Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan dislipidemia

Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian jumlah faktor


risiko penyakit jantung koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang harus
dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran
kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP III. 6
Tabel 6. Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai

Faktor risiko yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai

 Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.


 Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55
tahun dan ibu < 65 tahun.
 Kebiasaan merokok
 Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi)
 Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL
≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total

Setelah menemukan banyaknya faktor risiko pada seorang pasien, maka pasien dibagi
kedalam tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner yaitu risiko tinggi, risiko sedang dan risiko
tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini.6
Tabel 7. Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang
Ingin Dicapai berdasarkan NCEP6
Kategori Resiko Sasaran Kolesterol LDL
(mg/dl)
1. Resiko Tinggi <100
a. Mempunyai Riwayat PJK dan
b. Mereka yang mempunyai risiko yang disamakan
dengan PJK
 Diabetes Melitus
 Bentuk lain penyakit aterosklerotik yaitu stroke,
penyakit arteri perifer, aneurisma aorta
abdominalis
 Faktor risiko multipel (> 2 faktor risiko) yang
mempunyai risiko PJK dalam waktu 10
tahun > 20 % (lihat skor risiko Framingham) <130
2. Resiko Multipel (≥2 faktor resiko) dengan risiko
PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20% <160
3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko) dengan risiko
PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 10 %

Penatalaksanaan dislipidemia terdiri dari penatalaksanaan umum, non farmakologi, dan


farmakologi yakni sebagai berikut:
1) Penatalaksanaan umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi
modifikasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Terapi diet memiliki tujuan untuk
menurunkan risiko PJK dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori. 1
2) Penatalaksanaan non farmakologi
a) Terapi Nutrisi Medis
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang
mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang
lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil
diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan. Pada
pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi
asupan lemak total dan lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA), dan meningkatkan asupan
lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono dan poly unsaturated fatty acid/MUFA dan
PUFA). Asupan karbohidrat, alkohol dan lemak perlu dikurangi pada pasien dengan kadar
trigliserida yang tinggi. 1,6
Tabel 8. Komposisi Tahap I dan Tahap II
Tahap I Tahap II
Karbohidrat (% kalori) 50-60 50-60
Protein (% kalori) 15-20 15-20
Lemak (% kalori) <30 <30
Kolesterol (mg/dl) <300 <200
Lemak jemuh (% kalori) <10 <7
Tabel 9. Komposisi Makanan untuk Hiperkolesterolemia
Makanan Asupan yang dianjurkan
 Total Lemak 20-255 dari kalori total
 Lemak Jenuh <7% dari kalori total
 Lemak PUFA Sampai 10% dari kalori total
 Lemak MUFA Sampai 10% dari kalori total
Karbohidrat 60% dari kalori total
Serat 30 gr perhari
Protein Sekitar 15% dari kalori total
Kolesterol <200 mg/hari

b) Aktivitas Fisik
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan
Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan
keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.Setiap
melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1
 Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
 Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maksimal ( 220 - umur
) selama 20-30 menit .
 Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit.
Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat
juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-menerus 6
3) Penatalaksanaan Farmakologi.
Setelah 6 minggu terapi non farmakologis, dilakukan evaluasi ulang. Bila belum mencapai
kadar kolesterol LDL sasaran yang diharapkan, perlu ditingkatkan/intensifikasi terapi non-
farmakologis. Disamping itu, tentu harus dicari pula penyebab dislipidemia sekunder. Bila 6
minggu berikutnya kadar kolesterol LDL masih belum mencapai sasaran, ditambahkan terapi
farmakologis dengan tetap melanjutkan terapi non-farmakologis. Saat ini didapat beberapa
golongan obat yaitu golongan resin, asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat,
ezetimibe, dan lain-lain namun obat lini pertama yang danjurkan oleh NCEP-ATP III
adalah HMG-CoA reductase inhibitor.1
Apabila ditemukan kadar trigliserida >400mg/dl maka pengobatan dimulai dengan
golongan asam fibrat untuk menurunkan trigliserida. Menurut kesepakatan kadar kolesterol
LDL merupakan sasaran utama pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah
didapatkan kadar trigliserida yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai
sasaran maka HMG-CoA reductase inhibitor akan dikombinasikan dengan asam fibrat. Selain
itu, terdapat obat kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan kombinasi lovastatin
dan asam nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin atau asam nikotinik
sendiri dalam dosis tinggi.6
Tabel 10. Target kolesterol LDL (mg/dl):
Kadar
LDL
Kategori Target Kadar LDL untuk mulai terapi
untuk
Resiko LDL farmakologis
mulai
PGH
PJK/ yang < 100  100  130
disamakn ((100-129 pemberian obat
PJK opsional)
Faktor < 130  130 10 tahun risiko 10-20% :  130
resiko 2 10 tahun risiko <10% : >160
Faktor resiko < 160  160  190
0-1 (160-189 pemberian obat
opsional)

Tabel 11. Kombinasi obat pada manajemen terapi dislipidemia


 pada kombinasi dyslipidemia adanya peningkatan HDL-C dan
penurunan TG, serta pengurangan LDL-C yang dicapai mungkin
menjadi statin,. Oleh karena itu satu kombinasi statin dengan asam
nicotinic bisa menjadi efek yang kurang baik yangdapat
mempengaruhi pemenuhan
 suatukombinasi statin dengan fibrates mungkin menjadi pertimbangan
sementara monitoring untuk myopathy, tetapi kombinasi dengan
gemfibrozil harus dialihkan
 jika TG tidak dikontrol oleh statins atau fibrates, resep obat [dari] asam
lemak mungkin dipertimbangkan untuk mengurangi TG lebih lanjut, dan
kombinasi ini aman

Anda mungkin juga menyukai