pemerintah disarankan
dapat mempertimbangkan penggunaan teknik ini disamping teknik pemetaan konvensional guna
memperoleh hasil pemetaan yang lebih detil, akurat dan lengkap, baik secara tematik maupun
geometrik.
Penelitian ini lebih difokuskan untuk menggali pengetahuan dari nara sumber yang dilibatkan
dalam penelitian, guna memperoleh data dan informasi spasial tematik sekaya dan seberagam
mungkin. Penelitian ini belum mengupayakan akurasi geometrik hasil pemetaan agar sesuai dengan
standar akurasi geometrik peta skala 1:5.000 yang telah ditetapkan melalui peraturan
perundangan/peraturan Kepala BIG. Penyediaan peta dasar atau citra satelit/foto udara yang
memiliki kualitas dan akurasi geometrik yang memenuhi standar akurasi geometrik peta skala
1:5.000 akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kualitas geometrik dari data dan informasi
spasial yang diperoleh dari hasil penelitian.

8
Penerapan Teknik Pemetaan Partisipatif Untuk Mendukung Penyusunan Basis Data Penggunaan Lahan Desa ............................(Marjuki)

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten
Sleman beserta perangkat desa terkait, yang telah memfasilitasi, mendukung dan membantu
pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Budisusanto, Y., Khomsin, Purwanti, R., Aninda, N. M. F., Widiastuty, R. (2014). Pemetaan Partisipatif Batas
Kelurahan di Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Geoid, 10 (1), 87-92.
Cadag, J. R. D., & Gaillard, J. C. (2012). Integrating Knowledge and Actions in Disaster Risk Reduction: the
Contribution of Participatory Mapping. Area, 44 (1), 100-109.
Hapsari, H., & Cahyono, A. B. (2014). Pemetaan Partisipatif Potensi Desa (Studi Kasus: Desa Selopatak,
Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto). Geoid, 10 (1), 99-103.
Karsidi, A. (2012). The Role of the Ina-SDI in Supporting the Development of the Geospatial Industry in
Indonesia. Geografia, 8 (1), 83-93.
Martha, S., Poniman, A., & Hartono. (2014). Synergy Approach for Implementing the Policy on High Resolution
Imagery to Accelerate Basic and Thematic Geospatial Information . International Journal of Remote
Sensing and Earth Sciences, 11 (1). 55-62.
Rini., Derita, D., & Endayani, S. (2015). Pemetaan Tata Batas Secara Partisipatif Setelah Pemekaran Dengan
Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota. Jurnal Agrifor, 14
(1), 95-102.
Zulkarnain, I. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemetaan Partisipatif Untuk Identifikasi dan
Pemetaan Wilayah Adat Suku Lom di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka . Beranda, 1 (1), 9-17.
Chambers, R. (2008). Revolutions in Development Inquiry. London: Earthscan.
Hidayat, R., Adhi, W., & Bachriadi D (ed). (2005). Seri Panduan Pemetaan Partisipatif. Bandung: Garis
Pergerakan.
Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Thomas-Slayter, B. (1995). A brief history of participatory methodologies. Dalam Slocum, R., Wichart, L.,
Rocheleau, D., Thomas-Slayter, B. (Eds.), Power, Process and Participation: Tools for Change. London:
Intermediate Technology Publications.
Kepala Badan Informasi Geospasial. (2016). Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun
2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa. Badan Informasi Geospasial. Cibinong, Bogor.
Nurwadjedi, Sampurno, Suprajaka, & Deny, D. T. W. (2015). Developing National Geospatial Thematic
Information on Land Cover/Land Use: An Implementation of One Map Policy . FIG Working Week 15,
Bulgaria.

9
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional

Halaman ini sengaja kami kosongkan

10

Anda mungkin juga menyukai