TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
STEMI (ST Elevasi Myokard Infarction) adalah okulasi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian
miosit kardiak (Smeltzer & Bare,2001)
Jadi STEMI merupakan penyakit jantung akibat adanya plak di arteri koroner
yang sudah ada sebelumnya yang ditandai dengan nyeri dada,peningkatan enzim
jantung dan adanya ST elevasi pada EKG.
Apabila pembuluh arteri koroner mengalami sumbatan total maka akan terjadi
keadaan yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac
infarction. Serangan jantung mendadak bisa sangat mematikan kalau tidak segera
ditangani dan di atasi. Inilah yang sangat ditakuti oleh banyak orang di dunia.
Faktor resiko:
- Obesitas
- Perokok aktif
- Umur >40 thn
- Jenis kelamin laki-laki
4. Patofisiologi
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran
darahkoroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara epat pada lokasi injuri vaskuler, di mana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami
fisur,ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner.Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur
jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lupid. Pada STEMI gambaran
patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi
dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap terapi
trombolitik.Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen,
ADP, epinefrin,serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten).
Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein
IIb/IIIa.
Setelah mengalami konversi fungsinya,reseptor mempunyai afinitas tinggi
terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor
von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, di mana keduanya adalah molekul multivalen
yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan,menghasilkan
ikatan silang platelet dan agregasi. Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue
factor pada sel endotel yang rusak.Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan
konversi protrombin menjadi trombin, yang kemudian menngkonversi fibrinogen
menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit) kemudian akan mengalami oklusi
oleh trombus yang terdiri dari agregat trombosit dan fibrin.Pada kondisi yang jarang,
STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan oleh emboli
koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner, dan berbagai penyakit inflamasi
sistemik.
Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri
dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST ≥ 2mm, minimal pada 2
sadapan prekordial yang
berdampingan atau ≥1mm pada 2 sadapan ekstremitas.
1. Elektro Kardiografi
Pada iskemia miokardium, dapat ditemukan depresi segmen ST (≥ 1mV pada lead
ekstremitas, atau ≥ 2mV pada lead precordial) atau inverse gelombang T simetris (>
2mV) pada dua lead yang bersebelahan.
Perubahan EKG yang khas menyertai infark miokardium, dan perubahan paling
awal terjadi hampir seketika pada saat mulainya gangguan miokardium. Pemeriksaan
EKG harus dilakukan segera pada setiap orang yang dicurigai menderita infark
sekalipun kecurigaannya kecil.
Selama infark miokard akut, EKG berkembang melalui tiga stadium:
1) Gelombang T runcing diikuti dengan inverse gelombang T
ü Secara akut, gelombang T meruncing (peaking), kemudian inverse
(simetris). Perubahan gelombang T menggambarkan iskemia miokardium.
Jika terjadi infark sejati, gelombang T tetap inverse selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun.
2) Elevasi segmen ST
ü Secara akut, segmen ST mengalami elevasi dan menyatu dengan
gelombang T. elevasi segmen ST menggambarkan jejas miokardium.
Jika terjadi infark, segmen ST biasanya kembali ke garis iso elektrik
dalam beberapa jam.
3) Muncul gelombang Q baru
ü Gelombang-gelombang Q baru bermunculan dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Gelombang ini menandakan infark miokard, syarat:
lebar ≥ 0,04 detik, dalam ≥ 4mm atau ≥ 25% tinggi R. Pada kebanyakan kasus,
gelombang ini menetap seumur hidup pasien.
