Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN


Dosen Pengajar :Rimba Aprianti, S.Kep.Ns
Untuk Memenuhi Tugas Maternitas II

Di Susun Oleh
Kelompok 1 ( Satu )

1. Aprianto Untung 2017.C.09a.0876


2. Nuning Pratiwie 2017.C.09a.0903
3. Septya Florensa 2017.C.09a.0910

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Perdarahan Awal Kehamilan”. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini kedepannya agar lebih baik lagi.

Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 28 Februari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian. sebanyak 20% wanita hamil
pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal
ini tentu akan menimbulkan ketidak berdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu
kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita. Ada
beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan seperti imlantasi ovum,
karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik, menstruasi, kehamilan normal,
kelainan lokal pada vagina servik sepertivarises, perlukaan, erosi dan polip.

Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun 2015, angka


kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah sebesar 303.000 jiwa
dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2015).

Semua keadaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita. Maka semua
wanita dengan peradarahan pervagina selama kehamilan seharusnya perlu penanganan
dokter spesialis. Peranan USG vaginalsmear, pemeriksaan hemoglobin, fibrinogen pada
pada missed abortion, pemeriksaan incomptabiliti ABO dan lain-lain, sangat diperlukan.

Setiap perdarahan pada awal kehamilan dapat dianggap akan mengancam


kelangsungan kehamilan. Dalam hal ini perlu diketahui hari pertama haid terakhir, tanda
kehamilan, riwayat keluarga berencana, riwayat ginokologi jumlah perdarahan. Demikian
juga dalam hal ini perlu pemeriksaan penunjang seperti USG dan Test kehamilan,
menyatakan apakah janin hidup atau memang suatu kehamilan.

1.2 Definisi Perdarahan Awal Kehamilan


Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika
beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada
saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang
mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Dalam ilmu kedokteran, istilah- istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
1. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan
atau sebab-sebab alami.
2. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
1. Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
2. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
3. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

1.3 Etiologi
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan hasil
pertumbuhan konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk pertemuan
kromosom seks
b. Faktor lingkungan endometrium
 Endometrium yang belum siap menerima implantasi hasil konsepsi
 Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan
c. Pengaruh luar
 Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
 Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu
2. Kelainan pada plasenta
 Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi
 Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya padadiabetes melitus
 Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran
3. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
melalui plasenta
 Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis
 Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenta
 Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
penyakit DM
4. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin, keadaan abnormal seperti
ioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi pada serviks), robekan serviks
postpartum dapat mengakibatkan abortus. (Manuaba, 1998) .

1.4 Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
1. Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan,
dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminenadalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari
Abdul, 2000). Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali.
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam,
dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks).
b. Abortus insipiensadalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini
terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam rahim atau uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di
dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin
dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus kompletusPada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkansehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit
dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami
abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam
kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk
bundar, dan dindingnya menipis.
2. Abortus Provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum
dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat
beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia
yangdimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
 Prosedur tidak dirahasiakan.
 Dokumen medik harus lengkap.
3. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

1.5 Manisfestasi Klinis


1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu. ada pemeriksaan fisik :
keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
2. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
3. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus.
1.6 Patofisiologi

1.7 Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus
ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung
kencing.Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu
dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak
boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan
hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan
tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan
peritonitis.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka
pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina.Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent
cerviks.
3. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran
telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
4. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium
jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
5. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan.Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke
dalam uterus dan vagina.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-
gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia.Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.

1.8 Penatalaksanaan Medis


Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu melakukan
tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan
kemampuannya.Biasanya tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di
Rumah Sakit Kabupaten.Hal ini merupakan kendala yang dapat berakibat
fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai dengan kendaraan umum.
Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan pengobatan abortus
inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan
kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus.Untuk itu pelayanan
kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan
Pascakeguguran, secara praktek 10amper semua jenis kontrasepsi dapat
dipakai pascaabortus.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan
segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
FORMAT PENGKAJIAN Ny.D

A. BIODATA
1. Identitas Ibu
Nama Inisial : Ny. D
Usia : 27 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
DX. : Abortus

2. Identitas Suami
Nama Inisial : Tn. S
Usia : 28 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pasienmengeluarkan darah
mengatakan perutnya terasa mulas dan sakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
dan pinggang

