Abstrak: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam
penyiapan tenaga kerja saat ini terbilang lemah dikarenakan banyak lulusannya yang menjadi
pengangguran. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kejuruan
Teknologi dengan Dunia Kerja. Penelitian ini menggunakan metode literatur, dimana data dikumpulkan
dari sumber bacaan berupa buku, jurnal, artikel ilmiah dari tahun 1980 sampai 2003. Hasil penelitian
diketahui bahwa hubungan antara Pendidikan Kejuruan, Teknologi, dan Dunia Kerja sangat erat sekali.
Dimana diantara keduanya saling mempengaruhi dan tak bisa dipisahkan. Untuk itu perlunya kerjasama
yang baik antara pihak sekolah dengan dunia kerja adalah solusi dalam mengurangi angka
pengangguran dari tamatan Sekolah Menengah Kejuruan.
Abstract: Vocational High School as one of the holder of important role in the preparation of manpower
at this time is quite weak due to many graduates who become unemployment. The purpose of this research
is to know the relationship between Vocational Education Technology with the World of Work. This
research uses literature method, where the data collected from reading sources in the form of books,
journals, scientific articles from 1980 to 2003. The results of the research note that the relationship
between Vocational Education, Technology, and the World of Work is very close. Where between the two
mutually influence and can’t be separated. For that the need for good cooperation between the school and
the world of work is a solution in reducing the unemployment rate from graduate school Vocational High
School.
1
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
2 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 2, Oktober 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
yang menghasilkan barang dan komoditi yang Tujuan pendidikan kejuruan menurut
mempunyai nilai ekonomi, selanjutnya secara Thorogood (1982) yaitu: (a) memberikan bekal
kolektif tenaga kerja produktif yang mampu keterampilan individual yang laku dimasyarakat,
memproduksi barang yang bernilai ekonomi itu secara ekonomis dapat menopang kehidupannya; (b)
secara akumulatif akan menggerakkan roda membantu peserta didik memperoleh pekerjaan; (c)
perekonomian dan hal ini berpengaruh terhadap mendorong produktifitas ekonomi secara regional
pertumbuhan ekonomi secara nasional. maupun nasional; (d) mendorong terjadinya tenaga
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, terbagi industri; dan (e) meningkatkan kualitas lulusan
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan menjadi human capital yang handal [7].
umum pendidikan menengah kejuruan adalah untuk SMK memiliki banyak program keahlian. Program
(a) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta keahlian yang dilaksanakan di SMK menyesuaikan
didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Program
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan pada
warga Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, permintaan masyarakat dan pasar. Peserta didik dapat
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung memilih bidang keahlian yang diminati di SMK.
jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk
agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan langsung bekerja didunia kerja. Muatan kurikulum yang
menghargai keanekaragaman budaya bangsa ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai dengan
Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar
didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan peserta didik tidak mengalami kesulitan yang berarti
hidup dengan secara aktif turut memelihara dan ketika masuk dunia kerja. Dengan masa studi sekitar tiga
melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan atau empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu
sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Tujuan untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang telah
khusus pendidikan menengah kejuruaan adalah ditekuni.
sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar Depdikbud dalam Oemar malik (2007:132),
menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, sekolah menengah kejuruan sebagai bagian dari
mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga pendidikan menengah, bertujuan menyiapkan peserta
kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi didik atau tamatannya untuk: (a) memasuki lapangan
dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional;
menyiapkan peserta didik agar mampu memilih (b) mampu memilih karier, mempunyai kompetensi,
karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, dan mampu mengembangkan diri; (c) menjadi tenaga
beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan
sikap profesional dalam bidang keahlian yang usaha dan industri pada saat ini maupun yang akan
diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan datang; dan (d) menjadi warga negara yang
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu produktif, adatif dan kreatif [8].
mengembangkan diri dikemudian hari baik secara Proses pembelajaran di SMK menuntut siswa
mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang mempunyai tiga ranah kompetensi yaitu kognitif,
lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan afektif, dan psikomotor. SMK dituntut harus mampu
kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
keahlian yang dipilih [6]. dapat beradaptasi dengan kemajuan IPTEK.
