Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

FREEPORT

Disusun oleh:

Achmad Fauzan Dainiza (P2.31.33.117.005)

Erwin Arizki (P2.31.33.117.012)

Hamida Puspita Harti (P2.31.33.117.020)

Isabella Nur Adinda (P2.31.33.117.025)

M. Ilyasa Hardian (P2.31.33.117.028)

M. Ivan Erlangga (P2.31.33.117.033)

Yuniar Dewanti (P2.31.33.117.041)

Dosen pembimbing: Sulistiono, Msc.

KELOMPOK 1

I DIV A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JAKARTA, MARET 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis sangat menyadari bahwa tersusunnya makalah ini bukan hanya


atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua kami yag telah banyak memberikan doa serta dukungan
selama proses perkuliahan dan pengerjaan makalah ini sehingga bisa
terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Natal Buntu Payuk SE,M.Kes,MM, Bapak Sulistiono, Msc
selaku tim dosen pembimbing mata kuliah Hukum Lingkungan.
3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetapi tidak
mengurangi rasa terima kasih kami atas bantuannya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai mata kuliah Hukum
Lingkungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..
1.3 Sistematika ……………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Sambungan Kayu …………………………………………
2.2 Persyaratan Sambungan Kayu …………………………………………
2.3 Macam-macam sambungan Kayu ……………………………………...

BAB III LOKUS

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………
5.2 Saran ……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (FCX) merupakan perusahaan


tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona,
Amerika Serikat. FCX mengelola beragam aset besar berusia panjang yang
tersebar secara geografis di atas empat benua, dengan cadangan signifikan
terbukti dan terkira dari tembaga, emas dan molybdenum. Mulai dari
pegunungan khatulistiwa di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat
Daya Amerika Serikat, gunung api megah di Peru, daerah tradisional
penghasil tembaga di Chile dan peluang baru menggairahkan di Republik
Demokrasi Kongo. Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. merupakan
perusahaan publik di bidang tembaga yang terbesar di dunia, penghasil utama
di dunia dari molybdenum yaitu logam yang digunakan pada campuran logam
baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas, serta produsen
besar emas (http://ptfi.co.id/id/about/overview).

FCX di Papua berada daerah pegunungan yang jauh dari pemukiman


penduduk. Terdapat dua proses pertambangan utama yaitu tambang terbuka
dan tambang di bawah tanah. Pembangunan tambang bawah tanah DOZ
(kapasitas 25.000 ton/hari) diselesaikan 18 bulan lebih cepat dari jadwal yang
direncanakan. Tidak lama setelah produksi DOZ mencapai 25.000 ton/hari,
selanjutnya perluasan menjadi 35.000 ton/hari pun segera selesai di muka
jadwal dan tepat anggaran (http://ptfi.co.id/id/about/overview).

Untuk operasional, perusahaan ini mempekerjakan karyawan asing dan


karyawan Indonesia. Terdapat ribuan karyawan bagian pertambangan yang
berasal dari berbagai pulau di Indonesia yang bekerja di perusahaan ini.
Perusahaan ini juga menjadi salah satu primadona untuk pasar tenaga kerja
karena terkenal dengan gaji yang tinggi meskipun medan operasional
perusahaan ini juga keras dan dibutuhkan energi besar untuk bisa bekerja.
Tidak jarang, karyawan yang telah bekerja di FCX selama 3 tahun atau lebih
memutuskan untuk tidak kembali lagi bekerja dan memilih pekerjaan yang
lain setelah investasi keuangannya dinilai mencukupi.

Mengingat medan yang berat untuk menuju lokasi pekerjaan dan tuntutan
untuk bisa bekerja maksimal, maka karyawan harus memiliki komitmen
organisasional kerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Blau dan
Boal (1987) dalam Yahya, et (2012:3) bahwa komitmen organisasional
menggambarkan hasrat, keinginan, kebutuhan dan tanggung jawab terhadap
organisasional. Pekerjaan FCX membutuhkan standar kinerja yang tinggi dan
hal ini hanya bisa tercapai ketika karyawan memiliki komitmen organisasional
yang tinggi pula.

Tumbuhnya komitmen pekerjaan yang tinggi bisa tercapai ketika


karyawan merasa puas terhadap pekerjaan. Hal ini berdasarkan pendapat
Kovach (1977) dalam Karim dan Rehman (2012:94) bahwa kepuasan kerja
karyawan memiliki pengaruh positif terhadap komitmen organisasional.
Ketika karyawan merasa puas terhadap pekerjaan maka komitmen
organisasional akan meningkat dan ketika karyawan merasa tidak puas
terhadap pekerjaan menyebabkan rendahnya komitmen organisasional.

Dukungan organisasional juga dibutuhkan untuk bisa membangun


komitmen organisasional yang tinggi. Dukungan organisasional yang baik
bisa dipenuhi dengan penyediaan berbagai fasilitas dalam pekerjaan sehingga
karyawan merasa nyaman dalam bekerja. Penelitian Yahya, (2012:10)
mendapatkan temuan bahwa dukungan organisasional untuk karyawan
memiliki pengaruh yang positif terhadap komitmen organisasional karyawan,
sehingga ketika dukungan organisasional tinggi maka komitmen
organisasional juga tinggi.

Penelitian Karim dan Rehman (2012:99) juga berhasil membuktikan


pengaruh signifikan dari kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional
karyawan. Karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi menyebabkan
karyawan memiliki komitmen organisasional yang tinggi. Demikian halnya
karyawan dengan kepuasan kerja rendah juga menyebabkan komitmen
organisasional juga rendah.

Pemilihan obyek penelitian di FCX karena perusahaan ini adalah


perusahaan besar dengan spesifikasi perusahaan tambang emas. Namun untuk
menuju lokasi FCX diperlukan pengorbanan besar karena hanya bisa
ditempuh dengan transportasi udara, jika dengan transportasi darat dibutuhkan
waktu yang lama mengingat lokasinya di pegunungan. Karyawan yang bekerja
di FCX juga dituntut untuk memiliki stamina yang baik dan semangat tinggi
dalam bekerja.

Sesuai dengan penelitian Hakkak dan Ghodsi (2013) bahwa komitmen


organisasional karyawan sangat dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan
dukungan organisasional. Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji seberapa
tinggi pengaruh kepuasan kerja dan dukungan organisasional sehingga
karyawan memiliki komitmen organisasional yang tinggi untuk bekerja di
FCX. Responden penelitian yang dipilih adalah karyawan bagian operasional
pertambangan karena karyawan bagian operasional dengan desain pekerjaan
yang lebih menguras fisik dibandingkan untuk jabatan lini manajerial.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasional pada


karyawan PT Freeport Indonesia?

2. Apakah dukungan organisasional berpengaruh terhadap komitmen


organisasional pada karyawan PT Freeport Indonesia ?

3. Apakah kasus tersebut bertentangan dengan hokum lingkungan yang telah


ditetapkan?

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :

BAB 1. PENDAHULUAN

Berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian,


manfaat penelitian, dan sistematika Skripsi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi penelitian terdahulu, landasan teori yang meliputi: kepuasan kerja,


dukungan organisasional, komitmen organisasional, kerangka penelitian dan
hipotesis penelitian.

BAB 3. LOKUS

Berisi lokasi terjadinya kasus tersebut.

BAB 4. PEMBAHASAN

Berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian untuk
menjelaskan pengaruh kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen
organisasional pada karyawan PT Freeport Indonesia.
BAB 5. PENUTUP

Bab terakhir berisi tentang simpulan dan saran. Simpulan adalah temuan-temuan
terinci dari hasil penelitian dan saran merupakan masukan-masukan yang
diberikan kepada berbagai pihak terkait sehubungan dengan temuan-temuan
penelitian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan


yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika,
Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga
sekitar. Di sisi lain, negara pun mengalami kerugian karena keuntungan Freeport
yang masuk ke kas negara sangatlah kecil jika dibandingkan keuntungan total
yang dinikmati Freeport.

Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua,


bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di Papua
dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten Mimika.
Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada, terdiri dari 35%
penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41
persen penduduk Papua dalam kondisi miskin.

PT. Freeport Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan


memberikan manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung yang cukup besar
bagi pemerintah di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten, dan bagi
perekonomian Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Manfaat langsung
termasuk kontribusinya suatu perusahaan kepada negara, mencakup pajak, royalti,
dividen, iuran dan dukungan langsung lainnya. Kami merupakan penyedia
lapangan kerja swasta terbesar di Papua, dan termasuk salah satu wajib pajak
terbesar di Indonesia.
Laba Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu
menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi
USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Sedangkan menyangkut pengawasan atas kandungan mineral yang dihasilkan,
dalam kontrak Freeport tidak ada satu pun yang menyebut secara eksplisit bahwa
seluruh operasi dan fasilitas pemurnian dan peleburan harus seluruhnya dilakukan
di Indonesia dan dalam pengawasan Pemerintah Indonesia. Pasal 10 poin 4 dan 5
memang mengatur tentang operasi dan fasilitas peleburan dan pemurnian tersebut
yang secara implisit ditekankan perlunya untuk dilakukan di wilayah Indonesia,
tapi tidak secara tegas dan eksplisit bahwa hal tersebut seluruhnya (100%) harus
dilakukan atau berada di Indonesia. Hingga saat ini, hanya 29% saja dari produksi
konsentrat yang dimurnikan dan diolah di dalam negeri. Sisanya (71%) dikirim ke
luar negeri, di luar pengawasan langsung dari pemerintah Indonesia.
Di dalam Kontrak Freeport, tidak ada satu pasal pun yang secara eksplisit
mengatur bahwa pemerintah Indoensia dapat sewaktu-waktu mengakhiri Kontrak
Freeport. Pun jika Freeport dinilai melakukan pelanggaran-pelanggaran atau tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak. Sebaliknya, pihak Freeport dapat
sewaktu-waktu mengakhiri kontrak tersebut jika mereka menilai pengusahaan
pertambangan di wilayah kontrak pertambangannya sudah tidak menguntungkan
lagi secara ekonomis.
Operasionalisasi PT. Freeport Indonesia di Mimika, Papua telah
menyumbang banyak kerugian bagi Papua secara khusus dan bagi Indonesia
secara umum. Kerugian tersebut diantaranya:
1. PT. Freeport Indonesia hanya mampu menambah pendapatan Pemerintah
Pusat sebesar US$ 3,4 Milyar (sampai dengan desember 2013) danPemerintah
daerah Papua sebesar US$ 7,7 Milyar (dalam bentuk infrastruktur) Pendapatan
yang diperoleh pemerintah terbilang tidak sebanding dengan banyaknya
sumber daya alam (berupa emas, perak, tembaga) Indonesia yang di
eksploitasi oleh PT. Freeport Indonesia dan juga biaya kerusakan dan
pencemaran lingkungan yang harus ditanggung oleh pemerintah di kemudian
hari.
2. PT. Freeport Indonesia hanya menyumbang devisa yang sangat kecil bagi
negara. Jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan selaku pengelola
sumber daya alam dan Negara Indonesia selaku pemilik sumber daya alam,
devisa yang diperoleh dari royalti, pajak, deviden dan retribusi dapat
dikatakan sangat kecil dan merugikan negara. Karena yang pertama, selama
masa Kontrak Karya I atau sekitar 30 tahun terhitung dari tahun 1967-1991
perusahaan tidak membayar royalti sedikitpun kepada Pemerintah Indonesia
dan pada Kontrak Karya II perusahaan baru membayar royalti. Royalti yang
diberikan pun terbilang amat sangat sedikithanya memperoleh 1% - 3,5% dari
100% untuk tembaga dan 1% flat fixed dari 100% untuk logam mulia seperti
emas dan perak. Royalti ini juga bergantung pada harga konsentrat tembaga,
serta berat kotor produk.Yang kedua,untuk pajak (pajak penghasilan juta dan
pajak lainnya) maupun deviden dan retribusi terbilang sangat kecil (semuanya
ini diklaim perusahaan mencapai US$ 15,2 Milyar sampai dengan desember
2013).
3. PT. Freeport Indonesia belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat asli Papua melalui penyerapan tenaga kerja. Menurut data
Freeport, perusahaan mampu menyediakan lapangan kerja dan mampu
menyerap tenaga kerja dengan mempekerjakan 12.000 karyawan langsung dan
19.000 kontraktor. Namun, jika dilihat berdasarkan presentasenya hanya
beberapa persen saja masyarakat Papua asli yang terkena dampak langsung
dari operasional (Suku Kamoro) yang dapat bekerja di perusahaan
tersebut.Hal ini menjadikan demonstrasi atau protes sering kali disekitar oleh
perusahaan.
BAB 3. LOKUS

Kabupaten Mimika adalah salah


satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Timika. Di kabupaten ini terletak Kecamatan Tembagapura di mana
tambang emas terbesar di dunia milik PT. Freeport Indonesia berada. Terdapat
sebuah bandar udara nasional di kabupaten ini, yaitu Bandara Moses
Kilangin yang terletak di Timika. Serta pelabuhan Nasional, di Poumako.
Kabupaten Mimika memiliki luas sekitar 20.039 km² atau 4,75% dari luas
wilayah Provinsi Papua dengan topografi dataran tinggi dan rendah.
Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Paniai, Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Puncak Jaya, sebelah Selatan dengan
Laut Arafuru, sebelah Timur dengan Kabupaten Asmat dan Kabupaten Nduga,
sedangkan sebelah Barat dengan Kabupaten Kaimana.
BAB 4. PEMBAHASAN

PT. Freeport merupakan perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia


yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Freeport-McMoRan Copper &
GoldInc. Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia yang
hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Freeport Indonesia telah
melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua,masing-masingtambang
Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasanTembaga
Pura, Kabupaten Mimika,Provinsi Papua. Ini menunjukkan bahwa PT. Freeport
Indonesia sanggat mempengaruhipendapatan Indonesia karena dengan harga emas
mencapai nilai tertinggi dalam 25tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport
diperkirakan akan mengisi kaspemerintah sebesar 1 miliar dolar per tahun, selama
harga emas menggalami kenaikanharga. Tetapi tidak dapat dielak bahwa dampak
besar berupa kerusakan lingkungan telah terjadi karena
Adapun kasus/peristiwa yang terjadi terhadap keberadaan PT.Freeport
Indonesia, Di Papua yaitu :
A. Kasus Peristiwa
ü 21 Februari 2006,terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan
pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di Kali
KaburWanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat gabungan kepolisian
dansatpam Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi bentrokan dan penembakan.
Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu kemudian menduduki dan
menutup jalanutama Freeport di Ridge Camp, di Mile 72-74, selama beberapa
hari. Jalan itu merupakan satu-satunya akses ke lokasi pengolahan dan
penambangan Grasberg.
ü 22 Februari 2006, sekelompok mahasiswa asal Papua beraksi terhadap
penembakan di Timika sehari sebelumnya dengan merusak gedung Plasa 89
diJakarta yang merupakan gedung tempat PT Freeport Indonesia berkantor.
ü 23 Februari 2006, masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam
SolidaritasTragedi Freeport menggelar unjuk rasa di depan Istana, menuntuk
presidenuntuk menutup Freeport Indonesia. Aksi yang sama juga dilakukan
olehsekitar 50 mahasiswa asal Papua di Manado. 8.
ü 25 Februari 2006, karyawan PT Freeport Indonesia kembali bekerja setelahpalang
di Mile 74 dibuka.9.
ü 27 Februari 2006, Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat
mendudukikantor PT Freeport Indonesia di Plasa 89, Jakarta. Aksi menentang
Freeport juga terjadi di Jayapura dan Manado
ü 28 Februari 2006, Demonstran di Plasa 89, Jakarta, bentrok dengan polisi.Aksi ini
mengakibatkan 8 orang polisi terluka.11.
ü 1 Maret 2006, demonstrasi selama 3 hari di Plasa 89 berakhir. 8 aktivis LSM yang
mendampingi mahasiswa Papua ditangkap dengan tuduhan menyusup kedalam
aksi mahasiswa Papua. Puluhan mahasiswa asal Papua
diMakassar berdemonstrasi dan merusak Monumen Pembebasan Irian Barat.12.
ü 3 Maret 2006, masyarakat Papua di Solo berdemonstrasi menentang Freeport. 13.
ü 7 Maret 2006, demonstrasi di Mile 28, Timika di dekat bandar udara Moses
Kilangin mengakibatkan jadwal penerbangan pesawat terganggu.14.
ü 14 Maret 2006, massa yang membawa anak panah dan tombak menutup
ü checkpoint
ü 28 di Timika. Massa juga mengamuk di depan Hotel Sheraton. 15.
ü 15 Maret 2006, Polisi membubarkan massa di Mile 28 dan menangkapdelapan
orang yang dituduh merusak Hotel Sheraton.Dua orang polisi terkena anak
panah.16.
ü 16 Maret 2006, aksi pemblokiran jalan di depan
KampusUniversitasCendrawasih, Abepura, Jayapura,oleh masyarakat dan
mahasiswa yang tergabung dalam Parlemen Jalanan dan Front Pepera PB Kota
Jayapura,berakhir dengan bentrokan berdarah, menyebabkan 3 orang
anggotaBrimob dan 1 intelijen TNI tewas dan puluhan luka-luka baik dari pihak
mahasiswa dan pihak aparat.17.
ü 17 Maret 2006, Tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkena pelurupantulan
setelah beberapa anggota Brimob menembakkan senjatanya ke udaradi depan
Kodim Abepura. Beberapa wartawan televisi yang meliput dianiayadan dirusak
alat kerjanya oleh Brimob.18.
ü 22 Maret 2006, satu lagi anggota Brimob meninggal dunia setelah beradadalam
kondisi kritis selama enam hari19.
ü 23 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PT
FreeportIndonesia di Grasberg, longsor dan menimbun sejumlah pekerja. 3
orangmeninggal dan puluhan lainnya cedera.20.
ü 23 Maret 2006,Kementerian Lingkungan Hidup mempublikasi temuan pemantauan
dan penataan kualitas lingkungan di wilayah penambangan PT
ü Freeport Indonesia. Hasilnya, Freeport dinilai tak memenuhi batas air limbahdan
telah mencemari air laut dan biota laut.21.
ü 18 April 2007,sekitar 9.000 karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut
perbaikan kesejahteraan. Perundingan akhirnya diselesaikan pada 21 Aprilsetelah
tercapai kesepakatan yang termasuk mengenai kenaikan gaji terendah22.
ü 21 Oktober 2011,sekitar tiga orang tewas akibat insiden penembakan di kawasan
Freeport Timika Papua. Marcelianus, seorang personel polriberpangkat Brigadir
Polisi Satu juga tewas tertembak
B. Beberapa pernyataan dari PTFI
Hal ini merupakan inti dari konsep pembangunan berkelanjutan yang kami
lakukan. Dengan berkarya guna mencapai pembangunan berkelanjutan dalam
kegiatan dan program usaha, kami ikut menjaminlingkungan hidup dan
masyarakat yang sehat di wilayah kerja kami dan masyarakat disekitar kami, yang
menjadi sangat penting bagi keberhasilan kami di masa depan.PTFI juga
tergolong dalam perusahaan multinasional. Perusahaan yang hasilproduksinya di
jual keluar negara dari tempat produksi perusahaan tersebut.
Kami merupakan penghasil terbesar konsentrat tembaga dunia daribijih
mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah yang berarti. Kamisadari
bahwa kebutuhan ekonomi tersebut perlu diimbangi dengan kebutuhansosial dan
lingkungan hidup, sehingga dalam memenuhi tuntutan generasimasa kini, kami
tidak mengganggu kesinambungan kehidupan generasi dimasa datang. Hal ini
merupakan inti dari konsep pembangunan berkelanjutanyang kami lakukan.
Dengan berkarya guna mencapai pembangunanberkelanjutan dalam kegiatan dan
program usaha, kami ikut menjamin lingkungan hidup dan masyarakat yang sehat
di wilayah kerja kami danmasyarakat di sekitar kami, yang menjadi sangat
penting bagi keberhasilankami di masa depan
Pada intinya PTFI hanya mengambil, mengolah, serta memberikan
patokan harga jual. Alokasi dana sebagian keuntungan untuk menutupi kewajiban
dalam melestarikan alam sekitar papua dengan memberikan sedikit hal yang
dianggap bermanfaat bagi egara kita seperti Rumah Sakit, Bantuan dana
keamanan, Pengambilan tenaga kerja dari Indonesia pada bagian tertentu.
Gambaran dan evaluasi pengelolaan lingkungan PTFI urusan sosial danbudaya
Irian Jaya?Freeport-McMoRan Copper & Gold (FCX) merupakan
perusahaaninduk dari PTFI. Chairman FCX James R. Moffett dan CEO FCX
Richard C.
Adkerson menyampaikan: “Kami prihatin atas dampak dari mogok kerja
terhadap karyawan PTFI dan keluarga mereka, dan Manajemen PTFI
tengahberupaya menyelesaikan perundingan secepat mungkin. Penawaran yang
kamisampaikan cukup adil dan besar, dan tim Manajemen PTFI
memilikikomitmen untuk mempertahankan kondisi dan lingkungan kerja
yangkondusif, bersaing dan nyaman bagi karyawan kami. Kekerasan dan
tindakanintimidasi yang dilakukan terhadap karyawan yang memilih untuk
tetapbekerja dan kerusakan yang dilakukan terhadap sarana dan
prasaranaPerusahaan tidak menguntungkan para pemangku kepentingan dan
merupakantindakan melanggar hukum. Kami menghargai dukungan dari
PemerintahIndonesia dan Pemerintah Daerah untuk melindungi Perusahaan
yangmerupakan obyek vital nasional, dan bersama ini kami menghimbau
semuapemangku kepentingan agar dapat bekerja sama dengan Presiden
DirekturPTFI Armando Mahler dan anggota Manajemen PTFI untuk
menyelesaikanperundingan PKB secara baik dan memulihkan penegakkan hukum
dan ketertiban di wilayah Mimika, Papua".
Pada intinya PTFI melakukan gambaran dan evaluasi dalam bidang sosial yaitu
dengan mempertahankan kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif dengan
menaikan gaji para karyawan yang berasal dari dalam negeri, tapi menurut
kelompok kami kenaikan gaji tersebut berdasarkan mogok kerja yang dilakukan
para keryawan. Dan kemungkinan apabila tidak adanya mogok kerja maka tidak
ada kenaikan gaji karyawan.

