Anda di halaman 1dari 10

PENYAMPELAN

A. Populasi, Elemen, Sampel, Sampling Unit, dan Subjek


Istilah-istilah tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan ketika membahas
tentang pengambilan sampel penelitian. Menurut Indriantoro & Supomo (2002:115) populasi
adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal yang menjadi objek penelitian dengan
karasteristik tertentu.

Elemen merupakan satu anggota populasi. Sampel adalah sekelompok atau sebagian
dari populasi. Unit sampel merupakan sekelompok elemen. Dan subjek adalah satu anggota
dari populasi.
Sedangkan pengambilan sampel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai proses memilih
sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan
pemahaman tentang sifat atau karasteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan
sifat atau karasteristik tersebut pada elemen populasi.
1. Alasan Pengambilan Sampel
Alasan pengambilan sampel adalah tidak lain untuk mengumpulkan data penelitian
secara praktis sehingga mampu mengurangi rentan waktu penelitian, biaya penelitian, dan
ketelitian dalam pengolahan data penelitian. Karena kita mengetahui bahwa jika populasi
dari subjek penelitian diambil semua oleh peneliti akan mengakitkan rentan waktu
penelitian yang lama, dibutuhkan biaya yang besar, dan tingkat ketelitian yang lebih cermat
pula karena data yang diolah banyak (Sekaran, 2006: 124). Hal tersebut senada dengan
Cooper & Schindler (2006: 113) yang menyebutkan alasan yang mendorong pengambilan
sampel, yaitu biaya lebih rendah, hasil yang lebih akurat, dan pengumpulan data yang lebih
cepat.
Sedangkan Davis & Cosenza, 1993:219-220; Zikmund, 2000:339-340 dalam
Kuncoro (2013:119) alasan utama penggunaan sampel adalah:
 Kedala sumber daya. Berupa kendala waktu, dana, dan sumberdaya lain yang terbatas
jumlahnya. Penggunaan sampel akan menghemat sumber daya untuk menghasilkan
penelitian yang lebih dapat dipercaya daripada sensus.
 Ketepatan. Melalui pemilihan desain sampel yang baik, peneliti akan memperoleh data
yang akurat, dengan tingkat kesalahan yang relative rendah.
 Pengukuran destruktif. Kadang-kadang pengukuran dilakukan merupakan pengukuran
destruktif. Contoh apabila sebuah perusahaan yang memproduksi ban, dan kita harus
menguji seberapa kemampuan tiap ban`dalam menyimpan udara dengan meniup setiap
ban sampai meletus, maka kita tidak memiliki ban lagi yang dijual ke pasar.
2. Normalitas Distribusi
Berdasarkan teori limit tengah menyatakan bahwa distribusi pengambilan sampel
dari rata-rata sampel berdistribusi normal. Saat ukuran n bertambah, rata-rata sampel acak
yang diambil dari pendekatan populasi apapun merupakan distribusi normal dengan rata-
rata µ dan standar deviasi ð.
3. Karasteristik Sampel yang Baik
Suatu sampel dikatakan representatif manakalah sampel tersebut sudah dianggap
cukup mewakili dari jumlah populasi, dimana dalam istilah pengukuran sering disebut
sampel harus valid. Dimana validitas sebuah sampel itu tergantung pada dua hal, yaitu:
akurasi dan presisi (Cooper & Schindler, 2006: 116-117). Pertama, akurasi merupakan
tingkat ketidakbiasan sampel. Kedua, presisi merupakan seberapa dekat sampel tersebut
mampu menggambarkan populasi. Dimana hal ini biasanya diukur dengan
menggunakan standard error estimate atau perkiraan standar eror. Yogiyanto (2010:74-
76) menjelaskan untuk meningkatkan akurasi sampel, maka peneliti harus memperhatikan;
1) pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat
2) Menghindari bias di seleksi sampel
3) Mengnghindari bias hanya di perusahaan-perusahan yang bertahan.
