Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C. Smeltzer, 1996 : 1220)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price and
Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)
merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.
Etiologi,
Berdasarkan kasus yang penulis bina yaitu DM type II, dimana penyakit tersebut pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta yang tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
untuk merangsang pengambilan/transport glukosa pada jaringan perifer sehingga menghambat
produksi glukosa oleh jaringan hati. Ketidakmampuan ini terlihat dari kurangnya sekresi insulin
terhadap rangsangan glukosa, yang berarti sel Betha pankreas mengalami desentiasi terhadap
glukosa.

Adapun salah satu etiologi diabetes melitus (DM) dikarenakan oleh faktor nutrisi yang
berlebihan pada seseorang yaitu obesitas. Kasus yang penulis bina merupakan contoh salah satu
penderita DM yang disebabkan oleh kegemukan (obesitas) dimana faktor nutrisi yang berlebihan
dianggap dapat mengurangi jumlah reseptor di target sel, menyebabkan resistensi terhadap
insulin karena perubahan-perubahan pada post reseptor sehingga transport glukosa berkurang
dan menghalangi metabolisme glukosa intraseluler. Obesitas menimbulkan faktor-faktor yang
bertanggungjawab terhadap defek seluler berupa bertambahnya penimbunan lemak, komposisi
diet dan inaktifitas fisik..

Selain itu factor stress neurologis juga dapat dimasukan sebagai factor presipitasi naiknya kadar
gula darah seseorang. Hal ini disebabkan bila seeorang mengalami stress maka akan terjadi
peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior, disertai
dengan peningkatan sekresi kortisol dari korteks adrenal (Guyton, 1997 : 1211)
Kortisol merupakan salah satu hormon yang secara langsung dapat meningkatkan sekresi insulin
atau dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin. Efek perangsangan dari
hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam
jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan sel-sel Betha Pulau Langerhans menjadi
kelelahan dan akibatnya timbul Diabetes (Guyton, 1997 : 1230)

Patofisiologi
Diabetes Melitus Tipe II adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreas relatif tidak mampu
mempertahankan sekresi dan produksi insulin sehingga menyebabkan kekurangan insulin.
Menurut Dona C Ignativius dalam bukunya Medical Surgical menyatakan bahwa “Diabetes
Melitus (DM) diakibatkan oleh 2 faktor utama, yaitu obesitas dan usia lanjut.” Obesitas atau
kegemukan merupakan suatu keadaan dimana intake kalori berlebihan dengan sebagian besar
berbentuk lemak-lemak sehingga terjadi defisiensi hidrat arang. Hal ini menimbulkan
penumpukan lemak pada membran sel sehingga mengganggu transport glukosa dan
menimbulkan kerusakan atau defek selular yang kemudian menghambat metabolisme glukosa
intrasel. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pula pada post reseptor tempat insulin bekerja, jika
gangguan ini terjadi pada sel-sel pankreas maka akan terjadi hambatan atau penurunan
kemampuan menghasilkan insulin. Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang
mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan
atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin. Penurunan produksi insulin dan menurunnya
sensitifitas insulin menyebabkan terjadinya NIDDM.

Pada Diabetes Melitus (DM) type II atau NIDDM, terdapat kekurang pekaan dari sel beta dalam
mekanisme perangsangan glukosa sedangkan pada pasien yang obesitas dengan NIDDM
terdapat penurunan jumlah reseptor insulin pada membran sel otot dan lemak. Pasien yang
obesitas mensekresi jumlah insulin yang berlebihan tetapi tidak efektif karena penurunan jumlah
reseptor. Jika terdapat defisit insulin, terjadi 4 perubahan metabolik yang menyebabkan
timbulnya hipergikemik,yaitu :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati
dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam
darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan 1200 mg/dl hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi pada sel yang disebabkan oleh ketidakmampuan glukosa berdifusi
melalui membran sel, hal ini akan merangsang osmotik reseptor yang akan meningkatkan
volume ekstrasel sehingga mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang
hypothalamus untuk mengsekresi ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral (Polidipsi).
Penurunan volume cairan intrasel merangsang volume reseptor di hypothalamus menekan
sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang akan mempercepat pengisian vesika urinaria
dan akan merangsang keinginan berkemih (Poliuria). Penurunan transport glukosa kedalam sel
menyebabkan sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan
starvasi sel. Penurunan penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel (glukosa sel) akan
merangsang pusat makan di bagian lateral hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar
(Polipagi).
Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak terkontrol, bisa terjadi atherosklerosis pada
arteri yang besar, penebalan membran kapiler di seluruh tubuh, dan perubahan degeneratif pada
saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi lain seperti thrombosis koroner, stroke,
gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal dan neuropati.

