Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C. Smeltzer, 1996 : 1220)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and
Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)
merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.
Etiologi,
Berdasarkan kasus yang penulis bina yaitu DM type II, dimana penyakit tersebut pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta yang tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
untuk merangsang pengambilan/transport glukosa pada jaringan perifer sehingga menghambat
produksi glukosa oleh jaringan hati. Ketidakmampuan ini terlihat dari kurangnya sekresi insulin
terhadap rangsangan glukosa, yang berarti sel Betha pankreas mengalami desentiasi terhadap
glukosa.
Adapun salah satu etiologi diabetes melitus (DM) dikarenakan oleh faktor nutrisi yang
berlebihan pada seseorang yaitu obesitas. Kasus yang penulis bina merupakan contoh salah satu
penderita DM yang disebabkan oleh kegemukan (obesitas) dimana faktor nutrisi yang berlebihan
dianggap dapat mengurangi jumlah reseptor di target sel, menyebabkan resistensi terhadap
insulin karena perubahan-perubahan pada post reseptor sehingga transport glukosa berkurang
dan menghalangi metabolisme glukosa intraseluler. Obesitas menimbulkan faktor-faktor yang
bertanggungjawab terhadap defek seluler berupa bertambahnya penimbunan lemak, komposisi
diet dan inaktifitas fisik..
Selain itu factor stress neurologis juga dapat dimasukan sebagai factor presipitasi naiknya kadar
gula darah seseorang. Hal ini disebabkan bila seeorang mengalami stress maka akan terjadi
peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior, disertai
dengan peningkatan sekresi kortisol dari korteks adrenal (Guyton, 1997 : 1211)
Kortisol merupakan salah satu hormon yang secara langsung dapat meningkatkan sekresi insulin
atau dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin. Efek perangsangan dari
hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam
jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan sel-sel Betha Pulau Langerhans menjadi
kelelahan dan akibatnya timbul Diabetes (Guyton, 1997 : 1230)
Patofisiologi
Diabetes Melitus Tipe II adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreas relatif tidak mampu
mempertahankan sekresi dan produksi insulin sehingga menyebabkan kekurangan insulin.
Menurut Dona C Ignativius dalam bukunya Medical Surgical menyatakan bahwa “Diabetes
Melitus (DM) diakibatkan oleh 2 faktor utama, yaitu obesitas dan usia lanjut.” Obesitas atau
kegemukan merupakan suatu keadaan dimana intake kalori berlebihan dengan sebagian besar
berbentuk lemak-lemak sehingga terjadi defisiensi hidrat arang. Hal ini menimbulkan
penumpukan lemak pada membran sel sehingga mengganggu transport glukosa dan
menimbulkan kerusakan atau defek selular yang kemudian menghambat metabolisme glukosa
intrasel. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pula pada post reseptor tempat insulin bekerja, jika
gangguan ini terjadi pada sel-sel pankreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan
kemampuan menghasilkan insulin. Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang
mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan
atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin. Penurunan produksi insulin dan menurunnya
sensitifitas insulin menyebabkan terjadinya NIDDM.
Pada Diabetes Melitus (DM) type II atau NIDDM, terdapat kekurang pekaan dari sel beta dalam
mekanisme perangsangan glukosa sedangkan pada pasien yang obesitas dengan NIDDM
terdapat penurunan jumlah reseptor insulin pada membran sel otot dan lemak. Pasien yang
obesitas mensekresi jumlah insulin yang berlebihan tetapi tidak efektif karena penurunan jumlah
reseptor. Jika terdapat defisit insulin, terjadi 4 perubahan metabolik yang menyebabkan
timbulnya hipergikemik,yaitu :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati
dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam
darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan 1200 mg/dl hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi pada sel yang disebabkan oleh ketidakmampuan glukosa berdifusi
melalui membran sel, hal ini akan merangsang osmotik reseptor yang akan meningkatkan
volume ekstrasel sehingga mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang
hypothalamus untuk mengsekresi ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral (Polidipsi).
Penurunan volume cairan intrasel merangsang volume reseptor di hypothalamus menekan
sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang akan mempercepat pengisian vesika urinaria
dan akan merangsang keinginan berkemih (Poliuria). Penurunan transport glukosa kedalam sel
menyebabkan sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan
starvasi sel. Penurunan penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel (glukosa sel) akan
merangsang pusat makan di bagian lateral hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar
(Polipagi).
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi atherosklerosis pada
arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruh tubuh, dan perubahan degeneratif pada
saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi lain seperti thrombosis koroner, stroke,
gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal dan neuropati.
Manifestasi klinis
Pada klien dengan DM sering ditemukan gejala-gejala :
Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
menahun.
a. Diet
b. Pengaturan Aktifitas Fisik
c. Agen Hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang teratur
tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemi (oral/suntikan).
Obat Hiperglikemi oral (Sulfonilurea, Biguanid, inhibitor alfa glukosidase, insulin sensitizing
agent)
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus
meliputi:
1) Data Biografi
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan alamat.
b) Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya
komplikasi aterosklerosis. Dapat juga adanya keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh atau
bahkan membusuk menjadi latar belakang penderita datang ke rumah sakit.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat komplikasi, akan sedikit meningkat pada
klien diabetes yang sudah lansia karena menurunnya otot-otot pernafasan sehingga kemampuan
pengembangan paru juga menurun.
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama pada tibia
posterior, dan dorsalis pedis.
c) Sistem Pencernaan
Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah, konstipasi, diare, perasaan penuh pada perut,
obesitas ataupun penurunan berat badan.
d) Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa pusing, sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot.
e) Sistem Endokrin
Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P yaitu Poliuria, Polidipsi dan Poliphagia.
f) Sistem Genitourinaria
Perlu dikaji juga adanya masalah impotensi pada laki-laki dan masalah orgasme pada wanita
serta infeksi pada vagina.
g) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan kekuatan otot.
h) Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila terdapat luka klien sering mengeluh luka sulit
sembuh dan malah membusuk.
5) Data Psikologis
Meliputi konsep diri, status emosi, pola koping dan gaya komunikasi. Kemungkinan klien
menunjukkan kecemasan bahkan terdapat perasaan depresi terhadap penyakitnya.
6) Data Sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya,
hubungan klien dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain dan bagaimana
penerimaan orang-orang sekitar klien terutama keluarga akan kondisinya saat ini serta dukungan
yang diberikan orang-orang terdekat klien baik dari segi moril ataupun materil.
7) Data Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama klien
menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi
untuk kesembuhannya.
8) Data Penunjang
Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan:
- Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200 mg/dL).
- Gula darah puasa normal (70-115 mg/dL) atau diatas
normal (> 115 mg/dL)
- Gula darah dua jam post prandial (PP) lebih dari 140
mg/dL.
- Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (normal:
5-6%)
- Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis
dan osmolalitas urin mungkin meningkat.
- Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
- normal sampai tinggi yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya.
- Hb Glikolisat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal, yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
- Trombosit darah/Ht : mungkin meningkat/dehidrasi atau
normal, leukositosis hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi
9) Program dan Rencana Pengobatan
Pada umumnya ada lima hal yang utama dalam pengobatan DM antara lain:
a) Menjaga penderita DM tetap sehat dengan menghilangkan gejala dan
keluhan akibat penyakit.
b) Memberi kemampuan bagi penderita DM untuk menjalankan hidup
senormal mungkin.
c) Mengusahakan dan memelihara kontrol metabolik sebaik mungkin
dengan mematuhi program diet, olah raga teratur, obat anti diabetik, pendidikan dan motivasi
penderita DM.
d) Melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari komplikasi akut
maupun kronis.
e) Menyadarkan penderita bahwa cara hidup penderita DM ditentukan oleh
penyakitnya.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah aktual dan potensial, yang dimaksud
masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian, sedangkan
masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus menurut
Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:
1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat
akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
2) Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,
poliuria, berkurangnya intake cairan.
3) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya
pengetahuan.
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
5) Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energi.
6) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan
dan hipoglikemia.
7) Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan
diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang baru,
keterbatasan kognitif.
8) Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem
pendukung yang kurang adekuat.
2. Perencanaan
Perencanaan atau rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.
Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien secara optimal agar dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses
pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana asuhan keperawatan sebagai berikut:
2) Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,
poliuria, berkurangnya intake cairan.
Tujuan:
Hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80
x/menit, Suhu 36,5-37.50C
- Nadi perifer dapat diraba.
- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
- Intake dan output seimbang.
- Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana:
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia dapat dimanifestasikan
adanya perubahan tekanan darah ortostatik. oleh hipotensi dan takikardia.
Kaji pola nafas seperti adanya
pernafasan kussmaul atau berbau keton. Paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau aseton berhubungan
Pantau frekuensi dan kualitas dengan pemecahan asam aseto asetat dan
pernafasan, penggunaan otot bantu nafas harus berkurang bila ketosis telah terkoreksi.
dan periode apneu serta muncul sianosis. Peningkatan kerja pernafasan,
pernafasan cepat dan dangkal serta
munculnya sianosis mungkin indikasi dari
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, kelelahan pernafasan atau mungkin klien
torgor kulit dan membran mukosa. kehilangan kemampuannya untuk
Pantau intake dan output mengkompensasi asidosis.
Merupakan indicator dari tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang
Pertahankan untuk memberikan adekuat.
cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung jika Memberikan perkiraan kebutuhan akan
pemasukan cairan sudah dapat diberikan. cairan pengganti, fungsi ginjal dan
Tingkatkan lingkungan yang dapat keefektifan dari therapi yang diberikan.
memberikan rasa nyaman. Selimuti klien Mempertahankan hidrasi atau volume
dengan selimut tipis. sirkulasi dengan adekuat.
Kaji adanya perubahan mental atau
sensori.
Tujuan:
Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
- Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien dan Pengertian dapat memotivasi untuk
keluarga tentang faktor penyebab. menghindari faktor penyebab.
Kaji psikososial pasien yang
berhubungan dengan makan berlebih Psikologis dapat mempengaruhi
Jelaskan hubungan obesitas dengan perilaku makan yang berlebih.
diabetes.
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk Obesitas dapat menyebabkan DM tipe
program diet. II
Motivasi klien untuk mengkonsumsi
cukup makanan yang mengandung Untuk menetapkan dan menghitung
kompleks karbohidrat yang tinggi. diet sesuai dengan kebutuhan klien.
Bantu memilih menu harian Dapat membantu dalam penurunan
berdasarkan rencana rendah kalori dan berat badan.
rendah lemak.
Timbang berat badan setiap hari.
Diskusikan kebutuhan diet dan
tingkatkan latihan sesuai program diet. Menghindari kebosanan akan menu
pada diet yang telah ditentukan.
Libatkan keluarga dalam perencanaan
makan sesuai program diet dan indikasi. Menunjukkan intake nutrisi yang
Kolaborasi pemeriksaan gula darah, adekuat.
pH, HCO3
Latihan memudahkan ambilan glukosa
sehingga menurunkan kadar gula darah,
memudahkan penurunan berat badan, dan
menurunkan resiko aterosklerosis.
Memberikan rasa keterlibatan,
memberikan informasi kepada keluarga
tentang kebutuhan nutrisi klien.
Gula darah akan menurun secara
perlahan-lahan pada insulin yang terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal
menyebabkan glukosa masuk kedalam sel
yang digunakan untuk energi.
Rencana:
Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
perubahan warna, turgor, vascular. menimbulkan dekubitus/infeksi.
Jaga kulit tetap bersih dan
kering. Kulit kotor dan basah merupakan media yang
baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.
Berikan perawatan kulit Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan
dengan salep atau krim. kulit sehingga mencegah terjadinya robekan kulit
Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko
Pertahankan linen kering. kerusakan kulit.
Membersihkan luka sehingga mempercepat
Lakukan perawatan luka tumbuhnya jaringan baru.
dengan larutan NaCl dan
debridement sesuai order. Membunuh mikroorganisme dan mempercepat
Berikan obat-obatan luka. penyembuhan luka.
Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
Awasi dengan ketat terhadap menentukan intervensi yang tepat.
tanda dan gejala infeksi. Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
Berikan tindakan untuk
memaksimalkan sirkulasi darah. Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium seperti albumin
6) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan
dan hipoglikemia.
Tujuan:
Injuri tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan peningkatan energi
- Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental
- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.
- Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.
- Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang diungkapkan secara
verbal.
Rencana:
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital dan Sebagai dasar untuk membandingkan temua
status mental. abnormal.
Minimalkan faktor lingkungan Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
yang berbahaya. berbahaya.
Libatkan keluarga dalam Membantu mengurangi resiko injuri pada
mencegah terjadinya injuri pada klien.
klien.
Pelihara aktivitas rutin klien Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dan motivasi berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
klien untuk melakukan kegiatan orientasi pada lingkungannya.
sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya. Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
Kaji adanya keluhan tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
parastesia, nyeri atau kehilangan sentuhan mempunyai resiko tinggi terhadap
sensori pada paha/kaki, adanya kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
ulkus, daerah kemerahan, tempat-
tempat tertekan dan denyut nadi Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
perifer. menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
Jelaskan hal-hal yang dapat cedera.
menyebabkan cedera pada klien
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang salah Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
Bantu klien dalam ambulasi keseimbangan.
atau perubahan posisi serta dalam
melakukan aktivitas.
Kriteria evaluasi:
- Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah
- Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar
- Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah
Rencana:
Intervensi Rasional
Ajarkan klien tentang diabetes Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan perawatan keadaannya, semakin mungkin mereka mematuhi
sesuai dengan panduan penyuluhan pengobatan dan perawatannya.
klien.
Rujuk klien pada perawatan Karena diabetes mellitus adalah gangguan
diri diabetes bila diberikan fasilitas, kronis sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting
agensi, organisasi komunitas. dalam membantu seseorang untuk beradaptasi pada
perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana
terapeutik untuk pemeliharaan diri.
Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi
Rujuk klien pada ahli diet yang dapat membantu klien dalam merencanakan
untuk instruksi pada perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
makan terutama diet yang program.
dianjurkan. Untuk mempertahankan integritas kulit
Ajarkan klien cara perawatan
kaki yang tepat. Memudahkan ambilan seluler dari glukosa
Bantu dalam perencanaan sehingga menurunkan kadar glukosa darah,
program latihan reguler yang dapat menurunkan berat badan dn menurunkan resiko
dengan mudah dikerjakan dalam arterosklerosis.
rutinitas harian. Jelaskan keuntungan
dari latihan.