Sedangkan presisi yang tinggi adalah manakalah mempunyai kesalahan pengambilan
sampel (sampling error) rendah.
Berbeda dengan Kuncoro (2013: 120) menyebutkan setidaknya terdapat empat
karasteristik sampel yang baik, yaitu:
 Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan sengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.
 Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis untuk
menjadi sampel.
 Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel daripada harus melakukan sensus.
 Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistik.
B. Proses Pemilihan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mewakili populasi penelitian.
Untuk memperoleh sampel yang dapat mewakili karasteristik popuplasi, diperlukan metode
pemilihan sampel yang tepat sehingga dapat mencerminkan informasi dari populasi secara
keseluruhan. Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan.
Tahapan proses pemilihan sampel yang terdiri dari:
1. Penentuan Populasi
Proses yang pertama untuk melakukan pemilihan sampel adalah penentuan
populasi. Populasi bisa terbatas ataupun tak terbatas. Sebagai contoh populasi terbatas
adalah penelitian terhadap perilaku manager muda pada tiga perusahaan manufaktur.
Sedangkan contoh populasi tidak terbatas adalah penelitian pada perilaku manager
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel
Unit pemilihan sampel adalah sekelompok elemen. Dari populasi penelitian,
elemen yang akan dikelompokkan menjadi satu atau beberapa kelompok tergantung pada
desain pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti. Jika menggunakan random
sampling, unit pemilihan sampel sama dengan populasi. Namun jika menggunakan desain
yang lebih komplek seperti stratifikasi, maka akan terdapat lebih dari satu unit pemilihan
sampel yang nantinya akan dipilih sebagai sampel penelitian.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
Kerangka pemilihan sampel merupakan daftar elemen dari setiap unit pemilihan
sampel. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama misalnya dapat menggunkan daftar
nama mahasiswa tahun pertama yang diperoleh di bagian administrasi. Apabila populasi
yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur di Indonesia, kerangka pemilihan sampel
bisa diperoleh dari daftar Direktori Perusahaan Manufaktur di seluruh Indonesia.
4. Penentuan Desain Sampel
Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel dari populasi yang ada. Ada
beberapa macam desain sampel yang dapat dipergunakan oleh peneliti sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
5. Penentuan Jumlah Sampel
Sebagaimana diketahui, data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel penelitian.
Dengan demikian semakin besar jumlah sampel, dengan desain sampel yang benar,
tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili populasi yang diteliti. Namun yang
terpenting dari adalah bagaimana peneliti mampu menentukan sampel tersebut mewakili
dari populasi dengan baik sehingga ‘disamping hal tersebut’ mampu mengurangi biaya
penelitian.
6. Pemilihan Sampel
Langkah terakhir dalam proses pemilihan sampel adalah memilih sampel yang
diperlukan. Dalam langkah ini peneliti menentukan elemen yang akan menjadi sampel dari
penelitian yang dilakukan.
Sehubungan dengan proses pemilihan sampel sebagaimana diuraikan diatas
menurut Sekaran & Bougie (2010:286) hanya terdapat lima proses yaitu penentuan
populasi, penentuan kerangka pemilihan sampel, penentuan desain sampel, penentuan
jumlah sampel, dan pemilihan sampel.