C. Analisis Dampak Sosial, Ekonomi ,Dan Lingkungan Yang Ditimbulkan


PTFI
Kasus PT Freeport dengan masyarakat dan buruh pegawai sama-sama
bersitegang, tidak adanya kesepakatan diantara semua pihak terkait membuat
masalah semakin berkepanjangan. Pemerintah yang sedang asyik dengan politik
dan pencitraan, seakan menganggap ini sebagai lahan mencari nafkah.
Tak terkecuali Kesatuan Polisi yang menjadi satpam Freeport melawan
rakyat Papua yang merasa terdholimi. Sehingga konflik melebar pada emosional
rakyat yang banyak melakukan langkah separatis dan bergabung dengan OPM
gerakan Papua Merdeka.
Jika keadaan ini tidak cepat diselesaikan oleh semua pihak yang asyik
nina-bobo dengan kepentingan-kepentingan kemaslahatan dirinya sendiri, justru
semua pihak akan mengalami kerugian pada akhirnya.
Pembahasan mengenai kasus ini dalam menghadapi krisis internal antara
Perusahaan dan Karyawan, dan krisis Eksternal anata Perusahaan dan Masyarakat.
Berbicara mengenai kesenjangan sosial dalam masyarakat, merupakan
pembahasan yang tidak akan pernah habisnya. Akan ada banyak hal terkait
dengan masalah sosial, karena berbagai hambatan pasti silih berganti. Salah satu
contohnya saat ini yang lagi memanas adalah konflik PT. Freeport dengan para
pekerja yang mandek kerja yang sebenarnya hanya meminta kenaikan gaji dan
masyarakat Papua yang butuh rasa aman dan nyaman.
Jika dikaitkan masalah ini dengan menggunakan teori sistem menurut Katz
dan Khan yang pernah menerangkan bahwa kebanyakan interaksi kita dengan
orang-orang merupakan tindakan komunikatif baik secara verbal dan non-verbal.
Komunikasi – pertukaran informasi dan tranmisi makna – adalah inti dari sistem
sosial atau organisasi. Komunikasi merupakan penghubung di antara orang-orang
dalam organisasi, dan komunikasi yang berjalan dengan efektif dan tanpa
mengalami hambatan yang berarti.
Adanya misscommunication antara Satpam PT. Freeport Indonesia dan
Polisi dengan pengaman dari PT Grup 4 Securicor yang mengenakan
perlengkapan keamanan lengkap, pada Rabu, 21 September 2011. Satuan
pengamanan bayaran tersebut yang keluar dari dalam terminal pekerja Gorong-
gorong bersitegang dengan Satpam dan Polisi yang berjaga-jaga. Menurut Wakil
Komandan Kepolisian Resor Mimika, Komisaris Polisi Mada Indra Laksanta,
hanya terjadi misscommunication. Mereka berniat membantu pengamanan tapi
tidak ada komunikasi dan koordinasi.
Hari sebelumnya, 20 september malam, Kepala Bidang Organisasi SPSI
Freeport, Virgo Sollosa, menyampaikan pesan ke sejumlah wartawan bahwa
pihaknya mengidentifikasi ada beberapa mobil yang digunakan untuk
mengintimidasi pekerja yang melakukan aksi mogok kerja. Terkesan ada upaya
mempropaganda karyawan agar mau naik bekerja dan memancing emosional
karyawan yang sedang menggelar aksi agar terjadi konflik
Analisa kasus di atas menampakkan bahwa adanya hubungan kausal yang
fundamental antara PT. Freepot dengan para karyawan berkaitan dengan
komunikasi yang tidak efektif, pertukaran dan penyebaran informasi yang tidak
terkoordinir, dan tidak adanya kesamaan tujuan dalam pencapaian kerja
organisasi, pihak perusahaan yang menginginkan karyawan berkerja dan
keinginan karyawan yang bertolak belakang dengan mengadakan aksi mogok
kerja.
Berbagai kekerasan yang terjadi di Papua semakin membuat rakyat Papua
sengsara. Langkah represif aparat kepolisian, justru semakin membuat situasi
mencekam. Polisi sebagai pengaman dan pelindung masyarakat justru menjelma
menjadi momok yang menakutkan serta menjadi musuh masyarakat, dan seakan
mati-matian menjaga dan melindungi kepentingan Freeport.
Berdasarkan pemahaman teori sistem adalah setiap bagian berpengaruh
pada keseluruhan atau sesuatu tidak dapat ada tanpa keberadaan yang lain. Maka
seluruh aspek harus diperhatikan atau dianggap penting. Namun, seakan tidak
mengindahkan sistem yang harus dilaksanakan oleh kepolisian sebagai pengayom
masyarakat dan beralih menjadi pengaman bayaran dari pihak Freeport.
Jelas sekali ketika penyanyi asal Papua Edo Kondologit dalam sebuah
diskusi di Jakarta, Selasa (1/11/2011). Menurut Edo, rasa aman di papua menjadi
barang yang mahal, karena tidak pernah diamankan oleh aparat di daerah tersebut
dengan baik.
Patut dipertanyakan peran negara dalam menjamin kehidupan rakyatnya.
Karena, selama ini sikap Pemerintah terkesan membiarkan berbagai konflik yang
terjadi di Papua. Keinginan dari rakyat Papua menurut Edo, hanya hidup
selayaknya, bisa cukup makan. Masih banyak masalah seperti kemiskinan,
kesehatan masih menjadi masalah utama di tanah Papua.
Bukan tidak mungkin jika pada akhirnya yang juga saat ini banyak
pemberontakan di Papua dilakukan oleh orang Papua yang memperjuangkan
kemerdekaan dan ingin memisahkan diri dengan Indonesia. Jika keadaan ini tidak
diperhatikan betul baik oleh Pemerintah, pihak Freeport, Kepolisian, dan
masyarakat.
Karena, adanya keinginan hidup yang layak mereka melakukan aksi yang
sebenarnya ingin mengajak Pemerintah untuk memperhatikan nasib rakyat Papua.
Serta mengubah cara pandang pemerintah pusat terhadap masyarakat Papua perlu
diubah. Selama ini rakyat Papua sering dipandang sebagai orang yang
memberontak dan pendukung tindakan separatisme. Bukan hanya meng-anak
emaskan Freeport dan mengesampingkan masyarakat Papua.
Perhatian yang harus dilakukan Pemerintah berhubungan dengan cara
pandang, adalah menganggap orang Papua sebagai anak bangsa yang tidak puas
terhadap kelakuan Pemerintah saat ini. Stigma ini yang harus diubah, agar orang
Papua tidak terus mengalami kekecewaan yang besar terhadap pemerintah.

Elemen-elemen terkait
Elemen-elemen yang terkait dengan Freeport antara lain :

1. Pemerintah Pusat
2. ESDM
3. KEMENAKERTRANS
4. DPR
5. DPRD
6. Gubernur
7. Walikota
8. Bupati
9. TNI dan POLRI
10. Buruh dan Masyarakat Papua
11. LSM
12. Negara lain yang terkait, Amerika, Australia, Inggris