4 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 2, Oktober 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
yang cukup besar dalam pengembangan teknologi. diimplementasikan sesering mungkin sehingga
Kemajuan teknologi pada dunia industri menjadi habit atau kebiasaan. Selain itu
mengharuskan pendidikan untuk mengikuti berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini
perkembangan teknologi, terutama pada sekolah yaitu “Pendidikan Karakter” setiap mata
menengah kejuruan yang harus melengkapi fasilitas pelajaran bisa disisipkan hal-hal pembentuk
dengan berbagai macam alat-alat yang maju seperti karakter dengan lebih dominan. Selain pada saat
yang terdapat pada dunia industri. Hal ini betujuan belajar, pembentukan karakter dapat dilakukan
agar peserta didik dapat siap untuk terjun pada dunia melalui program kunjungan industri atau study
kerja, dan tidak asing dengan kemajuan teknologi tour ke sebuah perusahaan sesuai dengan
yang terdapat pada industri. program kejuruannya kemudian bisa juga
melalui ekstrakulikuler, namun kekurangannya
3.3. Dunia kerja penerapan pembentukan karakter ini
Menurut UU No.13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 dilaksanakan di luar jam pelajaran. Dan tidak
ayat 2 Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu semua siswa mengikutinya, hal ini juga kurang
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang mendapat pengawasan dari pihak sekolah.
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan diri
b. Kognitif
sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat.
Kognitif adalah suatu ilmu pengetahuan
Sedangkan Dunia kerja adalah gambaran tentang
yang dipelajari selama duduk dibangku
beberapa jenis dan proporsi pekerjaan-pekerjaan yang
pendidikan yang akan dibawa atau sebagai bekal
ada [13].
menuju dunia kerja. Pengetahuan juga bisa
Sebelum peserta didik memasuki dunia kerja,
didapat melalui pengalaman-pengalaman dari
tenaga kerja terutamanya pada lulusan smk harus
peserta didik tersebut. Salah satunya melalui
mempunyai ketiga aspek dibawah ini, yaitu:
prakerind (praktek kerja industri) yang dimana
a. Afektif peserta didik tersebut langsung terjun kedunia
Afektif adalah suatu sikap atau prilaku dari industri untuk dapat mengetahui dan merasakan
tenaga kerja terhadap tempat atau lingkungan bagaimana dunia kerja dan industri yang
dimana ia bekerja. Sikap yang dimaksud sebenarnya. Peserta didik juga bisa
diantarannya jujur, disiplin, tanggung jawab, mendapatkan ilmu dan pengalaman pada
peduli, sopan santun, respond (mencarikan kegiatan seperti kunjungan industri dan
solusi suatu permasalahan), dan berinteraksi sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa ilmu
dengan lingkungan. Tenaga kerja yang pengetahuan bukan hanya didapat di dunia
berkompeten bukan hanya dinilai dari pendidikan, namun bisa didapat dimana saja.
pengetahuan dan kemampuannya saja tapi Terlebih kurikulum pada saat ini
bagaimana tenaga kerja tersebut dapat memprioritaskan peserta didik untuk mencari
bekerjasama, berkoordinasi, beradaptasi dan materi ataupun bahan ajar yang akan digunakan
memecahkan masalah yang terjadi pada saat sebagai suatu yang akan dikaji dalam proses
bekerja nanti. Disiplin, rajin, tanggung jawab pembelajaran disekolah.
dan penuh dengan inovasi juga merupakan hal-
hal yang disukai oleh perusahaan, namun sifat-
sifat atau kebisaan tersebut tidak dapat muncul
dengan sendirinya, harus diarahkan dan
Problematika lulusan SMK .....(Author et al.) 5
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
6 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 2, Oktober 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
yang tinggi dalam waktu yang cepat sedangkan dunia Pada hakekatnya hubungan antara lembaga
industri menginginkan lulusan dengan kompetensi pendidikan kejuruan dan teknologi dan, dunia kerja
teknis dan sikap yang baik [15] [16]. Kenyataan di adalah komplek. Kedua dunia yang berbeda tersebut
atas dibuktikan dengan jumlah pengangguran yang saling pengaruh mempengaruhi, ibarat dua kutub
ada di Indonesia. medan magnit yang berinteraksi satu dengan lainnya,
Oleh karena itu dalam pengembangan bagai memiliki mata rantai yang tidak terputus.
pendidikan bidang teknologi dan kejuruan perlu Keduanya dapat bertukar pendapat, saling berbagi
mempertimbangkan keterkaitan antara beberapa norma dan nilai, berkerjasama untuk mencapai
faktor yang bersifat technocultural. Keempat faktor tujuan yang saling menguntungkan.