C. Pengambilan Sampel Cara Probabilitas dan Nonprobabilitas


1) Pengambilan Sampel Cara probabilitas
Pengambilan sampel dengan cara probabilitas memiliki dua sifat, yaitu tidak
terbatas (pengambilan sampel acak sederhana) atau terbatas (pengambilan sampel secara
probabilitas kompleks). Pengambilan sampel acak sederhana (simple random
sampling) merupakan pengambilan sampel secara sederhana, dimana setiap elemen
populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai subjek.
Sedangkan pengambilan sampel probabilitas kompleks adalah pengambilan sampel
dengan berbagai alternatif yang dilakukan guna meningkatkan efisiensi pelaksanaan
dengan menggunakan prosedur pengambilan sampel yg telah ditentukan. Ada lima desain
dalam pengambilan sampel probabilitas yaitu;
 Pengambilan sampel sistematis (Systematic Sampling)
Pengambilan sampel sistematis merupakan cara pengambilan yang hampir sama
dengan random sederhana, hanya saja berbeda pada cara pengambilan elemen untuk
menjadi sampel. Dalam pengambilan sistematis seluruh elemen yang ada pada unit
pengambilan sampel diberi nomor urut mulai dari nomor 1 (Kuncoro, 2013:131). Kalau
N adalah jumlah populasi sedangkan n adalah jumlah sampel; maka peneliti akan
memilih setiap elemen yang berbeda dengan nomor b untuk sampel, dimana b=N/n dan
mulai nomor 1 sampai nomor b.
 Pengambilan acak berstrata (Stratified Random Sampling)
Pengambilan sampel acak berstrata dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklarifikasi suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan karasteristik
tertentu dari elemen-elemen populasi.
Ada dua jenis pengambilan sampel acak berstrata ini, yaitu pengambilan acak
berstrata proporsional dan pengambilan acak berstrata disproporsional
 Pengambilan sampel klaster (cluster sampling)
Pengambilan sampel klaster dilakukan dengan membagi populasi menjadi
beberapa group bagian dan kemudian dipilih secara random (Yogiyanto, 2010:78).
 Pengambilan sampel area (area sampling design)
Menurut Indriantoro & Supomo (2002: 129) pengambilan sampel area pada
dasarnya merupakan metode pengambilan sampel acak berdasarkan kelompok yang
digunakan untuk memilih sampel dari populasi yang lokasi geografisnya terpencar. Hal
ini dilakukan jika factor lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan sampel.
Area pemilihan sampelnya dapat dibagi berdasarkan wilayah administrasi
pemerintahan (propinsi, kabupaten, kota madya, atau area yang lebih kecil),
berdasarkan wilayah pemasaran, produk perusahaan, atau menggunakan dasar
pembagian area yang lain.
 Pengambilan sampel dobel (double sampling)
Pengambilan sampel dobel atau sequential sampling atau multiphase
sampling merupakan metode pengambilan sampel yang mengumpulkan sampel dengan
dasar sampel yang ada dan dari informasi yang diperoleh digunakan untuk mengambil
sampel berikutnya (Yogianto, 2010:79).
Tinjauan Desain pengambilan Sampel Cara Probalilitas
Berkaitan dengan desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas ada beberapa
hal yang harus diperhatikan:
 Pengambilan sampel acak berstrata merupakan cara yang paling efisien, karena dengan
jumlah sampel yang sama mampu memberikan informasi yang lebih teliti dan rinci.
 Pengambilan sampel sistematik memiliki resiko kemungkinan ‘bias sistematis’.
 Pengambilan sampel area merupakan cara pengambilan sampel paling popular dalam
pengambilan sampel klaster.
2) Pengambilan Sampel Cara Nonprobabilitas
Desain pengambilan sampel dengan probabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih
sebagai subyek sampel tidak diketahui. Pengambilan sampel ini memiliki dua kategori, yaitu
pengambilan sampel yang mudah dan pengambilan sampel bertujuan. Pengambilan sampel
yang mudah (convenience sampling) merupakan pengumpulan informasi oleh peneliti dari
anggota populasi dengan senang hati ‘secara nyaman’. Pengambilan sampel ini seringkali
dipakai selama tahap eksplorasi proyek penelitian. Misalnya peneliti dalam penelitian
mengenai perilaku konsumen terhadap suatu produk dapat melakukan survei kepada setiap
pengunjung yang dijumpai di toko swalayan.
Sedangkan pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) merupakan pemberian
informasi dari mereka yang paling siap dan senang hati bersedia, terkadang mendapatkan
informasi dari kelompok sasaran spesifik. Tipe pengambilan sampel ini memiliki dua jenis,
yaitu:
 Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment sampling).
Pengambilan sampel ini merupakan tipe pengambilan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro & Supomo, 2002: 131).
 Pengambilan sampel quota (quota sampling)
Pengambilan sampel ini dilakukan secara tidak acak dan berdasarkan kouta (jumlah
tertinggi) untuk setiap kategori dalam suatu populasi (Indriantoro & Supomo, 2002: 131).
Selain convenience sampling dan purposive sampling Yogiyanto (2010:80);
Kuncoro (2013:140-141); Cooper & Schindler (2002:141-142) menambahkan satu metode
pengambilan sampel yaitu seampel secara bola salju (snowball sampling). Sampel ini
dilakukan dengumpulkan sampel dari responden yang berasal dari referensi suatu jaringan,
misalnya lewat newsgroup di internet.
Tinjauan Desain pengambilan Sampel Cara Nonprobalilitas
Berkaitan dengan desain pengambilan sampel dengan cara nonprobabilitas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Pengambilan sampel yang mudah adalah cara pengambilan sampel yang kurang dapat
diandalkan dalam hal generalisasi. Tetapi dalam konsidi tertentu cara pengambilan sampel
ini menjadi alternatif sehubungan dengan penelitian eksploratif, informasi yang dibutuhkan
cepat, dan ketepatan waktu.
 Pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu meskipun terbatas dalam generalisasi,
cara ini menjadi pilihan jika terdapat populasi terbatas yang menyediakan informasi yang
dibutuhkan.
 Pengambilan sampel quota seringkali digunakan dengan mempertimbangkan biaya,
waktu, dan kebutuhan untuk merepresentasikan elemen minoritas dalam populasi.

D. Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Lintas Budaya


Sehubungan dengan jenis penelitian litas budaya, maka seorang peneliti harus peka
terhadap persoalan dalam memilih sampel yang sesuai di Negara-negara berbeda. Sifat dan tipe
organisasi yang telah dipelajari, apakah subyek berasal dari desa atau kota, dan tipe desai
pengambilan keputusan yang digunaka harus sama dengan Negara yang berbeda untuk
mendapatkan perbandingan yang sebenarnya.

E. Persoalan Ketelitian dan Keyakinan Dalam Menentukan Ukuran Sampel


1) Ketelitian
Konsep ketelitian dalam pengambilan sampel mengacu pada seberapa dekat taksiran
kita dengan karasteristik populasi yang sebenarnya.
2) Keyakinan
Keyakinan yang dimaksud disini adalah manakalah dari sampel yang kita ambil mampu
menunjukkan seberapa dekat kita menaksir parameter populasi berdasarkan statistil sampel.

F. Data Sampel, Ketelitian dan Keyakinan dalam Penaksiran


Ketelitian dan keyakinan merupakan isu penting dalam pengambilan sampel karena
ketika menggunkan data sampel untuk menarik kesimpulan tentang populasi, kita berharap
untuk hamper “mengenai sasaran”, dan mengetahui tingkat kemungkinan kesalahan. Karena
taksiran poin (point estimate) tidak menyediakan ukuran kemungkinan kesalahn, kita
melakukan penaksiran interval untuk memastikan penaksiran yang relative akurat terhadap
parameter populasi. Statistik yang memiliki distribusi yang sama sebagai distribusi
pengambilan sampel rata-rata yang digunakan dalam prosedur ini, biasanya statisik z dan t.
G. Data Sampel dan Pengujian Hipotesis
Data sampel selain digunakan untuk menaksir populasi penelitian, juga dapat
digunakan untuk menguji hipotesis tentang nilai populasi dan korelasi populasi, yang
memberikan kesimpulan apakah hipotesis alternatif (Ha) atau (H0) diterima ataupun ditolak.
H. Pentingnya Desain Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel
Pentingnya desain pengambilan sampel adalah penting untuk membentuk representasi
sampel untuk generalisasi. Begitupun dengan ukuran sampel yang akan diambil, sehingga
peneliti tepat dalam mengambil sampel; sampel yang diambil tidak terlalu kecil dan tidak
terlalu besar. Menurut Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006:160) mengusulkan aturan dalam
menentukan akuran sampel, yaitu:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
2. Dimana sampel dipecah ke dalam subsample; (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainnya), ukuran sampel yang tepat minimum 30 untuk masing-masing kategori.
3. Untuk penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), sebaiknya ukuran
sampel minimal 10 kali lebih besar dari jumlah variabel yang diteliti.
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan
kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan
20.
Adapun formula yang sering digunakan dalam menentukan ukuran sampel adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Sekaran
µ = X ± k. sx
Keterangan:
µ = rata-rata populasi
X = rata-rata sampel
k = nilai t tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
sx = disperse (varian) populasi
2. Menurut Zikmund
Sementara Zikmund (2000:289) mengusulkan metode menentukan sampel dengan
formula sebagai berikut:
n = [ZS/E]2
Keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai yang sudah distandarisasi sesuai dengan derajat keyakinan
S = standar deviasi
E = tingkat kesalahan yang ditoleransi
3. Menurut Slovin
N = n/N(d)2 + 1
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi d = Nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

I. Efisiensi dalam Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dapat dikatakan efisien manakalah untuk tingkat keletitian
tertentu, ukuran sampel dapat dikurangi atau untuk ukuran sampel tertentu (n), tingkat
ketelitian dapat ditingkatkan. Berikut perbandingan tingkat efisiensi antar metode pengambilan
sampel, yaitu:
1. Pengambilan sampel acak berstrata disproporsional lebih efisien dibandingakan dengan
pengambilan sampel acak berstrata proporsional.
2. Pengambilan acak sederhana lebih efisien dibandingkan pengambilan sampel klaster
‘karena dalam klaster terdapat banyak homogenitas’.
3. Pengambilan sampel klaster multitahap lebih efisien dibandingkan dengan pengambilan
sampel klaster satu tahap.
Dengan demikian, pemilihan desain pengambilan sampel tergantung pada tujuan
penelitian, sekaligus tingkat dan sifat efisiensi yang diinginkan.
TUGAS RANGKUMAN MATERI KULIAH
MATA KULIAH METODE PENELITIAN
“PENYAMPELAN”

Disusun Oleh :
SEPDIFA DEA RIFAYANA
165020301111034

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai