Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki megadiversity jenis
hayati dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Indonesia memiliki
10% jenis seluruh tumbuhan di dunia, dan 12 % jenis seluruh binantang menyusui
yang ada di seluruh dunia, dan 16 % jenis reptil dan amphibi di dunia, serta 17 %
jenis burung yang ada di dunia, dan 15% jenis ikan dan 25% jenis serangga
walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32% dari seluruh luas daratan yang ada
di dunia ( Supriatmaa, 2008).
Berdasarkan data Biodversity Action Plant for Indonesia, 16% dari jenis
reptil dan amphibi di dunia terdapat disini dengan jumlah lebih dari 1100 jenis.
Namun pada kegiatan penelitian yang baru menunjukan bahwa jumlah tersebut
masih jauh dari keadaan yang sebenarnya. Yang patut dipertimbangkan adalah
penelitian amphibi dan reptil di Indonesia masih lambat dibandingkan dengan
negara tetangga. Sebagai gambaran jumlah jenis di Indonesia dengan jumlah jenis
diseluruh Asia Tenggara dalam kurun waktu 70 tahun telah merosot dari 60%
menjadi 50%. Hal ini terjadi karena jumlah taksa baru kebanyakan ditemukan di
luar Indonesia. Dalam 70 tahun terakhir ini, 762 jenis ipertelakan di luar Indonesia
dan hanya 262 jenis yang dipertelakan di Indonesia (Iskandar and Erdelen, 2006).
Menurut Weber (1995) Indonesia merupakan kawasan yang dihuni oleh
berbagai jenis reptil dan beberapa reptil endemik. Tetapi tidak sedikit hewan-
hewan reptil yang ada di Indonesia yang mulai langka. Dari data IUCN, umumnya
reptil Indonesia berstatus Critically Endangered, 9 spesies Endangered, 17 spesies
Vulnerable, 5 spesies Near Threatened, 75 spesies Data Deficient, dan 21 spesies
Least Concern.
Reptil terdiri dari berbagai spesies yang memiliki karakter dan keunikan
tersendiri. Hewan reptil ada yang memiliki tubuh panjang tanpa kaki (kaki
tereduksi), hidup di air, predator, bahkan terdapat beberapa spesies reptil yang
mampu merubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya (Kimball, 1983).
Berdasarkan fakta tersebut dan seiring dengan adanya jenis reptil yang
mulai punah, jumlah species jenis baru juga banyak ditemukan. Berdasarkan hal
tersebut tentunya diperlukan sebuah studi yang mempelajari tentang
karakrakteristik suatu species. Mulai dari mengenali karakteristik berdasarkan
ordo, famili, sampai genus. Pengamatan ini dapat dilakukan melalui melalui
pengamatan morfometrik dan meristematik.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum reptil ini adalah untuk mengamati dan membandingkan
karakteristik dari masing-masing reptil dengan pengukuran dan perhitungan
terhadap struktur reptil tersebut serta membuat klasifikasi dan kunci
determinasinya.
II. TI NJAUAN PUSTAKA

Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh
permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat
mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota
Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia.
Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali
kelenjar kulit (Zug, 1993).
Reptil termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan
tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama
sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak
mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan
setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna
dan bernafas dengan paru-paru (Rodrigues, 2003).
Reptil merupakan hewan buas. Banyak yang merupakan pemangsa
serangga (insektor). Giginya runcing, sering muncul kelenjar racun. Alat gerak
reptile berupa kaki. Pada ular, kaki sudah hilang. Alat tubuh yang tidak tumbuh
atau menjadi mengecil disebut rudimeter. Ada juga kaki yang berupa sirip untuk
berenang (Djuhanda, 1982).
Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau
Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira,
cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan
serpentes (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan
crocodilidae (Pope, 1956).
Odro testudinata memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi
oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Tempurung kura-kura
terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang
bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat
tulang vertebra atau neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang
nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron,
tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang
xiphiplastron. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang
termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-
kura air tawar ( Fresh water Turtle atau Terrapine), kura-kura darat (Tortoise)
(Pough, 1998).
Ordo Chelonia memiliki ciri-ciri tubuh bulat pipih dan umumnya relatif
besar, terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebut carapace,
sedang perisai di sebelah ventral datar disebut plastron. Kedua bagian perisai ini
digabungkan pada bagian lateral bawah, ditutup atau dibungkus oleh kulit dengan
lapisan tanduk yang tebal. Hewan ini tidak memiliki gigi, tapi rahang berkulit
tanduk sebagai gantinya. Tulang kuadrat pada Cranium mempunyai hubungan
bebas dengan rahang bawah, sehingga rahang bawah mudah digerakkan. Tulang
rahang belakang thorax dan tulang rusuk biasanya menjadi satu dengan perisai,
ovipar, telur diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extrimitas sebagai alat
gerak, baik di darat ataupun air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan
didalam air (Iskandar, 2000).
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia/
Sauria, Subordo Serpentes/ Ophidia dan Subordo Amphisbaenia Adapun ciri-ciri
umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang
terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang
disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan
kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya
terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya
terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai
dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar
ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau
tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas
kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies
Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar
dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di
seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa
pulau di Oceania (Rodrigues, 2003).
Ordo Rhynchocephalia diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era
Triasik Akhir yaitu antara 210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia
memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia
dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora
dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo
Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya
ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia
lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun (Rodrigues, 2003)..
Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu
Sphenodontidae dan hanya satu genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua
spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya
merupakan hewan endemik Selandia Baru (Zug, 1993).
Ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di
antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung
sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami
penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada
bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala
berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe
gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.
Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah.
Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan
suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.
Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5
tanpa selaput (Iskandar, 2000).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tentang morfologi, identifikasi dan membuat kunci determinasi reptil
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Maret 2015 pukul 08.00 sampai 13.00 di
Laboratorium TaksonomiHewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah busa hitam A4, data sheet,
penggaris, dan alat tulis. Bahan reptil nonserpentes yang digunakan adalah
Bronchocela cristalleta, Draco melanopogon, Draco valans, Gonocephalus
grandis, Gecko monerchus, Hemidactylus frenatus, Hemidactylus platyurus,
Eutrophis multifasciata, Eutrophis rudis, Cuora amboinensis, Dogania subplana,
Heosemys spinosa dan Trachemys Scripta dan bahan reptil serpentes yang
digunakan adalah Boiga cynodon, Dendrelaphis pictus, Naja sumatrana, Pelamis
platurus, Phyton curtus, dan Tropidolaemus wagleri

3.3 Cara Kerja


Objek diletakkan pada busa hitam dengan posisi menghadap ke kiri. Objek
diamati dan diukur serta dihitung katakteristik seperti: panjang kepala (HL), lebar
kepala (HW), kedalaman kepala (HD), panjang tangan (FFL), panjang lengan atas
(UFL), panjang lengan bawah (UHL), panjang kaki bawah (LHL), panjang
badang, panjang ekor, panjang kepala dampai leher (HN), panjang leher (NL),
panjang total (TL), warna tubuh, ada tidaknya gigi, ada tidaknya sisik pada kaki
dak ada tidaknya karapaks plastron serta ada atau tidaknya hemipenis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1Deskripsi
4.1.1. Non serpentes
4.1.1.1 Agamidae
4.1.1.1.1 Bronchocela cristalleta
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Bronchocela
Gambar 1. Bronchocela cristalleta
Spesies : Bronchocela cristalleta
Status IUCN : Data Decifient
Sumber : Lim, 1992
Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut, dimana
total length (TL) 431 mm, snout-to-vent length (SVL) 100 mm, tail length (TAIL)
331 mm, tympanium diameter (TD) 3 mm, eye diameter (ED) 5 mm, head width
(HW) 10 mm, head length (HL) 20 mm, snout length (SL) 20 mm, fore foot
length (FFL) 70 mm, limb front-foot length (LFL) 20 mm, upper front-foot length
(UFL) 20 mm, hind foot length (HFL) 50 mm, limb hint-foot length (LHL) 30
mm, upper hind-foot length (UHL) 40 mm, body length (BL) 60 mm, total supra
labial scales (TSLS) 4, total infra labial scales (TILS) 5. Hewan ini memiliki
tubuh bewarna hijau, memiliki panjang ekor yang dapat mencapai duakali panjang
badan serta terdapat corak garis-garis pada bagian ekornya.
Berdasarkan data diatas sama dengan pendapat Weber (1995) yang
menyatakan bahwa Bronsocela cristatela merupakan sejenis bunglon yang
memiliki ukuran sedang, dengan panjang total species ini dapat mencapai 550 mm
dengan empatperlima panjang tersebut merupakan panjang ekornya. Pada bagian
tengkuk terdapat gerigi yang terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang dan
meruncing namun lunak seperti kulit. Selain pada tengkuk, gerigi ini juga terdapat
pada bagian punggung.
4.1.1.1.2 Draco melanopogon
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Draco
Gambar 2. Draco melanopogon
Spesies : Draco melanopogon
Status IUCN : Least concern
Sumber : Van Dijk, Nabithabata & Thirakhupt, 1998
Dari hasil pengkuran, didapatkan hasil sebagai berikut Draco melanopogon
memiliki total length (TL) 170 mm, snout-to-vent length (SVL) 63 mm, tail
length (TAIL) 100, tympanium diameter (TD) 3 mm, eye diameter (ED) 3 mm,
head width (HW) 9 mm, head length (HL) 11 mm, snout length (SL) 10 mm, fore
foot length (FFL) 9 mm, limb front-foot length (LFL) 8 mm, upper front-foot
length (UFL) 7 mm, hind foot length (HFL) 13 mm, limb hint-foot length (LHL) 8
mm, upper hind-foot length (UHL) 10 mm, body length (BL) 32 mm, wing span
(WS) 34 mm, total supra labial scales (TSLS) 13, total infra labial scales (TILS)
12, total vertebral shell turtle (TVST) dan total pleural shell turtle (TPST) tidak
terlihat, total marginal shell turtle (TMST). Draco melanopogon memiliki tubuh
berwarnacokelat terang, dengan permukaan dorsal terdapat bintik-bintik hitam,
dan mempunyai sayap.
Berdasarkan data diatas terdapat perbedaan warna tubuh dan warna pada
sayap dengan literatur. Menurut Lim (1992) Draco melanopogon permukaan
dorsal berbintik hitam, umumnya bewarna kehijauan. Draco melanopogon
memiliki panjang total 240 mm dan snout to vent (SVL) 90 mm. Hal ini sesuai
dengan hasil pengukuran dalam praktikum. Pada jantan terdapat bendera gular
hitam panjang sedangkan pada betina memiliki bendera gular yang kecil bewarna
kemerahan abu-abu menjadi abu-abu. Hewan ini memiliki patagium bewarna
hitam kecokelatan yang ditutupi dengan bintik-bintik bewarna kuning. Species ini
memiliki tubuh yang panjang dan ramping dan panjang ekor merupakan 60% dari
panjang total.
4.1.1.1.3 Draco volans
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Draco
Gambar 3. Draco valans
Spesies : Draco valans
Status IUCN : Least concern
Dari pengamatan praktikum dapat diamatai bahwa total length (TL) 170 mm,
Snout-to-Vent Length (SVL) 70 mm, Tail Length (TAIL) 100 mm, tympanum
diameter (TD) 1 mm, eye diameter (ED) 3 mm, head width (HW) 10 mm, head
length (HL) 20 mm, snout length (SL) 10 mm, fore foot length (FFL) 20 mm, limb
front-foot length (LFL) 10 mm, upper front-foot length (UFL) 10 mm, hind foot
length (HFL) 30 mm, limb hind-foot length (LHL) 10 mm, upper front-foot length
(UFL) 10 mm, hind foot length (HFL) 30 mm, limb hind-foot length (LHL) 10
mm, upper hind-foot length (UHL) 10 mm, body length (BL) 35 mm, WS 65.
Selain itu dilakukan pengamatan morfologi seperti warna tubuh abu-abu bercak
hitam, mempunyai sayap, species ini tidak memiliki TSLS, TILS, TVST, TPST
dan TMST.
Berdasarkan data diatas, hal tersebut sesuai dengan literatur Iskandar
(2000) yang menyatakan bahwa Draco volans memiliki sisi ventral berwarna
abu-abu keputihan, agak kehijauan di sisi medial, dengan titik-titik kecoklatan di
arah lateral. Panjang ekor dari species ini sekitar 1½ kali dari panjang tubuh,
berbelang-belang di ujung, dengan sisik-sisik yang berlunas kuat menjadikannya
nampak bersegi-segi. Kadal ini memiliki ukuran yang agak kecil dengan panjang
total hingga 200 mm. Species ini memiliki sebuah Patagium atau sayap yang
merupakan perpanjangan dari enam pasang tulang rusuk yang diliputi kulit. Sisi
atas dari patagium ini berwarna kuning hingga jingga dengan berbercak hitam.
Sedangkan pada sisi bawah bewarna abu-abu kekuningan, dengan totol-totol
hitam. Pada hewan jantan terdapat kantung dagu berwarna kuning dan atau biru
cerah pada betina. Ciri khasnya adalah pelupuk mata yng tebal dan menonjol.
4.1.1.1.4 Gonocephalus grandis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptili
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Gonocephalus Gambar 4. Gonocephalus grandis
Spesies : Gonocephalus grandis
Status IUCN : Least concern
Sumber : Pope, 1956
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pengukuran
secara morfometrik tubuh yaitu Total Lenght (TL) 510 mm, Snout-to-Vent-Lenght
(SVL) 130 mm, Tail Lenght (TAIL) 375 mm, Tympanium Diameter (TD) 5 mm,
Eye Diameter (ED) 10 mm, Head Width (HW) 20 mm, Head Lenght (HL) 40 mm,
Snout Lenght (SL) 30 mm, Fore Foot Lenght (FFL) 30 mm, Limb-Front foot
Lenght (LFL) 29 mm, Upper-Front food Lenght (UFL) 115 mm, Hind Foot
Lenght (HFL) 40 mm, Limb-Hind foot Lenght (LHL) 40 mm, Upper-Hind foot
Lenght (UHL) 50 mm, Wing Span (WS) 22, Total Supra Labial Scales (TSLS) 23.
Gonocephalus grandis memiliki tubuh yang ramping, bewarna kehijauan dengan
garis-garis hitam pada bagian ekor dan terdapat bintik-bintik kuning pucat pada
bagian sisi samping tubuhnya. Pada bagian kepala dan dorsal hewan ini terdapat
gerigi seperti sirip yang runcing dan memiliki cakar yang tajam.
Berdasarkan data diatas terdapat persamaan dan perbedaan kararakteristik
dengan literatur Grismer (2011) bahwa Gonocephalus grandis jantan memiliki
ukuran snout to vent (SVL) 160 mm dan total lenght 600 mm, sedangkan pada
betina 140 memiliki snout to vent 140 mm dann total lenght 520 mm. Pada hewan
jantan memiliki warna tubuh hijau terang yang mencolok dengan permukaan
ventrak bewarna biru dan dihiasi bintik-bintik bewarna kuning pucat.

4.1.1.2 Gekkonidae
4.1.1.2.1 Gekko monarchus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Gekkonidae
Genus : Gekko Gambar 5. Gekko monarchus
Species : Gekko monarchus
Status IUCN : Least concern
Dari hasil pengkuran, didapatkan hasil sebagai berikut Gekko monarchus memiliki
total length (TL) 180 mm, tidak memiliki snout-to-vent length (SVL) tail length
(TAIL) 95 mm, tympanium diameter (TD) 2 mm, eye diameter (ED) 4 mm, head
width (HW) 13 mm, head length (HL) 25 mm, snout length (SL) 15 mm, fore foot
length (FFL) 9 mm, limb front-foot length (LFL) 14 mm, upper front-foot length
(UFL) 7 mm, hind foot length (HFL) 13 mm, limb hint-foot length (LHL) 8 mm,
upper hind-foot length (UHL) 10 mm, body length (BL) 45 mm. species ini
memiliki warna tubuh abu-abu kehitaman dan memiliki gigi pleudore, dan
berukuran agak besar.
Berdasarkan hasil tersebut sesuai dengan literatur Iskandar (2000) yang
menyatakan bahwa Tokekatau Gekko monarchus memiliki panjang total mencapai
340 mm, hampir setengahnya adalah ekornya. Dorsal (sisi punggung) kasar,
dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan
bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Ventral (perut, sisi bawah tubuh)
abu-abu biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat, ada garis belang-belang
di bagian punggung. Jari-jari kaki depan dan belakang dilengkapi dengan bantalan
pengisap yang disebut scansor, yang terletak di sisi bawah jari. Gunanya untuk
melekat pada permukaan yang licin. Maka, dari sisi atas jari-jari tokek nampak
melebar.

4.1.1.2.2 Hemidactylus frenatus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub Ordo : Sauria
Famili : Geckonidae Gambar 6. Hemidactylus frenatus
Genus : Hemidactylus
Species : Hemidactylus frenatus
Status IUCN : Least concern
Sumber : Ota and Whitaker, 2010
Dari hasil pengkuran, didapatkan hasil sebagai berikut Hemidactylus frenatus
memiliki total length (TL) 90 mm, snout-to-vent length (SVL) 70 mm, tail length
(TAIL) 55 mm, tympanium diameter (TD) 1 mm, eye diameter (ED) 2 mm, head
width (HW) 10 mm, head length (HL) 14 mm, snout length (SL) 6 mm, fore foot
length (FFL) 4 mm, limb front-foot length (LFL) 5 mm, upper front-foot length
(UFL) 6 mm, upper hind-foot length (UHL) 9 mm, body length (BL) 33 mm.
Species ini memiliki warna tubuh kecokelatan.
Menurut Iskandar (2000) Hemidactylus frenatussama halnya dengan kadal,
cecak juga termasuk ordo sauria memiliki ciri-ciri tulang-tulang quadratum yang
melekat pada tengkorak, sedangkan bagian ujungnya bebas, lengkung temporal
ada, atau menghilang, dua belahan dari ujung bawah bersatu pada bagian depan
dengan kokoh, gigi tidak ada dalam alveoli.
4.1.1.2.3 Hemidactylus platyurus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub Ordo : Sauria
Famili : Geckonidae
Genus : Hemidactylus Gambar 7. Hemidactylus
platyurus
Species : Hemidactylus platyurus
Sumber : Ota and Whitaker, 2010
Berdasarkan hasil praktikum diketahui ukuran morfologi dari Hemidactylus
frenatus adalah total length (TL) 120 mm, snout to vent length (SVL) 100 mm,
tail yaitu 60 mm, tympanum diameter (TD) 1 mm, eye diameter (ED) 4 mm, head
width (HW) 11 mm, head length (HL) 19 mm, Snout length (SL) 11 mm, fore
food length (FFL) 5 mm, limb hind foot length (LFL) 7 mm, upper hind foot
length (UFL) 6 mm, hind foot length (HFL) 7 mm, limb hind foot length (LHL) 6
mm, upper hind foot length (UHL) 9 mm, body length(BL) 48 mm, Hemidactylus
platyurus memiliki warna coklat muda terang, tipe gigi acrodont.
Berdasarkan pengamatan yeng dilakukan sama dengan literature bahwa
Hemydactylus platyurus yang biasa menempel di dinding ataupun di loteng,
memiliki warna kepala cream atau coklat terang, warna pada mulut coklat,
memiliki gigi dengan tipe acrodont, bagian punggung berwarna abu-abu, memiliki
hemiclitoris, bagian perut berwarna kuning. Jenis ini sangat umum dijumpai,
dikenal sebagai cicak rumah biasa, terutama dijumpai sekitar perumahan.
Seringkali terlihat aktif di siang hari. Jenis ini terdistribusi sangat luas, yaitu
meliputi Asia Selatan, Thailand, Malaysia, Indonesia, Philiphina, Papua New
Guinea, Australia and Pasifik dan di Halmahera dijumpai di Halamahera Barat,
Timur dan Selatan (Iskandar, 2000).

