Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

“Sildenafil”

OLEH

Nama : Eddy Sutrisno Ranin


NIM : 1501149

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2019
SILDENAFIL
Sildenafil sitrat diindikasikan untuk terapi disfungsi ereksi (impotensi) yang
disebabkan secara organik. Mekanisme kerja sildenafil sitrat adalah
menghambat phosphodiesterase 5 (PDE-5) yang berfungsi mengubah cycle
guanosine monophosphate (cGMP) menjadi GMP.
Efek samping sildenafil sitrat antara lain: muka memerah, pusing, nyeri perut,
mual, diare, sensitif pada cahaya (fotosensitif), kepekaan mendengar berkurang,
kepala pening.
Sildenafil sitrat dapat menyebabkan hipotensi berat yang dapat menyebabkan
stroke. (Hoffman Brian B, 2001)
Pengobatan oral dengan sindenafil Obat-obat oral DE yang sudah tersedia di
pasaran maupun yang masih dalam penelitian adalah inhibitor enzim
phosphodiesterase (PDE) 5/sildenafil, apomorfin SL (sublingual), dan
phentolamine. (2) Pada makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai
penggunaan sildenafil. Sildenafil diakui oleh Food and Drug dengan keberhasilan
sekitar 60 – 70% tergantung padapenyebab DE. (1)
Pada pasien diabetes, angka keberhasilan sekitar 50%. (1,6) Terapi lain
termasuk injeksi obat secara intrakavernosa dapat menjadi pilihan lain bagi
penderita yang tidak berhasil dengan sildenafil. (6) Walaupun obat oral sangat
mudah penggunaannya, namun perlu diingat bahwa pemakaiannya perlu
memperoleh pertimbangan dan pengawasan yang ketat. Karena obat oral pun
dapat memberikan efek samping yang tidak terduga dan membahayakan. Oleh
sebab itu maka pengawasan secara teratur masih tetap diperlukan, hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya adverse events yang
mungkin saja terjadi selama penggunaan. ( 2)
Mekanisme kerja sidenafil Sildenafil bukan merupakan zat perangsang dan juga
tidak meningkatkan nafsu seksual, tetapi hanya bekerja bila ada stimulasi
seksual/ rangsangan erotik (1) dengan demikian, sampai saat ini hanya ada satu
macam obat oral yang patut disebut sebagai oral erotic agent.(2) Sildenafil
bekerja secara kompetitif menghambat enzim PDE 5, sehingga perombakan
cGMP yang terbentuk dengan terlepasnya NO akibat stimulasi seksual akan
terhambat. Dengan demikian akan terjadi relaksasi otot polos korpora kavernosa
yang cukup lama untuk suatu ereksi yang memuaskan. (4) Dengan dosis yang
dianjurkan, sildenafil tidak akan berfungsi bila tidak ada rangsangan seksual. (5)
Sildenafil bekerja selektif terhadap PDE5 dibandingkan terhadap PDE yang lain.
Dengan demikian, efek utamanya adalah terhadap korpus kavernosus di penis,
namun karena PDE5 juga terdapat pada pembuluh darah maka pengaruh
sildenafil terhadap pembuluh darah juga tidak bisa diabaikan. Sildenafil hanya 10
kali lebih kuat untuk PDE 5 dibandingkan PDE 6 yang banyak terdapat di retina.
(4,5) Biasanya sildenafil mulai bekerja satu jam setelah dikonsumsi dan ereksi
akan terjadi sebagai respon bila terdapat stimulasi seksual. Dosis yang
digunakan 25 – 100 mg (6) dengan dosis maksimal 100mg dianjurkan hanya
untuk penggunaan sekali sehari. Terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kadar sildenafil plasma yaitu : umur 65 tahun, gangguan hati
seperti sirosis, gangguan ginjal berat (kreatinin klirens < 30ml / menit),
obatobatan (eritromisin, ketokonazol, itrakonazol). Oleh karena itu, pada pasien
di atas tersebut disarankan hanya diberikan dosis 25 mg bila memerlukan
penggunaan sildenafil(5) Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fakultas
Kedokteran Universitas John Hopkins, Baltimore, telah menemukan bahwa
sildenafil mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk gastroparesis yang
umumnya terjadi pada penderita diabetes. Telah didapatkan bahwa mekanisme
kerja pengaturan NO pada pylorus sama dengan pada penis, tetapi penelitian
mengenai hal ini belum dipatenkan oleh John Hopkins, karena memerlukan
penelitian lebih lanjut. (7,8
Efek samping sildenafil Sampai sekarang efek samping yang dilaporkan adalah
efek yang berhubungan dengan kerja sildenafil sebagai penghambat dari PDE 5
di berbagai jaringan yaitu berupa: (1,4) 1. efek vasodilatasi : sakit kepala,
flushing, rhinitis, dizziness, hipotensi dan hipotensi postural. 2. efek pada saluran
cerna : dispepsi dan rasa panas di epigastrium. 3. efek gangguan visual :
penglihatan berwarna hijau kebiru-biruan, silau, dan penglihatan kabur. Gejala
ini berlangsung selama beberapa jam (1-5 jam) terutama terjadi pada dosis
tinggi, karena itu para dokter mata menganjurkan dosis tidak melebihi 50 mg.
Gangguan visus ini terjadi karena selektivitas sildenafil terhadap PDE 5 hanya
berbeda 10 kali dibanding PDE 6 yang banyak terdapat di mata, oleh karena itu
pengggunaan sildenafil pada pasien laki-laki yang menderita retinitis pigmentosa
harus dipertimbangkan dengan berhati-hati. 4. gangguan terhadap otot rangka
seperti mialgia, terutama didapati pada multiple daily dose, tetapi belum diketahui
mengapa efek ini timbul. Terdapat laporan mengenai efek kardiovaskular seperti
serangan jantung dan kematian mendadak, tetapi belum diketahui apakah hal
tersebut berkaitan langsung dengan sildenafil, aktivitas seksual, penyakit yang
menyertai pasien sebelumnya, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Aktivitas seksual pada pasien dengan penyakit jantung juga merupakan resiko
potensial tersendiri. Aktivitas tersebut meningkatkan beban jantung, sehingga
risiko infark miokard meningkat 2,5 kali pada dua jam setelahnya, disamping itu
juga meningkatkan aritmia jantung. (1) Studi yang dilakukan oleh Holter (9)
menyatakan bahwa 31 % laki-laki dengan penyakit jantung koroner mengalami
iskemia selama koitus (7 persen gejala iskemia dan 24 persen silent iskemia).
Pasien dengan terapi nitrat merupakan kontraindikasi untuk pemakaian sildenafil,
karena diketahui bahwa sildenafil mempunyai efek potensiasi hipotensi dengan
senyawa nitrat. Walaupun demikian pada pertemuan American Urological
Association, (6) dipresentasikan data yang menggambarkan keamanan
penggunaan sildenafil dalam jangka waktu yang lama. Telah ditemukan bahwa
insidens infark miokard yang dipantau dari 6.500 pasien yang berpartisipasi
besarnya 0,84 per 100 pada kelompok sildenafil dibandingkan dengan 1,05 per
100 pada kelompok plasebo. Shah dkk (9) menyatakan, bahwa pengukuran
serum testoteron dan prolaktin perlu dilakukan pada laki-laki dengan DE. Pada
pria dengan defisiensi testoteron, maka terapi testoteron akan meningkatkan
libido. Demikian pula pada pria dengan hiperprolaktinemia, ternyata pendekatan
terapi dapat memperbaiki fungsi seksual. Oleh sebab itu maka dianjurkan untuk
mengoreksi dahulu abnormalitas endokrin, sebelum menambahkan sildenafil
bilamana diperlukan sebagai terapi inisial
Kontraindikasi pemakaian sildenafil Kontraindikasi absolut dari pemakaian
sildenafil adalah pasien yang menggunakan semua bentuk nitrat. Preparat nitrat
tidak boleh dikonsumsi selama 24 jam penggunaannya. Mild angina yang
berulang terjadi setelah pemakaian sildenafil adalah kontraindikasi absolut
lainnya, dan pasien sebaiknya disarankan untuk beralih pada preparat non nitrat
anti ischemic heart disease seperti penghambat beta. Sama juga halnya jika
unstable angina yang dijumpai pada pemakaian sildenafil, maka hanya obat
penghambat beta, Ca channel blocker, narkotik, heparin, dan aspirin yang boleh
digunakan. Kontraindikasi lainnya adalah pada pasien yang baru saja mengalami
stroke atau infark miokardial, tekanan darah kurang dari 90/55 mmHg, volume
darah yang rendah, penyakit degeneratif retina, gagal jantung, dan kondisi atau
obat-obatan yang dapat menyebabkan waktu paruh sildenafil menjadi panjang.
(1,4,5,6) Garbett (10) mendapatkan suatu obat oral untuk DE yang bekerja mirip
dengan sildenafil, yaitu IC 351, Tetapi IC 351 ini memiliki durasi aksi yang lebih
lama dan tidak mempunyai efek samping seperti perubahan penglihatan warna
dan gangguan kardiovaskular yang berarti seperti halnya pada sildenafil.
Berdasarkan percobaan terhadap 600 pasien yang diberikan obat ini, tidak
dijumpai komplikasi kardiovaskular yang serius.
DAFTAR PUSTAKA
1. Henwood J. Sildenafil for erectile dysfunction. Medical Progress
2. Feldman HA, Goldstein I, Hatzichrictou DG, Krane RJ, McKinley JB.
Impotence and its medical and psychosocial correlates : results of the
Massachusetts male aging study. J Urol
3. Taher A, Karakata S, Adimoelya A, Pangkahila W, Kakiailatu F.
Penatalaksanaan disfungsi ereksi. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan;10
Juli 1999;Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
4. Boolell M, Gepi-Attee S, Gingel JC, Allen MJ. Sildenafil : a novel effective
oral therapy for male erectile dysfucntion. Br J Urol.
5. Lue TF. A study of Sidelnafil (Viagra), a new oral agent for the treatment of
male erectile dysfunction. J Urol 1997;157 (suppl):181Goldstein I, Lue TF,
Padma-Nathan H, Rosen RC, Steers WD, Wicker PA. Oral Sidelnafil on the
treatment of erctile dysfunction. N Engl J Med.
6. Gottlieb S. Sildenafil may help diabetic patients. BMJ.
7. Boolell M, Pearson J, Gingell JC, Gepi-Attee S, Wareham K, Pride D.
Sildenafil (Viagra) is anefficacious oral therapy in diabetic patients with
erectile dysfunction. Int J Impot Res.
8. Shah PK, Schwartz I, Mc Carthy D, Saldana MJ, Villaran C, Alholel B. et al.
Sildenafil in the treatment of erectile dysfunction. N Engl J Med.
9. Garbett R. “New generation ED treatment” in pipeline. Asian Medical News.

Anda mungkin juga menyukai