Osteoartritis
Untuk memenuhi salahsatu tugas matakuliah Farmakoterapi
Penyusun :
UNIVERSITAS GARUT
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan tuntutan, rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Osteoartritis” yang merupakan
salahsatu tugas mata kuliah Farmakoterapi. Makalah ini telah disusun sebaik mungkin, kami
berharap dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami berterimakasih kepada berbagai
pihak yang turut mendukung tersusunnya makalah ini dengan baik. Kami menyadari makalah
ini masih terdapat kekurangan, maka mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 4
LAMPIRAN ............................................................................................................................... I
ii
1 BAB I
PENDAHULUAN
3. Apa saja golongan obat – obatan yang dapat digunakan untuk terapi
farmakologi penyakit Osteoartritis ?
3
1.3 Tujuan
4
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Prevalensi
6
2.3 Klasifikasi Osteoartritis (OA)
i) Osteoartritis primer
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu maupun
banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-sendi kecil
(carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi apophyseal dan atau intervertebral
pada tulang belakang, maupun variasi lainnya seperti OA inflamatorik erosif, OA
generalisata, chondromalacia patella, atau Diffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis
(DISH).
7
8
2.4 Faktor Resiko
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA meliputi usia, jenis kelamin,
ras, genetik, nutrisi, obesitas, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah
raga, dan jenis pekerjaan.
a. Usia
Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi dan
beratnya OA yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Lebih
dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena OA. Bukti radiografi
menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di bawah 40 tahun. OA hampir tidak
pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di atas 60 tahun. Meskipun OA
berkaitan dengan usia, penyakit ini bukan merupakan akibat proses penuaan yang
tak dapat dihindari.
9
b. Jenis kelamin
c. Genetik
10
d. Nutrisi
e. Obesitas
11
g. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam atau
lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat
benda berat (10 kg –50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong
objek yang berat (10 kg –50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik
turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko terjadinya OA lutut.
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko
OA yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi suatu
faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai predisposisi OA dan dapat
berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. Atlet olah raga yang cenderung
mengalami benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton,
dan kung fu meningkatkan risiko untuk menderita OA lutut.
i. Jenis pekerjaan
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus,
misalnya tukang pahat, pemetik kapas, berkaitan dengan peningkatan risiko OA
tertentu. Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan yang menggunakan
kekuatan lutut dan kejadian OA lutut. Osteoartritis lebih banyak ditemukan pada
pekerja fisik berat, terutama yang sering menggunakan kekuatan yang bertumpu
pada lutut, seperti penambang, petani, dan kuli pelabuhan.
12
2.5 Gejala
Kekakuan sendi pada pagi hari umumnya setelah imobilisasi yang cukup
lama (biasanya < 30 menit).
13
2.6 Patofisiologis
14
2.7 Diagnosis
perabaan tulang
o Tidak panas
pada perabaan
o LED < 40 mm /
jam
o RF < 1 : 40
o Analisis cairan
sendi normal
15
2.8 Pengobatan Non Farmakologi
a. Edukasi
b. Terapi Fisik
Osteoarthritis pada lutut akan menyebabkan kondisi disuse atrofi pada otot
kuadriseps. Latihan kekuatan otot akan menurunkan kondisi disuse atrofi.
Latihan fisik juga akan membantu dalam upaya penurunan berat badan dan
meningkatkan daya tahan.
e. Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah
yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit
yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan
mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008). Beberapa sendi, terutama
sendi pinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi buatan. Biasanya,
dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi serta
mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat
dilakukan. Antara pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi
pengobatan tidak dapat berespon dengan baik atau tidak efektif pada
pasien adalah Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion.
16
Selain itu terapi non farmakologi yang direkomendasikan oleh ACR 2012 dalam
manajemen terapi non farmakologis, yaitu sebagai berikut.
17
2.9 Pengobatan Farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena
osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis lainnya,
diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya:
1. Golongan Analgesik
1
b. Analgesik Narkotika
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat. Penggunaan
dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang tidak toleransi terhadap
pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara topikal.
Pemberian narkotika analgesik merupakan intervensi awal, dan sering diberikan secara
kombinasi bersama asetaminofen. Pemberian narkotika ini harus diawasi karena dapat
menyebabkan ketergantungan.
c. Golongan NSAID
Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam dosis yang
beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin rasio manafaat
dan risiko setinggitingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi intra-
artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.
e. Suplemen makanan
2
f. Obat osteoarthritis yang lain
1) Injeksi Hialuronat
a) Capsaicin topical
d) Tramadol
a) Terapi intraartikular
b) Analgesic opioid
3
2. Rekomendasi farmakologis untuk awal manajemen OA lutut
a) Acetaminophen
b) OAINS oral
c) NSAID topical
d) Tramadol
menggunakan:
b) Glukosamin e) Duloxetine
a) Acetaminophen d) Injeksi-kortikosteroid
c) Tramadol
boleh menggunakan:
b) Glukosamin intraartikular
f) Analgesik opioid
4
3 BAB III
STUDI KASUS
Data Pasien
Nama : tn. PL
Pekerjaan : Pensiunan
No. RM : 703877
Anamnesis
Ananmnesis dilakukan hari tanggal 10 maret 2015 pukul 17.30 WITA secara autoanamnesis.
- Pasien datang k RSWS dengan keluhan nyeri pada lutut yang dirasakan sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit.
- Nyeri dirasakan terus menerus dan lutut terasa hangat sehingga pasien sulit untuk
berjalan.
1
- Awalnya pasien mulai merasakan nyeri pada lututnya setelah bepergian jauh
selama sekitar 8 jam.
- Riwayat pengobatan : pasien memberi obat anti nyeri sendi yang dijual umum
diapotik, diminum dalam 10 harisebelum masukrumah sakit tetapi tidak ada
perubahan.
- Riwayat DM : disangkal
2
d. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
e. Riwayat penyakit pribadi : pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, pasien tidak
minum minuman beralkohol.
Pasien sebagai penisunan pegawai . jumlah anggota keluarga 4 orang terdiri dari
pasien , istri dan dua orang anak. Istri bekerja sebagai PNS. Biyaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial ekonomi menengah.
g. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : sadar
Vital Sign
- BP : 130/90 mmHg
- HR : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,7 ‘C (axilla)
- BB : 71 kg
- TB : 165 cm
3
Status Internus :
Kepala :
Mata :
Hidung :
- Bentuk normal
- Krepitasi (-)
- Deformitas
Telinga :
- Bentuk normal
- Sermen (-)
Mulut :
- Sianosis (-)
4
- Lidah kotor (-)
Leher :
- Tumor (-)
Jantung :
Peruksi :
Auskultasi : Reguler
5
Abdomen :
Palpasi :
Ekstremitas
Superior Inferior
6
Hasil Laboratorium
1. Darah Rutin
Hematrokit 34 37- 48 %
MCV 86 80 -97 fI
2. Koagulasi
PT 10,1 c
10,3
INR 1,00
3. Fungsi Hati
SGPT 20 <41/ ul
4. Fungsi ginjal :
7
5. Gula darah sewaktu 132 <140 mg/dl
7. Elektrolit :
Pasien laki – laki, 69 tahun datang ke RSWS dengan keluhan nyeri pda lutut yang
dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah sakit. Nyeri dirasakan terus menerus dan
lutut terasa hangat sehingga pasien sulit untuk berjalan. Nyeri dirasakan hanya dikedua lutut,
tidak menjalar.nyeri bertambah ketika digerakan lutut dan berkurang saat diistirahat.
Krepitasi ada kaku pagi ada,kira – kira 10 menit awalnya, pasien mulai merasakan yeri pada
lututnya setelah berpergian jauh sekitar 8 jam , todak ada nyeri otot dan nyeri tulang.
Riwayat membeli obat nyeri sendi yang dijual umum di apotik, diminum selama 10
hari sebelum masuk rumah sakit tetapi tidak ada perubahan . Riwayat penyakit jantung sejak
beberapa tahun yang lalu. Riwayat hpertensi sejak 20 tahun yang lalu dan berobat teratur.
Riwayat diabetes tidak ada riwayat penyakit keluarga tidak ada.
