Disusun Oleh :
ANUGRAH IFANDA
AFIQ HERMAWAN
M. ADIF AR
MUSAFA IHSAN
ARDI
GURU PEMBIMBING :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
”AL-QUR’AN DAN HADIS ADALAH PEDOMAN HIDUPKU” meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikan dengan baik.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan
pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal
ini juga dapat berguna bagi kita bersama.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat berguna untuk informasi kita semua.
Penyusun
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
iii
1. Pengertian Al-Qur’an
Dari segi bahasa, al-Qur’an berasal dari kata qara’a – yaqra’u - qira’atam –
qur’anan, yang berarti sesuatu yang di baca atau bacaan. Dari segi istilah, al-
Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam
1
bahasa arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, di tulis dalam mushaf,
dimulai dengan surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-nas, membacanya
berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat nabi Muhammad saw.
2
Hadis dan sunnah
Secara bahasa hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis
Adalah segalah perkataan, perbuatan, danketetapan (taqrir) yng dilakukan oleh
nabi Muhammad saw.
Bagian-bagian hadis antara lain sebagai berikut,
a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan
hadis dari rasulullah saw.sampai kepada kita sekarang ini.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan rasulullah saw.
c. Rawi,adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Kedudukan hadis atau sunnah sebagai sumber hokum islam.
Sebagai sumber hukum islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-
Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukum tidak terdapat pada al-Qur’an, yang
harus di sajikan sandaran berikutnya adlah hadis tersebut.
3. Fungsi hadis terhadap al-Qur’an.
Rasulullah saw. Sebagai pembawa risalah allah swt. Bertugas menjelaskan
ajaran yang di turunkan allah swt. Melalui al-Qur’an kepada umat manusia.
Fungsi terhadap al-Qur’an dapat di kelompokan sebagai berikut.
a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum.
b. Memperkuat peryataan yang ada di dalam al-Qur’an
c. Menerangkan makud dan tujuan ayat.
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
4. Macam-macam hadis.
Ditinjau dari segi perawinnya, hadis terbagi kedalam tiga bagian, yaitu
seperti berikut ini.
a. Hadis mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi,
baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan
dipastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
3
b. Hadis mansyhur.
Hadis mansyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat
atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun setelah itu
tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in sehingga tidak
mungkin besepakat dusta.
c. Hadis ahad.
Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua
orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.
Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkan (perawi), hadis dibagi
kedalam tiga bagian berikut.
1) Hadis sahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalanya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada rasulullah.
2) Hadis hasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
tetapi kurang hafalanya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak
bertentangan.
3) Hadis Da’if, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas adis sahih dan
hadis hasan.
4) Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada rasulullah saw.
Atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis.
Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hokum, hadis ini tertolak.
Ijtihad sebagai upaya memahami al-Qur’an dan hadis.
1. Pengertian ijtihad.
Kata ijtihad berasal dari bahasa arab ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang
berarti mengarahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh
mencurahkan tenaga, ataubekerja keras secara optimal. Secara istilah,
ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
bersunggh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang
melakukan ijtihad dinamakan mujtahid.
2. Syarat-syarat berijtihad.
a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
4
b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa arab, ilmu tafsir,
usul fikih, dan tarikh (sejarah).
c. Memahami cara merumuskan hukum (istinbat).
d. Memiliki keluhuran akhlak mulia.
3. Kedudukan ijtihad.
Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah al-
Qur’an dan hadis. Ijtihad dilakukan jika sesuatu persoalan tidak
ditemukan di dalam al-Qur’an dan hadis. Namun demikian, hukum yang
dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an
maupun hadis.
4. Bentuk-bentuk ijtihad.
Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah
hokum terbagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut.
a. Ijma’
b. Qiyas
c. Maslahah mursalah
Pembagian hukum islam.
1. Hokum taklif
Hokum taklif adalah tuntunan allah swt. Yang berkaitan dengan
perintah dan larangan. Hukum taklifi terbagi ke dalam lima bagian,
seperti berikut.
a. Wajib (fardu)
b. Sunnah (mandub)
c. Haram (tahrim)
d. Makruh (karahah)
e. Mubah (al-lbahah)
Pesan-pesan mulia
Contoh menerapkan perilaku mulia
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’an dan hadis baik ketika
sedang sibuk ataupun santai.
5
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’an
dan hadis.
3. Kritis terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terus-
menerus berupaya agar tidak keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan
sunnah.
6
DAFTAR PUSTAKA
Khairiyah, Nelty. dkk. 2017. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta : Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.