PVBP A Jenis Binatang Pengganggu
PVBP A Jenis Binatang Pengganggu
Disusun oleh:
KELOMPOK 8
2 D-IV A
Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
A. Definisi Binatang Pengganggu
1. Tikus
Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family
muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia karena
mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous)
dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang
sering ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
Jenis-jenis Tikus
Tingkah laku
Tikus adalah makhluk yang berkemampuan tinggi bila dibandingkan dengan
serangga lain, dan juga tergolong hewan menyusui. Dalam banyak hal tikus juga bereaksi
dan bertingkah laku seperti manusia, dan ini menjadi pegangan dalam merancang metode
pengendaliannya (Brook dan Rowe, 1979). Tikus mempunyai/ memililki indera peraba,
dan pendengaran yang baik sehingga digolongkan hewan cerdik karena memiliki otak yang
berkembang baik, ini berarti tikus dapat belajar. Tingkah laku tikus dapat ditentukan oleh
naluri dan faktor luar seperti suhu, panjang hari, curah hujan, serta pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Tikus adalah hewan yang lebih maju yang dapat mempelajari
dengan cepat apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk kepentingan dirinya sendiri
(Ismail et al., 1990 ).
Jika tikus telah memiliki pengalaman memakan suatu jenis makanan tertentu akan
menyebabkan sakit perut yang parah, maka mereka tidak akan memakan makanan sampai
kedua kalinya, akan tetapi setelah beberapa lama hal tersebut dilupakan, sehingga mungkin
dia mencoba memakan lagi (Van Vreden dan Rochman, 1990 ). Tikus untuk bertahan hidup
hampir sepenuhnya bergantung pada banyaknya makanan yang dapat ditemukan di
lingkungannya Petani sangat berperan dalam persediaan makanan tikus, apalagi bila petani
tersebut melindungi tanaman mereka, akibatnya populasi tikus akan meningkat (Manwan
et al., 1992). Kejadian yang sama berlaku pada tanaman yang sedang tumbuh, tikus akan
berkembang sangat cepat dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah jika mereka
memiliki jalan menuju persediaan makanan yang tidak ada habisnya (Boeadi, 1980).
Perkembangbiakan
Perkembangbiakan tikus betina (Rattus argentiventer) mampu melahirkan 10 – 12
anak, sementara dalam rahimnya mampu mengakomodasikan 18 embrio (calon anak
tikus), sehingga memiliki potensi reproduksi tinggi. Tikus dapat beranak empat kali dalam
setahun, pada kondisi yang baik dan dari 3 pasang tikus selama 13 bulan akan melahirkan
2046 ekor tikus (Sama dan Rochman, 1988). Tikus rumah dan tikus ladang rata-rata
mampu beranak 7 – 8 ekor tiap melahirkan dan pada masa puncak perkembangbiakan, tikus
betina sangat berperan aktif. Tikus siap bunting lagi sementara anak pertama masih disusui,
dengan demikian setiap betina dapat melahirkan 2 – 3 generasi anak dengan selisih umur
diantara generasi sekitar sebulan. Masa menyusui berlansung 3 - 4 minggu dan kemudian
disapih setelah anak berumur satu bulan dan anak tikus menjadi dewasa. Dinamika
populasi tikus didaerah endemis, populasi sangat erat kaitannya dengan situasi stadia
tanaman sebagai pakan utamanya. Dengan pola tanam teratur dan serentak populasi tikus
mudah dipantau sedangkan apabila tidak teratur perkembangan populasi tikus akan lebih
cepat.
Habitat
Habitat agrosistem tanaman pangan merupakan habitat yang cocok bagi
perkembangan populasi tikus . Untuk mengendalikan tikus secara dini diperlukan
pelacakan terhadap tempat perlindungan yang disenanginya. Menurut Rochman et al.
(1982) tersedianya padi bermalai merupakan paduan bagi terjadinya peningkatan populasi
tikus. Pada awalnya pertanaman musim hujan populasi tikus jumlahnya sedikit karena
sawah bera sebelumnya yang relative lama. Pada saat itu tikus berdomisili di tanggul irigasi
primer, sekitar pekarangan, gudang atau tegalan dan tepi rawa. Ruang gerak setiap hari
tikus menempuh perjalanan secara teratur untuk mencari pakan, pasangan, sekaligus
orientasi kawasan sekitarnya .Perjalanan harian tersebut menempuh jalan yang sama
hingga terbentuk lintasan tetap (run ways). Rentang lintasannya ditentukan oleh jarak
pakan, tempat bersembunyi atau lubang. Dengan alat “ Radio tracking “ jarak tersebut biasa
diketahui.