PT Freeport Inonesia, Bukan Sekedar Masalah Renegosiasi Tapi Menegakkan


Kedaulatan RI
Sudah 44 tahun aktivitas pertambangan emas PT Freeport-McMoran
Indonesia (Freeport) bercokol di tanah Papua. Namun selama itu pula kedaulatan
negara ini terus diinjak-injak oleh perusahan asing tersebut. Pada Kontrak Karya
(KK) pertama pertambangan antara pemerintah Indonesia dan Freeport yang
dilakukan tahun 1967 memang posisi tawar pemerintah RI masih kecil, yaitu
hanya sekedar pemilik lahan. Dibandingkan PT Freeport yang memiliki tenaga
kerja dan modal tentu posisi tawar pemerintah saat itu masih kecil. Namun setelah
44 tahun apakah posisi tawar pemerintah Indonesia masih rendah? Tentu tidak!
Mengacu pada UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara
yang mengamanatkan pemerintah Indonesia untuk melakukuan renegosiasi
kontrak seluruh perusahaan tambang asing yang ada di negeri ini. UU ini
menggantikan UU Nomor 11 tahun 1967 yang disahkan pada Desember 1967 atau
delapan bulan pasca penandatanganan KK. Berdasarkan data Kementrian ESDM,
sebanyak 65 persen perusahaan tambang sudah berprinsip setuju membahas ulang
kontrak yang sudah diteken. Akan tetapi sebanyak 35 persen dari total perusahaan
tersebut masih dalam tahap renegosiasi, salah satunya adalah pengelola tambang
emas terbesar di dunia yaitu Freeport.
Menurut Direktur dan CEO Freeport Indonesia, Armando Mahler,
menyatakan bahwa kontrak pertambangan yang dimiliki perusahaan dengan
pemerintah Indoneisa sudah cukup adil bagi semua pihak. Hal ini
mengindikasikan bahwa pihak Freeport enggan untuk patuh kepada UU yang
berlaku, yaitu UU no. 4 tahun 2009 tentang Minerba. Dari sini terlihat bahwa
kasus Freeport ini tidak hanya merugikan negara triliunan rupiah akan tetapi juga
menginjak-injak kedaulatan Republik ini dengan tidak mau patuh terhadap UU
yang berlaku. Menurut seorang pengamat Hankam, Bapak Soeripto, Konflik yang
mendasasari kasus Freeport ini adalah Kontrak Karya (KK) yang telah
melecehkan Indonesia.
Salah seorang pengamat Hankam yang sudah senior, Bapak Soeripto,
menyatakan bahwa PT Freeport telah memberikan sejumlah dana kepada aparat
keamanan TNI/POLRI dalam rangka menjaga keamanan Freeport di atas tanah
Papua. Hal ini jelas menentang UU karena menurut UU pembiayaan aparat
keamanan untuk perlidungan objek vital nasional harus bersumber dari APBN
bukan dari perusahaan asing. Akibatnya banyak putra daerah Papua yang merasa
asing di rumah mereka sendiri. Dari sini terkesan bahwa aparat keamanan justru
lebih membela kepentingan asing daripada kepentingan bangsanya sendiri.
Padahal mereka harusnya menindak Freeport yang notabene telah merusak
lingkungan dengan membuat lubang tambang di Grasberg dengan diameter
lubang 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman mencapai 800
m2 . Dampak lingkungan yang Freeport berikan sangat signifikan, yaitu rusaknya
bentang alam pegunngan Grasberg dan Ersbeg. Kerusakan lingkungan telah
mengubah bentang alam seluas 166 km2 di daerah aliran sungai Ajkwa.
PT Freeport McMoran Indonensia pun telah berlaku semena-mena kepada
karyawan Freeport Indonesia yang kebanyakan adalah orang asli Indonesia.
Menurut pengakuan Bapak Tri Puspita selaku Sekretaris Hubungan Industri
Serikat Pekerja Freeport Indonesia, Freeport bersifat eksklusif sehingga akses
untuk ke rumah sakit ataupun mess pun juga sulit. Lebih jauh lagi, standart yang
dimiliki pekerja Freeport dari Indonesia sama dengan seluruh karyawan Freeport
yang ada di seluruh dunia akan tetapi gaji yang diterima oleh pekerja dari
Indonesia hanya separuhnya. Menariknya lagi, menurut laporan dari Investor
Daily tanggal 10 Agustus 2009, dikatakan bahwa pendapatan utama PT Freeport
McMoran adalah dari operasi tambabangnya yang ada di Indonesia, yaitu sekitar
60%. Sampai saat ini karyawan Freeport tengah menjalankan aksi mogok kerja
dengan menuntut kenaikan gaji US$ 4 per jam. Sampai sekarang pihak
management Freeport tidak menyetujui tuntutan pekerja Indonesia tersebut.
Bukan keadilan yang didapatkan pekerja Freeport dari Indonesia yang menuntut
kenaikan gaji akan tetapi tudingan sebagai kelompok separatis lah yang mereka
dapat. Padahal mereka hanya menuntut hak-haknya sebagai warga negara untuk
memperoleh kesejahteraan.
Menurut seorang pakar ekonomi dari Universitas Padjajaran sekaligus
aktivis LSM Econit, Ibu Hendri, setidaknya ada tiga alasan mengapa solusi
Freeport ini bukan sekedar negosiasi. Pertama, Yaitu meluruskan aturan
perundang-undangan yang menyimpangkan amanah konstitusi (Pasal 33 UUD
1945). Kedua, Renegoisasi atau perubahan Kontrak Karya (KK) yang tidak
memakai dasar konstitusi tidak akan memberikan manfaat bagi kepentingan
rakyat Indonesia. Dan yang terakhir, rakyat Papua secara khusus dan bangsa
Indonesia secara umum membutuhkan dana yang besar untuk mengerjar
ketertinggalan dalam membangun manusia maupun fasilitas yang diperlukan
untuk mendukung pelayanan sosial dan kemajuan ekonomi.
Indonesia sebagai bangsa yang besar, harusnya tidak hanya mengejar
keuntungan finansial seperti pajak, deviden ataupun pembagian royalti dari sektor
pertambangan akan tetapi juga harus fokus pada keuntungan ekonomi, ungkap Ibu
Hendri. Pemerintah harus mempunyai visi besar dalam mengelola SDA yang
dimiliki. Dalam hal ini, pemerintah harus mempunyai koridor kebijakan yang
jelas mengenai bagaimana pemanfaatan segala sumber daya alam yang dimiliki
untuk kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. Sebagai contohnya, pemerintah China
tidak serta merta segera mengekspor kandungan batu bara yang dimiliki secara
besar-besaram ke pasar dunia akan tetapi China menahan produk batu baranya
dalam negeri untuk kepentingan dalam negeri sendiri tersebut untuk mendorong
kemajuan ekonomi negeri tersebut, dalam hal ini sumber energi.
Pak Soeripto yang juga selaku mantan anggota Badan Intelejen Negara
(BIN) mengemukakan analisis yang menarik, menurut beliau, pasca Perang
Dingin, selayaknya bangsa Indonesia sadar bahwa trend perang dalam masa
sekarang adalah perang untuk memperebukan sumber daya alam atau resource
war. Sekarang negara-negara besar sedag berperang untuk merebutkan sumber
daya alam. Dan ini suah terjadi di berbagai negara seperti Iraq, Afganistan,
Kongo, Libya, dll. Urusan perebutan masalah sumber daya alam ini sejatinya
tidak memperdulikan berapa korban jiwa yang jatuh. Begitu juga masalah
Freeport, kita tahu sendiri akhir-akhir ini masih sering terjadi aksi penembakan di
Papua yang menelan korban baik kalangan aparat keamanan ataupun putra daerah
Papua sendiri.
Sudah selayaknya kita memandang kasus Freeport ini selain dengan
pemahaman yang mendalam juga dengan kacamata perspektif yang berbeda.
Sehingga kita dapat melihat masalah ini secara komprehensif. Harus kita ingat
bahwa masalah ini bukan sekedar penandatangan kontrak kerja baru, hitam di
atas putih. Melainkan masalah yang lebih krusial lagi, yaitu lingkungan dan
penegakkan kedaulatan Republik Indonesia.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Freeport dari segi finansial memang memberikan pemasukan yang besar


