PVBP A Surveilans Vektorkelompok 8
PVBP A Surveilans Vektorkelompok 8
“SURVEILANS VEKTOR”
Disusun oleh:
KELOMPOK 8
2 D-IV A
Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
A. Definisi Surveilans
Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi data terkait kesehatan yang
dilakukan secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)
kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk digunakan dalam pencegahan penyakit
(mengurangi morbiditas dan mortalitas) dan memperbaiki masalah kesehatan lainnya. Surveilans
memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi
outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti
perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans
menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Surveilans harus cukup akurat dengan analisis
data yang lengkap. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian
keuangan, dan donor/stakeholder, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan
baik. Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus
menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan
mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan
penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat
dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
B. Surveilans Vektor
Surveilans vektor demam berdarah dengue merupakan kegatan yang dilakukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya penularan kasus setempat, dan untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor yang
dipengaruhi oleh penularan virus dengue dan persebaran penyakit.
a. Keberadaan Nyamuk
Keberadaan spesies nyamuk Ae. aegypti dan Ae. Albopictus merupakan vektor penyakit DBD,
karena sifatnya yang senang tinggal berdekatan dengan manusia. Keberadaan nyamuk dapat
diidentifikasi melalui larva yang lebih banyak ditemukan pada bukan tempat penampungan
(non TPA) dibandingkan dengan TPA.
2) Luar Rumah
Tempat penampungan air yang dipakai nyamuk untuk berkembangbiak adalah pot tanaman, ember
bekas, ban bekas. kaleng bekas, tempat minum burung, tempat kandang temak.
2) Warna terang
Warna terang pada tempat penampungan air dapat mengurangi kepadatan nyamuk dalam
berkembangbiak
3. Chikungunya
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952.Nama
chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud
“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(arthralgia). Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan
nyamuk Aedes spp yang terinfeksi.Transmisi melalui darah berkemungkinan bisaterjadi
dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa di tularkan malalui ASI
(Staples, J.E dkk , 2009).
4. Zika
Virus Zika adalah anggota dari keluarga Flaviviridae dan ditularkan ke manusia oleh
nyamuk. Orang yang terjangkit virus zika akan merasakan gejala seperti sakit kepala, ruam
di wajah, leher, lengan atas, mungkin juga menyebar ke telapak tangan dan kaki, demam dan
nyeri punggung. Virus Zika memang tidak menyebabkan kelainan berat seperti demam
berdarah, meski Zika merupakan flavivirus yang berhubungan dengan demam kuning,
demam berdarah, West Nile dan virus ensefalitis Jepang. Akan tetapi, virus ini dapat
menimbulkan risiko terhadap janin pada wanita hamil. Virus telah dikaitkan dengan
mikrosefali, sebuah kondisi dimana bayi memiliki kepala kecil dan perkembangan otak yang
tidak lengkap. Menurut sumber dari salah satu harian Australia, sampai saat ini sudah ada
sebanyak 4000 bayi yang dilahirkan mengalami mikrosefali/ microcephaly (pengecilan
tengkorak kepala dan juga penciutan otak) akibat serangan virus Zika di Brazil (CDC, 2015).
D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Keberadaan Nyamuk Aedes Aegypti.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat berpengaruh pada tingkat kepadatan nyamuk Aedes
Aegypti, yaitu:
1. Suhu
Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 25°-27°C. Pertumbuhan
nyamuk akan terhenti sama sekali kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Temperatur yang
meningkat dapat memperpendek masa harapan hidup nyamuk dan mengganggu
perkembangan pathogen.
2. Kelembapan
Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi lebih pendek sehingga
nyamuk tersebut tidak bisa menjadi vektor karena tidak cukup waktu untuk perpindahan
virus dari lambung ke kelenjar ludahnya.
3. Angin
Kecepatan angin 11-14 m/detik atau 25-31 mil/jam dapat menghambat
penerbangan nyamuk. Angin berpengaruh pada penerbangan nyamuk
dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia, dan juga
mempengaruhi jarak terbang nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau
diperpanjang tergantung dari arah angin. Angin yang kencang dapat membawa nyamuk
terbang sejauh 30 km atau lebih (Harijanto, 2010).
2. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa.
3. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan Density Figure. Density Figure ditentukan setelah
menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel Larva Index. Apabila angka DF
kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5 risiko penularan sedang dan diatas 5 risiko
penularan tinggi (WHO, 2007).