3. Riwayat Kesehatan Yang Lain : Pasien mengatakan tidak ada penyakit yangdiderita
oleh pasien

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan keluarga nya tidak punya penyakit
keturunan dan menular
5. Riwayat Perkawinan : Pasien mengatakan dalam perkawinan nyatidak ada
penyakit lain
6. Riwayat Menstruasi : pasien mengatakan haid terakhir pada bulanApril
lalu
7. Riwayat Persalinan Yang Lain : Pasien mengatakan bahwa ia mempunya anak 1 laki-
laki berumur 6,8 th dilahirkan dengan normal dan sehat
8. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi : Pasien mengatakan sebelum hamil ia makandengan
teratur yaitu 3x1 hari sedangkansesudah hamil ia
mengatakan nafsu makanmulai menurun yaitu 1x1 hari
b. Pola Eliminasi : Pasien mengatakan pola eliminasi nya baikBAK : 5x1
hariBAB : 1x1 hari

c. Pola Istirahat dan Tidur : Pasien mengatakan istirahat nya cukupterpenuhi dan tidur
nya nyenyak

d. Pola Kebersihan Diri : Pasien mengatakan bahwa ia tinggal dikawasan penduduk


yang kebersihan nya cukup baik

e. Pola Aktivitas : Pasien mengatakan jika dirumah ia melakukantugas


rumah seperti bersih bersih rumah, mencuci pakaian dan
lainnya

9. Riwayat Sosial : Pasien mengatakan bahwa ia mudahberinteraksi dan dapat


mengenali orang-orang disekitarnya

10. Riwayat Spiritual : Pasien selalu melaksanakan kewajibannyasebagai umat


muslim dapat menerima dengan lapang dada ia
menganggap bahwa ini yangterbaik untuknya

C. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesadaran : CM (Composmentis)

b. TTV
TD : 100/70
N : 70 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 36,5 0C
BB :68 kg
c. Anak Ke- :G2P1A1
d. Gerakan Janin : (-)
e. Head Toe To
1. Kepala : mesochepal
2. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesarkelenjar tiroid
3. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, bersih dantidak bau
4. Hidung : simetris, jalan nafas lancar
5. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
6. Dada : payudara tidak mengeluarkan ASI
7. Abdomen : tidak ada pembesaran vena abdomen, nyeri tekan padaabdomen
8. Genetalia : keluar lendir darah, warna merah, tidak adatidak adahemoroid
9. Muskuloskeletal : gerakan normal, tidak ada gangguan, tidak adaedema, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tpm.

E. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Pasien mengatakan nyeri Kontraksi pada Nyeri akut
pada otot rahim
Perut bagian bawah dan pada
pinggang
DO : - Pasien tampak meringis
- Posisi untuk mengurangi
nyeri
- TD : 100/70
2. DS : Perdarahan Defisit Volume
Pasien mengatakan sejak minggu Cairan
sore keluar darah cair dan
menggumpal
DO :
- - Konjungtiva anemis
- - Pasien tampak pucat
- - Pasien lemah

3. DS : Kelemahan, Gangguan
Pasien mengatakan badannya Penurunan Aktivitas
terasa lemas Sirkulasi
DO : - lemah
- TD : 100/70

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d kontraksi pada otot rahim
2. Defisit Volume Cairan b.d Perdarahan
3. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan dan penurunan sirkulasi
H. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx. Kep. Tanggal Waktu Evaluasi


1. Nyeri akut berhubungan 29 Juni 2015 09.55 wib S : Pasien
dengan kontraksi pada mengatakan
otot rahim nyeri nya mulai
menghilang
O:
- pasien
terlihat sudah
tidak
meringis lagi
- TD : 110/80
A : belum
sepenuhnya
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
2. Defisit Volume Cairan 29 Juni 2015 12 45 wib S:-
berhubungan dengan O:
Perdarahan - Darah sudah
tidak keluar
lagi
- Pasien sudah
mulai terlihat
segar dan
tidak pucat
A : masalah
teratasi
P : hentikan
intervensi
3. Gangguan Aktivitas 29 Juni 2015 13.30 wib S:-
berhubungan dengan O : - Pasien
kelemahan, penurunan sudah terlihat
sirkulasi lebih segar dan
tidak lemahlagi
- TD : 110/80
A : maslah
teratasi
P : hentikan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai