PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum reptil ini adalah untuk mengamati dan membandingkan
karakteristik dari masing-masing reptil dengan pengukuran dan perhitungan
terhadap struktur reptil tersebut serta membuat klasifikasi dan kunci
determinasinya.
II. TI NJAUAN PUSTAKA
Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri
umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh
permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat
mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota
Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia.
Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali
kelenjar kulit (Zug, 1993).
Reptil termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan
tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama
sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak
mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan
setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna
dan bernafas dengan paru-paru (Rodrigues, 2003).
Reptil merupakan hewan buas. Banyak yang merupakan pemangsa
serangga (insektor). Giginya runcing, sering muncul kelenjar racun. Alat gerak
reptile berupa kaki. Pada ular, kaki sudah hilang. Alat tubuh yang tidak tumbuh
atau menjadi mengecil disebut rudimeter. Ada juga kaki yang berupa sirip untuk
berenang (Djuhanda, 1982).
Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau
Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira,
cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan
serpentes (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan
crocodilidae (Pope, 1956).
Odro testudinata memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi
oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Tempurung kura-kura
terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang
bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat
tulang vertebra atau neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang
nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron,
tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang
xiphiplastron. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang
termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-
kura air tawar ( Fresh water Turtle atau Terrapine), kura-kura darat (Tortoise)
(Pough, 1998).
Ordo Chelonia memiliki ciri-ciri tubuh bulat pipih dan umumnya relatif
besar, terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung disebut carapace,
sedang perisai di sebelah ventral datar disebut plastron. Kedua bagian perisai ini
digabungkan pada bagian lateral bawah, ditutup atau dibungkus oleh kulit dengan
lapisan tanduk yang tebal. Hewan ini tidak memiliki gigi, tapi rahang berkulit
tanduk sebagai gantinya. Tulang kuadrat pada Cranium mempunyai hubungan
bebas dengan rahang bawah, sehingga rahang bawah mudah digerakkan. Tulang
rahang belakang thorax dan tulang rusuk biasanya menjadi satu dengan perisai,
ovipar, telur diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Extrimitas sebagai alat
gerak, baik di darat ataupun air. Cloaca dapat berfungsi membantu pernafasan
didalam air (Iskandar, 2000).
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia/
Sauria, Subordo Serpentes/ Ophidia dan Subordo Amphisbaenia Adapun ciri-ciri
umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang
terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang
disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan
kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya
terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya
terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai
dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar
ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau
tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas
kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies
Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar
dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di
seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa
pulau di Oceania (Rodrigues, 2003).
Ordo Rhynchocephalia diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era
Triasik Akhir yaitu antara 210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia
memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia
dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora
dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo
Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya
ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia
lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun (Rodrigues, 2003)..
Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu
Sphenodontidae dan hanya satu genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua
spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya
merupakan hewan endemik Selandia Baru (Zug, 1993).
Ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di
antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung
sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami
penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada
bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala
berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe
gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral.
Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah.
Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan
suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.
Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5
tanpa selaput (Iskandar, 2000).
4.1.1.2 Gekkonidae
4.1.1.2.1 Gekko monarchus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Gekkonidae
Genus : Gekko Gambar 5. Gekko monarchus
Species : Gekko monarchus
Status IUCN : Least concern
Dari hasil pengkuran, didapatkan hasil sebagai berikut Gekko monarchus memiliki
total length (TL) 180 mm, tidak memiliki snout-to-vent length (SVL) tail length
(TAIL) 95 mm, tympanium diameter (TD) 2 mm, eye diameter (ED) 4 mm, head
width (HW) 13 mm, head length (HL) 25 mm, snout length (SL) 15 mm, fore foot
length (FFL) 9 mm, limb front-foot length (LFL) 14 mm, upper front-foot length
(UFL) 7 mm, hind foot length (HFL) 13 mm, limb hint-foot length (LHL) 8 mm,
upper hind-foot length (UHL) 10 mm, body length (BL) 45 mm. species ini
memiliki warna tubuh abu-abu kehitaman dan memiliki gigi pleudore, dan
berukuran agak besar.
Berdasarkan hasil tersebut sesuai dengan literatur Iskandar (2000) yang
menyatakan bahwa Tokekatau Gekko monarchus memiliki panjang total mencapai
340 mm, hampir setengahnya adalah ekornya. Dorsal (sisi punggung) kasar,
dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan
bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Ventral (perut, sisi bawah tubuh)
abu-abu biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat, ada garis belang-belang
di bagian punggung. Jari-jari kaki depan dan belakang dilengkapi dengan bantalan
pengisap yang disebut scansor, yang terletak di sisi bawah jari. Gunanya untuk
melekat pada permukaan yang licin. Maka, dari sisi atas jari-jari tokek nampak
melebar.
4.1.1.Scincidae
4.1.1.3.1 Eutropis multifasciata
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Eutropis
Gambar 8. Eutrophis multifasciata
Species : Eutropis multifasciata
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran bagian morfologi dari Eutropis
multifasciata diketahui bahwa total length (TL) 240 mm, snout to vent length
(SVL) 50 mm, tail yaitu 153 mm, tympanum diameter (TD) 2 mm, eye diameter
(ED) 3 mm, head width (HW) 11 mm, head length (HL) 13 mm, Snout length
(SL) 15 mm, fore food length (FFL) 12 mm, limb hind foot length (LFL) 10 mm,
upper hind foot length (UFL) 9 mm, hind foot length (HFL) 18 mm, limb hind
foot length (LHL) 14 mm, upper hind foot length (UHL) 13 mm, body length(BL)
75 mm, total supra labial scales (TSLS) 15 buah, total infa labial scales (TILS)
16 buah, Eutropis multifasciata memiliki warna coklat keemasan.
Berdasarkan data diatas sesuai dengan literatur Lim (1992) bahwa
Eutropis multifasciata memiliki kulit yang halus dan bersisik dan memiliki kaki
yang kecil. Pada bagian tubuh terdapat bagian gelap sebanyak lima sampai tujuh
baris pada permukaan ventral. Species ini memilki warna cokelat keemasan dan
warna pada tenggorokan dapat bervariasi dari putih ke kuning. Species ini
memiliki SVT 130 mm dan panjang total sekitar 350 mm.
4.1.1.3.2 Eutropis rudis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Eutropis Gambar 9 . Eutrophis rudis
Species : Eutropis rudis
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Dari praktikum yang dilaksanakan hasil pengukuran dari Eutropis multifasciata
yaitu : panjang total (PT) 110 mm, panjang standar (PS) 100 mm, panjang ekor
(PE) 90 mm, diameter tympanum (DT) 3 mm, diameter mata (DM) 3 mm, lebar
kepala (LK) 10 mm, panjang kepala (PK) 10 mm, panjang moncong (PM) 5 mm,
panjang lengan depan (PLD)10 mm, panjang limbkaki depan (PLKD)8mm,
panjang upper depan (PUD) 6 mm, panjang lengan belakang (PLB) 20 mm,
panjang limbkaki belakang (PLKB) 10 mm,panjang upper belakang (PUB) 5 mm,
panjang badan (PB) 50 mm,jumlah sisik supra labila (JSSL) 8 buah, jumlah sisik
infra labial (JSIL) 10 buah, tubuh berwarna coklat kehitaman dengan garis pinggir
yang berwarna terang.
Berdasarkan data diatas, hal ini sesuai dengan literature Pough (1998)
bahwa Eutropis rudis ini hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuhnya
terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang
hidung dan telingga.Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka dan
yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke
ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) dan
sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing terdiri atas lima
jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan naik ke pohon.
Tubuhnya memanjang tertekan lateral, kaki empat, kuat dapat digunakan untuk
memanjat.madibula bersatu dengan anterior.Tulang pterigoid berkotak dengan
tulang kuadrat.Kelopak mata dapat digerakkan.Sabuk pektoral berkembang
dengan baik.Mulut lengkap.Mempunyai kandung kemih.Gendang telinga terlihat
dari luar
4.1.1.4 Testudinata
4.1.1.4.1 Cuora amboinensis
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Geomydidae
Genus : Cuora Gambar 10. Cuora amboinensis
Spesies : Cuora amboinensis
Status IUCN : Vulnerable
Sumber : Buhlmannn, Rhodin & Van Dijk, 2000
Dari pengamatan praktikum dapat diamatai bahwa total length (TL) 220 mm,
Snout-to-Vent Length (SVL) 190 mm, Tail Length (TAIL) 30 mm, tympanum
diameter (TD) 4 mm, eye diameter (ED) 8 mm, head width (HW) 35 mm, head
length (HL) 35 mm, snout length (SL) 20 mm, fore foot length (FFL) 80 mm,
limb front-foot length (LFL) 50 mm, upper front-foot length (UFL) 30 mm, hind
foot length (HFL) 75 mm, limb hind-foot length (LHL) 50 mm, upper front-foot
length (UHL) 25 mm, BL 180, TVST 5 buah, TPST 8 buah, TMST 23 buah dan
warna tubuh bewarna hitam.
Berdasarkan data diatas hal ini sesuai dengan literatur Iskandar (2000)
bahwa Cuora amboinensis mempunyai bentuk karapas yang lonjong dan tinggi,
berwarna hitam gelap dengan tiga buah lunas pada keping vertebral serta
pinggiran yang halus dan nilai rata-rata rasio panjang dan lebar lengkung karapas
Cuora amboinensis 1,02 ± 0,05. Plastron bisa ditutup rapat, berwarna putih kotor
atau krem dengan bercak berwarna hitam pada bagian tepi keeping. Kepala Cuora
amboinensis berwarna hitam dengan garis kuning melingkar mengikuti tepi
kepala bagian atas dan bagian pipi.bibir berwarna kuning, dan mata mempunyai
iris berwarna kuning. Tungkai species ini memiliki pola khas berupa garis
berwarna kuning pada jari-jarinya .Berdasarkan bentuk ekor yang panjang dan
langsing, tiga individu Cuora amboinensis yang ditemukan pada penelitian
semuanya jantan.
4.1.1.4.2 Dogania subplana
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Trionychidae
Genus : Dogonia
Spesies : Dogania subplana Gambar 11. Dogania subplana
Sumber IUCN : Lower Risk
Sumber : Iskandar, 2000
Dari hasil pengukuran, didapatkan hasil sebagai berikut Dogania subplana
memiliki total length (TL) 270 mm, snout-to-vent length (SVL) 160 mm, tail
length (TAIL) 10 mm, tympanium diameter (TD) 1 mm, eye diameter (ED) 5 mm,
head width (HW) 20 mm, head length (HL) 20 mm, snout length (SL) 6 mm, fore
foot length (FFL) 35 mm, limb front-foot length (LFL) 10 mm, upper front-foot
length (UFL) 25 mm, hind foot length (HFL) 8 mm, limb hint-foot length (LHL) 9
mm, upper hind-foot length (UHL) 15 mm, body length (BL) 120 mm, total
vertebrales shell turtle (TVST) 5 mm, (TPST) total pleural shell turtle 8 mm,
warna hitam kecoklatan, ekor pendek, moncong menyerupai belalai, panjang
karapak 170 mm, panjang klastron 125 mm dan karapaknya lunak.
Berdasarkan data diatas sama dnegan literatur Inger and Lian (1996) bahwa
Dogania subplana yang mempunyai ukuran sedang, jarang besar, sekitar 250-400
mm. Perisai berbentuk jorong atau memanjang, pipih datar. Warna punggungnya
abu-abu kehitaman, kecoklatan atau kemerahan; dengan pola atau bintik-bintik
halus. Sebuah garis lebar coklat tua terdapat di wilayah vertebral, memanjang dari
depan ke belakang. Kadang-kadang terdapat empat bercak yang tersusun
berpasangan di tengah punggung.
4.1.1.4.3 Heosemys spinosa
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Tryonichidae
Genus : Heosemys
Spesies :Heosemys spinosa Gambar 12 . Heosemys spinosa
Status IUCN :Endangered
Sumber : Pough, 1998
Dari pengamatan praktikum dapat diamatai bahwa total length (TL) 200 mm,
Snout-to-Vent Length (SVL) 185 mm, Tail Length (TAIL) 15 mm, tympanum
diameter (TD) 10 mm, eye diameter (ED) 5 mm, head width (HW) 1 mm, head
length (HL) 25 mm, snout length (SL) 30 mm, fore foot length (FFL) 70 mm,
limb front-foot length (LFL) 35 mm, upper front-foot length (UFL) 35 mm, hind
foot length (HFL) 70 mm, limb hind-foot length (LHL) 35 mm, upper front-foot
length (UFL) 35 mm, BL 10, TVST 5 buah, TPST 9 buah, TMST 24 buah dan
warna tubuh coklat dengan karapas bewarna cokelat kemerahan. Bagian pinggir
karapas bergerigi.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesamaan dengan literatur Das
(2010) bahwa Heosemys spinosa jantan yang muda memiliki pinggiran karapaks
yang berduri, namun pada saat dewasa gerigi ini mulai berkurang. Panjang
karapak maksima lpada species ini dapat mencapai 220mm. Saat dewasa, species
ini warna kemerahan atau bahkan kekuningan, pada kepala dan leher terdapat
tanda kemerahan.
4.1.1.4.4 Trachemys Scripta
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Emydidae
Genus : Trachemys
Gambar 13. Trachemys scripta
Spesies : Trachemys scripta
Status IUCN : Least Concern
Sumber : Van Dijk, Harding & Hammerson, 2013
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pengukuran
secara morfometrik tubuh yaitu Total Lenght (TL) 50 mm, Snout-to-Vent-Lenght
(SVL) 40 mm, Tail Lenght (TAIL) 10 mm, Eye Diameter (ED) 3 mm, Head Width
(HW) 9 mm, Head Lenght (HL) 15 mm, Snout Lenght (SL) 5 mm, Fore Foot
Lenght (FFL) 2 mm, Limb-Front foot Lenght (LFL) 7 mm, Upper-Front food
Lenght (UFL) 5 mm, Hind Foot Lenght (HFL) 18 mm, Limb-Hind foot Lenght
(LHL) 7 mm, Upper-Hind foot Lenght (UHL) 5 mm, Body Lenght (BL) 3 mm,
Wing Span (WS) 3, Total Vertebrals Shell Turtles (TVST) 5, Total Pleural Shell
Turtles (TPST) 4, Total Marginal Shell Turtles (TMST) 1.
Menurut Thomas (2006) Trachemys Scripta merupakan kura-kura
omnivora yang memakan segala jenis tanaman dan hewan. Ukuran panjang
karapas jantan dapat mencapai 240 mm dan betina 290 mm. Panjang tukik dapat
mencapai 23 mm sampai 35 mm. Species ini memiliki umur maksimal 30 tahun.
Waktu generasi hewan ini sekitar 12 sampai 15 tahun. Trachemys Scripta betina
dapat menghasilkan cengkraman 5 sampai 20 telur pertahun. Kura-kura inin
merupakan penduduk dari berbagai badan air dan umumnya hidup dekat dengan
tempat tinggal manusia atau pusat rekreasi.
4.1.2 Serpentes
4.1.2.1 Boiga cynodon
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga cynodon Gambar 14 . Boiga cynodon
Status IUCN : Least concern
Sumber : Iskandar, Vogel, Wogan, Lilley,Diesmos, and Gonzales. 2012
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Boiga cynodon diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
2170 mm, panjang ekor 465 mm, panjang total (TL) 2635 mm, diameter mata
(ED) 9 mm, lebar kepala (HW) 33 mm, jarak internares (D-in) 10 mm, sisik
lingkar badan (D-Spoc) 17 mm, MSR 25 mm, jumlah sisik ventral 299 buah,
jumlah sisik ekor (SC) 286 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 9 buah, jumlah
sisik labial (IL) 6 buah dan panjang kepala (HL) 47 mm. Secara morfologi Boiga
cynodon memiliki tubuh bewarna cokelat muda dengan pola cokelat gelap.
Species ini memiliki bentuk oval dengan tipe sisik keeled. Species ini memiliki
bentuk tubuh typical, dengan bentuk kepala yang broad, bentuk rostral tumpul,
bentuk sisik ekor double row dan memiliki entuk sisik anal bividae dan jenis anal
plate species bividae. Species ini tidak memiliki sisik loreal dan memiliki loreal
pit 1 pasang.
Berdasarkan data diatas terdapat persamaan dan perbedaan dengan
litaratur Das (2006). Pada hasil pengamatan diperoleh jumlah sisik ventral 299
buah dan sisik caudal 286 buah. Sedangkan pada literatur Das (2006) disebutkan
bahwa Boiga cynodon memiliki sisik ventral 248 – 290 buah dan sisik caudal 114-
165 buah. Tetapi hasil pengukuran dan pengamtan yng dilakukanjuga diperoleh
hasil yang sama dengan literatur bahwa species ini memiliki sisik melingkar pada
badan yang terdiri dari 23 sampai 25 sisik. Umumnya species memiliki warna
tubuh yang agak cokelat muda dengan palang-palang cokelat atau hitam yang
gelap menjadi relatif lebih tebal ke arah ekor.
4.1.2.2 Dendrelaphis pictus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Colubridae
Genus : Dendrelaphis
Spesies : Dendrelaphis pictus Gambar 15 . Dendrelaphis pictus
Status IUCN : Least concern
Sumber : Mistar, 2008
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Dendrelaphis pictus diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL)
adalah 600 mm, panjang ekor 190 mm, panjang total (TL) 690 mm, diameter mata
(ED) 2 mm, lebar kepala (HW) 5 mm, jarak internares (D-in) 3 mm, sisik lingkar
badan (D-Spoc) 4 mm, MSR 15 mm, jumlah sisik ventral 169 buah, jumlah sisik
ekor (SC) 105 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 5 buah, jumlah sisik labial
(IL) 5 buah dan panjang moncong (SNL) 5 mm dan panjang kepala (HL) 15 mm.
Secara morfologi Dendrelaphis pictus memiliki bentuk tubuh yang kecil, tubih
bewarna hitam kehijauan. Species ini memiliki bentuk pupil yang bulat dengan
sisik yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh slender, denganbbnetuk
kepala yang membulat, bentuk rostral agak tumpul, bentuk sisik ekor dan sisik
anal double row dan jenis anal plate species ini berpasangan. Species ini memiliki
sisik loreal 2 buah dan tidak memiliki loreal pit.
Berdasarkan data diatas, hal tersebut sama dengan literatur Weber (1995)
yang menyatakan bahwa Dendrelaphis pictus tubuhnya kurus dan ramping
memiliki panjang maksimal hingga sekitar 1,5 m dengan panjang ekor mencapai
sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan. Ular ini memiliki karakteristik warna
yang tergantung pada keadaan ular tersebut berupa bintik-bintik hijau terang
kebiruan di bagian leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di
bawah sisik-sisik hitam atau perunggu dan baru terlihat jelas apabila ular merasa
terancam. Sisik-sisik ventral putih kekuningan atau kehijauan Pada masing-
masing sisi tubuh bagian bawah terdapat pita tipis kuning terang keputihan,
dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang sewarna oleh sebuah garis hitam tipis
memanjang hingga ke ekor.
4.1.2.3 Naja Sumatrana
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Naja
Spesies : Naja sumatrana Gambar 16 . Naja sumatrana
Status IUCN : Least concern
Sumber : Gracia, Chand, Diesmos & Sy, 2012
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Naja sumatrana diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
400 mm, panjang total (TL) 480 mm, diameter mata (ED) 3 mm, lebar kepala
(HW) 10 mm, jarak internares (D-in) 4 mm, sisik lingkar badan (D-Spoc) 3 mm,
MSR 17 mm, jumlah sisik ventral 180 buah, jumlah sisik ekor (SC) 53 buah,
jumlah sisik supra labial (SSL) 7 buah, jumlah sisik labial (IL) 7 buah dan
panjang moncong (SNL) 5,6 mm dan panjang kepala (HL) 25 mm. Secara
morfologi species ini bewarna kehitaman. Naja sumatrana ini memiliki bentuk
pupil yang bulat dengan sisik yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh
slender, dengan bentuk kepala yang tipikal, bentuk rostral agak, bentuk sisik ekor
dan sisik anal double row dan jenis anal plate species ini tunggal atau tidak
terbelah. Species ini tdak memiliki sisik loreal dan loreal pit.
Berdasarkan data diatas terdapat kesamaaan dengan literatur Chanhome,
Chaiyaburt, Siptrija dan Vasaruchapong (2011) bahwa Naja sumatrana tidak
memiliki tanda hood, umumnya memiliki panjang tubuh 900 mm sampai 1200
mm dan bahkan ada yang dapant mencapai 1500 mm. Pada bagian hood
umumnya terdapat 19-7 sisik, tetapi normalnya terdapat 21-25 buah sisik, pada
bagian tengah terdapat 15-19 sisik, pada bagian ventral biasanya terdapat 179
sisik sampai 201 sisik dan pada bagian ekor biasanya terdapat 50 sapai 57 buah
sisik. Sisik pada bagian ventral ekor Naja sumatrana bersifat tunggal atau tidak
terbelah. Secara morfologi hewan ini memiliki warna agak kecokelatan dan
memiliki kepala yang dapat melebar ketika merasa terancam. Hal ini juga sesuai
dengan literatur bahwa Naja sumatrana biasanya memiliki warna kecokelatan
atau cokelat tua, terkadang bewarna hitam, pola tenggorokan biasanya jelas dan
pada bagian punggung biasanya terdapat sekitar selusis cross band.
4.1.2.4 Python curtus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python curtus Gambar 17 . Python curtus
Status IUCN : Least concern
Sumber : Inger, Iskandar, Lilley, Jenkins, and Das, 2014
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Python curtus diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
2363 mm, panjang ekor 110 mm, panjang total (TL) 2463 mm, diameter mata
(ED) 6 mm, lebar kepala (HW) 40 mm, jarak internares (D-in) 15 mm, sisik
lingkar badan (D-Spoc) 20 mm, MSR 55 mm, jumlah sisik ventral 170 buah,
jumlah sisik ekor (SC) 27 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 6 buah, jumlah
sisik labial (IL) 17 buah dan panjang moncong (SNL) 23 mm dan panjang kepala
(HL) 32 mm. Secara morfologi species ini bewarna cokelat dan memiliki nekor
yang pendek. Python curtus ini memiliki bentuk pupil yang vertical dengan sisik
yang smooth. Species ini memiliki bentuk tubuh snouth, dengan bentuk kepala
medium, bentuk rostral tumpul, bentuk sisik ekor dan sisik anal double row dan
jenis anal plate species ini double. Species ini memiliki 3 sisik loreal dan tidak
memiliki loreal pit.
Berdasarkan data diatas terdapat kesamaan dengan literatur Mehrtens
(1987) Python curtus dewasa dapai mencapai panjang tubuh 1500 mm sampai
1800 mm bahkan lebih dengan berat badan yang besar. Ular ini mmeiliki ekor
yang pendek dari keseluruhan panjang tubuhnya. Ular ini memiliki tubuh dengan
pola warna yang terdiri dari warna dasar kuning kecokelatan atau abu-abu
kecokelatan dengan bercak-bercak besar bewarna merah bata pada bagian tubuh.
Python curtus memiliki bentuk pupil yang vertical dan sisik yang halus (smooth).
Ular ini biasanya sering ditemukan diperkebunan pohon hingga pegunungan dar
habitat 1000 meter dari atas permukaan laut.
4.1.2.5 Pelamis platura
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo :Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Pelamis
Spesies : Pelamis platura Gambar 18 . Pelamis platura
Status IUCN : Least concern
Sumber : Guinea, M., Lukosheck, V., Cogger, H., Rasmussen, A. Murphy, J.
Lane, A., Sanders, K., Lobo, A., Gatus, J., Limpus,C., Milton, D.,
Courtney, T., Read, M., Fletcher, E and Marsh, D. 2010.
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum yang dilakukan
terhadap Pelamis platura diperoleh hasil dimana panjang standar (SVL) adalah
365 mm, panjang ekor 45 mm, panjang total (TL) 410 mm, diameter mata (ED) 2
mm, lebar kepala (HW) 13 mm, jarak internares (D-in) 3 mm, sisik lingkar badan
(D-Spoc) 8 mm, MSR 23 mm, jumlah sisik ventral 57 buah, jumlah sisik ekor
(SC) 45 buah, jumlah sisik supra labial (SSL) 11 buah, jumlah sisik labial (IL) 10
buah dan panjang moncong (SNL) 1,8 mm dan panjang kepala (HL) 20 mm.
Secara morfologi species ini bewarna hitam pada bagian dorsal dan kuning pada
bagian ventral. Pelamis platura ini memiliki bentuk pupil yang oval dengan tipe
sisik keeled. Species ini memiliki bentuk tubuh typical, dengan bentuk kepala
meruncing, bentuk rostral meruncing, bentuk sisik ekor single dan sisik anal
double row dan jenis anal plate species ini tunggal. Species ini memiliki 3 sisik
loreal dan tidak memiliki loreal pit.
Berdsasarka data diatas terdsapat kesamaan dengan literatur Smith (1943)
yang menyatakan bahwa Pelamis platura memiliki sisik meilingkar pada badan
sekitar 23 sampai 47 buah. Panjang total pada jantan dapat mencapai 720 mm san
betina dapat mencapai 880 mm, dengan panjang ekor pada jantan dapat mecapai
80 mm dan betina 90 mm. Species ini memiliki warna yang variabel, tetapi sering
bewarna hitam pada bagian dorsal dan bewarna kuning atau cokelat pada bagian
ventral. Pelamis platura memiliki kepala yang sempit, dengan lubuh hidung yang
terlihat lebih jelas. Namun dari persamaan yang diperoleh juga terdapat perbedaan
jumlah sisik pada ventral dan jumlah sisik pada labial antara hasil praktikum
denganliteratur. Dari hasil pengamatan diperoleh jumlah sisik ventral 57 buah dan
sisik labial 10 buah. Sedangkan pada literatur tedapat 264-406 sisik ventral dan 7-
8 sisik labial.
DAFTAR PUSTAKA
Buhlmann, K. Rhodin, , A & Van Dijk, P.P. 2000. Asian Turtle Trade Working
Group 2000. Coura amboinensis. The Red List of Threatened Species.
www.iucnredlist.org Diakses 28 Maret 2015.
Das, I. 2006. A Photographic guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo.
Ralph Curtis Books. Sanibel Island, Florida
Das, I. 2010. A Field Guide to the Reptile of South Asian-east Asia. New Holland
Publisher. UK
Djuhanda, T. 1982. Anatomi Dari Empat Spesies Hewan Vertebrata.
Armico. Bandung.
Grismer, L., Chand, Srd., Diesmos, a.s., & Sy. E. 2012. Naja sumatrana. The
IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1
April 2015
Guinea, M., Lukosheck, V., Cogger, H., Rasmussen, A. Murphy, J. Lane, A.,
Sanders, K., Lobo, A., Gatus, J., Limpus,C., Milton, D., Courtney, T.,
Read, M., Fletcher, E and Marsh, D. 2010. Pelamis platura. The IUCN Red
List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1 April 2015
Inger R,F. Lian, T.F. 1996. The Natural History of Amphibian and Reptiles in
Sabah. Natural History Publication (Borneo) Sdn. Bhd.
Inger R, F., Iskandar, D., Lilley, R., Jenkins, H and Das, I. 2014. Python curtus.
The IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 1
April 015
Iskandar, D.T and Erdelen, W.R. 2006. Concervation of Amphibians and Reptiles
in Indonesia. Issues and problems. Amphib. Reptile concerv. 4(1) : 60-87
Iskandar, D., Vogel, G., Wogan, G., Lilley, R., Diesmos, A., and Gonzales. 2012.
Boiga cynodon. The IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org
Diakses 1 April 2015
Lim, K.P., Lim, L.K.,1992. A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore.
Singapore Science Centre.
Mehrtens, J.M. 1987. Liivng Snake of The World in Color. Sterling Pubhlisher.
New York
Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi dan reptile di Areal Mawas Provinsi
Kalimantan Tengah. Bos Foundation. Kalimantan Tengah
Ota, H and Whitaker, A.H. 2010. . The Red List of Threatened Species.
www.iucnredlist.org Diakses 30 Maret 2015.
Pope. , CH. 1956. The Reptile World. Routledge and Kegal Paul Ltd. London.
Pough, F. H. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey.
Rodrigues, Maurice. 2003. The Complete Chelonian Taxonomy List World
Chelonian Trust. http://www.chelonia.org/Turtle_Taxonomy.html Di akses
25 Maret 2015
Smith, M.A. 1943. The Fauna of British India, Ceylon and Burma, including the
Wholw of Indo-Chinese Sub-region. Reptiles and Amphibians. Vol. III.
Serpentes. Pp 583
Van Dijk., Harding, J & Hammerson, G.A. 2013. Trachemys scripta. The IUCN
Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org Diakses 28 Maret
2015.
Vogel, G., David,P.P., Van Rooijen & N. Vidal. 2007. Revision of the
Tropidolaemus wagler complex (serpentes : vipiridae : crotalinae).
Definition of included taxa and redescription of Tripodalaemus wagleri.
Zootaxa. 1664 : 1-40