tersebut adalah: (a) hubungan industri (industrial
relationships); (b) perubahan technology (innovation); 3.5. Permasalahan dan solusi untuk sekolah kejuruan
(c) organisasi pekerjaan (work organization); dan (d) dalam memasuki dunia kerja
fonnasi kompetensi/ skills. Field (1990) Berdasaran permasalahan di atas, dapat di
mengemukakan bahwa hubungan keempat faktor uraikan permasalahan-permasalahan yang dialami
tersebut saling berinteraksi satu sama lain terhadap sekolah menengah kejuruan dalam menyiapkan
lembaga pendidikan, pelatihan teknologi dan lulusan yang siap memasuki dunia kerja diantaranya:
kejuruan [17]. (a) perbedaan tujuan sekolah dan dunia kerja; (b)
Perubahan teknologi akan mempengaruhi kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dengan
secara timbal balik dengan organisasi pekerjaan, dunia industri; dan (c) kurangnya sarana prasarana
artinya setiap perubahan teknologi akan berdampak disekolah dalam mengikuti kemajuan teknologi.
terhadap struktur pekerjaan yang ada di dunia kerja, Dari beberapa permasalahan diatas, maka akan
dilain sisi perubahan teknologi juga akan merubah muncul pertanyaan bagaimana cara yang harus
fonnasi kompetensi dan skill yang dibutuhkan dilakukan SMK untuk memperkecil jarak kompetensi
dunia industri. Perubahan kompetensi dan organisasi antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri. Maka
pekerjaan jelas perlu diantisipasi oleh lembaga dari itu, berikut adalah beberapa upaya yang
pendidikan untuk mengupgrade setiap programnya dilakukan untuk menunjang lulusan sekolah kejuruan
sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan agar siap dengan dunia industri dan mengurangi
perubahan teknologi. Semua proses inovasi dan jumlah pengangguran yang ada, diantaranya yaitu:
perubahan akan terakomodasi bila hubungan antar Sekolah menjalin kerja sama dengan industri untuk
institusi terjalin dengan baik (hubungan industri dan kepentingan job order dan pemasaran produk siswa.
lembaga pendidikan). Pada dasamya sumber Bentuk kerjasama antara SMK dengan industri yang
perubahan dapat terjadi disetiap faktor dan akan selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah
membias pada faktor lainnya. Pesan penting dari diantaranya yaitu:
gambaran hubungan berbagai faktor ini adalah
bahwa kurikulum pendidikan teknologi atau a. Prakerind
pendidikan vokasi pada umumnya, sangat dinamis Prakerin adalah singkatan dari praktek kerja
dan mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap industri, dimana peserta didik terjun langsung
perubahan, oleh karena itu lembaga pendidikan harus pada dunia perindustrian. Kegiatan belajar
memiliki keterkaitan seperti medan magnit dengan mengajar ditiadakan disekolah dan dialihkan
terhadap industri untuk membimbing siswa juga pada sekolah, dimana hubungan sekolah
mencapai kompetensi sesuai dengan kurikulum. dengan industri terjalin dengan baik.
Peserta didik dapat belajar dan merasakan
c. Kelas industri
bagaimana suasana yang terdapat pada dunia
Kelas industri adalah kegiatan yang
kerja. Waktu yang diberikan kepada peserta
bertujuan supaya siswa dapat mengikuti
didik untuk melaksanakan kegiatan prakerin
pembelajaran sesuai dengan kegiatan nyata di
tergantung pada sekolahnya masing-masing.
industri, dalam hal ini sekolah dituntut
Namun pengelolaan kegiatan ini terkadang
mendatangkan industri yang mau memberikan
belum optimal karena proses monitoring
pendidikan di sekolah dan tindak lanjutnya
pembimbing sekolah terbatas, untuk itu
biasanya pada rekruitmen tenaga kerja.
diperlukan langkah-langkah pengelolaan
Kurikulum dalam kelas industri disusun oleh
Prakerin tersebut, diantaranya yaitu: (1) sekolah
sekolah dan industri, peran industri disini
melakukan pendataan dan mengevaluasi tempat
dituntut untuk menskenario proses pembelajaran
atau lokasi yang standar karena terkadang
yang menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
pencarian lokasi dilakukan oleh siswa dan
tuntutan dunia kerja.
sekolah tidak mengontrol kegiatan tersebut;
(2) sekolah melakukan pembekalan prakerin
d. Rekruitmen
yang berisi gambaran nyata akan pekerjaan dan
Kegiatan yang paling berpengaruh dalam
sikap yang harus dilakuan selama prakerin; (3)
mengurangi angka pengangguran lulusan SMK
sekolah melakukan pembimbingan secara
adalah rekruitmen. Rekruitmen adalah tahap ahkir
periodik minimal satu bulan sekali; dan (4)
dari kerja sama antarapihak sekolah dan industri.
