Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.
Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan
perundang-undangan pengecualiannya apabila ada aspek perdata yang berupa
persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin merupakan
perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam
peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan
perundang-undangan.
Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.
Yaitu persetujuan dimana disini terlihat adanya kombinasi antara hukum publik
dengan hukum prifat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpamgan dari
sesuatu yang dilarang. Izin yang dimaksud yaitu :
Bahwa istilah izin dapat diartikan tampaknya dalam arti memberikan dispensasi
dari sebuah larangan dan pemakaiannya dalam arti itu pula.
Uthrecht
Prajyudi Atmosoedirdjo
Suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh undang-
undang yang kemudian larangan tersebut diikuti dengan perincian dari pada
syarat-syarat , criteria dan lainnya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk
memperoleh dispensasi dari larangan tersebut disertai denganpenetapan
prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi
negara yang bersangkutan.
Sjachran Basah
Ateng Syafruddin
Hukum Publik
Bersifat umum
Bersifat ordonatif (sepihak)
Diatur oleh perundang-undangan
Sanksi sangat tegas
Mengatur masyarakat
Hukum Privat
Bersifat individu
Bersifat koordinatif (dua pihak)
Berdasaran kesepakatan atau perjanjian
Sanksi kurang tegas
Mangatur individu dengan individu
HAN Matriel
Bersifat umum
Bersifat abstrak
Berkelanjutan
Dapat dijadikan landasan kerja bagi pejabat Administrasi Negara yang
mengembangkan tugas servis publik khususnya di bidang perdagangan,
dalam melaksanakan tugas itu maka pejabata Administrasi Negara dapat
melakuakan suatu perbuatan penetapan atau beschikkinghandeling yang
dapat menghasilkan penetapan atau beschiking yang merupakan
kongkrisitas dari peraturan perundang-undangan dalam HAN Matriel
HAN Formal
Bersifat pribadi
Bersifat konkrit
Final
Yaitu ketentuan hukum yang mengatur cara bagaimana suatu penetapan itu
dibuat dan diterbitkan.
HAPTUN merupakan hukum formal, karena merupakan salah satu unsure dari
peradilan demikian juga dengan hukum matrielnya. Oleh karena itu peratun
tanpa hukum matriel akan lumpuh sebab tidak tahu apa yang akan dijelmakan,
dan sebaliknya peradilan tanpa hukum formal akan liar sebab tidak ada batas
yang jelas dalam melakukan kewenangannya. Hukum formal tanpa hukum
matriel akan menimbulkan kesewenang-wenangan dan sebaliknya hukum
matriel tanpa hukum formal hanya merupakan angan-angan belaka.
Membuat konkrit (HAN formal) dari yang abstrak (HAN matriel) diperlukan
suatu normativasi (merupakan proses yang membuat norma-norma dalam
berbagai jenis yang bentuknya telah ditetapkan dalam hierarkis ketentuan
perundang-undangan), prose situ berarti membuat individual-konkrit dari
umum-abstrak.
W.F PRINS
E. UTRECIIT
VAN POELJE
Beschikking adalah suatu penetapan atau keputusan yang bersifat legislatif yang
mempunyai arti berlainan.
Sumber Undang-Undang
Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.
Prinsip izin terkait dalam hukum publik oleh karena berkaitan dengan
perundang-undangan pengecualiannya apabila ada aspek perdata yang berupa
persetujuan seperti halnya dalam pemberian izin khusus. Izin merupakan
perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam
peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan
perundang-undangan.
Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin.
Izin menurut Prof. Bagirmanan
Izin khusus
Yaitu persetujuan dimana disini terlihat adanya kombinasi antara hukum publik
dengan hukum prifat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpamgan dari
sesuatu yang dilarang. Izin yang dimaksud yaitu :
Bahwa istilah izin dapat diartikan tampaknya dalam arti memberikan dispensasi
dari sebuah larangan dan pemakaiannya dalam arti itu pula.
Uthrecht
Prajyudi Atmosoedirdjo
Suatu penetapan yang merupakan dispensasi dari suatu larangan oleh undang-
undang yang kemudian larangan tersebut diikuti dengan perincian dari pada
syarat-syarat , criteria dan lainnya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk
memperoleh dispensasi dari larangan tersebut disertai denganpenetapan
prosedur dan juklak (petunjuk pelaksanaan) kepada pejabat-pejabat administrasi
negara yang bersangkutan.
Sjachran Basah
Ateng Syafruddin
Hukum Publik
Bersifat umum
Bersifat ordonatif (sepihak)
Diatur oleh perundang-undangan
Sanksi sangat tegas
Mengatur masyarakat
Hukum Privat
Bersifat individu
Bersifat koordinatif (dua pihak)
Berdasaran kesepakatan atau perjanjian
Sanksi kurang tegas
Mangatur individu dengan individu
HAN Matriel
Bersifat umum
Bersifat abstrak
Berkelanjutan
Dapat dijadikan landasan kerja bagi pejabat Administrasi Negara yang
mengembangkan tugas servis publik khususnya di bidang perdagangan,
dalam melaksanakan tugas itu maka pejabata Administrasi Negara dapat
melakuakan suatu perbuatan penetapan atau beschikkinghandeling yang
dapat menghasilkan penetapan atau beschiking yang merupakan
kongkrisitas dari peraturan perundang-undangan dalam HAN Matriel
HAN Formal
Bersifat pribadi
Bersifat konkrit
Final
Yaitu ketentuan hukum yang mengatur cara bagaimana suatu penetapan itu
dibuat dan diterbitkan.
