Anda di halaman 1dari 4

http://fashihullisantugaspenyuluhan.blogspot.

com/2009/11/prinsip-dan-filsafat-
penyuluhan_5784.html

PRINSIP DAN FILSAFAT PENYULUHAN PERTANIAN


a. Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pertanian

Menurut Valera, et.al. (1987), prinsip penyuluhan pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja

untuk sasaran. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa yang

diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi

pembangunan lainnya. Selanjutnya, informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam

semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.

Prinsip-prinsip penyuluhan lainnya, mengacu pada minat dan kebutuhan masyarakat, organisasi masyarakat bawah,

keragaman dan perubahan budaya, kerjasama dan partisipatif masyarakat, demokrasi dalam penerapan ilmu, belajar

sambil bekerja, menggunakan metode yang sesuai, pengembangan kepemimpinan, spesialisasi yang terlatih,

memperhatikan kelurga sebagai unit sosial dan dapat mewujudkan kepuasan (Dahama dan Bhatnagar, 1980).

Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Spesifik Lokal (2001), terdapat beberapa prinsip-

prinsip dalam penyuluhan partisipatif antara lain yatiu: menolong diri sendiri, partisipasi, kemitrasejajaran/ egliter,

demokrasi, keterbukaan, desentralisasi, kemandirian/ keswadayaan, akuntabilitas, menemukan sendiri dan spesifik

lokasi, membangun pengetahuan dan adanya kerjasama dan koordinasi tehadap pihak-pihak terkait.

Penyuluhan pertanian akan efektif apabila mengacu pada minat dan kebutuhan masyarakat. Harus dikaji secara

mendalam apa yang harus menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu maupun segenap

masyarakat. Penyuluh pertanian harus mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi dengan ketersediaan

sumberdaya yang ada. Dengan demikin akan dapat diprioritaskan minat serta kebutuhan yang mana yang

diutamakan dalam kegitan penyuluhan.

Layanan sistim penyuluhan didasarkan pada pemikiran bahwa individu petani memiliki keterbatasan dalam

mengakses teknologi dan dalam mengadopsinya untuk meningkatkan manajemen usahataninya serta memperbaiki

kehidupan ekonominya (Subejo, 2008)


b. Falsafah Penyuluhan Pertanian

Meskipun telah lama dipahami bahwa penyuluhan merupakan proses pendidikan, tetapi dalam sejarah

penyuluh-an pertanian di Indonesia, terutama selama periode pemerin-tahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih

banyak dilakukan dengan pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul

gurauan: dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa.

Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986) telah mengingat kepada semua insan penyuluhan kembali

untuk menghayati makna penyuluhan sebagai proses pendidikan. Diakui, penyuluhan melalui pendidikan akan

memakan waktu lebih lama untuk mengubah perilaku masyarakat, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan

berlangsung lebih kekal. Sebaliknya, meskipun penyuluhan melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah

dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya sudah dihentikan.

Dalam khasanah kepustakaan penyuluhan pertanian, banyak kita jumpai beragam falsafah penyuluhan pertanian.

Berkaitan dengan itu, Ensminger (1962) mencatat adanya 11 (sebelas) rumusan tentang falsafah penyuluhan.

Di Amerika Serikat juga telah lama dikembangkan falsafah 3-T: teach, truth, and trust (pendidikan,

kebenaran dan keperca-yaan/keyakinan). Artinya, penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan untuk menyampaikan

kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Dengan kata lain, dalam penyuluhan pertanian, petani dididik untuk

menerapkan setiap informasi (baru) yang telah diuji kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan

manfaat (ekonomi maupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya. Rumusan lain yang lebih tua dan

nampaknya paling banyak dikemukakan oleh banyak pihak dalam banyak kesem-patan adalah, yang dikutip Kelsey

dan Hearne (1955) yang menyatakan bahwa falsafah penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengembangan

individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena itu, ia mengemukakan bahwa:

falsafah penyuluhan adalah: bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan

harkatnya sebagai manusia (helping people to help themselves).

DAFTAR PUSTAKA

Dahama, O.P dan Bhatnagar, O.P. 1990. Education and Communication for Development. New Delhi: Oxford &
IBH Publishing Co.
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.
Eliizabeth, R. 2007. Fenomena sosiologis metamorphosis petani:ke arah keberpihakan pada masyarakat petani di
pedesaan yang terpinggirkan terkait konsep ekonomi kerakyatan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol
25 No. 1. 29-42.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Hubeis, A. V. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Intruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani
Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. 25-1. Departemen Komunikasi dan Pemberdayaan
Masyarakat. Fema IPB.
Ilham, N dan Hermanto.S. 2007. Dampak Kebijakan Harga Pangan dan Kebijakan Moneter Terhadap Stabilitas
Eonomi Makro. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 25 No.1 55-83. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, Bogor.
Rochaeni, S, dan Lakollo, E.M. 2005. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga
Petani di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi. 23-2. Universitas Patimurra, Ambon.
Sukiyono, Ketut. 2005. Faktor Penentu Tingkat Efesiensi Teknik Usaha Tani Cabai Merah di Kecamatan Selupu
Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agro Ekonomi. 23-2. Universitas Bengkulu.
Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Subandi, 2008. Permasalahan Produksi Kedelai. Tekhnologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai. Sinar
Tani 23 Januari 2008.
Subejo, 2008. Sistem Penyuluhan di jepang: Konsep, Peran dan Perkembangan Penyuluhan Pertanian dan
Pedesaan. UGM, Yogyakarta.
Supandi, 2008. Menggalang Patisipasi Petani Untuk Meningkatkan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal
Litbang Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Suryana, A. dan Ketut. K. 2008. Ekonomi Padi Asia: Suatu Tinjauan Berbasis Kajian Komparatif. Jurnal. Badan
Litbang Pertanian, Balai Besar Pengembangan dan Pengkajian Tekhnologi Pertanian, Bogor.
Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan pertanian. Penjelasan tentang konsep,
istilah, teori dan indikator serta variabel. Bina Rena Pariwara, Jakarta.
Yusdja, Y dkk. 2004. Analisis Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usaha Tani
Bersama. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22 No.1. 1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.
Yusdja, Y dan Nyak.I. 2007. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa depan dan strategi mewujudkannya. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No.1. 19-28. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Bogor.

BACAAN TERKAIT

1. TEORI PEMBANGUNAN
2. DASAR-DASAR PENYULUHAN PERTANIAN
3. PENGERTIAN PENYULUHAN PERTANIAN
4. ARTIKEL BERKAITAN
5. http://zunaidasayang.blogspot.com/
Diposkan oleh COMMUNITY DEVELOPMENT di 20.55

0 komentar:

Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai