Anda di halaman 1dari 9

ASKEP DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

“BRONCHOPNEUMONIA”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I dengan dosen
pembimbing Maria Yunita, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB.

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Angela Dian

Gerarda Oktriana

Maria Bianda

Stanislaus Eldoni

Yohana Frida

DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

Padalarang - Bandung Barat

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Askep Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan: Bronchopneumonia. Makalah ini disusun untuk
salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata ajar KMB I

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Yunita,


M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB. selaku dosen pembimbing dalam mata ajar ini, yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Padalarang, 7 Oktober 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia sekitar
1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien dengan
Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap infeksi,
klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia berdasarkan
data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 16,6-X. Proporsi
berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 2-11 bulan 48,5%, sex ratio168%, dan
Kota Medan 71,0%. Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali
94,1%, gizi buruk 4,2%, imunisasi tidak lengkap 82,9%, pendidikan ayah dan ibu SLTA dan
Akademi/PT masing –masing 42,9% dan 42,1%, pekerjaan ayah pegawai swasta 39,1%, ibu
rumah tangga 45,5%, jumlah anak orang tua tiga 60,0%, anak ke tiga 60,0%, lama rawatan
rata-rata 4,70 hari, dan meninggal 4,8%.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada
broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka
diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih
dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan
asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan
yang benar.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit
broncopneumonia?

1.3 Tujuan Umum


Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
penyakit broncopneumonia.

1.4 Tujun Khusus


1.4.1 Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai penyakit broncopneumonia
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan salah
satunya broncopneumonia yang telah terjadi di masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun
kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada
parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus
sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya
bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan
penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.( http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-
Askep%20Bronkopneumonia.html#popup)
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada parenkim
paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Konsolidasi bercak berpusat disekitar bronkus yang mengalami peradangan
multifokal dan biasanya bilateral. Konsolidasi pneumonia yang tersebar (patchy) ini biasanya
mengikuti suatu bronkitis atau bronkiolitis.
Bronkopneumonia adalah proses peradangan dimana terdapa konsilidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri,virus,jamur
dan benda asing lainnya.Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsilidasi dan arah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.Hipoksemia dapat
terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (67:2007)

2.2 Klasifikasi Pneumonia

A. BERDASARKAN SUMBER INFEKSI

a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.)


1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa
2.) Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak
3.) Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)
b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia )
1.) Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif
2.) Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.)
3.) Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta
c. Pneumonia aspirasi
1.) Sering terjadi pada bayi dan anak-anak
2.) Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob
d. Pneumonia Immunocompromise host
1.) Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai
patogenesis yang rendah
2.) Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan
tubuh
B. BERDASARKAN KUMAN PENYEBAB

a. Pneumonia bakterial
1.) Sering terjadi pada semua usia
2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal; Klebsiellapada
penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza

b. Pneumonia Atipikal

1.) Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

2.) Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda

c. Pneumonia yang disebabkan virus

1.) Sering pada bayi dan anak-anak


2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah

d. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya

1.) Seringkali merupakan infeksi sekunder


2.) Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

C. BERDASARKAN PREDILEKSI ATAU TEMPAT INFEKSI

a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)


1.) Sering pada pneumonia bakterial
2.) Jarang pada bayi dan orang tua
3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi
bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa

b. Bronchopneumonia
1.) Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru
2.) Dapat disebabkan bakteri maupun virus
3.) Sering pada bayi dan orang tua
4.) Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia
1.) Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki
2.) Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus,Pneumocystis
carinii)
2.3. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
 Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza,Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.
 2.3.2 Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan


muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah
dan bensin).
2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi
horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang
sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi.
Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
2.4 Faktor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita
lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan
kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.

2. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua
keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain
.Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga
menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu
determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi.

3. Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi
yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular
berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.

4. Status imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada bayi
dan balita. Dari seluruh kematian balita, sekitar 38% dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
secara efektif. Imunisasi yang tidak lengkap merupakan faktor risiko yang dapat meningkatakan
insidens ISPA terutama pneumonia.

2.5 . Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan
oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan
minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan
bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai
berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.6 Manifestasi Klinis


1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit
2.) Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis
3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi
pleuropneumonia)
4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
mual & muntah.

Daftar Pustaka
Muttaqin Arif.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika

Somantri Irman.2007.Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35508-Kep%20Respirasi-
Askep%20Bronkopneumonia.html#popup

Anda mungkin juga menyukai