Disusun oleh :
Suhartati (L J)
25000118183014
Entomologi Semester V
A. Latar Belakang
Nyamuk termasuk dalam subfamili Culicinae, family Culicidae (Nematocera:
Diptera) merupakan vektor atau penular utama dari penyakit arbovirus atau
arthropod-borne viruses. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies
nyamuk meskipun sebagian besar dari spesies - spesies nyamuk ini tidak
berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit - penyakit lainnya.
Jenis - jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes sp.,
Culex sp., Anopheles sp., dan Mansonia sp. (Sembel, 2009).
Aedes adalah genus nyamuk awalnya ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. Hal ini dianggap sangat invasif di alam dan dapat membawa berbagai
patogen yang dapat ditularkan ke manusia. Spesies Aedes aegypti L. dan
Aedes albopictus (Skuse) adalah vektor utama yang menjadi perhatian di
seluruh dunia. Aedes aegypti merupakan vektor utama yang mentransmisikan
virus yang menyebabkan demam berdarah. Ia juga dikenal untuk mengirimkan
infeksi filaria Wuchereria bancrofti dan dari Cacing jantung dan parasit
Plasmodium gallinaceum burung (R. C. Russell, 2005). Aedes sp merupakan
vektor pembawa penyakit DBD, chikungunya, demam kuning, filariasis, radang
otak atau encephalitis.
Penyebaran penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) di Indonesia kian
mengancam. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) menunjukan jumlah korban jiwa yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes aegypti itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014
jumlahnya mencapai 903 orang dari 99.499 kasus DBD. Ini meningkat dari
tahun 2013 yang hanya 871 orang dari 112.511 kasus DBD, dan 2012 hanya
816 orang dari 90.245 kasus (Badan Litbangkes Kemenkes, 2015).
Tiga penyakit menjadi fokus perhatian di Indonesia, yaitu DBD, malaria, dan
filariasis. Berdasarkan data Kemenkes, penderita DBD (2013) 45,85 orang per
100.000 penduduk dengan tingkat kematian 0,77 persen. Kasus malaria (2013)
1,38 orang per 1.000 penduduk. Dan ada 302 kabupaten/kota endemis filariasis
dari 497 kabupaten/kota.
Awal tahun 2015 yang mengalami KLB DBD adalah jawa timur sebanyak
1.817 kasus demam berdarah dengue (DBD) telah dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada Kementerian Kesehatan RI. ada
peningkatan kasus DBD sebesar 46% bila dibandingkan bulan yang sama di
tahun 2014, yaitu 980 kasus. Seluruhnya terdapat 15 Kabupaten/Kota yang
menyandang status kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan jumlah kasus DBD di
wilayah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan bulan yang sama
di tahun 2014 (Depkes, 2015). Oleh sebab itu makalah ini dibuat untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai Aedes sp.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui taksonomi Aedes sp.
2. Untuk mengetahui morfologi Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Aedes sp
4. Untuk mengetahui kebiasaan hidup/bionomik nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
5. Untuk mengetahui penyebaran nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
6. Untuk mengetahui peranan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vector.
7. Untuk mengetahui cara pengendalian nyamuk Aedes sp.
BAB II
ISI
A. Taksonomi Aedes sp
Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai 950
spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan gigitan yang serius
terhadap manusia dan binatang, baik di daerah tropik dan daerah beriklim lebih
dingin.
1. Taksonomi Aedes Aegypti
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub Family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes Aegypti
(Djakaria S, 2004)
2. Taksonomi Aedes albopictus
2. Larva
Larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup dan tumbuh normal
pada air got yang didiamkan dan menjadi jernih, sedangkan pada
air sumur dan PAM ketahanan hidupnya sangat rendah dan tidak
dapat tumbuh normal. Air limbah sabun mandi tidak
memungkinkan untuk hidup larva Ae aegypti (Sayono, 2011).
Aedes
No. aegypti Aedes albopictus
Bersifat
2. Bersifat antropofilik antropofilik dan zoofilik
(menggigit manusia dan
(menggigit manusia). binatang).
Jara Jar
3. k terbang nyamuk ak terbang nyamuk dewasa
dewasa betina 30-50 meter. betina 400-600 meter.
a. Ketahanan hidup
Cuaca memegang peranan penting dalam daur hidup
nyamuk sebagai vector demam berdarah. Faktor yang
berpengaruh adalah curah hujan, suhu, kelembaban dan
kecepatan angin. Berkaitan dengan Climate change, semua
factor menjadi tidak dominan karena ketidak pastian cuaca
memberikan kombinasi yang beragam (Tjatur, 2013).
Perkembangan telur nyamuk tampak telah mengalami
embrionisasi lengkap dalam waktu 72 jam dalam temperature
udara 25-300C dan dijelaskan bahwa rata-rata suhu optimum
untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25- 27 0C dan pertumbuhan
nyamuk akan berhenti sama sekali Bila suhu kurang dari 10 0C
atau lebih dari 400C.Kalimantan merupakan daerah tropis, suhu
udara 25% merupakan suhu optimum untuk perkembangbiakan
jentik (Ridha, 2013).
b. Kebiasaan mengigit
Aktivitas mengigit mencapai puncak pada saat perubahan
intensitas cahaya tetapi bisa mengigit sepanjang hari dan tertinggi
sebelum matahari terbenam. Jarak terbang pendek yaitu 50-100
meter kecuali terbawa angin (Soegijanto, 2006).
Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam
satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan
darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai
penular penyakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008).
c. Perilaku istirahat
Nyamuk akan istirahat pada tempat-tempat yang gelap dan
sejuk apabila sudah menghisap darah, sampai proses
penyerapan darah untuk perkembangan telur selesai. Nyamuk
akan mencari tempat berair untuk meletakan telurnya, kemudian
bertelur dan kemudian nyamuk akan mulai mencari darah lagi
untuk siklus bertelur berikutnya (Soegijanto, 2006).
b. Kebiasaan mengigit
Nyamuk Aedes albopictus menggigit di pagi, sore dan
malam hari dan puncaknya pada sore hari. Nyamuk Aedes
albopictus tidak hanya menggigit manusia, namun bisa menggigit
sapi, kucing anjing, tikus, ayam, ular, kadal dan katak (Devi,
2013).
c. Perilaku istirahat
Nyamuk Aedes albopictus biasanya beristirahat di tempat
yang teduh, ban bekas, semak-semak, kotak baterai, kontainer
limbah, dan gerabah (Devi, 2013). Perilaku nyamuk dewasa
Aedes albopictus boleh dikatakan sama dengan perilaku Aedes
aegypti meskipun nyamuk ini lebih suka beristirahat di dalam
rumah (Inge Sutanto, 2008).