Anda di halaman 1dari 50

ABSTRAK

Salah satu kebutuhan energi yang mungkin hampir tidak Dapat


dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi
listrik. Seperti diketahui untuk memperoleh energi listrik ini melalui suatu proses
yang panjang dan rumit, namun mengingat sifat dari energi listrik ini yang mudah
disalurkan dan mudah untuk dikonversikan ke dalam bentuk energi lain seperti
menjadi energi cahaya, energi kalor, energi kimia, energi mekanik, suara,
gambar, dan sebagainya. Pemanfaatan energi listrik ini secara luas telah
digunakan untuk keperluan rumah tangga, komersial, instansi pemerintah,
industri, dan sebagainya.
PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Jelok adalah salah
satu pembangkit yang mampu memenuhi kebutuhan energi listrik Jawa – Bali
dengan sumber pembangkitan berasal dari air. Untuk memenuhi kebutuhan listrik
Jawa – Bali, setiap pembangkit akan berupaya meminimalkan kesalahan dalam
setiap proses produksinya. Salah satunya dengan cara menganalisa sistem operasi
dan produksi pada setiap pembangkit, begitu juga PLTA Jelok. PLTA Jelok selalu
menerapkan “Daily Meeting”, hal ini dilakukan untuk perencanaan sistem operasi
pembangkit agar mencapai target produksi yang ditargetkan. Selain itu, PLTA
Jelok juga melakukan setiap pekerjaannya sesuai SOP supaya tidak terjadi
kecelakaan dalam setiap pekerjaannya. Dan hasil perencanaan sistem operasi
akan dibahas pada “Daily Meeting” berikutnya, untuk mengetahui masalah –
masalah apa saja yang terjadi selama pengoperasian di PLTA Jelok.Kata kunci :
Energi Listrik,PLTAJelok, Sistem Operasi, Produk

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Jelok selama ini telah
memproduksi energi listrik untuk kebutuhan listrik Jawa - Bali. Setiap proses
produksi listrik di setiap pembangkit pasti akan memiliki kendala produksi. Sebagai
contohnya, PLTA Jelok memiliki perencanaan yang baik dalam mengatasi kendala
kendala dalam proses produksinya dengan menggunakan “Daily Meeting” untuk
merencanakan dan menganalisis sistem operasi dan produksi. Dengan sistem ini,
PLTA Jelok dapat memperkirakan berapa besar target produksi yang akan
didapatkan per- harinya.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memanfaatkan aliran air untuk
diubah menjadi industri listrik melalui putaran turbin dan kemudian memutar
generator yang akhirnya menjadi listrik. Keunggulan PLTA adalah biaya
Operasinya yang murah karena hanya memerluhkan air sebagai industri
pembangkitnya. Selain itu waktu untuk operasi PLTA tidak lama, tidak seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang memakan waktu 8-10 jam untuk
beroperasi.Salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah PLTA Jelok yang
berada dibawah naungan PT Indonesia Power yang menggunakan turbin Francis
sebagai penggerak utamanya.
Dari beberapa analisa sebuah oprasi di PLTA jelok mendapat suatu kendala
yaitu sering terjadi Trip atau mengalami panas yang berlebih karena sistem
pendingin kurang bekerja efektif dan sensor bemberi tahu bahwa terjadi trip sedang
rusak,maka rencana untuk menganggulangi trip selalu membersihkan saringan
pendingin agar stabil untuk mendinginkan turbin yang bekerja,dan mengganti
sensor untuk memberikan tanda bahwa satu unit turbin mengalami trip. Oleh karena
itu,pada laporan ini akan menganalisis sistem operasi dan produksi di
PT.INDONESIA Power sub unit Plta jelok untuk mengetahu beban per
Unit,evaluasi Dam Tuntang dan buangan Dam Tuntang.

2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :
1. Menghitung beban maksimum dan minimum yang di berikan dari
sistem per Unit generator
2. Menghitung besar hasil produksi yang di hasilkan PLTA jelok untuk
di kumpulkan di GI (gardu induk).
3. Mengetahui maximal dan minimal evaluasi Dam Tuntang
4. Mengetahui buangan Dam Tuntang.

1.3 Batasan masalah


Pada laporan kerja praktek ini, pembahasan ditekankan pada :
• Pembahasan mengenai sistem operasi dan analisa hasil produksi
PLTA Jelok.
• Tidak membahas peralatan secara mendetail.
• Hanya membahas PLTA Jelok secara lingkup dan profil.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat dan Pelaksanaan KP PT Indonesia Power Unit Pembangkita (UP)
Mrica Sub Unit PLTA Jelok.
Alamat Dusun Susukan, Desa Delik, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Waktu Pelaksanaan PKN 1 November 2017 – 30 November 2017 yaitu
selama 30 hari, dengan jadwal kerja praktek
sebagai berikut :
 Hari Senin – Jumat : 07.00 – 16.00 WIB.
 Hari Sabtu – Minggu : Libur.

3
1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan menulis dalam menyusun
laporan kerja praktek ini yaitu :
a) Metode Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data dengan cara mengamati, mempelajari, dan
mengambil data secara langsung di tempat kerja praktek.
b) Metode Wawancara (Interview)
Pengumpulan data dengan cara wawancara kepada pembimbing
lapangan atau teknisi yang bersangkutan untuk mendapatkan data
secara jelas.
c) Metode Studi Pustaka (Studi Literature)
Pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengabil data dari
buku panduan yang ada pada tempat kerja praktek maupun buku
penunjang lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam pembahasan laporan agar teratur dan lebih mudah untuk mengetahui
isinya, maka laporan kerja praktek di PT Indonesia Power Sub Unit PLTA Jelok
disajikan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tempat,
dan waktu pelaksanaan, tujuan, batasan masalah, metode
penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PLTA JELOK


Menjelaskan sejarah singkat berdirinya PT Indonesia Power
Unit Bisnis Pembangkitan Mrica, lokasi perusahaan, visi dan
misi perusahaan, motto perusahaan, makna logo perusahaan,
serta struktur organisasi perusahaan.

4
BAB III DASAR TEORI
Dalam bab ini menjelaskan tentang prinsip pembangkitan,
alur proses PLTA Jelok, sumber air, bendungan, penstock,
saluran buang, pengosongan penstock, bangunan sentral
,prinsip kerja turbin dan tata letak layout.

BAB IV HASIL ANALISA


Perencanaan sistem Operasi,produksi per-unit, sistem
operasi dan hasil produksi PLTA Jelok

BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari laporan dan
saran dari seluruh pembahasan dan analisa yang dilakukan.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM PLTA JELOK

2.1 Sejarah PLTA Jelok


Sejarah PLTA jelok dimulai dari berdirinya PLTA Sentral Susukan pada
tahun 1912 yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh
ANIEM (Algence Nederlandsch Indisce Electricitet Maatnchappy). Sentral
susukan yang berlokasi di Desa Susukan ini hanya menghasilkan daya sebesar 2,8
MVA dari 7 unit generator.
Pada tahun 1935, untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin
meningkat, maka dibangun Sentral Jelok yang berlokasi sekitar 100 m dari Sentral
Susukan. Operasi awal pembangkit ini pada tahun 1938 menggunakan 3 unit
pembangkit dengan kapasitas masing-masing 6400 kVA dan 1 unit mesin bantu
dengan kapasitas 80 KVA. Daya tersebut bersumber dari tenaga air yang disalurkan
melalui terowongan air (tunel) sepanjang kurang lebih 2900 m dan melalui pipa
pesat (penstock) kurang lebih sepanjang 610 m.
Pemerintah Indonesia mengambil alih pengelolaan PLTA Jelok dari
ANIEM pada tahun 1955. Dan pada tahun 1957 mulai dibangun PLTA Timo yang
memanfaatkan buangan air dari PLTA Jelok. PLTA Timo mulai beroperasi pada
tahun 1962 dan pada tahun yang sama PLTA Jelok menambah sebuah unit
generator lagi yang memiliki kapasitas daya output yang sama dengan ketiga unit
generator sebelumnya dan membangun serandang 30 kV yang menghubungkan
PLTA Jelok dengan PLTA Timo, kemudian berlanjut dengan didirikannya Gardu
Induk (GI) 150 kV Jelok untuk kebutuhan transmisi dan mulai beroperasi pada
tahun 1974.
Beberapa tahun kemudian PLTA Jelok dikelola oleh PLN wilayah XIII
yang berpusat di Semarang. Padantahun 1991 PLTA Jelok bergabung dengan PT.
PLN KJB Sektor Mrica yang kemudian berubah menjadi PT. PLN PJB I Unit
Pembangkit Mrica pada tahun 1995 yang sebelumnya masuk dalam wilayah
Tuntang. Pada tahun 1993 PLTA Jelok direnovasi. Proyek renovasi selesai pada
tahun 1994 dan dilakukan coming sooning test pada bulan Juli – Agustus 1994.

6
Sejak tanggal 3 Oktober 2005 PT. PLN PJB I berubah nama menjadi PT. Indonesia
Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica Sub Unit PLTA Jelok sampai sekarang.

2.2 Letak Geografis PLTA Jelok


PLTA Jelok berlokasi 17 KM dari arah barat laut kota Salatiga dan Sekitar
75 KM dari kota Semarang. Tepatnya di Dusun Susukan, Desa Delik, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang. Pembangkit Listrik Tenaga Air Jelok
memanfaatkan air Rawa Pening dengan saluran masuk (Intake) yang berlokasi di
bendungan sungai Tuntang kabupaten Semarang. Luas keseluruhan dari komplek
PLTA Jelok ini yaitu :
a. Luas bangunan sentral : 1.433,25 m2
b. Luas bangunan kantor gudang : 217 m2
c. Luas bangunan kantor Kepala : 16 m2
d. Luas bangunan satpam : 9 m2
e. Luas tanah :  34 Ha

2.3 Visi, Misi, Kompetensi Inti, IP Aksi, Moto, dan Tujuan PT. Indonesia Power
Visi
Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan.
Misi.
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang
bersahabat dengan lingkungan.
Kompetensi Inti
Operasi pemeliharaan pembangkitan dan pengembangan pembangkit.
IP Aksi
Integritas, Profesional, Proaktif, dan Sinergi
Moto
Trust us for power excellence.
Tujuan PT. Indonesia Power
a. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam
pengunaan sumber daya perusahaan.

7
b. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
c. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
d. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta
mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, kendala, efisiensi,
maupun kelestarian lingkungan.
e. Mengembangkan budaya perusahan yang sehat selain saling menghargai
antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas
pribadi dan profesionalisme.

2.4 Makna Bentuk dan Warna Logo PT. Indonesia Power


Makna bentuk dan warna logo PT Indonesia Power merupakan cerminan
identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya. Secara keseluruhan nama Indonesia
Power merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan
sebagai power utility company di Indonesia. Bahkan dikawasannya, Indonesia
Power dapat dijadikan brand name.

Gambar 2.1. Bentuk Logo PT. Indonesia Power.


Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, berikut merupakan keterangan dari bentuk logo
PT Indonesia Power :
a. Karena nama yang kuat,INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan
menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat : FUTURA
BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD.
b. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “Tenaga
Listrik” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.

8
c. Titik atau bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan
simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT PLN
PJBI. titik tersebut merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar
bagian komunikasi perusahaan. Dengan simbol kecil ini, hal ini
diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.

Warna Logo PT. Indonesia Power di tinjau dari warna logo tersebut, logo dari PT.
Indonesia Power memiliki makna sebagai berikut :
a. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang
kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi
tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia.
b. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan dengan memiliki ciri yaitu berteknologi tinggi,
efisien, aman, dan ramah lingkungan.

2.5 Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi Sub Unit PLTA Jelok dapat dilihat pada gambar 2.2,
sedangkan tugas dan fungsi dari masing–masing jabatan tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut :
2.5.1 Supervisor Senior
Supervisor Senior (SPS) merupakan pimpinan utama di PLTA
Jelok yang memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Memeriksa dan mengevaluasi atas laporan kerusakan
peralatan pembangkit beserta peralatan bantunya serta
mengusahakan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada
peralatan tersebut.

9
b. Membuat kesepakatan kontrak pengusahaan Sub Unit PLTA
Jelok yang telah ditetapkan Manager Unit.
c. Menyusun dan merealisasikan rencana kerja anggaran
(RKA) Sub Unit PLTA Jelok sesuai dengan target kinerja
yang telah disusun serta mengusahakan kebutuhan material,
suku cadang, dan biaya yang diperlukan.
d. Membantu dan merevisi pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
operasional produksi kWH, serta memastikan bahwa setiap
karyawan telah menguasai SOP sesuai dengan bidangnya.
e. Melaksanakan perbaikan apabila terjadi gangguan atau
kerusakan pada unit pembangkit.
2.5.2 Teknisi Mesin
Teknisi mesin merupakan petugas yang berada di bawah
wewenang Supervisior Senior yang memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut :
a. Melakukan komisioning dan uji coba hasil perbaikan mesin
dan peralatan bantunya.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP)
instalasi turbin generator beserta peralatan bantunya, yang
meliputi daftar kebutuhan suku cadang dan material,
kebutuhan jasa tenaga kerja serta peralatan kerja yang
diperlukan sesuai dengan jadwal dan target yang telah
ditentukan oleh Supervisor Senior.
c. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan instalasi turbin
generator dan mekanis lainnya berdasarkan batasan Rencana
Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP) yang telah disetujui yang
meliputi pemeliharaan rutin, perbaikan, inspeksi tahunan
maupun modifikasi sistem peralatan terkait.
d. Mengarahkan dan membantu mengawasi pekerjaan
pemeliharaan yang telah dilaksanakan oleh pihak luar

10
termasuk menyiapkan dan mengurus administrasi yang
berkaitan dengan sistem pengadaan dan pergudangan.
e. Melaksanakan uji coba hasil perbaikan apabila terjadi
gangguan atau kerusakan pada peralatan turbin generator.
f. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas, kondisi peralatan setelah melaksanakan pemeliharaan
dan perbaikan.
2.5.3 Teknisi Senior Listrik
Teknisi Senior Listrik merupakan petugas yang berada dibawah
wewenang Supervisor Senior yang memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut :
a. Mengawasi pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh
pihak luar termasuk membantu menyiapkan kebutuhan suku
cadang dan material yang dibutuhkan serta mengurus
administrasi yang berkaitan dengan sistem pergudangan.
b. Melaksanakan uji coba hasil perbaikan dan modifikasi
peralatan serta membuat laporan pelaksanaan pekerjaan
sekaligus berita acara pekerjaan selesai.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pemeliharaan (RPP) motor-
motor listrik, jaringan, dan instalasi listrik yang meliputi
daftar kebutuhan suku cadang dan material, kebutuhan jasa,
dan tenaga kerja yang dibutuhkan.
d. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan motor-motor
listrik lainnya berdasarkan batasan RPP yang telah disetujui
yang meliputi pemeliharaan rutin, perbaikan, inspeksi
tahunan, maupun modifikasi peralatan terkait.
e. Melakukan perbaikan apabila terjadi gangguan atau
kerusakan pada peralatan jaringan dan instalasi listrik.
f. Membantu melaksanakan uji coba hasil peralatan dan
perbaikan pada peralatan.

11
g. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan kondisi peralatan setelah pemeliharaan atau
perbaikan.
h. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan instalasi listrik
yang terdapat pada unit pembangkit berdasarkan batasan
rencana pelaksanaan pemeliharaan yang telah ditetapkan
oleh Supervisor Senior.
i. Membantu mengawasi pemeliharaan yang dilakukan oleh
pihak luar.
j. Membantu melakukan perbaikan apabila terjadi gangguan
pada peralatan listrik yang berada pada unit pembangkit.
2.5.4 Pelaksana Senior Administrasi
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Akutansi merupakan
petugas yang berada di bawah wewenang Supervisor Senior yang
memiliki tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan tata usaha keuangan dan akutansi yang
meliputi pengajuan serta penyelenggaraan uang kas
administrasi kiriman uang melalui bank, pembuatan
rekapitulasi, memeriksa kebenaran dokumen, pembayaran
biaya pegawai dan biaya-biaya lainnya.
b. Melakukan pembukuan dan pencatatan ke dalam buku kas
dan buku bank serta memerikasa saldo harian.
c. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas serta laporan lain sesuai kebutuhan manajemen.
d. Melaksanakan administrasi penilaian kinerja pegawai serta
memberi masukan kepada atasan dan pejabat terkait untuk
pembinaan dan pengembangan.
e. Menyelenggarakan dan mengelola sistem kearsipan data
pegawai dan pensiunan, mencatat perubahan data, serta
menjaga keamanan dan kerahasian sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

12
f. Melaksanakan tata usaha kepegawaian, penghasilan, dan
emolument sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Melayani kebutuhan pegawai yang berkaitan dengan
administrasi pegawai.
h. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas serta laporan sesuai dengan kebutuhan manajemen.
i. Melaksanakan tata usaha kesekretariatan, transportasi,
pergudangan, keamanan, serta kerumahtanggan.
j. Melaksanakan tata usaha umum, pengadaan sarana kerja,
dan pelayanan.
k. Membuat laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan
tugas serta laporan lain sesuai dengan kebutuhan manajemen

SPS PLTA Jelok

ASEP HEDI

Teknisi Listrik Teknisi Listrik Teknisi Mesin Pelaksana Senior


Administrasi
NGATSHIONO J DARMAN HAMDANI.P ELOK LANGENSARI

Gambar 2.2. Diagram Struktur Organisasi Sub Unit PLTA Jelok.

13
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Prinsip Pembangkitan Tenaga Air


Pembangkitan tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga
air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan
menggunakan turbin air dan generator. Daya (power) yang dihasilkan dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut :

P = 9,8 H Q (kW) ......................................................... 1.1

Dimana
P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoristis
H = Tinggi jatuh air efektif (m)
3
Q = Debit air (m /s)

Daya yang dikeluarkan dair generator dapat dapat diperoleh dari perkalian
efisiensi turbin dan generator dan dengan daya yang keluar secara
teoritis.Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut diatas,daya yang
dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit air; oleh karena itu
berhasilnya pembangkitan tenaga air tergantung daripada usaha untuk mendapatlan
tinggi jatuh dan debut yang besar secara efektid dan ekonomis. Pada umumnya debit
yang besar membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar untuk, misalknya,
bangunan ambil air (intake), saluran air dan turbin; oleh karena itu tinggi jatuh yang
besar dengan sendirinya lebih murah. Di hulu sungai dimana pada umumnya
kemiringan dasar sungai lebih curam akan mudah diperoleh tinggi jatuh yang
besar. Sebaliknya disebelah hilir sungai, tinggi jatuh renda dan debit besar.
Oleh karena itu bagian hulu sungai lebih ekonomis, sedangkan bagian
hilirnya kurang ekonomis mengingat tinggi jatuh yang kecil dan debit yang besar
tadi. Lagipula di bagian hilir tersebut penduduknya padat, sehingga sehingga akan
timbul masalah perpindahan penduduk, dank arena itu dalam banyak hal tak dapat

14
dihindari tambahnya biaya untuk konstruksi. Akhir-akhir ini giat dilakukan
pengembangan sungai secara serba guna (multi- purpose) dan serentak di daerah
hilir sungai.
Bangunan-bangunan air semacam itu pada umumnya dipergunakan untuk
berbagai kepentingan, misalnya, untuk pengaturan banjir, perairan kota, industry,
perairan dan pembangkitan tenaga. Jika biaya pembangunannya dapat dipikul
bersama oleh karena digunakan untuk banyak tujuan, maka mungkin untuk
memanfaatkan sumber-sumber alam itu secara ekonomis; sebaliknya, biaya tersebut
akan menjadi mahal kalau dipergunakan hanya untuk satu tujuan saja misalnya,
untuk pembangkitan tenaga lisrik.

Gambar 3.1 Konsep sederhana PLTA Jelok

Sumber Air dan Pemakaian Air PLTA Jelok


Air berfungsi sebagai penggerak mulai dari turbin air yang berasal dari
Rawa Pening yaitu danau alam yang merupakan penampungan dari sungai Candi
Dukuh, Sungai Prapat, dan sungai-sungai lain disekitarnya. Keadaan sumber air
ini adalah sebagai berikut:
a. Keadaan maksimum/musim penghujan:
Tinggi permukaan dari permukaan air laut = ±463,600 m
Luas permukaan = ±2620 Ha

Volume Rawa Pening = ±35,3 x 106 m3

b. Keadaan minimum/musim kemarau:

15
Tinggi permukaan dari permukaan air laut = ± 460,50 m
Luas permukaan = ±650 Ha

Volume Rawa Pening = ±13 x 106 m3

Gambar 3.2 Diagram alir sumber air PLTA Jelok

3.2 Alur Proses Produksi PLTA Jelok

Gambar 3.3 Alur Proses Produksi PLTA Jelok.

16
Kontruksi diatas dibangun untuk menampung, mengambil, menyalurkan
dan sebagai pembuangan air dengan sumber air yang berasal dari Rawa Pening.
Volume debit air sudah di tentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Selanjutnya air
akan masuk melalui water intake dan di salurkan melalui terowongan bawah tanah
yang saluran pengelaknya terhubung dengan saluran pelimpas sebagai peredam
pukulan air (water hammer) Bila MIV (Main Inlet Valve) menutup secara
mendadak. Pipa pesat berpangkal di rumah katup yang mana aliran air terbagi
menjadi dua bagian yaitu pada masing-masing pipa pesat, selanjutnya digunakan
untuk memutar turbin, penstock 1 untuk unit 1 dan 2, penstock 2 untuk unit 3 dan
4 karena pengaturan pemakaian air sudah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
pengoperasian PLTA Jelok harus di sesuaikan dengan persediaan air dan kebutuhan
irigasi didaerah hilir (down steam).

3.3 Konstruksi Bangunan Sipil


Konstruksi bangunan sipil PLTA jelok meliputi :
- Bendungan
- Terowongan tekan
- Pipa pesat
- Saluran-saluran air
- Pintu air
- aquaduct
- rumah katup
- dan lain-lain

3.4 Bendungan
Bendungan berfungsi sebagai penampung air serta menaikkan permukaan
atau elevasi air guna mendapatkan tinggi jatuh (head) air yang digunakan pada
turbin air. Bendungan untuk PLTA Jelok terletak 750 meter dari jalan raya Solo-
Semarang adan dinamakan DAM Tuntang, mempunyai level maksimum 463,60
mdpl dan level minimum 460,5 mdpl. Bendungan ini dilengkapi dengan :

17
3.4.1 Saringan-saringan
Berupa saringan kasar dan saringan halus sebagai penghalang
kotoran dari Rawa Pening.

Gambar 3.4 Saringan Kasar.

Saringan kasar terbuat dari besi-besi untuk menyaring kotoran-


kotoran atau sampah dan enceng gondok yang berukuran besar.
Selanjutnya kotoran kasar tadi akan dibuang melalui pintu air.
Selanjutnya pada saringan halus yang terbuat dari plat baja dan
dipasang sejajar dengan jarak masing-masing ± 3 cm yang
diletakkan dimuka terowongan air berfungsi untuk menyaring
kotoran-kotoran kecil atau halus yang lolos dari saringan kasar
sebelum masuk terowongan pipa tekan (penstock). Pembersihan
daripada saringan halus sendiri dilakukan secara berkala tergantung
dengan jumlah kotoran hakus yang menempel dan tersangkut pada
saringan halus. Pembersihan saringan halus masih dibersihkan
secara manual menggunakan tenaga manusia.

18
Gambar 3.5 Saringan Halus.

3.4.2 Saluran pengambilan air / intake


Saluran pengambilan air / intake berfungsi sebagai saluran
tempat masuknya air ke tunnel yang dilengkapi dengan:
- Pintu penguras air
- Pintu tunnel di mulut intake dari plat baja
Pintu DAM yang berfungsi mengatur level air di sungai Tuntang
khususnya pada saat banjir yang terdiri dari 6 pintu air yang
pengoperasiannya dapat dilakukan secara elektrik.

Gambar 3.6 Radial Gate.

19
Gambar 3.7 Pintu Air DAM.

3.4.3 Tembok Penghalang


Tembok penghalang dibangun diantara saringan kasar dan
saringan lembut yang berfungsi untuk menahan dan menghalangi
kotoran-kotoran yang lolos dari saringan kasar sebelum masuk ke
saringan halus. Tembok ini dibuat tidak sampai dasarsungai
sehingga memungkinkan air melalui bawah tembok.

Gambar 3.8 Tembok Penghalang.

20
3.4.4 Terowongan Air
Terowongan ini disebut juga terowongan tekan dari pipa baja
berlapis beton yang ditanam yang memiliki panjang 627 meter
dengan diameter 2,34 meter yang memiliki beberapa bagian
diantaranya :
a. Aquaduct
Yang berfungsi menempatkan air diatas sungai
sehingga air dari Rawa Pening dapat mengalir tanpa
melewati sungai Tuntang.

b. Drain Valve (Aftaf)


Berfungsi sebagai saluran pembungan lumpur yang
mengendap pada terowongan dimana katup terbuka setiap
satu bulan sekali selama 15 menit (melihat warna air kalau
sudah jernuh tutup kembali).

Gambar 3.9 Drain Valve (Aftaf).

21
c. Ventil Udara
Berfungsi untuk mengeluarkan udara, memperkecil
gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam tunnel
dan menyelamatkan pipa agar tidak rusak alibat perbedaan
tekanan di dalam dan di luar pipa.

Gambar 3.10Ventil Udara.

3.5 Pipa Pesat (Penstock)


Pipa pesat atau penstock dipasang pada rumah klep sampai ke turbin dan
dibuat dari pipa baja yang tahan terhadap tekanan tinggi yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari rumah klep ke trubin dan mendapatkan tekanan serta kecepatan
air mutlak untuk menggerakkan turbin PLTA. PLTA Jelok menggunakan dua buah
penstock dengan diameter ujung awal lebih besar dari pada diameter ujung akhir.
Hal ini bertujuan agar dapat memperoleh tekanan dan kecepatan air yang lebih
besar.

22
Gambar 3.11 Penstock di PLTA Jelok.

Data teknis penstock PLTA Jelok adalah sebagai berikut :


- Tinggi terjun air : 144,4 meter
- Jumlah penstock : 2 buah
- Panjang : ± 591;9 meter
- Tebal : 10 mm
- Variasi diameter : 1.5 – 1,95 meter
- Diameter awal / ujung : 1,95 meter
- Diameter akhir : 1,5 meter
- Jumlah anchor block :8
- Jumlah sambungan muai :7
- Jumlah main hole : 8 buah tiap penstock

23
Gambar 3.12 Pembagian pipa pesat (penstock).

Selain itu pipa pesat juga dilengkapi dengan flowmeter ultrasonic dan
overvelocity endulum. Alarm pada 105,4% flow dan trip pada 110% flow. Katup-
katup yang terdapat pada rumah katup yaitu:
1. Katup otomatis
2. Katup by pass
3. Katup pemeliharaan (manual)
4. Katup buang

Perlengkapan lain penunjang pipa pesat di antaranya adalah:


1. Anchor block
Dipasang tiap 120-150 m pada lengkungan dan berfungsi untuk menyangga
penstock dan menahan tekanan air saat melewati lengkungan.

24
Gambar 3.13 Anchor block.

2. Sambungan Ekspansi
Berfungsi untuk menghindari penyusutan pipa pesat dengan
melengkung ke atas atau ke bawah yang diakibatkan karena perubahan
suhu yang menyebabkan pemuaian.

Gambar 3.14 Sambungan Ekspansi.

25
3. Pondasi Penyangga
Dibangun di antara tiap-tiap anchorblock, masing-masing berjarak  6-
12 m, pondasi ini di buat sedemikian rupa sehingga memungkinkan
penstock mengadakan pergerakan apabila terjadi pemuaian atau
penyusutan sehingga pondasi ini berfungsi pula sebagai penyangga
penstock.
4. Saluran Pengelak
Berfungsi untuk mengurangi tekanan air serta untuk mengalirkan air
yang ada di dalam pipa saluran apabila terjadi gangguan dimana katup
pada ujung penstock menutup dengan tiba-tiba.
5. Cerobong Udara
Cerobong ini berupa menara dengan ketinggian  25 m, yang berfungsi:
- Mengurangi tekanan yang tinggi saat main inlet valve penstock
menutup karena gangguan.
- Membuang udara sewaktu diadakan pengisian penstock.
6. Rumah Katup
Berada pada ujung akhir dari pipa saluran tekan dan merupakan awal
dari penstock.
Terdapat beberapa jenis katup di dalam rumah katup ini, yaitu:
- Katup tangan ( manual )
- Katup Hidrolis / otomatis
- Katup buang / drain valve
- Katup Pengisian (katup by pass)
- Katup-katup ini digunakan pada waktu pengisian serta pengosongan
penstock.

26
Gambar 3.15 Rumah katup.

3.6 SALURAN BUANG (TAIL RACE)


Saluran yang berfungsi membuang air yang berasal dari turbin sesudah air
tersebut memutar runner turbin. Air dari PLTA jelok ini dimanfaatkan tail race
untuk memutar turbin PLTA Timo yang letaknya  6 km dari PLTA Jelok yang
sebelumnya air di tampung di Kolam Tandon Harian (KTH).

3.7 Pengosongan Penstock


Berikut adalah langkah-langkah saat akan melakukan pengosongan
penstock :
1. Mesin diberhentikan (stop) dan ditunggu hingga putaran turbin
sampai benar-benar 0 rpm (unit ready).
2. Security valve ditutup.
3. Katup drainage pada ruang MIN dibuka.
4. Manometer sisi penstock turbin dicek sampai menunjukan angka 0.
5. Bila masih menunjukan harga maka katup manual ditutup.
6. Katup drainage pada rumah katup dibuka.

27
3.8 Pengisian Penstok
Berikut adalah langkah-langkah saat akan melakukan pengisian penstock ;
1. Katup drainage pada ruang MIV ditutup.
2. Katup manual (mekanis) dibuka dengan pemutar roda tangan kekiri
sampai terbuka penuh.
3. Katub by pass dibuka selanjutnya air mengisi penstock sampai penuh.
4. Kemudian klep Hydrolis dibuka dengan menekan tombol open pada
panel control IHC, katup terbuka sampai penuh.
5. Selanjutnya katup by pass ditutup kembali degan demikian air dalam
penstock menjadi normal kembali serta dapat berfungsi seperti
semula.

3.9 Bangunan Sentral


Bangunan Sentral (Power House) berisikan turbin air, generator, panel
control mesin-mesin bantu lainya. Selain itu terdapat pula bangunan-bangunan
penunjang lainya seperti gudang, bengkel, garasi, serandang dan kompleks rumah
dinas. Bangunan Sentral di PLTA Jelok terdiri dari :
1. Ruang bawah tanah, terdiri dari: ruang kabel, ruang battery, ruang alat
dan gudang.
2. Lantai 1, terdiri dari: Generator, turbin, dan governor.
3. Lantai 2, terdiri dari: PMT, trafo, HVSG, ruang operator dan panel
control.
4. Banguanan penunjang: Kantor, bengkel, dan gudang.

28
Gambar 3.16 Bangunan Sentral (Power House).

3.10 Uraian Umum


Penggerak utama di suatu PLTA adalah turbin (water turbine) atau mesin
penggerak dimana air sebagai fluida yang prinsip kerjanya mengalir dari suatu
tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah sehingga air mempunyai energi
potensial.
Pada suatu proses pengaliran air dalam pipa, energi potensial akan
berangsur-angsur beruabah menjadi energi kinetic yang selanjutnaya didalam
turbin energi tersebut akan dirubah menjadi energi mekanik berupa putaran dalam
turbin. Putaran turbin inilah yang kemudian dipakai untuk memutar generator.
Pada turbin tenaga yang dihasilkan merupakan perpaduan dari tekanan air
dan debit air (tenaga mula) semuanya memenuhi roda jalan (runner) dan dipasang
secara mendatar atau horizontal.

29
4.11 Prinsip Kerja Turbin Francis

Gambar 3.17 Turbin Francis PLTA Jelok.

Turbin Francis adalah turbin reaksi yang bekerja pada aliran yang
bertekanan. Rumah siput (spiral case) terbuat dari plat baja cor atau besi cor yang
disesuaikan dengan tinggi terjun dan kapasitas dayanya. Rumah siput berfungsi
menahan sebagian besar dari tekanan hidrolis yang diterima oleh turbin. Sudu-
sudu antar (guide vane) diatur di sekeliling luar rotor (runner) dan mengatur
ukuran sudu antar sesuai dengan perubahan beban melalui mekanisme suatu
pengatur.
Air bertekanan tinggi dari penstock masuk ke rotor dengan arah radial yang
arahnya dibelokkan sehingga sebagian besar tenaga aliran air dipindahkan ke rotor
dengan kecepatan tinggi, akibatnya rotor memperoleh tenaga reaksi dari aliran
tersebut. Jadi tenaga yang timbul pada rotor tergantung dari tekanan hidrostatis
dan debit air.

30
Selanjutnya air dikeluarkan dari turbin dengan arah aksial dan disalurkan
kepembuangan. Pada jenis turbin ini, banyaknya air yang masuk diatur oleh sudu
antar (guide vane) yang digerakan secara otomatis oleh governor dengan posisi
sudu jalan adalah tetap. Turbin Francis adalah turbin yang paling banyak berubah-
ubah yang dipakai saat ini. Desain inisial dari penggerak-penggerak lambat (NS
= 60) adalah untuk aliran radial.
Turbin Francis bekerja dengan aliran air yang bertekanan. Jadi, turbin-turbin
francis itu selalu mengalir penuh penggerak yang sama dengan selubung penuh
air. Penggerak dari turbin terdiri dari sebuah nomor dari pisau-pisau melengkung
yang di las benar-benar pada dua shourd. Deretan pisau-pisau bervariasi mulai
dari 12-22 tergantung pada kecepatan spesifik.

Gambar 3.18 Bentuk penggerak sesuai kecepatan.

Komponen yang menunjang turbin Francis dapat dilihat pada gambar


3.18, air dari pipa pesat masuk kedalam selubung spiral di bawah tekanan dan
mengalir melalui pintu-pintu kecil masuk kedalam penggerak (runner). Setelah

31
mengalir meninggalkan penggerak, air melalui sebuah rube yang terkenal sebagai
tube sementara dan saluran buang. Tube sementara merupakan aliran
hydraulically aclosedconduit. Tube sementara merupakan aflaring tube lurus atau
tipe busur dan hanya penting untuk reaksi (tekanan) turbin. Tube sementara
berfungsi untuk mengetahui kecepatan dari tinggi aliran air yang keluar dari
penggerak dan juga untuk mengusahakan penggerak mempunyai tingkat aliran
hilir tanpa mengorbankan tinggi air yang bersangkutan.
Pintu-pintu kecil diletakkan sepanjang bagian pinggir dari penggerak yang
diletakkan pada pivot-pivot dan dapat berputar sekelilingnya. Perputaran dari
pintu-pintu kecil diatur secara kontrol dan perubahan ukuran dari pembukaan
pintu masukan turbin melalui pintu dimana air dapat mengalir dan mengawasi
kecepatan mengalir berlebihan.

Gambar 3.19 Instalasi Turbin Francis.

Fungsi lain dari kedua pintu-pintu ini adalah untuk melangsungkan air ke
penggerak pada sudut yang dikehendaki. Pada Gambar 3.20 memperlihatkan
pintu-pintu kecil pada posisi tertutup dan terbuka.

32
Gambar 3.20 Pintu-pintu kecil pada posisi tertutup dan terbuka.

3.12 Susunan Tata Letak


Tata letak dari generator dan turbin dapat terdiri dari sebuah tata letak
bentuk horizontal atau vertikal. Pada tata letak horizontal, turbin dan generator
pada bidang yang sama (elevasi) dihubungkan oleh batang horizontal. Generator
berdampingan dengan ruang turbin

Gambar 3.21 Turbin Francis PLTA Jelok.

33
Gambar 3.22 Generator PLTA Jelok.

34
BAB IV
ANALISA DAN HASIL

4.1 Perencanaan Sistem Operasi


Perancangan pengendalian suhu ini,Perencanaan sistem operasi adalah suatu
upaya untuk merencanakan kinerja suatu sistem sehingga sistem tersebut bekerja
sesuai apa yang telah direncanakan. Berikut ini adalah tabel rencan dan realisasi
produksi listrik PLTA Jelok.
Tabel 4.1 Rencana Operasi Harian

No Tanggal Rencana (MW) Realisasi (MW)

Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4


1 1 3,5 3 3,1 3 0
2 2 3,5 3 3,1 3 0
3 3 3,5 3 3,1 3 0
4 4 3,5 3,1 3 3 0
5 5 3,5 3,1 3 3 0
6 6 3,5 3 3,1 3 0
7 7 3,5 3,1 3,1 3,1 0
8 8 3,5 3,1 3,1 3,2 0
9 9 3,5 3,1 3,1 3,2 0
10 10 3,5 3,5 3,4 3,5 0
11 11 3,5 3,5 3,4 3,5 0
12 12 3,5 3,5 3,4 3,5 0
13 13 3,5 3,6 3,4 3,5 0
14 14 3,5 3,6 3,4 3,5 0
15 15 3,5 3,6 3,4 3,5 0
16 16 3,5 4 4 4 0
17 17 3,5 4,1 4 4,4 0
18 18 3,5 4,1 4 4,5 0
19 19 3,5 4,1 4 4,5 0
20 20 3,5 4,1 4 4,5 0
21 21 3,5 3,9 3,8 4,2 2,8
22 22 3,5 3,9 3,8 4,2 3,2
23 23 3,5 4,1 3,9 4,2 3,4
24 24 3,5 4 3,8 4,1 3,4
25 25 3,5 3,2 3,2 4 3,2
26 26 3,5 3,1 3,1 4 3,2
27 27 3,5 3,9 4 4,1 3
28 28 3,5 3,9 3,9 3,9 3,6

35
4.1.1 Produksi perunit
Setiap pembangkit di Indonesia pasti memiliki produksi perunit,seperti
halnya di PLTA Jelok. Produksi perunit ini dibuat untuk mengetahui batas
minimal produksi tiap harinya. Hal ini sangat penting, karena setiap
pembangkit dapat menargetkan berapa daya maksimal yang dapat dihasilkan
oleh pembangkit tersebut.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi
perunit.Berikut ini
adalah hal – hal yang mempengaruhi target produksi :
 power mesin
 Musim
A. Power out 1 unit = 3,675 MW
4 unit = 3,675 x 4 = 14,7 MW
kWH = MW x h
= 14,7 x 24(jam) x 30(hari)
= 10584 MWH
= 10.584.000 kWH

Power out 1 unit = 3,675 MW


3 unit = 3,675 x 3 = 11 MW
kWH = MW x h
= 11 x 24(jam) x 30(hari)
= 7920 MWH
= 7.920.000 kWH

Power out 1 unit = 3,675 MW


2 unit = 3,675 x 2 = 7,3 MW
kWH = MW x h
= 7,3 x 24(jam) x 30(hari)
= 5256 MWH

36
= 5.256.000 kWH
Power out 1 unit = 3,675 MW
1 unit = 3,675 x 1 = 3,6 MW
kWH = MW x h
= 3,6 x 24(jam) x 30(hari)
= 2646 MWH
= 2.646.000 kWH

B. Musim
Musim sangat berpengaruh terhadap proses produksi PLTA Jelok.
Hal ini terbukti pada tabel dibawah ini, karena lamanya musim penghujan
di Indonesia memiliki jadwal tersendiri. 6 bulan penghujan : Oktober –
Maret . 6 bulan panas : April – September
Selain itu air yang diperoleh PLTA Jelok tidak didapatkan secara
Cuma – cuma. PLTA Jelok harus membayar per kWH yang
dibangkitkan sebesar Rp 5,-

4.2.2 Sistem Operasi PLTA Jelok


Di PLTA Jelok memiliki perencanaan sendiri untuk proses
produksinya. Berikut adalah beberapa perencanaan yang ada di PLTA
Jelok

A. Daily Meeting
PLTA Jelokc setiap harinya mengadakan rapat (meeting) untuk
Menganalisa hasil produksi di hari sebelumnya. Hal ini dilakukan
untukmengatasi terjadinya gangguan hasil produksi yang disebabkan oleh
kesalahan alat atau kerusakan alat. Tidak hanya gangguan dari dalam, tetapi
gangguan dari luar juga selalu dibahas dalam rapat tersebut. Berikut contoh
pengambilan data operasinya :

37
Gambar 4.23 Data Daily Meeting PLTA Jelok

Data tersebut diambil pada tanggal 27 November 2017 dan


dibahas pada tanggal 28 November 2017. Hal ini bertujuan untuk
menganalisa hasil produksi pada tanggal 17 Juli 2011 dan selanjutnya
membahasnya dengan tujuan memaksimalkan produksi .