evaluasi periodik terhadap kualitas
Dimana sebelum melakukan rekruitmen, pihak
pembelajaran diindustri minimal satu bulan
sekolah sudah menjalin kerjasama dengan pihak
sekali. Kegiatan prakerin/magang ini bertujuan
industri seperti prakerin, kunjungan industri, dan
untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan
sebagainnya. Jalinan kerjasama rekruitmen
perkembangan teknologi yang terus
dengan industri sebaiknya secara terus menerus
berkembang, sekolah sebaiknya menjalin
dan selalu dievaluasi secara periodik agar terus
kerjasama dengan industri agar bersedia
dapat berjalan sesuai rencana. Adapun peran
menyediakan waktu untuk dunia pendidikan jika
Bursa Kerja Khusus (BKK) sangat penting
terdapat teknologi baru yang diciptakan.
dalam proses rekruitmen tenaga kerja. BKK
adalah sebuah lembaga yang dibentuk sekolah
b. Kunjungan industri
menengah kejuruan negeri dan swasta, sebagai
Kunjungan industri adalah kegiatan dimana
unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan
siswa secara langsung berkunjung ke industri
informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran,
untuk melihat proses produksi yang dilakukan,
penyaluran dan penempatan kerja, merupakan
mulai dari persiapan produksi sampai dengan
mitra dinas tenaga kerja dan transmigrasi.
pasca produksi. Sebaiknya sekolah menjalin
Lembaga-lembaga terkait yang langsung
kerjasama yang baik dengan industri yang
berhubungan dengan tenaga kerja adalah
berskala nasional atau internasional sebagai
Departemen Tenaga Kerja, lembaga tersebut
lokasi kunjungan. Kegiatan ini berguna untuk
berwenang untuk memberikan informasi,
pada siswa untuk mendapatkan pengalaman dan
pelatihan, dan penyaluran tenaga kerja. Sekolah
8 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 2, Oktober 2017
p-ISSN: 1411 - 3414 INVOTEK e-ISSN: 2549 - 9815
[1] Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor Defindo Efendi, lahir di Kota Padang, 25 Agustus
20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan 1997. Moto hidup “Maka, carilah ilmu itu sehingga
Nasional. bermanfaat bagi dirimu dan orang lain”. Sejak tahun
[2] Depdiknas. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor 2015, menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin,
29, Tahun 1990, tentang Pendidikan. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang.
[3] Evans, dan Edwin, Lewis H. 1978. Foundation
of Vocational Education. Columbus. Ohio: Radhia, lahir di Koto Baru Padang Panjang, 23
Charles E. Merril Publishing Company. Februari 1997. Moto hidup “menjadi kebahagiaan di
[4] Slamet. 1990. Pondasi pendidikan kejuruan. setiap belahan jiwa yang mengenal diri saya sendiri”
Lembaran perkuliahan. Yogyakarta : Sejak tahun 2015, menjadi mahasiswa di Jurusan
Pascasarjana IKIP Yogyakarta. Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
[5] Thomson. J.F. 1974. Foundation o f Padang.
Vocational Education. Englewood Cliffs,
NJ : Prentice Hall. Rahmat Rizki, lahir di Pariaman, 2 Desember 1996.
[6] Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor Moto hidup “berusaha menjadi lebih baik dari hari ke
20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan hari”. Sejak tahun 2015, menjadi mahasiswa di
Nasional. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
[7] Thorogood. Ray. 1982. Current Themes in Negeri Padang.
Vocational Education Sosial and Training
Policies. Part I. Industrian and Commercial
Training 9, pp. 328-331.
[8] Malik, Oemar H.2007. Dasar-dasar
pengembangan kurikulum. Bandung:PT.
Remaja Rosadakarya.
[9] Salisbury. 2002. Instructional Teknology, Past,
Present, and Future. Englewood, Colorado:
Libraries Unlimited.
[10] Syaodih, Nana Sukmadinata. 1997.
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
[11] Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan
Perkembangan. Jakarta: Yayasan Idayu.
[12] Tom Cuthall. 1999. (source:
http://www.arches.uga.edu/cuthall/html).
[13] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor13
tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 tentang
ketenaga kerjaan.
[14] Depdiknas. 1990. Peraturan Pemerintah Nomor
29, Tahun 1990, tentang Pendidikan.
[15] Callan,VJ. 2003. Generic Skills Understanding
Vocational Education and Training Teacher
and Student Attitudes. Adelaide: NCVER
[16] Clarke, M. 2007. Understanding and Managing
Employability in Changing Career Contexts.
Journal of European Industrial Training. Vol
32 nomor 4, 258-284
[17] Field, L. 1991. Skilling Australia. Melbourne
:Longman Cheshire.
10 INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 2, Oktober 2017