2. Cardiac Marker
Kerusakan miokardium dikenali keberadaanya antara lain dengan
menggunakan test enzim jantung, seperti: kreatin-kinase (CK), kreatin-kinase MB
(CK-MB), cardiac specific troponin (cTn) I/T, laktat dehidrogenase (LDH), dan
myoglobin. Peningkatan nilai enzim CKMB atau cTn T/I >2x nilai batas atas normal
Cardiac Marker Meningkat Puncak Normal
cTn T 3 jam 12-48 jam 5-14 hari
cTn I 3 jam 24 jam 5-10 hari
CKMB 3 jam 10-24 jam 2-4 hari
CK 3-8 jam 10-36 jam 3-4 hari
Mioglobin 1-2 jam 4-8 jam 24 jam
LDH 24-48 jam 3-6 hari 8-14 hari
3. Laboratorium
5. Radiologi
7. Komplikasi
1. Gagal jantung kongesti
2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi otot papilaris
4. Ventrikel septum defek
5. Ruptur jantung
6. Trombo emboli
7. Perikarditis
8. Aritmia
8. Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen
2. Analgetik (morfin sulfat)
Farmakoterapi:
- Vasodilator
- Antikoagulan (heparin)
- Trombolitik
- Diuretik
3. Nitrogliserin
4. Propanolol (inderal) : untuk penghambat beta adregenik
Tatalaksana
Morphine
Oksigen
Nitrate
Aspirine
B. Asuhan Keperawatan (Konsep)
1. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama:
b. Umur:
c. Alamat:
d. Perkerjaan:
e. Tanggal masuk:
f. Status:
2. Riwayat kesehatan
ü Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
ü Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:
v Sesak
v Udema
v Nyeri dada
ü Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah
anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien
saat ini. Serta riwayat penyakit lainnya seperti:
v Darah tinggi
v Diabetes
v Penyakit jantung
ü Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah
mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit
lain seperti:
v Riwayat asma
v Diabetes
v Stroke
v Gastritis
v Alergi
3. Pemeriksaan fisik
v Keadaan umum:
v Kesadaran:
4. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Laboratorium
v Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit
v Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim
b. Elektrokardiografi:
a. Detak jantung ………..
b. Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung dan struktur jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola napas berhubungan dengan infark ditandai dengan sesak.
b. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai dengan
keluhan nyeri dada.
c. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ
ditandai dengan edema.
d. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi/peningkatan kebutuhan metabolik ditandai dengan kelebihan
berat badan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
f. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan/kematian ditandai dengan
ketakutan, gelisah dan perilaku takut.
3. RencanaKeperawatan
1. Intervensi untuk diagnose gangguan nyeri.
Ø Tujuan: Menyatakan nyeri berkurang atau hilang.
Ø Kriteria hasil:
v Menyatakan nyeri dada terkontrol dalam waktu 3 hari.
v Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi dalam waktu 1 hari.
v Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak dalam waktu 3
hari.
Ø Intervensi:
ü Kaji lokasi, karakter, dura durasi, dan intensitas, nyeri, dengan menggunakan skala
nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual
dan diaporesis.
ü Kaji dan catat TD dan FJ dengan episode nyeri. TD dan Fj dapat meningkat karena
randsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun.
ü Berikan obat nyeri yang diprogramkan (biasanya morfin sulfat): catat kualitas
pengurangan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, dan tentukan interval waktu
danri pemberian sampai penghilangan nyeri.
ü Tenangkan pasien selama episode nyeri; temani pasien bila mungkin.
ü Observasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit
miksi.
ü Berikan O2 sesuai program, biasanya 2-4 L/menit per kanula nasal.
ü Siapkan pasien untuk pindah UPK. (Unit Perawatan Kritis)
5. Evaluasi
PENUTUP
a. Kesimpulan
STEMI memilikki keluhan nyeri pada dada kiri yang menjalar ke lengan kiri muncul tiba-
tiba dan nyeri berkurang saat istirahat. Infark Miokard Akut dengan ST Elevasi (STEMI)
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Berbagai faktor resiko
dapat menyebabkan terjadinya hambatan pada aliran darah koroner. Perlu penanganan
yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi dari penyakit ini
b. Saran
Sesorang bila terkena STEMI harus mengenali gejal awal sebelum hal itu
berkelanjutan untuk kedepanya