Manifestasi klinis
Pada klien dengan DM sering ditemukan gejala-gejala :

a. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh


b. Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c. Kesemutan dan baal-baal
d. Lemah tubuh atau cepat lelah
e. Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/ NIDDM mungkin sama
sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan
darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang
sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM

Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
menahun.

a. Komplikasi Metabolik Akut


1) Ketoasidosis Diabetik
2) Hipoglikemi
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
1) Mikroangiopaty
2) Makroangiopaty
Pentalaksanaan
Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka
panjang adalah mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar
glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu :

a. Diet
b. Pengaturan Aktifitas Fisik
c. Agen Hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang teratur
tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemi (oral/suntikan).

Obat Hiperglikemi oral (Sulfonilurea, Biguanid, inhibitor alfa glukosidase, insulin sensitizing
agent)
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus
meliputi:
1) Data Biografi
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan alamat.
b) Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.

2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya
komplikasi aterosklerosis. Dapat juga adanya keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh atau
bahkan membusuk menjadi latar belakang penderita datang ke rumah sakit.

(2) Keluhan Utama Saat Pengkajian


Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian yang dikembangkan dengan metode
PQRST.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu


Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat penyakit pankreatitis
kronis, dan riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,
penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi oral). Perlu juga
dikaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga


(1) Riwayat Penyakit Menular
Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau infeksi seperti TBC
Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang mempunyai penyakit menular seperti
TBC Paru, Hepatitis, dll.

(2) Riwayat Penyakit Keturunan


Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien yaitu DM
karena DM merupakan salah satu penyakit yang diturunkan, juga perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, atau penyakit
endokrin lainnya.

3) Pola Aktivitas Sehari-hari


Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah, dan pola aktivitas klien kini di rumah sakit,
meliputi pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB/BAK), istirahat tidur, personal
hygiene, dan aktivitas gerak.

4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat komplikasi, akan sedikit meningkat pada
klien diabetes yang sudah lansia karena menurunnya otot-otot pernafasan sehingga kemampuan
pengembangan paru juga menurun.
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama pada tibia
posterior, dan dorsalis pedis.
c) Sistem Pencernaan
Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah, konstipasi, diare, perasaan penuh pada perut,
obesitas ataupun penurunan berat badan.
d) Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa pusing, sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot.
e) Sistem Endokrin
Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P yaitu Poliuria, Polidipsi dan Poliphagia.
f) Sistem Genitourinaria
Perlu dikaji juga adanya masalah impotensi pada laki-laki dan masalah orgasme pada wanita
serta infeksi pada vagina.
g) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan kekuatan otot.
h) Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila terdapat luka klien sering mengeluh luka sulit
sembuh dan malah membusuk.
5) Data Psikologis
Meliputi konsep diri, status emosi, pola koping dan gaya komunikasi. Kemungkinan klien
menunjukkan kecemasan bahkan terdapat perasaan depresi terhadap penyakitnya.
6) Data Sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya,
hubungan klien dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain dan bagaimana
penerimaan orang-orang sekitar klien terutama keluarga akan kondisinya saat ini serta dukungan
yang diberikan orang-orang terdekat klien baik dari segi moril ataupun materil.
7) Data Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama klien
menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi
untuk kesembuhannya.
8) Data Penunjang
Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan:
- Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200 mg/dL).
- Gula darah puasa normal (70-115 mg/dL) atau diatas
normal (> 115 mg/dL)
- Gula darah dua jam post prandial (PP) lebih dari 140
mg/dL.
- Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (normal:
5-6%)
- Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis
dan osmolalitas urin mungkin meningkat.
- Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
- normal sampai tinggi yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya.
- Hb Glikolisat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal, yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
- Trombosit darah/Ht : mungkin meningkat/dehidrasi atau
normal, leukositosis hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi
9) Program dan Rencana Pengobatan
Pada umumnya ada lima hal yang utama dalam pengobatan DM antara lain:
a) Menjaga penderita DM tetap sehat dengan menghilangkan gejala dan
keluhan akibat penyakit.
b) Memberi kemampuan bagi penderita DM untuk menjalankan hidup
senormal mungkin.
c) Mengusahakan dan memelihara kontrol metabolik sebaik mungkin
dengan mematuhi program diet, olah raga teratur, obat anti diabetik, pendidikan dan motivasi
penderita DM.
d) Melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari komplikasi akut
maupun kronis.
e) Menyadarkan penderita bahwa cara hidup penderita DM ditentukan oleh
penyakitnya.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah aktual dan potensial, yang dimaksud
masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian, sedangkan
masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus menurut
Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:
1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat
akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
2) Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,
poliuria, berkurangnya intake cairan.
3) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya
pengetahuan.
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
5) Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energi.
6) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan
dan hipoglikemia.
7) Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan
diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang baru,
keterbatasan kognitif.
8) Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik, sistem
pendukung yang kurang adekuat.

