Pembimbing :
Diajukan Oleh :
Rifqi R Taniyo
Tamara Izumi
Tantri Mutmainna Safri
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
JOURNAL READING
Rifqi R Taniyo
Tamara Izumi
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
Dipresentasikan di hadapan
1
Tuberkulosis Cutaneus Anak : Skenario India
Abstrak
Pengantar
2
faktor sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, kondisi hidup yang buruk, gizi
buruk, imigrasi serta faktor medis seperti peningkatan pasien HIV-positif dan
infeksi dengan strain yang resisten terhadap obat-obatan. Keterlambatan diagnosis
dan pengobatan yang tepat untuk pasien TB adalah masalah utama di negara seperti
india. TB dinyatakan sebagai darurat global pada tahun 1993 oleh WHO tetapi
sayangnya terlepas dari munculnya strain yang resistan terhadap obat, tidak banyak
yang berubah.
Sekitar 18% dari kasus TB baru yang terdeteksi di India (2015) adalah TB
ekstra paru menurut data WHO Tuberkulosis Cutaneus, suatu bentuk TB ekstra
paru, menyumbang sekitar 0,9% dari pasien yang mendatangi klinik rawat jalan
dermatologi. Tuberkulosis Cutaneus memiliki spektrum presentasi klinis yang
berbeda baik pada orang dewasa dan anak-anak. Anak-anak memiliki proporsi yang
signifikan dari keseluruhan kasus Tuberkulosis Cutaneus dan sebagian besar hadir
dengan fitur klinis serupa seperti pada Tuberkulosis Cutaneus dewasa. Keterlibatan
kelenjar getah bening dan organ sistemik bersama dengan presentasi lebih sering
terjadi pada pasien anak. Dengan demikian, diagnosis dan pengobatan dini sangat
penting untuk menghindari morbiditas dan komplikasi yang signifikan pada anak-
anak. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk membahas persentasi klinis, diagnosis,
dan pilihan pengobatan pada Tuberkulosis Cutaneus pada bayi dan anak-anak di
India.
Sejarah
3
Tuberkulosis Cutaneus paling awal telah ada dalam Injil dan perjanjian lama
di mana penyakit kulit yang menyerupai lupus vulgaris (LV) telah disebut Tsara'ath.
Istilah "lupus" yang berarti "serigala" dalam latin telah digunakan untuk kondisi
kulit yang terkait dengan lesi kronis dan merusak pada abad pertengahan. Pada
tahun 1887 ketika Willian Tilbury Fox pertama kali menggunakan istilah "LV"
khusus untuk TB kulit.
Epidemiologi
4
dalam 9% kasus. Penundaan dalam mencari pengobatan adalah salah satu faktor
dalam mempengaruhi pasien untuk meluasnya risiko penyakit disebarluaskan dan
sekuela kelainan bentuk dan cacat.
Sejumlah besar pasien anak ditemukan memiliki satu atau lebih kontak
rumah tangga dengan riwayat positif TB dalam semua penelitian yang dilaporkan.
Persentasenya tercatat 41% oleh Pandhi dkk, 32% oleh Vashisht et al, dan 19% oleh
Kumar et al, yang menunjukkan bahwa kontak rumah tangga adalah salah satu
sumber utama infeksi pada anak-anak dengan TB kutis. Seperti yang dilaporkan
oleh Pandhi dkk, mayoritas pasien hidup di kelas sosial ekonomi rendah yang
tinggal di daerah yang padat.
5
TB miliar akut, abses TB
metastasis, tuberculoid,
Penyebaran Lymfatic dan LV
LV
Sistem Klasifikasi Berdasarkan Beban Basiler
Multibasiller TB chancre,
Scrofuloderma, TB
orificial, TB miliar
akut, TB
gummatous
Pausibasiller TVC,LV,tuberculoid
Tuberculoid
Lichen scrofulosorum
PNT
Erytema nodosum
Erytema induratum
6
Dalam klasifikasi ini, Tuberkulosis Cutaneus diklasifikasikan sebagai TB
dan tuberkuloid sejati. TB sejati lebih lanjut diklasifikasikan sebagai primer atau
sekunder berdasarkan sensitisasi sebelumnya. Presentasi klinis berbagai bentuk
Tuberkulosis Cutaneus dijelaskan secara singkat.