HAPTUN merupakan hukum formal, karena merupakan salah satu unsure dari
peradilan demikian juga dengan hukum matrielnya. Oleh karena itu peratun
tanpa hukum matriel akan lumpuh sebab tidak tahu apa yang akan dijelmakan,
dan sebaliknya peradilan tanpa hukum formal akan liar sebab tidak ada batas
yang jelas dalam melakukan kewenangannya. Hukum formal tanpa hukum
matriel akan menimbulkan kesewenang-wenangan dan sebaliknya hukum
matriel tanpa hukum formal hanya merupakan angan-angan belaka.
Membuat konkrit (HAN formal) dari yang abstrak (HAN matriel) diperlukan
suatu normativasi (merupakan proses yang membuat norma-norma dalam
berbagai jenis yang bentuknya telah ditetapkan dalam hierarkis ketentuan
perundang-undangan), prose situ berarti membuat individual-konkrit dari
umum-abstrak.
W.F PRINS
E. UTRECIIT
VAN POELJE
Sumber Undang-Undang
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
Tentang perlunya izin bangunan, ini akan nampak manakala kita melihat
kota-kota besar. Kota besar seperti Jakarta dan sebagainya mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat dan akan terus berlanjut dari tahun ketahun.
Kebutuhan akan perumahan (mulai rumah perumahan sederhana, rumah susun,
apartemen, dan real estate), perkantoran, pertokoan, mall, dan tempat-tempat
hiburan (hotel, diskotek), tempat pendidikan dan bangunan lainnya semakin
tinggi sebagai akibat pertambahan penduduk dan kebutuhannya.
Pembangunan di bidang real estate, industrial estate, shopping centre,
dan sebagianya, saat ini diperlukan pengaturan dalam rangka pengendalian
dampak pembangunan, yang meliputi dampak lingkungan, impact fee dan
traffic Impact Assement.
Impact fee, adalah biaya yang harus dibayar oleh pengembang kepada
pemerintah kota akibat dari pembangunan yang mereka laksanakan.
Pelaksanaan pembangunan oleh pengembang akan mengakibatkan biaya
infrastruktur bagi pemerintah kota , karena seluruh jaringan infrastruktur yang
dibangun akan disambung dengan system jaringan kota, yang pada gilirannya
akan menuntut peningkatan kapasitas.
traffic Impact Assement , yaitu kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pengembang untuk malakukan kajian analisis tentang dampak lalu lintas. Kajian
tersebut harus dapat menggambarkan kinerja jaringan jalan sebelum dan stelah
ada pembangunan, dampaknya dan bagaimana mengatasinya. (Ismail Zuber,
2000, hal. 12)
https://www.slideshare.net/tomyrisqi/analisis-perizinan-tata-ruang-aspek-
hukum
Pada prinsipnya, setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung, ataupun
bagian dari bangunan gedung. Bagi mereka yang akan mendirikan bangunan gedung tersebut
wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin Mendirikan Bangunan adalah izin
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemkab atau Pemkot) kepada pemilik bangunan
gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, termasuk merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
berlaku. Karena Izin Mendirikan Bangunan dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, maka izin
tersebut diajukan oleh pemilik bangunan kepada Pemerintah Daerah.
Secara hukum, ketentuan mengani Izin Mendirikan Bangunan diatur dalam Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dan peraturan pelaksananya
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005. Selain itu, untuk pelaksanaan teknis
peneribtan Izin Mendirikan Bangunan, maka ketentuan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan
juga ditentukan oleh Peraturan Daerah di masing-masing Pemerintahan daerah.
1. Status hak atas tanah (atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah)
2. Status kepemilikan bangunan.
3. Izin Mendirikan Bangunan.
Suatu pembangunan gedung baru dapat dilaksanakan setelah Pemerintah Daerah menyetujui
rencana teknis pembangunan tersebut dalam bentuk Izin Mendirikan Bangunan. Untuk
mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan, setiap pemohon wajib melengkapinya
dengan:
1. Bukti status kepemilikan hak atas tanah (atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan
tanah jika tanah tersebut bukan milik sendiri).
2. Data pemilik bangunan.
3. Rencana teknis bangunan.
4. Hasil AMDAL bagi bangunan yang menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan.
Setelah persyaratan administratif dan teknis terpenuhi, selanjutnya Pemerintah daerah (Bupati
atau Walikota) akan memberikan persetujuan pembangunannya dalam bentuk Izin
Mendirikan Bangunan. Izin tersebut sekaligus merupakan prasyarat untuk mendapatkan
pelayanan utilitas umum di kabupaten atau kota.
Setelah Izin Mendirikan Bangunan dikeluarkan, untuk menggunakan bangunan yang telah
dibangun diperlukan adanya Izin Penggunaan Bangunan (IPB). Hal ini sebagaimana
ditentukan dalam Peraturan Pemerintah, yaitu penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah
tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan
yang berlaku. Dengan demikian maka Izin Penggunaan Bangunan (IPB) adalah izin yang
diterbitkan untuk menggunakan bangunan sebelum bangunan tersebut digunakan. Umumnya
izin Penggunaan Bangunan diterbitkan dengan masa berlaku 5 Tahun untuk bangunan umum
dan 10 Tahun untuk bangunan rumah tinggal.