Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang
telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi
wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat
mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.
Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah
menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru
terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada
Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan
untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada
pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat
meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-
bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan
luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau
tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr.
Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya
sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun.
Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu
episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita
ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung
menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan,
penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga
500.000 kasus baru setiap tahun. Kekhawatiran besar lainnya mengenai
infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko
seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali
lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka)
yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan
hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar
kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini,
demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar
kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu
dengan prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab
kematian ibu yang paling sering terjadi. Sebagai calon perawat yang
bersekolah di STIKES Muhammadiyah, kami perlu mengetahui lebih dalam
tentang berbagai masalah di mata kuliah maternitas , salah satunya adalah
infeksi yang terjadi pada panggul/pelvis ini, oleh karena itu kami berusaha
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik sehingga memiliki dasar ilmu
kesehatan yang akan membantu profesi sebagai perawat nanti.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Infeksi pelvis
2. Mengetahui penyebab-penyebabnya Infeksi pelvis
3. Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Infeksi pelvis
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Infeksi pelvis
5. Mengetahui penatalaksanaan Infeksi pelvis
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pelvis ?
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dari Infeksi pelvis ?
2. Bagaimana etiologi dari Infeksi pelvis ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Infeksi pelvis ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Infeksi pelvis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari Infeksi pelvis ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi pelvis ?
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Anatomi fisiologi
Tulang panggul Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum,
dan os koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os
pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan
terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum
dengan os ilium.Dibawah terdapat artikulasio sakro- koksigea yang
menghubungkan os sakrum (tl panggul)dan os koksigis(tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak
kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila
ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah
linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ
abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot
dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada
wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui
diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus
koksigeus
D. Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari
Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami
penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia
antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit
ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik,
infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. Penyakit radang
pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke
dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti
rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat
mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.
E. Etiologi penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh
waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita
penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae
dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun
vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman
penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
F. Faktor-Risiko penyakit radang panggul
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya
yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks
(seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir
yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko
lainnya adalah: 1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya 2. Pasangan
seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari 3.
Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS 4. Menggunakan douche
(cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan 5. Penggunaan IUD
(spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah
saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila
sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.
G. Patofisiologi penyakit radang panggul
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran
genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba
uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina
(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar
ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu
(kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks
ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina,
akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang
diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C.
Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes
simpleks.
2. Limfatik Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang
berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti
infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada
penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika
Serikat.
4. Intraperitoneum Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis)
dan kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus
denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem
genetalia interna.
5. Kontak langsung Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat
penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang
peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik Secara fisiologik penyebaran kuman ke
atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami hambatan.
a. Diostium uteri internum
b. Di kornu tuba
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka
kuman – kuman pada endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri
eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara :
mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu, barier
fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus,
instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR):
2. Adanya organisme yang berperang sebagai vector. Trikomonas vaginalis
dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi.
Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada
trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai
tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut.
Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman –
kuman N gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman
– kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
3. Aktivitas seksual Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan
terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman –
kuman memasuki kanalis servikalis.
4. Peristiwa Haid Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan
dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam
terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada
minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N
gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis
akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut
sebagai ”Febril Menses”.
H. Tanda dan gejala penyakit radang panggul
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri
ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita
dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan
lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina,
demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise,
nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan
sekret vagina yang purulen. Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi.
Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya
bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan
kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara
organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba,
ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika
abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera
memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi
penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
BAB III

Asuhan Keparawatan infeksi pada panggul/pelvis

A. Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.
c. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.
d. Pemeriksaan fisik
1. Suhu tinggi disertai takikardia
2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran
atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya
uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.
3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn
tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat
pula disertai gejala ileus paralitik.
5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.
2. Urinalisis
3. Tes kehamilan
4. USG panggul
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
3. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
4. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
5. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
7.
C. Intervensi
1. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari
kedinginan. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional
 Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis
Suhu 38,9° - 41,1° C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Menggigil sering mendahului puncak suhu.
 Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal. Berikan kompres mandi
hangat, hindari penggunaan alkohol. Dapat membantu mengurangi
demam.
 Kolaborasi Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen
(Tylenol). Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi. Berikan selimut pendingin
Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan
tanda- tanda vital stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat
kesadaran umum, haluaran urinarius individu yang sesuai dan bising usus
aktif.
Intervensi Rasional
 Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan.
Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi O2, maksimalkan
efektivitas dari perfusi jaringan.
 Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut. Hipotensi akan
berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran
darah, menstimulasi pelepasan, atau aktivasi dari substansi hormonal
maupun kimiawi yang umumnya menghasilkan vasodilatasi perifer,
penurunan tahapan vaskuler sistemik dan hipovolemia relatif.
 Pantau frekuensi dan irama jantung. Bila terjadi takikardi, mengacu
pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekankan
respon dan untuk menggantikan kerusakan pada hipovolumia relatif
dan hipertensi.
 Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer Pada awal nadi
cepat/kuat karena peningkatan curah jantung. Nadi dapat menjadi
lemah/lambat karena hipotensi terus menerus, penurunan curah
jantung, vasokonstriksi perifer jika terjadi status syok.
 Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas. Perhatikan
dispnea berat. Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap
efek-efek langsung dari endotoksin pada pusat pernafasan di dalam
otak, dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam. Pernafasan
dapat menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan,
menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut. Catat haluaran urin
setiap jam dan bertat jenisnya. Penurunan haluara urin dengan
peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfungsi
ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan
vasokonstriksi selektif.
 Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan
jaringan lokal, eritema. Stasis vena dan proses infeksi dapat
menyebabkan perkembangan trombosis. - Catat efek obat-
obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan Dosis antibiotik masif
sering dipesankan. Hal ini memiliki efek toksik berlebihan bila perfusi
hepar/ ginjal terganggu.
 Kolaborasi Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan perfusi
jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.
 Pantau pemeriksaan laboratorium. Perkembangan asidosis respiratorik
dan metabolik merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi,
misalnya penurunan perfusi ginjal dan akumulasi asam laktat.
3. Diagnosa : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual. Kriteria
hasil : Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan
peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk
melanjutkan aktivitas seksual.
Intervensi Rasional
 Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan
seksual, masalah seksual Mengetahui masalah-masalah seksual yang
dialami.
 Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual.
Menemukan permasalahan seksual yang sebenarnya.
 Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual.
Memberikan konseling aktivitas seksual yang baik dan benar.
4. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis. Kriteria hasil :
Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
dapat mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri.
Intervensi Rasiona
 Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal. Obat-obat analgesik
untuk mengurangi rasa nyeri.
 Ajarkan teknik relaksasi. Bisa untuk mengontrol rasa nyeri. -
Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien. Usaha
terapeutik, memotivasi semangat klien.
 Berikan privasi selama prosedur tindakan. Menjaga harga diri klien.
5. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.
Kriteria hasil : Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang
benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama perawatan dan
memperlihatkan pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan dengan
infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi Rasional
 Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia. Mengurangi
resiko infeksi.
 Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi Mengetahui tanda-tanda
komplikasi yang terjadi.
 Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-
resiko pada kekuatan penularan dari infeksi. Mengurangi infeksi
silang (nosokomial).
 Terafi antimikroba sesuai order dokter. Obat-obat antimikroba
dengan dosis yang sesuai dan sesuai dengan indikasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil : Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan
prognosis, mampu menunjukan prosedur yang diperlukan dan
menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut serta dalam program
pengobatan.
Intervensi Rasional
 Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Mengetahui
kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi.
 Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek
samping dan pentingnya pada program.
 Klien bisa mengerti dan mau melakukan sesuai dengan anjuran demi
keberhasilan pengobatan.
 Tinjau faktor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat
masuk infeksi. Mengurangi infeksi nosokomial.
 Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan. Mengurangi
komplikasi penyakit.
D. Implementasi
 Memanatau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi, dan perkembangan pada denyut.
 Memantau frekuensi & irama jantung perhatikan disritmia.
 Memperhatikan kualias / kekuatan dari denyut perifer.
 Memberikan isolasi / pantau pengnjung sesuai indikasi.
 Mencuci tangan dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunkan
sarung tangan steril.
 Menginspeksi rongga mulut terhadap plak putih (sariawan) selidiki ras
gatal / peradangan vaginal / perineal.
 Mengkaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan
datang.
 Mendiskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, makanan dan
pemasukan cairan yang adekuat.
E. Evaluasi
1. Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya
kemampuan dan pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat.
2. klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
3. Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan
kemampuannya dalam memelihara kesehatan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada


genetalia interna, yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat
menyerang endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan peritoneum
panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara
homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Peradangan
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui
vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID
disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit
menular seksual (misalnya klamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous,
streptokus). Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi.
Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk
dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba
fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai
akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya,
menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang
abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Daftar Pustaka

Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas


Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Bobak, 2005. Buku ajar
Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC. Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana
Keperawatan. Jakarta. EGC. Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005. Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka. Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan
Genetalia. Jkarta : Widya Medika, 200

Anda mungkin juga menyukai

  • Juvenile Diabetes Nursing Care
    Juvenile Diabetes Nursing Care
    Dokumen25 halaman
    Juvenile Diabetes Nursing Care
    Komang Sariani
    71% (7)
  • Makalah Teori Keperawatan
    Makalah Teori Keperawatan
    Dokumen44 halaman
    Makalah Teori Keperawatan
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Keluarga DM
    Asuhan Keperawatan Keluarga DM
    Dokumen38 halaman
    Asuhan Keperawatan Keluarga DM
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Konsep Hiv Aids
    Konsep Hiv Aids
    Dokumen20 halaman
    Konsep Hiv Aids
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Edit Strok
    Edit Strok
    Dokumen33 halaman
    Edit Strok
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Strok
    Strok
    Dokumen35 halaman
    Strok
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak
    Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak
    Dokumen22 halaman
    Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Metode Asuhan Keperawatan
    Metode Asuhan Keperawatan
    Dokumen3 halaman
    Metode Asuhan Keperawatan
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen10 halaman
    Askep
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Dokumen24 halaman
    Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Promosi Kesehatan
    Promosi Kesehatan
    Dokumen19 halaman
    Promosi Kesehatan
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Dokumen24 halaman
    Keselamatan Kerja (K3) untuk Semua
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen41 halaman
    Askep
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen41 halaman
    Askep
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen27 halaman
    Bab I
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Falsafah
    Falsafah
    Dokumen12 halaman
    Falsafah
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Metode Asuhan Keperawatan
    Metode Asuhan Keperawatan
    Dokumen19 halaman
    Metode Asuhan Keperawatan
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • STROK
    STROK
    Dokumen35 halaman
    STROK
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Promkes Kelomok 3
    Promkes Kelomok 3
    Dokumen11 halaman
    Promkes Kelomok 3
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Idk 1
    Idk 1
    Dokumen22 halaman
    Idk 1
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • INFEKSI RADANG PANGGUL
    INFEKSI RADANG PANGGUL
    Dokumen22 halaman
    INFEKSI RADANG PANGGUL
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen41 halaman
    Askep
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • BARU
    BARU
    Dokumen33 halaman
    BARU
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • TEORI NIGHTINGALE
    TEORI NIGHTINGALE
    Dokumen38 halaman
    TEORI NIGHTINGALE
    Komang Sariani
    100% (2)
  • Makalah Perubahan-1
    Makalah Perubahan-1
    Dokumen9 halaman
    Makalah Perubahan-1
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Promkes Kelomok 3
    Promkes Kelomok 3
    Dokumen11 halaman
    Promkes Kelomok 3
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Gizi Seimbang
    Gizi Seimbang
    Dokumen9 halaman
    Gizi Seimbang
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat
  • Askep
    Askep
    Dokumen41 halaman
    Askep
    Komang Sariani
    Belum ada peringkat