Scrofuloderma
7
Lupus vulgaris
8
perilesional dan eritema dapat terlihat. Serpiginous outline terlihat umumnya
karena pemanjangan lesi yang tidak teratur dengan involusi pada pusat. [16,19,20]
Lesi simetris dari TVC pada ekstremitas telah dijelaskan. [22]
9
Tidak terdapat gejala konstitusional namun nodus limfatikus dapat
membesar. [20]
10
Tuberkulosis Gumma
11
Tuberkulid
Lichen scrofulosorum
12
Tabel 3. Major Indian Studies tentang tuberkulosis kulit pada anak
13
Fokus yang mendasari TB terlihat pada mayoritas substansial dengan
kelenjar getah bening (serviks, mediastinum atau hilus) menjadi fokus yang paling
umum terlibat, diikuti oleh paru-paru dan tulang. [4,20]
Papulonecrotic tuberculid
14
Tuberkulosis kulit sporotrichoid
Beberapa bentuk TB kulit, ulkus tuberkular, PNT, dan bentuk miliaria lebih
sering dan berat pada orang HIV-positif. Dalam salah satu studi utama dari India,
tidak ada anak dengan TB kutaneous ditemukan positif HIV. Oleh karena itu,
15
penelitian yang lebih besar diperlukan untuk menetapkan dampak seropositif HIV
pada TB kulit pada anak-anak. [16,20]
Diagnosis
Histopatologi
Biopsi untuk histopatologi dan kultur harus diambil dari tepi sinus atau
ulkus yang akan menunjukkan granuloma tuberkuloid bersama dengan neutrofil,
eosinofil, dan nekrosis kaseasi. Karakteristik granuloma sel epitel tuberkular
dengan limfosit dan sel raksasa tipe Langhans adalah ciri TB kutaneus. Namun,
perubahan nonspesifik dapat dilihat pada beberapa kasus. Selain itu, keberadaan
granuloma tuberkuloid pada penyakit lain dapat menimbulkan dilema diagnostik.
Korelasi klinikopatologi telah diamati pada 64%-85% kasus TB kutan pada anak-
anak. LV lebih sering dikaitkan dengan histopatologi tuberkular klasik
dibandingkan dengan skrofuloderma. Histopatologi sangat berguna untuk diagnosis
tuberkulids pada kasus dimana pewarnaan dan isolasi ZN oleh kultur tidak mungkin
dilakukan.
16
Varian tuberkulosis kutaneus dengan granuloma yang terbentuk dengan baik
tanpa nekrosis kaseosa
Lupus vulgaris
Lichen scrofulosorum
17
kadang. AFB sering ditunjukkan dengan jumlah mereka bervariasi sesuai dengan
tingkat keparahan kondisi.
Tuberkulid papulonekrotik
Scrofuloderma
Tes Mantoux
18
dengan cutoff 10 mm ditemukan menjadi 62,5%. Sensitivitas tes Mantoux pada
pasien yang tidak divaksinasi jauh lebih tinggi, mendekati 97%.
Kultur
19
hari) dari sistem BACTEC bernasib lebih baik dibandingkan dengan media L-J
konvensional. Studi ini juga menyimpulkan bahwa tingkat isolasi gabungan
menggunakan kedua media lebih unggul dibandingkan dengan media yang
digunakan secara terpisah.
PCR adalah metode cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang wajar
untuk mendeteksi TB kutaneus. IS-6110 gen spesifik untuk M. tuberculosis
kompleks adalah target yang paling umum digunakan dalam PCR. Meskipun
demikian, PCR membutuhkan intensif. tenaga kerja dan keterampilan dan rentan
terhadap kesalahan teknis. Kontaminasi kotoran dapat menyebabkan hasil positif
palsu. DNA target yang terdegradasi, ekstraksi DNA target yang tidak mencukupi,
dan bahan penghambat PCR yang mengandung sampel klinis adalah penyebab
umum hasil negatif palsu. PCR tidak dapat membedakan langsung dari basil yang
mati. Biaya tinggi dari teknik ini dan ketidakmampuan untuk menguji kerentanan
obat adalah kerugian tambahan PCR.
20
Skrining sistemik untuk fokus tuberkulosis
Pengobatan
21
telah dipublikasikan. Dosis obat ATT lini kedua dan lini kedua berdasarkan berat
telah diberikan pada Tabel 4.
22