8
Pemeriksaan Fisik :
Tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 130/90 mmHg. Nadi: 90 kali/ menit
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal , Hepar dan lien : tidak ada
Pembesaran
Assesment
2. Hipertensi
3. Hipoalbumenia
Penatalaksanaan
9
Planning
Prognosis
Diskusi
Dari anamnesis, pasien laki- laki, 69 tahun datang ke RSWS dengan keluhan
nyeri pada lutut yabg dirasakan sejak 2 minggu sebeleum masuk Rumah sakit
Nyeri dirasakan terus menerus dan lutut terasa hangat sehingga pasien sulit
untuk berjalan. Nyeri hanya di rasakan di kedua lutut, tidak menjalar. Nyeri
bertambah ketika menggerakan lutut dan berkurang dengan istirahat. Krepitasi
ada. Kaku pagi ada, kira – kira 10 menit. Awalnya pasien mulai merasakan
nyeri otot dan nyeri tulang.
Hal ini sudah dapat diarahkan pada diagnosis osteoarthritis genu. Pada
umumnya pasien OA mengatakan keluhan – keluhan ini sudah berlangsung
sejak lama, dan berkembang secara perlahan.
Riwayat membeli obat anti nyeri sendi yang dijual umum di apotik, diminum
selama 10 hari sebelum masuk rumah sakit tetapi tidak ada perubahan Riwayat
penyakit jantung sejak beberapa tahun yng lalu. Riwayat hipertensi sejak 20
tahun yang lalu dan berobat teratur. Riwayat diabetes tidak ada. Riwayat
penykit keluarga tidak ada.
10
Klasifikasi diagnosis Osteoartithis berdasarkan kriteria American Collage of
Rheumatologi ( ACR ) Berdasarkan kriteria kilinis yaitu Nyeri sendi dan lutut. Paling sedikit
3 dari 6 kriteria di abawah ini :
Pasien ini di diagnosis dengan osteoartritis genu bilateral berdasarkan temuan klinis
dan gamabaran radiologi genu. Secara klinis pasien mengeluhkan (1) nyeri pada sendi kedua
lutut yang merupakan keluhan utama yang membawa pasien ke dokter. Nyeri sendi
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan adanya istirahat. (2) hambatan
gerakan sendi juga dikeluhkn oleh pasien ini. Sehingga mengekuhkan susah berjalan . (3)
krepitasi ada, berupa suara gemeretak pada saat berjalan dan pada saat dilakukan pemerksaan
terhadap genu pasien ini.pasien juga mengemukakan adanya kaku pagi kira – kira 10 menit,
tetapi belum ada deformitas sendi dan adanya perubahan gaya jalan, yang jika ada maka akan
semakin menguatkan diagnosis ke arah Oteoarthritis (OA).
Pada pemeriksaan fisik ditemukn ROM terbatas, adanya akral hangat. Tidak bengkak,
efusi ada, nyeri tekan ada, dan krepitasi ada. Sedangkan pada gambaran radiologis ditemukan
alignement sendi genu intak. Tidak tampak diskolasi, tidak tampak fraktur maupun destruksi
tulang, tampak osteofits pada eminentia intercondylare dextra et sinistra dan aspek
antersuporior os patella sinistra yang menandakan adanya respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkrontal, termasuk pelepasan sitokin anabolik
yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilagenueus.
Tampak penyempitan celah sendi genu bilateral sisi medial. Mineralisasi tulang baik,
jaringan lunak sekitarnyakesan baik. Berdasarkan temuan radiologi di atas, dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut menderita Osteoarthritis Genu Bilateral.
11
Untuk mengatasi OA , diberikan meloxicam 15 g/ 24 jam / oral. Meloxicam termasuk
dalam golongan OAINS, yang memiliki efek analgetik dan anti- inflamasu. Meloxicam
beerja melauli penghambatan sintesis prostalgandindi jaringan tubuh dengan cara
menghambat dua isoensim cyclo- oxygenease (COX) yaitu COX -1 dan Cox- 2. Kebanyakan
pasien OA adalah usia lanjut, dimana pemeberian obat OAINS harus berhati – hati. Sehingga
dipilihlah meloxicam, yang efek sampingnya minimal, carapemakainya sederhana dan
pengawasan terhadap efek samping juga harus terus dilakukan.
12
4 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
13
LAMPIRAN