4.1.1.Scincidae
4.1.1.3.1 Eutropis multifasciata
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Eutropis
Gambar 8. Eutrophis multifasciata
Species : Eutropis multifasciata
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran bagian morfologi dari Eutropis
multifasciata diketahui bahwa total length (TL) 240 mm, snout to vent length
(SVL) 50 mm, tail yaitu 153 mm, tympanum diameter (TD) 2 mm, eye diameter
(ED) 3 mm, head width (HW) 11 mm, head length (HL) 13 mm, Snout length
(SL) 15 mm, fore food length (FFL) 12 mm, limb hind foot length (LFL) 10 mm,
upper hind foot length (UFL) 9 mm, hind foot length (HFL) 18 mm, limb hind
foot length (LHL) 14 mm, upper hind foot length (UHL) 13 mm, body length(BL)
75 mm, total supra labial scales (TSLS) 15 buah, total infa labial scales (TILS)
16 buah, Eutropis multifasciata memiliki warna coklat keemasan.
Berdasarkan data diatas sesuai dengan literatur Lim (1992) bahwa
Eutropis multifasciata memiliki kulit yang halus dan bersisik dan memiliki kaki
yang kecil. Pada bagian tubuh terdapat bagian gelap sebanyak lima sampai tujuh
baris pada permukaan ventral. Species ini memilki warna cokelat keemasan dan
warna pada tenggorokan dapat bervariasi dari putih ke kuning. Species ini
memiliki SVT 130 mm dan panjang total sekitar 350 mm.
4.1.1.3.2 Eutropis rudis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Eutropis Gambar 9 . Eutrophis rudis
Species : Eutropis rudis
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Dari praktikum yang dilaksanakan hasil pengukuran dari Eutropis multifasciata
yaitu : panjang total (PT) 110 mm, panjang standar (PS) 100 mm, panjang ekor
(PE) 90 mm, diameter tympanum (DT) 3 mm, diameter mata (DM) 3 mm, lebar
kepala (LK) 10 mm, panjang kepala (PK) 10 mm, panjang moncong (PM) 5 mm,
panjang lengan depan (PLD)10 mm, panjang limbkaki depan (PLKD)8mm,
panjang upper depan (PUD) 6 mm, panjang lengan belakang (PLB) 20 mm,
panjang limbkaki belakang (PLKB) 10 mm,panjang upper belakang (PUB) 5 mm,
panjang badan (PB) 50 mm,jumlah sisik supra labila (JSSL) 8 buah, jumlah sisik
infra labial (JSIL) 10 buah, tubuh berwarna coklat kehitaman dengan garis pinggir
yang berwarna terang.
Berdasarkan data diatas, hal ini sesuai dengan literature Pough (1998)
bahwa Eutropis rudis ini hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuhnya
terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang
hidung dan telingga.Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka dan
yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke
ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) dan
sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing terdiri atas lima
jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan naik ke pohon.
Tubuhnya memanjang tertekan lateral, kaki empat, kuat dapat digunakan untuk
memanjat.madibula bersatu dengan anterior.Tulang pterigoid berkotak dengan
tulang kuadrat.Kelopak mata dapat digerakkan.Sabuk pektoral berkembang
dengan baik.Mulut lengkap.Mempunyai kandung kemih.Gendang telinga terlihat
dari luar

4.1.1.4 Testudinata
4.1.1.4.1 Cuora amboinensis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Geomydidae
Genus : Cuora Gambar 10. Cuora amboinensis
Spesies : Cuora amboinensis
Status IUCN : Vulnerable
Sumber : Buhlmannn, Rhodin & Van Dijk, 2000
Dari pengamatan praktikum dapat diamatai bahwa total length (TL) 220 mm,
Snout-to-Vent Length (SVL) 190 mm, Tail Length (TAIL) 30 mm, tympanum
diameter (TD) 4 mm, eye diameter (ED) 8 mm, head width (HW) 35 mm, head
length (HL) 35 mm, snout length (SL) 20 mm, fore foot length (FFL) 80 mm,
limb front-foot length (LFL) 50 mm, upper front-foot length (UFL) 30 mm, hind
foot length (HFL) 75 mm, limb hind-foot length (LHL) 50 mm, upper front-foot
length (UHL) 25 mm, BL 180, TVST 5 buah, TPST 8 buah, TMST 23 buah dan
warna tubuh bewarna hitam.
Berdasarkan data diatas hal ini sesuai dengan literatur Iskandar (2000)
bahwa Cuora amboinensis mempunyai bentuk karapas yang lonjong dan tinggi,
berwarna hitam gelap dengan tiga buah lunas pada keping vertebral serta
pinggiran yang halus dan nilai rata-rata rasio panjang dan lebar lengkung karapas
Cuora amboinensis 1,02 ± 0,05. Plastron bisa ditutup rapat, berwarna putih kotor
atau krem dengan bercak berwarna hitam pada bagian tepi keeping. Kepala Cuora
amboinensis berwarna hitam dengan garis kuning melingkar mengikuti tepi
kepala bagian atas dan bagian pipi.bibir berwarna kuning, dan mata mempunyai
iris berwarna kuning. Tungkai species ini memiliki pola khas berupa garis
berwarna kuning pada jari-jarinya .Berdasarkan bentuk ekor yang panjang dan
langsing, tiga individu Cuora amboinensis yang ditemukan pada penelitian
semuanya jantan.
4.1.1.4.2 Dogania subplana
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Trionychidae
Genus : Dogonia
Spesies : Dogania subplana Gambar 11. Dogania subplana
Sumber IUCN : Lower Risk
Sumber : Iskandar, 2000
Dari hasil pengukuran, didapatkan hasil sebagai berikut Dogania subplana
memiliki total length (TL) 270 mm, snout-to-vent length (SVL) 160 mm, tail
length (TAIL) 10 mm, tympanium diameter (TD) 1 mm, eye diameter (ED) 5 mm,
head width (HW) 20 mm, head length (HL) 20 mm, snout length (SL) 6 mm, fore
foot length (FFL) 35 mm, limb front-foot length (LFL) 10 mm, upper front-foot
length (UFL) 25 mm, hind foot length (HFL) 8 mm, limb hint-foot length (LHL) 9
mm, upper hind-foot length (UHL) 15 mm, body length (BL) 120 mm, total
vertebrales shell turtle (TVST) 5 mm, (TPST) total pleural shell turtle 8 mm,
warna hitam kecoklatan, ekor pendek, moncong menyerupai belalai, panjang
karapak 170 mm, panjang klastron 125 mm dan karapaknya lunak.
Berdasarkan data diatas sama dnegan literatur Inger and Lian (1996) bahwa
Dogania subplana yang mempunyai ukuran sedang, jarang besar, sekitar 250-400
mm. Perisai berbentuk jorong atau memanjang, pipih datar. Warna punggungnya
abu-abu kehitaman, kecoklatan atau kemerahan; dengan pola atau bintik-bintik
halus. Sebuah garis lebar coklat tua terdapat di wilayah vertebral, memanjang dari
depan ke belakang. Kadang-kadang terdapat empat bercak yang tersusun
berpasangan di tengah punggung.
4.1.1.4.3 Heosemys spinosa
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Tryonichidae
Genus : Heosemys
Spesies :Heosemys spinosa Gambar 12 . Heosemys spinosa
Status IUCN :Endangered
Sumber : Pough, 1998
Dari pengamatan praktikum dapat diamatai bahwa total length (TL) 200 mm,
Snout-to-Vent Length (SVL) 185 mm, Tail Length (TAIL) 15 mm, tympanum
diameter (TD) 10 mm, eye diameter (ED) 5 mm, head width (HW) 1 mm, head
length (HL) 25 mm, snout length (SL) 30 mm, fore foot length (FFL) 70 mm,
limb front-foot length (LFL) 35 mm, upper front-foot length (UFL) 35 mm, hind
foot length (HFL) 70 mm, limb hind-foot length (LHL) 35 mm, upper front-foot
length (UFL) 35 mm, BL 10, TVST 5 buah, TPST 9 buah, TMST 24 buah dan
warna tubuh coklat dengan karapas bewarna cokelat kemerahan. Bagian pinggir
karapas bergerigi.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesamaan dengan literatur Das
(2010) bahwa Heosemys spinosa jantan yang muda memiliki pinggiran karapaks
yang berduri, namun pada saat dewasa gerigi ini mulai berkurang. Panjang
karapak maksima lpada species ini dapat mencapai 220mm. Saat dewasa, species
ini warna kemerahan atau bahkan kekuningan, pada kepala dan leher terdapat
tanda kemerahan.
4.1.1.4.4 Trachemys Scripta
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Emydidae
Genus : Trachemys
Gambar 13. Trachemys scripta
Spesies : Trachemys scripta
Status IUCN : Least Concern
Sumber : Van Dijk, Harding & Hammerson, 2013
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pengukuran
secara morfometrik tubuh yaitu Total Lenght (TL) 50 mm, Snout-to-Vent-Lenght
(SVL) 40 mm, Tail Lenght (TAIL) 10 mm, Eye Diameter (ED) 3 mm, Head Width
(HW) 9 mm, Head Lenght (HL) 15 mm, Snout Lenght (SL) 5 mm, Fore Foot
Lenght (FFL) 2 mm, Limb-Front foot Lenght (LFL) 7 mm, Upper-Front food
Lenght (UFL) 5 mm, Hind Foot Lenght (HFL) 18 mm, Limb-Hind foot Lenght
(LHL) 7 mm, Upper-Hind foot Lenght (UHL) 5 mm, Body Lenght (BL) 3 mm,
Wing Span (WS) 3, Total Vertebrals Shell Turtles (TVST) 5, Total Pleural Shell
Turtles (TPST) 4, Total Marginal Shell Turtles (TMST) 1.
Menurut Thomas (2006) Trachemys Scripta merupakan kura-kura
omnivora yang memakan segala jenis tanaman dan hewan. Ukuran panjang
karapas jantan dapat mencapai 240 mm dan betina 290 mm. Panjang tukik dapat
mencapai 23 mm sampai 35 mm. Species ini memiliki umur maksimal 30 tahun.
Waktu generasi hewan ini sekitar 12 sampai 15 tahun. Trachemys Scripta betina
dapat menghasilkan cengkraman 5 sampai 20 telur pertahun. Kura-kura inin
merupakan penduduk dari berbagai badan air dan umumnya hidup dekat dengan
tempat tinggal manusia atau pusat rekreasi.

4.1.2 Serpentes
4.1.2.1 Boiga cynodon
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga cynodon Gambar 14 . Boiga cynodon
Status IUCN : Least concern
Sumber : Iskandar, Vogel, Wogan, Lilley,Diesmos, and Gonzales. 2012
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Boiga cynodon diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
2170 mm, panjang ekor 465 mm, panjang total (TL) 2635 mm, diameter mata
(ED) 9 mm, lebar kepala (HW) 33 mm, jarak internares (D-in) 10 mm, sisik
lingkar badan (D-Spoc) 17 mm, MSR 25 mm, jumlah sisik ventral 299 buah,
jumlah sisik ekor (SC) 286 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 9 buah, jumlah
sisik labial (IL) 6 buah dan panjang kepala (HL) 47 mm. Secara morfologi Boiga
cynodon memiliki tubuh bewarna cokelat muda dengan pola cokelat gelap.
Species ini memiliki bentuk oval dengan tipe sisik keeled. Species ini memiliki
bentuk tubuh typical, dengan bentuk kepala yang broad, bentuk rostral tumpul,
bentuk sisik ekor double row dan memiliki entuk sisik anal bividae dan jenis anal
plate species bividae. Species ini tidak memiliki sisik loreal dan memiliki loreal
pit 1 pasang.
Berdasarkan data diatas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
litaratur Das (2006). Pada hasil pengamatan diperoleh jumlah sisik ventral 299
buah dan sisik caudal 286 buah. Sedangkan pada literatur Das (2006) disebutkan
bahwa Boiga cynodon memiliki sisik ventral 248 – 290 buah dan sisik caudal 114-
165 buah. Tetapi hasil pengukuran dan pengamtan yng dilakukanjuga diperoleh
hasil yang sama dengan literatur bahwa species ini memiliki sisik melingkar pada
badan yang terdiri dari 23 sampai 25 sisik. Umumnya species memiliki warna
tubuh yang agak cokelat muda dengan palang-palang cokelat atau hitam yang
gelap menjadi relatif lebih tebal ke arah ekor.
4.1.2.2 Dendrelaphis pictus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Colubridae
Genus : Dendrelaphis
Spesies : Dendrelaphis pictus Gambar 15 . Dendrelaphis pictus
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Dendrelaphis pictus diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL)
adalah 600 mm, panjang ekor 190 mm, panjang total (TL) 690 mm, diameter mata
(ED) 2 mm, lebar kepala (HW) 5 mm, jarak internares (D-in) 3 mm, sisik lingkar
badan (D-Spoc) 4 mm, MSR 15 mm, jumlah sisik ventral 169 buah, jumlah sisik
ekor (SC) 105 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 5 buah, jumlah sisik labial
(IL) 5 buah dan panjang moncong (SNL) 5 mm dan panjang kepala (HL) 15 mm.
Secara morfologi Dendrelaphis pictus memiliki bentuk tubuh yang kecil, tubih
bewarna hitam kehijauan. Species ini memiliki bentuk pupil yang bulat dengan
sisik yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh slender, denganbbnetuk
kepala yang membulat, bentuk rostral agak tumpul, bentuk sisik ekor dan sisik
anal double row dan jenis anal plate species ini berpasangan. Species ini memiliki
sisik loreal 2 buah dan tidak memiliki loreal pit.
Berdasarkan data diatas, hal tersebut sama dengan literatur Weber (1995)
yang menyatakan bahwa Dendrelaphis pictus tubuhnya kurus dan ramping
memiliki panjang maksimal hingga sekitar 1,5 m dengan panjang ekor mencapai
sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan. Ular ini memiliki karakteristik warna
yang tergantung pada keadaan ular tersebut berupa bintik-bintik hijau terang
kebiruan di bagian leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di
bawah sisik-sisik hitam atau perunggu dan baru terlihat jelas apabila ular merasa
terancam. Sisik-sisik ventral putih kekuningan atau kehijauan Pada masing-
masing sisi tubuh bagian bawah terdapat pita tipis kuning terang keputihan,
dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang sewarna oleh sebuah garis hitam tipis
memanjang hingga ke ekor.
4.1.2.3 Naja Sumatrana
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Naja
Spesies : Naja sumatrana Gambar 16 . Naja sumatrana
Status IUCN : Least concern
Sumber : Gracia, Chand, Diesmos & Sy, 2012
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Naja sumatrana diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
400 mm, panjang total (TL) 480 mm, diameter mata (ED) 3 mm, lebar kepala
(HW) 10 mm, jarak internares (D-in) 4 mm, sisik lingkar badan (D-Spoc) 3 mm,
MSR 17 mm, jumlah sisik ventral 180 buah, jumlah sisik ekor (SC) 53 buah,
jumlah sisik supra labial (SSL) 7 buah, jumlah sisik labial (IL) 7 buah dan
panjang moncong (SNL) 5,6 mm dan panjang kepala (HL) 25 mm. Secara
morfologi species ini bewarna kehitaman. Naja sumatrana ini memiliki bentuk
pupil yang bulat dengan sisik yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh
slender, dengan bentuk kepala yang tipikal, bentuk rostral agak, bentuk sisik ekor
dan sisik anal double row dan jenis anal plate species ini tunggal atau tidak
terbelah. Species ini tdak memiliki sisik loreal dan loreal pit.
Berdasarkan data diatas terdapat kesamaaan dengan literatur Chanhome,
Chaiyaburt, Siptrija dan Vasaruchapong (2011) bahwa Naja sumatrana tidak
memiliki tanda hood, umumnya memiliki panjang tubuh 900 mm sampai 1200
mm dan bahkan ada yang dapant mencapai 1500 mm. Pada bagian hood
umumnya terdapat 19-7 sisik, tetapi normalnya terdapat 21-25 buah sisik, pada
bagian tengah terdapat 15-19 sisik, pada bagian ventral biasanya terdapat 179
sisik sampai 201 sisik dan pada bagian ekor biasanya terdapat 50 sapai 57 buah
sisik. Sisik pada bagian ventral ekor Naja sumatrana bersifat tunggal atau tidak
terbelah. Secara morfologi hewan ini memiliki warna agak kecokelatan dan
memiliki kepala yang dapat melebar ketika merasa terancam. Hal ini juga sesuai
dengan literatur bahwa Naja sumatrana biasanya memiliki warna kecokelatan
atau cokelat tua, terkadang bewarna hitam, pola tenggorokan biasanya jelas dan
pada bagian punggung biasanya terdapat sekitar selusis cross band.
4.1.2.4 Python curtus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python curtus Gambar 17 . Python curtus
Status IUCN : Least concern
Sumber : Inger, Iskandar, Lilley, Jenkins, and Das, 2014
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Python curtus diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
2363 mm, panjang ekor 110 mm, panjang total (TL) 2463 mm, diameter mata
(ED) 6 mm, lebar kepala (HW) 40 mm, jarak internares (D-in) 15 mm, sisik
lingkar badan (D-Spoc) 20 mm, MSR 55 mm, jumlah sisik ventral 170 buah,
jumlah sisik ekor (SC) 27 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 6 buah, jumlah
sisik labial (IL) 17 buah dan panjang moncong (SNL) 23 mm dan panjang kepala
(HL) 32 mm. Secara morfologi species ini bewarna cokelat dan memiliki nekor
yang pendek. Python curtus ini memiliki bentuk pupil yang vertical dengan sisik
yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh snouth, dengan bentuk kepala
medium, bentuk rostral tumpul, bentuk sisik ekor dan sisik anal double row dan
jenis anal plate species ini double. Species ini memiliki 3 sisik loreal dan tidak
memiliki loreal pit.
Berdasarkan data diatas terdapat kesamaan dengan literatur Mehrtens
(1987) Python curtus dewasa dapai mencapai panjang tubuh 1500 mm sampai
1800 mm bahkan lebih dengan berat badan yang besar. Ular ini mmeiliki ekor
yang pendek dari keseluruhan panjang tubuhnya. Ular ini memiliki tubuh dengan
pola warna yang terdiri dari warna dasar kuning kecokelatan atau abu-abu
kecokelatan dengan bercak-bercak besar bewarna merah bata pada bagian tubuh.
Python curtus memiliki bentuk pupil yang vertical dan sisik yang halus (smooth).
Ular ini biasanya sering ditemukan diperkebunan pohon hingga pegunungan dar
habitat 1000 meter dari atas permukaan laut.
4.1.2.5 Pelamis platura
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Pelamis
Spesies : Pelamis platura Gambar 18 . Pelamis platura
Status IUCN : Least concern
Sumber : Guinea, M., Lukosheck, V., Cogger, H., Rasmussen, A. Murphy, J.
Lane, A., Sanders, K., Lobo, A., Gatus, J., Limpus,C., Milton, D.,
Courtney, T., Read, M., Fletcher, E and Marsh, D. 2010.
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Pelamis platura diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
365 mm, panjang ekor 45 mm, panjang total (TL) 410 mm, diameter mata (ED) 2
mm, lebar kepala (HW) 13 mm, jarak internares (D-in) 3 mm, sisik lingkar badan
(D-Spoc) 8 mm, MSR 23 mm, jumlah sisik ventral 57 buah, jumlah sisik ekor
(SC) 45 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 11 buah, jumlah sisik labial (IL) 10
buah dan panjang moncong (SNL) 1,8 mm dan panjang kepala (HL) 20 mm.
Secara morfologi species ini bewarna hitam pada bagian dorsal dan kuning pada
bagian ventral. Pelamis platura ini memiliki bentuk pupil yang oval dengan tipe
sisik keeled. Species ini memiliki bentuk tubuh typical, dengan bentuk kepala
meruncing, bentuk rostral meruncing, bentuk sisik ekor single dan sisik anal
double row dan jenis anal plate species ini tunggal. Species ini memiliki 3 sisik
loreal dan tidak memiliki loreal pit.
Berdsasarka data diatas terdsapat kesamaan dengan literatur Smith (1943)
yang menyatakan bahwa Pelamis platura memiliki sisik meilingkar pada badan
sekitar 23 sampai 47 buah. Panjang total pada jantan dapat mencapai 720 mm san
betina dapat mencapai 880 mm, dengan panjang ekor pada jantan dapat mecapai
80 mm dan betina 90 mm. Species ini memiliki warna yang variabel, tetapi sering
bewarna hitam pada bagian dorsal dan bewarna kuning atau cokelat pada bagian
ventral. Pelamis platura memiliki kepala yang sempit, dengan lubuh hidung yang
terlihat lebih jelas. Namun dari persamaan yang diperoleh juga terdapat perbedaan
jumlah sisik pada ventral dan jumlah sisik pada labial antara hasil praktikum
denganliteratur. Dari hasil pengamatan diperoleh jumlah sisik ventral 57 buah dan
sisik labial 10 buah. Sedangkan pada literatur tedapat 264-406 sisik ventral dan 7-
8 sisik labial.

4.1.2.6 Tropidolaemus wagleri


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Vipiridae
Genus : Tropidolaemus
Spesies : Tropidolaemus wagleri Gambar 19. Tropidolaemus wagleri
Status IUCN : Least concern
Sumber : Lim and Lee, 1989
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Tropidolaemus wagleri diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL)
adalah 525 mm, panjang ekor 105 mm, panjang total (TL) 630 mm, diameter mata
(ED) 4 mm, lebar kepala (HW) 33 mm, jarak internares (D-in) 30 mm, sisik
lingkar badan (D-Spoc) 20 mm, MSR 25 buah, jumlah sisik ventral 134 buah,
jumlah sisik ekor (SC) 50 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 9 buah, jumlah
sisik labial (IL) 4 buah dan mm dan panjang kepala (HL) 39 mm. Secara
morfologi species ini bewarna hijau kebiruan. ini memiliki bentuk pupil yang
vertikal dengan tipe sisik seperti segilima. Species ini memiliki bentuk tubuh
slender, dengan bentuk kepala yang segitiga, bentuk rostral tumpul, bentuk sisik
ekor segilima dan sisik anal double row atau terbelah dan jenis anal plate species
ini tunggal atau tidak terbelah. Species ini memiliki loreal pit dengan 5 buah sisik
loreal.
Berdasarkan data pengukuran diatas terdapat kesamaan dengan literatur
Lim and Lee (1989) yang menyatakan bahwa Tropidolaemus wagleri jantan
memiliki panjang maksimal 750 mm dan betina memiliki panjang maksimal 1000
mm. Species jantan memiliki jumlah sisik melingkar badan 23 buah, sisik ventrak
143-152 buah dan sisik caudal 49-55 buah. Sedangkan pada betina terdapat 23-27
sisik melingkar badan, 134-147 sisik ventral dan 45-54 sisik caudal. Karakteristik
secara morfologi juga sama dengan literatur Vogel (2007) yang menyatakan
bahwa Tropidolaemus wagleri memiliki bentuk kepala seperti segitiga yang
terlihat jelas. Pada jantan memiliki tubuh yang ramping, dengan dorsum
berwarna hijau berpola dengan ujung ekor bewarna cokelat kemerahan. Pada
betina memiliki tubuh lebih gempal, pada bagian dorsal agak bewarna kuning
pucat dan
Pada bagian bawah agak putih. Pada bagian tubuh terdapat sisik bewarna kuning
pucat yang melintasi tubuh dan tidak beraturan. Pada bagian kepala species ini
terdapat bagian yng bewarna hitam.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bronchocela cristalleta memiliki tubuh bewarna hijau, memiliki gerigi pada
bagian kepala serta memiliki ekor yang panjangnya hampir mencapai dua kali
panjang tubuh.
2. Draco melanopogon tubuh bewarna kecokelatan, dengan intik-bintik hitam
pada permukaan tubuh dan memiliki sayap
3. Draco volans memiliki tubuh yang lebih kecil dari pada Draco
melanopogon,tubuh bewarna keabu-abuan dengan bintik-bintik hitam pada
permukaan tubuh dan memiliki sayap.
4. Gonocephalus grandis memiliki tubuh yang ramping, bewarna abu-abu dan
terdapat gari-garis hitam pada bagian ekor serta memiliki gerigi pada bagian
dorsal.
5. Gecko monerchus memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari cicak rumah,
tubuh bewarna lebih gelap dengan bintik-bintik hitam pada permukaan tubuh.
6. Hemidactylus frenatus atau cicak rumah, memiliki warna cokelat gelap dengan
titik-titik hitam pada bagian dorsal.
7. Hemidactylus platyurus juga merupakan cicak rumah namun memiliki warna
cokelat yang lebih terang dan tidak memiliki bintik hitam pada bagian dorsal.
8. Eutrophis multifasciata tubuh bewarna keemasan dan kepala meruncing.
9. Eutrophi rudis tubuh berwarna coklat kehitaman dengan garis pinggir yang
berwarna terang.
10. Cuora amboinensis memiliki leher yang panjang, karapaks bewarna hitam.
11. Dogania subplana memiliki tubuh bewarna cokelat, karapaks lunak, Rahang-
rahang tidak bergigi, tetapi berzat tanduk.
12. Heosemys spinosa memiliki tubuh bewarna cokelat kemerahan, karapaks besar,
dan memiliki pinggiran karapaks yang bergerigi (tidak datar).
13. Trachemys Scripta memiliki tubuh yang berukuran kecil bewarna hijau. Pada
bagian tubuh terdapat garis-garis vertikal bewarna putih.
14. Boiga cynodon memiliki tubuh bewarna cokelat muda dengan dengan cincin-
cincin hitam pada bagian tubuhnya.
15. Dendrelaphis pictus memiliki tubuh yang kecil dan ramping.
16. Naja sumatrana memiliki tubuh bewarna cokelat kehitaman dengan
karakteristik khusus kepala dapat melebar dan memipih kembali.
17. Python curtus ini memiliki bentuk pupil yang vertical dengan sisik yang
smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh snouth, dengan bentuk kepala
medium, bentuk rostral tumpul, bentuk sisik ekor dan sisik anal double row
18. Pelamis platura ini memiliki tubuh bewarana hitam pada bagian dorsal dan
kuning atau kuning pucat pada bagian ventral, bentuk pupil yang oval dengan
tipe sisik keeled. Species ini memiliki bentuk tubuh typical, dengan bentuk
kepala meruncing, bentuk rostral meruncing
19. Tropidolaemus wagleri Species ini memiliki bentuk tubuh slender, dengan
bentuk kepala yang segitiga, bentuk rostral tumpul, bentuk sisik ekor segilima
dan sisik anal double row
V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada praktikan selanjutnya yaitu dalam
melaksanakan praktikum sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan dan
pengukuran objek sehingga data yang diperoleh sesuai dengan literatur.

DAFTAR PUSTAKA

Buhlmann, K. Rhodin, , A & Van Dijk, P.P. 2000. Asian Turtle Trade Working
Group 2000. Coura amboinensis. The Red List of Threatened Species.
www.iucnredlist.org Diakses 28 Maret 2015.
Das, I. 2006. A Photographic guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo.
Ralph Curtis Books. Sanibel Island, Florida
Das, I. 2010. A Field Guide to the Reptile of South Asian-east Asia. New Holland
Publisher. UK
Djuhanda, T. 1982. Anatomi Dari Empat Spesies Hewan Vertebrata.
Armico. Bandung.

Goin, C. J and O. B. Goin. 1971. Intoduction to Herpetology. Second edition. WH.


Freeman and Company. San fransisco.

Grismer, L.L. 2011. Lizard of Penisular Malaysia. Singapore and adjacent


Archipelagos. Edition Chaimara

Grismer, L., Chand, Srd., Diesmos, a.s., & Sy. E. 2012. Naja sumatrana. The
IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1
April 2015

Guinea, M., Lukosheck, V., Cogger, H., Rasmussen, A. Murphy, J. Lane, A.,
Sanders, K., Lobo, A., Gatus, J., Limpus,C., Milton, D., Courtney, T.,
Read, M., Fletcher, E and Marsh, D. 2010. Pelamis platura. The IUCN Red
List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1 April 2015

Inger R,F. Lian, T.F. 1996. The Natural History of Amphibian and Reptiles in
Sabah. Natural History Publication (Borneo) Sdn. Bhd.

Inger R, F., Iskandar, D., Lilley, R., Jenkins, H and Das, I. 2014. Python curtus.
The IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1
April 015

Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura&Buaya Indonesia&Papua Nugini. PALMedia


Citra. Bandung.

Iskandar, D.T and Erdelen, W.R. 2006. Concervation of Amphibians and Reptiles
in Indonesia. Issues and problems. Amphib. Reptile concerv. 4(1) : 60-87

Iskandar, D., Vogel, G., Wogan, G., Lilley, R., Diesmos, A., and Gonzales. 2012.
Boiga cynodon. The IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org
Diakses 1 April 2015

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga. Jakarta

Lim, K.P., Lim, L.K.,1992. A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore.
Singapore Science Centre.

Chanhome, L., Chaiyabutr, V., Sitprija, and Vasaruchapong, T. 2011.


Characterization of venomus Snakes of Thailand Asian Biomedicine. Vol.
5 No.3 : 311-328

Mehrtens, J.M. 1987. Liivng Snake of The World in Color. Sterling Pubhlisher.
New York
Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi dan reptile di Areal Mawas Provinsi
Kalimantan Tengah. Bos Foundation. Kalimantan Tengah

Ota, H and Whitaker, A.H. 2010. . The Red List of Threatened Species.
www.iucnredlist.org Diakses 30 Maret 2015.

Pope. , CH. 1956. The Reptile World. Routledge and Kegal Paul Ltd. London.
Pough, F. H. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey.
Rodrigues, Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World
Chelonian Trust. http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.html Di akses
25 Maret 2015

Smith, M.A. 1943. The Fauna of British India, Ceylon and Burma, including the
Wholw of Indo-Chinese Sub-region. Reptiles and Amphibians. Vol. III.
Serpentes. Pp 583

Supriatma, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor indonesia.


Jakarta
Thomas,R.B. 2006. Tracemys scripta- Slider Yellow- Bellied Slider. In Meylan,
P.A (ed)., Biologya and Concervation of Florida Turtles, pp. 296-312.
Chelonian Research Fondation, Lunenburg, MA.
Van Dijk., Nabhitata and Thirakupt. 1998. A Photographic Guideto Snake and
othe Species Reptiles of Penisular Malaysia, Singapore and Thailand.
New Holland

Van Dijk., Harding, J & Hammerson, G.A. 2013. Trachemys scripta. The IUCN
Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 28 Maret
2015.

Vogel, G., David,P.P., Van Rooijen & N. Vidal. 2007. Revision of the
Tropidolaemus wagler complex (serpentes : vipiridae : crotalinae).
Definition of included taxa and redescription of Tripodalaemus wagleri.
Zootaxa. 1664 : 1-40

Weber, M. 1995. The reptilia of The Indo-Australian Archipelago. Amsterdam.


Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and
Reptiles. Academic Press. London.

Anda mungkin juga menyukai