B. Perencanaan Kinerja Peralatan


Jumlah pembangkit di PLTA Jelok ada 4 unit, dimana umur tiap
unitnya berbeda-beda.Untuk menjaga proses produksi tetap stabil, maka
dilakukakanlah pemeliharaan dan perbaikan. Sehingga mesin dapat
bekerja optimal untuk mencapai target produksi yang ditargetkan. Selain
itu di PLTA Jelok juga memiliki jadwal pemeliharaan yang rutin dan
perbaikan seperti AI (Annual Inspection) dan GI (General Inspection).

C. Analisa Sistem Operasi


Sistem produksi yang digunakan PLTA Jelok adalah dengan
mendata hasil kinerja 4 unitnya yang sedang beroperasi, kemudian
menganalisanya melalui ruang operator. Setelah data sampai ruang
operator, kemudian didata dan dianalisa dibagian pemeliharaan supaya
terlihat jika ada masalah dari hasil produksinya atau keempat unitnya yang
bekerja.

38
Gambar 4.24 Ruang Operator PLTA Jelok

D. Hasil Produksi

Setelah melakukan penelitian Dalam sebuah analisa hasil


produksi flow penstok,banyak hal yang mempengaruhinya. Seperti
kinerja mesin dan musim. Berikut adalah data - data saat “Daily
Meeting” dan beberapa penjelasan tentang hasil produksi selama satu
bulan.

Flow penstok 1 & 2 pipa penstok 1


pipa penstok 2
7
6.5
6
5.5
m3/detik

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tanggal

Grafik 4.1 Flow penstok

39
Dari gambar diatas bahwa kapasitas air yang masuk melalui 2 pipa
pesat PLTA Jelok m3/det mengalami perbedaan. Hal tersebut dikarenakan
oleh pembagian pada securyti valve.

Elevasi Dam tuntang


463.5
463
462.5
462
m3/detik

461.5 sebelum
461 Hari ini
460.5
maximal
460
459.5 minimal
459
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
Tanggal

Grafik 4.2 Elevasi dam tuntang


Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa grafik elevasi DAM
Tuntang masih dalam standar aman dengan batas maksimal 463 dan
batas minimal 460,50.

Buangan Dam tuntang


10

8
m3/detik

4 Buangan damtuntang
2

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tanggal

Grafik 4.3 Buangan dam tuntang

40
Dari gambar diatas dapat dilihat besarnya buangan air dari DAM
Tuntang yang masuk ke Jelok. Buangan air dari PLTA Jelok akan
ditampung di Kolam Tandon Harian (KTH) yang selanjutnya akan
berguna untuk pembangkitan di PLTA Timo.

temperatur bantalan trast bearing


70

60

50
turbin1
°celcius

40 turbin 2

30 turbin 3
turbin 4
20
alrm
10
trip
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Tanggal

Grafik 4.4 temperatur bantalan trast bearin

Pada gambar di atas dapat dilihat besarnya suhu pada bantalan


turbin. Dari 4 unit yang bekerja, dapat dilihat suhu tiap unitnya masih
dalam suhu standar. Dan dapat dilihat pada grafik diatas apabila bantalan
mengalami panas pada suhu tertentu maka akan terlihat alrm dan apabila
suhu melebihi alaram maka akan terjadi trip atau pemberhentian unit.

41
Operasi Unit
18
15
Unit dan Beban

12
9
Beban
6
Unit
3
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tanggal

Grafik 4.5 Operasi Unit


Dari grafik di atas dapat dilihat total produksi beban dari beberapa
unit yang bekerja selama sehari. Dari grafik di atas terlihat meningkat
karena unit yang bekerja meningkat 1 unit.Sehingga sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi PLTA Jelok.

42
Tabel 4.2 Flow penstok

Penstok1 Penstok 2
NO Tanggal
(m3 /det) (m3/det)
1 1 nov 2017 5,0996 2,508
2 2 Nov 2017 5,0996 2,508
3 3 Nov 2017 5,0996 2,508
4 4 Nov 2017 5,0996 2,508
5 5 Nov 2017 5,0996 2,508
6 6 Nov 2017 5,0996 2,508
7 7 Nov 2017 5,1832 2,5916
8 8 Nov 2017 5,1832 2,5916
9 9 Nov 2017 5,1832 2,5916
10 10 Nov 2017 5,7684 2,926
11 11 Nov 2017 5,7684 2,926
12 12 Nov 2017 5,7684 2,926
13 13 Nov 2017 5,852 2,926
14 14 Nov 2017 5,852 2,926
15 15 Nov 2017 5,852 2,926
16 16 Nov 2017 6,688 3,344
17 17 Nov 2017 6,7716 3,6784
18 18 Nov 2017 6,7716 3,762
19 19 Nov 2017 6,7716 3,762
20 20 Nov 2017 6,7716 3,762
21 21 Nov 2017 6,4372 5,852
22 22 Nov 2017 6,4372 6,1864
23 23 Nov 2017 6,688 6,3536
24 24 Nov 2017 6,5208 6,27
25 25 Nov 2017 5,3504 6,0192
26 26 Nov 2017 5,1832 6,0192
27 27 Nov 2017 6,6044 5,9356
28 28 Nov 2017 6,5208 6,27

43
Tabel 4.3 Elevasi dam tuntang

No Sebelum Hari ini Maximal Minimal

1 460,93 460,88 463 460,5


2 460,88 460,84 463 460,5
3 460,84 460,79 463 460,5
4 460,79 460,72 463 460,5
5 460,7 460,78 463 460,5
6 460,78 460,95 463 460,5
7 460,95 461 463 460,5
8 461 461,06 463 460,5
9 461,06 461,03 463 460,5
10 461,03 461,08 463 460,5
11 461,08 461,08 463 460,5
12 461,08 461,1 463 460,5
13 461,1 461,12 463 460,5
14 461,12 461,17 463 460,5
15 461,17 461,23 463 460,5
16 461,23 461,4 463 460,5
17 461,4 461,45 463 460,5
18 461,45 461,48 463 460,5
19 461,58 461,58 463 460,5
20 461,58 461,6 463 460,5
21 461,6 461,56 463 460,5
22 461,56 461,55 463 460,5
23 461,55 461,58 463 460,5
24 461,58 461,52 463 460,5
25 461,52 461,52 463 460,5
26 461,52 461,68 463 460,5
27 461,68 461,78 463 460,5
28 461,78 461,66 463 460,5

44
Tabel 4.4 temperatur bantalan thrust bearing

Tanggal turbin1 turbin 2 turbin 3 turbin 4 alrm Trip


1 47,3 51 49 28 58 63
2 47,1 51,4 49,3 28 58 63
3 48,5 51,9 49,6 29 58 63
4 49,3 52,1 50,5 29 58 63
5 48,8 51,6 49,7 28 58 63
6 48,4 51,4 49,4 27 58 63
7 49,1 51,9 50,1 28 58 63
8 48,8 51,5 49,8 27 58 63
9 49 52,3 50,1 27 58 63
10 48,2 51,2 50,3 27 58 63
11 48,4 52,4 50,6 27 58 63
12 48,9 54,3 50,8 28 58 63
13 48,4 53 50,5 27 58 63
14 48,4 52,9 50,2 27 58 63
15 48,9 53,8 50,5 26 58 63
16 49,2 53,4 51 27 58 63
17 48,2 51,1 49,4 25 58 63
18 48,8 51,2 49,4 26 58 63
19 49,2 51,3 49,5 26 58 63
20 49,2 51,9 49,4 26 58 63
21 53,4 53 49,5 47 58 63
22 52,4 51,5 49,1 47 58 63
23 53,4 52 49,4 47 58 63
24 49,3 52,1 49,4 45 58 63
25 47,7 52,4 49,7 46 58 63
26 48,2 52,6 49,8 47 58 63
27 52,9 52,7 50,1 49 58 63
28 51,6 51,6 50,1 47,4 58 63

45
Tabel 4.5 Beban Unit Tabel 4.6 Buangan Dam

Tanggal Beban Unit Buangan


No
1 9,1 3 damtuntang
2 9,1 3 1 0,5
3 9,1 3 2 0,5
4 9,1 3 3 0,5
5 9,1 3 4 0,5
6 9,1 3 5 0,5
7 9,3 3 6 0,5
8 9,4 3 7 0,5
9 9,4 3 8 0,5
10 10,4 3 9 0,5
11 10,4 3 10 0,5
12 10,4 3 11 0,5
13 10,5 3 12 0,5
14 10,4 3 13 0,5
15 10,5 3 14 0,5
16 12 3 15 0,5
17 12,3 3 16 0,5
18 12,6 3 17 0,5
18 0,5
19 12,6 3
19 0,5
20 12,6 3
20 0,5
21 14,7 4
21 0,5
22 15,1 4
22 0,5
23 15,6 4
23 0,5
24 15,3 4
24 0,5
25 13,5 4
25 0,5
26 13,4 4
26 0,5
27 15 4 27 0,5
28 15,3 4 28 10

46
Tabel 4.7 Hasil produksi listrik 24 jam

N0 Tanggal Total Unit Kwh


1 1 3 218603
2 2 3 223339
3 3 3 215985
4 4 3 214676
5 5 3 223839
6 6 3 219912
7 7 3 219912
8 8 3 226457
9 9 3 225148
10 10 3 236929
11 11 3 253946
12 12 3 244783
13 13 3 252637
14 14 3 252637
15 15 3 252637
16 16 3 269654
17 17 3 293216
18 18 3 303924
19 19 3 297143
20 20 3 295834
21 21 4 323323
22 22 4 365211
23 23 4 371756
24 24 4 371756
25 25 4 371756
26 26 4 371756
27 27 4 345576
28 28 4 339031

Pada gambar di atas dapat dilihat total produksi selama saya menjalankan
Kerja Praktek. Dari gambar terlihat total produksi per- harinya mengalami
peningkatan dan penurunan sesuai kinerja oprasi perunit, Sehingga sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi PLTA Jelok

47
Gambar Tabel 4.8 Pemakaian air total

N0 Tanggal Total Unit m3


1 1 3 659984
2 2 3 675833
3 3 3 652015
4 4 3 648256
5 5 3 675742
6 6 3 663833
7 7 3 663833
8 8 3 683627
9 9 3 679501
10 10 3 715048
11 11 3 766443
12 12 3 738776
13 13 3 762323
14 14 3 762503
15 15 3 762323
16 16 3 813627
17 17 3 884490
18 18 3 931814
19 19 3 896178
20 20 3 892328
21 21 4 975150
22 22 4 1101125
23 23 4 1120823
24 24 4 1120823
25 25 4 1120823
26 26 4 1120823
27 27 4 1042032
28 28 4 1022424

Pada gambar tabel di atas menunjukan pemakaian air selama 24 jam yang
digunakan untuk mengoprasikan 4 unit turbin dan 1 unit mesin HA,dalam 1 bulan
saya kerja praktek di PLTA JELOK.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang telah penulis laksanakan maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Dari sistem oprasi per unit generator dapat kita lihat dari analisis hasilnya
maximum beban yang di berikan sebesar 4,5 MW dan minimum 3 MW.
2. Maka analisa hasil produksi yang di hasilkan PLTA jelok 30 MW untuk di
alirkan ke GI(Gardu Induk) agar di tingkatkan menjadi 150 MW.
3. Analisa Evaluasi Dam Tuntang di dapatkan hasil standar maxsimal 463 dan
minimal 460,5 dapat dikatakan normal jika tidak melewati batas yang telah
di tentukan.
4. Analisa buangan Dam Tuntang yang selalu normal di angka 0,5 m3/detik
mengalami kenaika di tanggal 28 November menjadi 10 m3/detik.

5.2 Saran
1. Perawatan terhadap alat-alat proses produksi tenaga listrik sudah baik,
harus dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Perbaikan terhadap alat-alat proses produksi tenaga listrik yang sudah
rusak atau sudah tidak layak pakai harus segera diperbaiki agar proses
produksi tenaga listrik tidak berkurang atau terhambat.
3. Diadakan penyuluhan-penyuluhan tentang tenaga listrik dan pemakaian
energi listrik yang bijak kepada seluruh masyarakat Kota Semarang dan
sekitarnya.
4. Memberi penyuluhan tentang warga untuk selalu menjaga kebersihan air
dari daerah rawa penening.
5. Kepercayaan masyarakat terhadap PT.Indonesia Power khususnya UBP
Semarang harus selalu dipertahankan dan ditingkatkan.

49
50

Anda mungkin juga menyukai