Hasil pengamatan Rochman 1994, dapat dikemukakan bahwa selama priode sawah
bera hingga padi bertunas (stadia vegetatif) lubang tikus dengan hunian tertinggi berada
tanggul irigasi, sedang pada waktu padi saat bunting dan bermalai sebagian besar populasi
tikus bermigrasi ke sawah. Pada periode tersebut tikus betina menggunakan lubang
dipematang sebagai tempat memelihara anaknya.
1. Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul
pada hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular
dan dapat mewabah. Gejalanya antara lain adalah demam tinggi tanpa sebab,
timbulnya bubo pada femoral, inguinal dan ketiak juga sesak dan batuk.
2. Salmonellisis yang merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang
dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan
dapat menyebabkan kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar
dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis,
diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti oleh dehidrasi.
3. Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira yang
menyerang mamalia. Ini dapat menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan
berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami infeksi leptospirosis.
Gejalanya antara lain adalah sakit kepala, bercak merah di kulit, gejala demam dan
juga nyeri otot.
4. Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleg Rickettsian typhi atau R.
mooseri yang dapat dotuarkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain
adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh.
Ada juga bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.
5. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus disebabkan oleh gigitan tikus dan biasanya
dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki mas inkubasi
selama 1 hingga 22 hari. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala,
muntah, kedinginan dan demam. Bakteri di dalam gigitan tikus merupakan
penyebab dari penyakit tikus ini.
Pengendalian Tikus
Sanitasi dan Higienis Lingkungan, Tikus akan berkembang biak dan hidup dengan baik
pada situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat berlindung
dan tempat tinggal yang tidak terganggu. Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk
meminimalisasi gangguan tikus
1. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi rumput/semak belukar
2. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki konstruksi yang rapat
3. Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus membutuhkan
minum setiap hari
2. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan umpan yang
mengandung rodentisida (racun tikus).
2. Anjing
1. Rabies
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing,
kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan manusia. Catatan tertulis
mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia
yang ditulis 4000 tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300
SM. Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala penyakit yang
menyerupai rabies.
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
- Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat
menjadi agresif .
- Tidak menurut perintah majikannya.
- Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-
- Mati.
3. Bentuk Asystomatis.
Cara Penularan
Virus Rabies selain terdapat di susunan syaraf pusat, juga terdapat di air liur hewan
penderita rabies. Oleh sebab itu penularan penyakit rabies pada manusia atau hewan lain
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah
mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua
kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana
ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena
tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Manifestasi Klinis
Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa
inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa
mencapai 9 bulan pada manusia Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki
risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher),
luka pada jari tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka
yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka,
garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi
virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia,
pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
2. Stadium sensoris
Dalam stadium sensoris penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
3. Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang
terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala
berusaha menelan air.
4. Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki
stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang
progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di
atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di
antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya,
serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah
dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta
ekor dilengkungkan di bawah perut.
Patogenesis
Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan
bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku hewan
penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva yang
ditempatkan pada permukaan mukosa seperti konjungtiva mungkin infeksius. Ekskreta
kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya rabies pada
mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang diciptakan oleh
kelelawar. Penularan rabies melalui transplan kornea dari penderita dengan ensefalitis
rabies yang tidak didiagnosis pada resipen/penerima sehat telah direkam dengan cukup
sering. Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak
bisa masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka
selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian
bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-
perubahan fungsinya.21 Bagian otak yang terserang adalah medulla oblongata dan annon’s
hoorn. Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem
limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron
sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter
maupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan
jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan- jaringan seperti kelenjar
ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah
terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.
Gambar 1. Skema pathogenesis infeksi virus rabies
Penanganan
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus
dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala
mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian
biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies
(anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak
lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau
betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan
suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan
suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya
disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah
pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk
menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada
hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal
pada tempat penyuntikan vaksin.
Pencegahan
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan
oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal).
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
Dokter hewan.
Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies
pada anjing banyak ditemukan
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA