BAB III
PEMBAHASAN
2
Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu
menjabat sebagai group financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-
beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan
ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu bahkan diancam akan dibunuh. Vincent kabur
ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut.
Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vince nt dan
wartawan Tempo.
Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri
ke Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS
sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang
dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah satu
dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning
(Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat
semua persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci.
Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm
Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah
harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi.
Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya
perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah
perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan
permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan PT
AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan. Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur
Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas
pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut
melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeladahan terhadap kantor
PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan
Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh)
dan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga “bahwa dalam tahun pajak 2002-
2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa
menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian
transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat
modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan
usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan
berasal dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan
pajak itu diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah
ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN,
EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus,
direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen
Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Seperti diuraikan diatas, dalam banyak literatur disebutkan bahwa hukum pajak
tergolong sebagai hukum publik, termasuk hukum administrasi/tata usaha negara.
Jalur hukum administrasi (hukum pajak) mempunyai cara penyelesaiannya sendiri
sesuai dengan aturan yang sudah ditegaskan dalam undang-undang pajak yang
mengaturnya. Jika seperti itu, menyelesaikan persoalan administrasi pajak dengan
cara pidana menjadi kontradiktik ketika negara membutuhkan dana pajak sebagai
sumber pembiayaan pembangunan yang tiap tahun jumlahnya terus naik
(meningkat). Persoalan memidana Wajib Pajak jelas membawa keresahan tersendiri
bagi pelaku dunia usaha. Artinya, pelaku usaha menjadi takut dipidana ketika
persoalan penghitungan pajak yang cukup rumit akan dipersoalkan menjadi
persoalan berindikasikan tindak pidana.
Pendapat pakar hukum dalam kasus Asian Agri Group di atas, menarik untuk dikaji
dan dipahami dengan baik oleh semua aparat penegak hukum terutama aparat
Kepolisian, Kejaksaan, maupun Hakim. Kesamaan visi memandang pajak tidak
boleh dipidana karena merupakan bagian dari hukum administrasi, harus menjadi
perhatian bersama.
Hukum pajak sebagai bagian hukum tata usaha negara memang bersumber pada
peristiwa perdata, yang apabila dilanggar dapat diancam dengan pelanggaran
pidana. Dalam hukum pajak memuat unsur-unsur :
Hukum tata negara dan hukum tata usaha negara.
Hukum perdata;
Hukum pidana. Menyamakan persepsi demikian memang tidak mudah.
Diperlukan satu koordinasi yang kuat. Presiden selaku pimpinan eksekutif
sebaiknya memimpin proses koordinasi demikian.
3.3 JENIS PAJAK YANG DIGELAPKAN PT ASIAN AGRI DAN DAMPAK YANG
DITIMBULKAN
Menurut Wirawinata: 2011, berdasarkan hasil penyelidikan (14
perusahaan diperiksa), ditemukan terjadinya penggelapan pajak yang berupa
penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain
itu juga bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun
penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya
perusahaan hingga Rp 1,5 triliun, mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232
miliar, mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, PT Asian Agri
diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp
6
2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode
2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu diduga
berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Lebih lanjut menurut Tirana: 2014, adapun unsur-unsur tindak pidana
penggelapan yang dilakukan oleh PT Asian Agri Group antara lain sebagai
berikut:
3.3.1. Modus Terdakwa
Modus yang dilakukan PT Asian Agri Group adalah cara dengan
menghindari pembayaran pajak melalui pembukuan penjualan yang
dibuat tidak sebagaimana mestinya, dengan cara menjual produk minyak
sawit mentah (crude palm oil) keluaran PT Asian Agri Group ke
perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar—
untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi.
Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan.
3.3.2. Unsur-unsur penggelapan PT Asian Agri dihubungkan dengan tindak
pidana pencucian uang (TPPU)
a. Pasal 3 ayat (1) UU TPPU sebagai berikut:
Setiap orang, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Karena dinyatakan dengan kata setiap orang, maka diperuntukkan
tanpa melihat kewarganegaraan seseorang, artinya semua orang
dapat dikenakan pasal ini, lebih-lebih masalah money laundring
yang sudah merupakan masalah global.
Dengan sengaja, ini berarti orang yang disangkakan melakukan
tindak pidana pencucian uang tersebut harus dibuktikan sifat
sengajanya, apakah sebagai bentuk kesengajaan sebagai
kehendak, atau perbuatannya itu memang dikehendaki, ataukah
hanya karena bentuk pengetahuan, artinya adanya pengetahuannya
akan dampak dari perbuatannya.
Menempatkan; mentransfer; membayarkan atau
membelanjakan; menghibahkan atau menyumbangkan; menitipkan;
membawa ke luar negeri; menukarkan atau perbuatan lainnya, yang
adalah masing-masing perbuatan merupakan suatu alternatif yang
cukup dibuktikan salah satunya saja, kecuali seseorang melakukan
beberapa perbuatan sekaligus, maka ke semuanya harus
dituangkan dalam berkas perkara, seperti :
Menempatkan ke dalam jasa keuangan, artinya perbuatan
memasukkan uang tunai ke dalam penyedia jasa keuangan,
8
seperti menabung, membuka giro atau deposito (si pelaku atau
predicat crime menyimpan sendiri hartanya).
Mentransfer, artinya perbuatan pemindahan uang dari penyedia
jasa keuangan satu ke penyedia jasa keuangan lain (pelaku atau
predicat crime memindahkan harta kekayaan yang diperolehnya
dari tindak pidana itu kepada pihak lain dengan menggunakan
sarana perbankan).
Membayarkan atau membelanjakan, artinya penyerahan sejumlah
uang atas pembelian sesuatu benda kepada seseorang atau
pihak lain. (pelaku menggunakan uang hasil tindak pidananya itu
untuk membayar atau berbelanja, seperti membeli tanah,
perusahaan dan sebagainya).
Menghibahkan atau menyumbangkan, artinya perbuatan
hukum mengalihkan kebendaan secara cuma-cuma, termasuk
pengertian hibah dalam hukum perdata kepada pihak lain
maupun keluarganya.
Menitipkan, artinya uang hasil kejahatannya disimpan kepada
seseorang, baik secara fisik, maupun menggunakan sarana
perbankan milik temannya sebagaimana ketentuan hukum
perdata.
Membawa ke luar negeri, artinya kegiatan membawa secara fisik
atas kekayaannya, baik dalam bentuk uang maupun benda
lainnya tersebut dengan melewati batas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Menukarkan, artinya perbuatan penukaran mata uang ke mata
uang asing (valas) ataupun dari surat berharga yang satu kepada
surat berharga lainnya, termasuk penukaran benda lainnya.
Perbuatan lainnya adalah perbuatan-perbuatan diluar yang telah
disebutkan diatas, seperti over booking, yaitu pemindah bukuan
dari rekening satu kepada rekening lainnya dalam satu bank,
sehingga tidak termasuk transfer dan lain-lain.
Harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan
hasil tindak pidana, maksudnya orang tersebut dengan penilaiannya
dapat mengetahui atau setidak-tidaknya secara kepatutan dapat
memperkirakan bahwa harta itu diperolehnya dari hasil kejahatan,
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang
10
no. 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sedangkan yang dimaksud harta kekayaan disini adalah
sebagaimana ketentuan pasal 1 angka 4 UU TPPU yang
menyebutkan adalah semua benda bergerak atau benda tidak
bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Ke dalam penyedia jasa keuangan, artinya bukan saja lembaga
perbankan dan asuransi, tetapi juga penyedia jasa keuangan lainnya
sebagaimana yang ditentukan oleh pasal 1 ke 5 UU TPPU yang
menyebutkan penyedia jasa keuangan adalah setiap orang yang
menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait
dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank,
lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana,
kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
pedagang valuta asing, dana pensiun, perusahaan asuransi dan
kantor pos.
Baik atas nama sendiri atau orang lain, artinya sekalipun di atas
namakan rang lain si pelaku tetap saja tidak dapat dibebaskan dari
perbuatan pencucian uang. Dengan maksud untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
12
penitipan atau penukaran harta kekayaan, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
o Menerima atau menguasai penempatan harta kekayaan,
berarti sifat perbuatannya sebagai penampung uang tunai
bahkan hanya menguasai atau berada dalam kekuasaannya
harta kekayaan ke dalam
o sistem perbankannya, tanpa diperlukan suatu pembuktian
siapa pemilik dari harta kekayaan tersebut.
o Menerima atau menguasai pentransferan harta kekayaan,
artinya seperti point diatas, tetapi melalui transaksi perbankan,
bukan uang tunai.
o Menerima atau menguasai pembayaran harta kekayaan,
merupakan perluasan ancaman kepada pihak-pihak, dalam hal
ini termasuk dalam konteks tindakan yang legal atau sah,
sehingga dibutuhkan suatu itikad baik dari penjual untuk
membantu pemberantasan kejahatan money laundering di
Indonesia.
o Menerima atau menguasai hibah harta kekayaan, dikhususkan
untuk tindakan pemberian.
o Menerima atau menguasai sumbangan harta kekayaan.
o Menerima atau menguasai penitipan atau penukaran harta
kekayaan, dalam hal ini menunjukkan betapa sangat luas
jangkauan larangan termasuk juga hanya untuk tindakan
penitipan yang berarti tanpa sifat kepemilikan sama sekali.
Yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana, maksudnya, orang tersebut dengan penilaiannya dapat
mengetahui atau setidak-tidaknya secara kepatutan dapat
memperkirakan bahwa harta itu diperolehnya dari hasil kejahatan,
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 2 ayat (1) Undang-
undang No. 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sektor penerimaan keuangan negara yang pokok salah satunya adalah
pajak, sangat berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di negara kita.
Perpajakan yang efisien dilaksanakan dengan suatu cara yang dapat membantu
pembagian pendapatan yang lebih merata, dapat membantu untuk memberikan
dorongan tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kebijaksanaan
pengeluaran anggaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi.
Karena peran pajak yang sangat penting, apabila pajak ternyata
dimanipulasi unuk kepentingan beberapa pihak sehingga merugikan negara baik
dilakukan secara sengaja maupun bersifat ilegal maka secara tidak langsung
akan banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pertumbuhan
pembangunan di Indonesia. Pertama, pengaruhnya pada produksi sebagai
keseluruhan berlangsung melalui pengaruh-pengaruhnya terhadap kerja,
tabungan, dan investasi.
Pengaruh yang kedua adalah pajak dapat mengakibatkan adanya
penyimpangan dalam penggunaan faktor produksi, yaitu penggunaan yang
seharusnya dapat menghasilkan produksi yang maksimum menuju ke arah
penggunaan yang menghasilkan produksi yang lebih sedikit. Ketiga, pada pajak
perseorangan yaitu yang dikenakan pada suatu kelompok tertentu tanpa
mengingat aktivitasnya berpengaruh terhadap pendapatan (yang menjadi
berkurang setelah pembayaran pajak), tabungan, atau kedua-duanya. Pajak ini
pada akhirnya mempengaruhi kepuasan seseorang untuk melakukan konsumsi
dan menabung.
Di negara kita dalam prakteknya, baik sistem maupun administrasi
perpajakan seringkali menemui permasalahan-permasalahan. Seperti kasus pada
PT. Asian Agri Group yang terbukti merugikan negara sebesar 1,3 trilyun rupiah
secara otomatis akan berdampak pada perekonomian nasional. Pajak yang
seharusnya dapat memberikan sumbangan pembangunan masyarakat menjadi
tidak jelas akibat penggelapan pajak penghasilan untuk badan usaha dari SPT-
nya. Prosesi hukum tentunya harus dijalankan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Karena bagaimanapun juga pertanggungjawaban
20
pajak ini harus adil dan transparan. Apabila terjadi kesalahan maka pihak yang
berkaitan harus membayar ganti rugi untuk negara dan demi kepentingan
nasional bangsa.
4.2 SARAN
Demikianlah materi singkat yang dapat penulis sampaikan melalui
penulisan makalah “Kasus Penggelapan Pajak oleh PT Asian Agri Group”.
Semoga makalah ini dapat menjadi rujukan dan referensi bagi para pembaca
untuk dapat memahami pentingnya peran pajak sebagai sumber penerimaan
negara. Kasus penggelapan pajak merupakan masalah yang sangat merugikan
negara dan perlu ditindak secara tegas menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan adanya penyelesaian yang nyata, misalnya para koruptor
pajak dimiskinkan, akan menimbulkan efek jera sehingga dapat mengurangi
bahkan meniadakan jumlah kasus penggelapan pajak.
22
DAFTAR PUSTAKA
Situs Web:
23
Wirawinata, Ari. 2011. Makalah Kasus Penggelapan Pajak oleh PT Asian Agri
Group. http://ari-wirawinata.blogspot.com/2011/10/makalah-kasus-penggelapan-
pajak-oleh-pt.html. Diakses pada tanggal 23 Febuari 2015.