2. Perencanaan
Perencanaan atau rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien secara optimal agar dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses
pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana asuhan keperawatan sebagai berikut:

1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat


akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.
Kriteria evaluasi:
- Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien
habis.
- Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.
- Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi
badan.
- Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi
fluktuasi.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Timbang berat badan setiap hari  Mengkaji pemasukan makanan yang
atau sesuai indikasi. adekuat.
 Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen, kembung,  Hiperglikemia dan gangguan
mual, dan muntah. keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas atau fungsi lambung yang
 Identifikasi makanan yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
disukai atau dikehendaki.  Jika makanan yang disukai dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan,
 Libatkan keluarga klien pada kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
perencanaan makan sesuai dengan  Meningkatkan rasa keterlibatan dan
indikasi memberikan informasi kepada keluarga untuk
 Observasi tanda-tanda memahami kebutuhan nutrisi klien
hipoglikemia seperti perubahan tingkat  Karena metabolisme karbohidrat mulai
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut terjadi (gula darah akan berkurang) dan
nadi cepat, lapar, peka rangsang, sementara insulin tetap diberikan maka
cemas, sakit kepala, pusing dan hipoglikemia dapat terjadi.
sempoyongan.
 Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti glukosa dara, aseton, pH, dan
HCO3
 Gula darah akan menurun perlahan dengan
 Berikan pengobatan insulin penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol
secara teratur. sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini
terjdi kadar aseton dapat menurun dan asidosis
 Lakukan konsultasi dengan ahli dapat dikoreksi.
diet.  Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
 Bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.

2) Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,
poliuria, berkurangnya intake cairan.
Tujuan:
Hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80
x/menit, Suhu 36,5-37.50C
- Nadi perifer dapat diraba.
- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
- Intake dan output seimbang.
- Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana:
Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital, catat  Hipovolemia dapat dimanifestasikan
adanya perubahan tekanan darah ortostatik. oleh hipotensi dan takikardia.
 Kaji pola nafas seperti adanya
pernafasan kussmaul atau berbau keton.  Paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau aseton berhubungan
 Pantau frekuensi dan kualitas dengan pemecahan asam aseto asetat dan
pernafasan, penggunaan otot bantu nafas harus berkurang bila ketosis telah terkoreksi.
dan periode apneu serta muncul sianosis.  Peningkatan kerja pernafasan,
pernafasan cepat dan dangkal serta
munculnya sianosis mungkin indikasi dari
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, kelelahan pernafasan atau mungkin klien
torgor kulit dan membran mukosa. kehilangan kemampuannya untuk
 Pantau intake dan output mengkompensasi asidosis.
 Merupakan indicator dari tingkat
dehidrasi atau volume sirkulasi yang
 Pertahankan untuk memberikan adekuat.
cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung jika  Memberikan perkiraan kebutuhan akan
pemasukan cairan sudah dapat diberikan. cairan pengganti, fungsi ginjal dan
 Tingkatkan lingkungan yang dapat keefektifan dari therapi yang diberikan.
memberikan rasa nyaman. Selimuti klien  Mempertahankan hidrasi atau volume
dengan selimut tipis. sirkulasi dengan adekuat.
 Kaji adanya perubahan mental atau
sensori.

 Menghindari pemanasan yang


 Berikan terapi cairan sesuai dengan berlebihan terhadap klien yang lebih lanjut
indikasi. dapat menimbulkan kehilangan cairan

 Pasang dan pertahankan kateter urin.  Perubahan mental dapat berhubungan


 Pantau pemeriksaan laboratorium dengan hipoglikemi atau hiperglikemi,
seperti Ht, BUN/kreatinin, osmolalitas elektrolit yang abnormal, asidosis,
darah, natrium dan kalium. penurunan perfusi serebral, dan
berkembangnya hipoksia.
 Tipe dan jumlah cairan tergantung dari
derajat kekurangan cairan dan respon klien
secara individual.
 Memberikan pengukuran yang tepat
dan akurat terhadap urin output.
 Mengkaji tingkat hidrasi.

3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,


ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan
kurangnya pengetahuan.

Tujuan:
Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
- Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:
Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan pasien dan  Pengertian dapat memotivasi untuk
keluarga tentang faktor penyebab. menghindari faktor penyebab.
 Kaji psikososial pasien yang
berhubungan dengan makan berlebih  Psikologis dapat mempengaruhi
 Jelaskan hubungan obesitas dengan perilaku makan yang berlebih.
diabetes.
 Konsultasikan dengan ahli gizi untuk  Obesitas dapat menyebabkan DM tipe
program diet. II
 Motivasi klien untuk mengkonsumsi
cukup makanan yang mengandung  Untuk menetapkan dan menghitung
kompleks karbohidrat yang tinggi. diet sesuai dengan kebutuhan klien.
 Bantu memilih menu harian  Dapat membantu dalam penurunan
berdasarkan rencana rendah kalori dan berat badan.
rendah lemak.
 Timbang berat badan setiap hari.
 Diskusikan kebutuhan diet dan
tingkatkan latihan sesuai program diet.  Menghindari kebosanan akan menu
pada diet yang telah ditentukan.
 Libatkan keluarga dalam perencanaan
makan sesuai program diet dan indikasi.  Menunjukkan intake nutrisi yang
 Kolaborasi pemeriksaan gula darah, adekuat.
pH, HCO3
 Latihan memudahkan ambilan glukosa
sehingga menurunkan kadar gula darah,
memudahkan penurunan berat badan, dan
menurunkan resiko aterosklerosis.
 Memberikan rasa keterlibatan,
memberikan informasi kepada keluarga
tentang kebutuhan nutrisi klien.
 Gula darah akan menurun secara
perlahan-lahan pada insulin yang terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal
menyebabkan glukosa masuk kedalam sel
yang digunakan untuk energi.

4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan


sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan
kulit.
Tujuan:
Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria evaluasi:
- Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
 Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda-tanda
penyembuhan.
 Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.
- Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-
hal berikut:
 Tidak mengalami kerusakan kulit
 Tidak terdapat daerah kemerahan
 Mempertahankan sirkulasi adekuat.

Rencana:
Intervensi Rasional
 Inspeksi kulit terhadap  Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
perubahan warna, turgor, vascular. menimbulkan dekubitus/infeksi.
 Jaga kulit tetap bersih dan
kering.  Kulit kotor dan basah merupakan media yang
baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.
 Berikan perawatan kulit  Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan
dengan salep atau krim. kulit sehingga mencegah terjadinya robekan kulit
 Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko
 Pertahankan linen kering. kerusakan kulit.
 Membersihkan luka sehingga mempercepat
 Lakukan perawatan luka tumbuhnya jaringan baru.
dengan larutan NaCl dan
debridement sesuai order.  Membunuh mikroorganisme dan mempercepat
 Berikan obat-obatan luka. penyembuhan luka.
 Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
 Awasi dengan ketat terhadap menentukan intervensi yang tepat.
tanda dan gejala infeksi.  Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
 Berikan tindakan untuk
memaksimalkan sirkulasi darah.  Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
 Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium seperti albumin

5) Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat


penurunan produksi energi.
Tujuan:
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi
Kriteria evaluasi:
- Kelemahan klien berkurang
- Mengungkapkan peningkatan energi.
- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan klien  Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
kebutuhan akan aktivitas, buat meningkatkan tingkat aktifitas meskipun mungkin
jadwal perencanaan dengan klien klien sangat lemah.
dan identifikasi aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktifitas alternatif  Mencegah kelelahan yang berlebihan.
dengan periode istirahat yang cukup.
 Pantau tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah beraktifitas.  Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
 Tingkatkan partisipasi klien ditolerir secara fisiologis.
dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai dengan yang dapat  Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri
ditoleransi. yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat
 Libatkan keluarga dalam ditolelir klien
pelaksanaan aktivitas klien.
 Meningkatkan peran aktif keluarga dalam
perawatan klien.

6) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan
dan hipoglikemia.
Tujuan:
Injuri tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan peningkatan energi
- Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental
- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.
- Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.
- Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang diungkapkan secara
verbal.

Rencana:
Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital dan  Sebagai dasar untuk membandingkan temua
status mental. abnormal.
 Minimalkan faktor lingkungan  Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
yang berbahaya. berbahaya.
 Libatkan keluarga dalam  Membantu mengurangi resiko injuri pada
mencegah terjadinya injuri pada klien.
klien.
 Pelihara aktivitas rutin klien  Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dan motivasi berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
klien untuk melakukan kegiatan orientasi pada lingkungannya.
sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya.  Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
 Kaji adanya keluhan tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
parastesia, nyeri atau kehilangan sentuhan mempunyai resiko tinggi terhadap
sensori pada paha/kaki, adanya kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
ulkus, daerah kemerahan, tempat-
tempat tertekan dan denyut nadi  Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
perifer. menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
 Jelaskan hal-hal yang dapat cedera.
menyebabkan cedera pada klien
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang salah  Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
 Bantu klien dalam ambulasi keseimbangan.
atau perubahan posisi serta dalam
melakukan aktivitas.

7) Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan


diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang
baru, keterbatasan kognitif.
Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah
Kriteria evaluasi:
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
- Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan faktor
penyebab.
- Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan
- Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Ciptakan lingkungan saling  Menanggapi dan memperhatikan perlu
percaya dengan mendengarkan diciptakan sebelum pasien bersedia ambil bagian
penuh perhatian dan selalu ada untuk dalam proses belajar.
pasien
 Bekerja dengan pasien dalam  Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
menata tujuan belajar yang antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip
diharapkan. yang dipelajari.
 Penggunaan cara yang berbeda tentang
 Pilih berbagai strategi belajar mengakses informasi meningkatkan penerapan pada
individu yang belajar.
 Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
 Diskusikan topik utama dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.

8) Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan
terapeutik, sistem pendukung yang kurang adekuat.
Tujuan:
Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif

Kriteria evaluasi:
- Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah
- Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar
- Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah
Rencana:
Intervensi Rasional
 Ajarkan klien tentang diabetes  Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan perawatan keadaannya, semakin mungkin mereka mematuhi
sesuai dengan panduan penyuluhan pengobatan dan perawatannya.
klien.
 Rujuk klien pada perawatan  Karena diabetes mellitus adalah gangguan
diri diabetes bila diberikan fasilitas, kronis sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting
agensi, organisasi komunitas. dalam membantu seseorang untuk beradaptasi pada
perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana
terapeutik untuk pemeliharaan diri.
 Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi
 Rujuk klien pada ahli diet yang dapat membantu klien dalam merencanakan
untuk instruksi pada perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
makan terutama diet yang program.
dianjurkan.  Untuk mempertahankan integritas kulit
 Ajarkan klien cara perawatan
kaki yang tepat.  Memudahkan ambilan seluler dari glukosa
 Bantu dalam perencanaan sehingga menurunkan kadar glukosa darah,
program latihan reguler yang dapat menurunkan berat badan dn menurunkan resiko
dengan mudah dikerjakan dalam arterosklerosis.
rutinitas harian. Jelaskan keuntungan
dari latihan.

Anda mungkin juga menyukai