bagi Indonesia, tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan pemasukan yang
diterima oleh pihak Freeport yang merupakan perusahaan milik asing dan
berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh freeport.

Berbagai konflik dan pelanggaran HAM juga mewarnai perjalanan Freeport


yang semua itu terkesan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, karena
semua kasus pelanggaran HAM yang terjadi tidak pernah terselesaikan
dengan baik. Apabila dihubungkan dengan pancasila, maka Freeport telah
melanggar sila kedua pancasila karena pihak Freeport telah banyak
mengabaikan apa yang menjadi hak warga sekitar.

Sudah selayaknya kita memandang kasus Freeport ini selain dengan pemahaman
yang mendalam juga dengan kacamata perspektif yang berbeda. Sehingga kita
dapat melihat masalah ini secara komprehensif. Harus kita ingat bahwa masalah
ini bukan sekedar penandatangan kontrak kerja baru, hitam di atas putih.
Melainkan masalah yang lebih krusial lagi, yaitu lingkungan dan penegakkan
kedaulatan Republik Indonesia.

5.2 Saran

Freeport merupakan salah satu perusahaan tambang yang dikelola oleh pihak
asing. Sebagian besar keuntungan yang didapat dari hasil tambang pasti
akan masuk ke devisa milik asing dan bukan ke Indonesia. Indonesia kaya akan
hasil tambang, seharusnya kita lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang kita miliki supaya berbagai tambang yang kita miliki dapat kita kelola
sendiri dan keuntungan yang didapat akan mengalir ke cadangan devisa
negara. Pemerintah juga sudah seharusnya lebih serius dalam menyelesaikan
masalah yang terkait dengan Freeport supaya tidak ada lagi kasus pelanggaran
HAM yang terjadi dan kasusnya tidak pernah terselesaikan.

Dan juga seharusnya Pemerintah Indonesia menindak lanjuti kasus ini. Karena
Indonesia terkena imbasnya menelan kerugian hingga bertiliun-triliun, yang lebih
parahnya lagi penduduk di Timika lebih-lebih terkena imbasnya yang tidak hanya
rugi akan materi ,tetapi kekecewaan yang amat mendalam akan tanah leluhurnya
yang seharusnya dijaga dan dilestarikannya malah habis digerogoti oleh Freeport.
Dari analisis masalah diatas maka hal-hal yang harus segera/mendesak dilakukan
adalah mendesak untuk dilakukan pengkajian ekonomi secara mendalam , untuk
selanjutn ya dilakukan kesepakatan kembali antara pihak pemerintah kabupaten
minika kususnya dan papua pada umumnya dengan pihak PT FIC terutama
mengenai balas jasa secara langsung dan biaya social ekonomi yang harus
dibayarkan sebagai akibat dari lemahnya manfaat ekonomi yang diterima selama
ini. Pihak pemerintah kabupaten mimika dan provinsi papua hendaknya
mengambil sikap tegas terhadap PT.FIC terkait dengan dampak lingkungan yang
diterima oleh masayarakat papua dari beroprasinya PTFIC ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://sosbudpolhuk.blogspot.co.id/2013/04/analisis-kasus-ptfreeport-
hukum_2025.html

http://ilmupengetahuan879.blogspot.co.id/2016/03/makalah-pt-
freeport.html?m=1

http://putri-ck-study.blogspot.co.id/2012/11/pt-freeport-indonesia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai