Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
masih aktif. Seseorang lanjut usia yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap
sebagai keadaan pengaturan diri, atau kebebasan individu manusia untuk memilih,
untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya
mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak
lanjut usia yang secara fisik kesehatannya cukup prima. Dari aspek sosial ekonomi
dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan
hidup, baik lanjut usia yang memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak.
Tingginya tingkat kemandirian mereka diantaranya karena orang lanjut usia telah
12
Universitas Sumatera Utara
13
hayat hidupnya.
mengurusi dirinya sendiri, ini berarti bahwa jika seseorang sudah menyatakan dirinya
siap mandiri berarti dirinya ingin sesedikit mungkin minta pertolongan atau
tergantung kepada orang lain. Mandiri bagi orang lanjut usia berarti jika mereka
Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut : (1) dapat
buruk (2) memperoleh kepuasan dari perjuangannya (3) merasa lebih puas untuk
memberi daripada menerima (4) secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas (5)
berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan (6)
menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari depan (7)
menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif (8)
aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain:
minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL terdiri atas skala
Intermediate Activity of Daily Living (IADLs), dan Advanced Activity of Daily Living
(AADLs). Skala ADL dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat
dirinya sendiri (self care), dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari
kinerja (performance).
fungsi luhur/pikun atau mengidap berbagai penyakit. Ketergantungan lanjut usia yang
tinggal di perkotaan akan dibebankan kepada anak, terutama anak wanita (Herwanto,
2002). Anak wanita pada umumnya sangat diharapkan untuk dapat membantu atau
merawat mereka ketika orang sudah lanjut usia. Anak wanita sesuai dengan citra
dirinya yang memiliki sikap kelembutan, ketelatenan dan tidak adanya unsur
“sungkan” untuk minta dilayani. Tekanan terjadi apabila lanjut usia tidak memiliki
anak atau anak pergi urbanisasi ke kota. Mereka mengharapkan bantuan dari kerabat
dekat, kerabat jauh, dan kemudian yang terakhir adalah panti werdha.
Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental.
Ditinjau dari kualitas kesehatan mental, dapat dikemukakan hasil kelompok ahli dari
WHO pada tahun 1959 (Hardywinoto, 1999) yang menyatakan bahwa mental yang
sehat (mental health) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) dapat menyesuaikan
diri dengan secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau realitas tadi buruk
(2) Memperoleh kepuasan dari perjuangannya (3) merasa lebih puas untuk memberi
daripada menerima (4) secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas (5)
berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan (6)
menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari depan (7)
mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif (8)
Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup.
Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas
ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar meliputi kemampuan
merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil dan mandi. Sedangkan
dan kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensi-potensi mereka sendiri
mandiri menurut Koswara (1991) adalah mempunyai (1) kemantapan relatif terhadap
mempertahankan ketenangan jiwa (3) kadar arah yang tinggi (4) agen yang merdeka
(5) aktif dan (6) bertanggung jawab. Lanjut usia yang mandiri dapat menghindari diri
dari penghormatan, status, prestise dan popularitas kepuasan yang berasal dari luar
Seorang yang mandiri menurut R. Boedhi Darmojo dalam buku Ilmu Penyakit
assistance)
8. Rekreasi dan hiburan sehat yang lain ( Rekreational activities, picnics, etc)
10. Bantuan alat-alat panca indera seperti kacamata, hearing aid (Other
and facilities).
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang,
papan, seks dan sebagainya (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah
kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah
seperti keutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs)
adalah kebutuhan akan harga diri untuk di akui akan keberadaannya, dan (5)
menimbulkan masalah terhadap kesehatan fisik dan psikis lanjut usia sehingga dapat
mengurusi dirinya sendiri, ini berarti bahwa jika seseorang sudah menyatakan dirinya
siap mandiri berarti dirinya ingin sesedikit mungkin minta pertolongan atau
tergantung kepada orang lain. Lanjut usia yang mandiri adalah lanjut usia yang
kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu unutk menjalankan kehidupan
pribadinya (Setiati, 2000). Kemadirian pada lanjut usia meliputi kemampuan lanjut
usia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, seperti : mandi, berpakaian rapi, pergi ke
toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK atau BAB, serta dapat makan sendiri
(Setiati, 2000).
ADL adalah merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi
antara lain: ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat.
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan. Dengan kata lain,
besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari serta untuk
menyusun rencana perawatan jangka panjang. Dalam literatur terdapat pula istilah
ADL instrumen, merupakan aktivitas yang lebih kompleks namun mendasar bagi
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar
dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas.
dikembangkan oleh Barthel dan Kats. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi
secara fungsional. Indeks terdiri atas 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap
makan.
wawancara, dan pemeriksaan status mental. Informasi yang dihimpun melalui fungsi
kognitif, psikomotor, pandangan dan penalaran, serta kontak dengan realita (Black,
adalah yang disebut Mini Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini
dilakukan untuk dapat menentukan pikiran serta proses mental, apakah lansia dapat
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh
(endogen), pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini karena pada
lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat
kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon, enzim, dan zat-zat
yang diperlukan untuk kekebalan menjadi berkurang. Sering pula, penyakit lebih satu
jenis (multipatologi) dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling
berkaitan dan memperberat. Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering
depresi. Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja
yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru sering tersembunyi
dialami oleh lansia dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi
(Maryam, 2011).
a. Faktor Kesehatan
kesehatan fisik dan mental. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia
dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan mental meliputi
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan mental lanjut usia.
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
panca indera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu (Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri
sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran
kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gallo (1998) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses
reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi
hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia. Secara teori lanjut
usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan
psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Persentase yang paling tinggi adalah
mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan yang baik mereka bisa
dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Darmojo (2004)
bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara
menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak
dari mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga
mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri.
Zainudin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif
dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian
lanjut usia sebagai berikut : (1) Tipe kepribadian konstruktif, pada tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua (2) Tipe
kepribadian mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power
syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan
otonomi pada dirinya (3) Tipe kepribadian tergantung, pada tipe ini sangat
masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus
terbawa arus kedukaan (4) Tipe kepribadian bermusuhan, pada tipe ini setelah
memasuki masa lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak
menyebabkan kondisi ekonomi rusak (5) Tipe kepribadian kritik diri, tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
b. Usia
Hubungan antara usia dan penyakit amat erat. Laju kematian untuk banyak
menurunnya kemampuan lansia berespon terhadap stres, baik stres fisik maupun stres
pada berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada
penurunan berbagai fungsi tubuh (Pranarka, 2006). Kemandirian jika dilihat dari
gambaran usia maka memberikan gambaran tren yang makin menurun seiring
dengan peningkatan umur. Hal ini menunjukkan keadaan secara alami terjadi bahwa
(Budijanto, 2008). Diperkirakan 20% dari lansia yang berusia 70 tahun keatas dan
50% lansia berusia 85 tahun keatas mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas
dan pada umumnya mulai timbul pada usia 70 tahun dan memerlukan bantuan pada
usia 80 tahun (Heikkinen, 2003). Hasil penelitian Dewi (2012) terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan tingkat kemandirian lanjut usia di Puskesmas
Rantau Utara.
hubungan yang bermakna antara usia dengan kemandirian lansia (p<0,05). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009), bahwa terdapat hubungan antara usia
Komnaslansia (2005) dan Papalia (2008) dengan meningkatnya usia maka secara
alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri
c. Jenis kelamin
kemandirian. Lajut usia, khususnya wanita yang tinggal sendiri di pedesaan tidak
mempunyai atau tidak cukup penghasilannya. Hal ini akan berdampak terhadap
kesehatan dan kemandiriannya. Walaupun wanita hidup lebih lama dari pria, akan
Demikian pula menurut Kind (1998) menyatakan bahwa wanita usia lebih dari
atau sama dengan 70 tahun cenderung mempunyai problem kesehatan yang lebih
tinggi dibanding laki-laki pada usia yang sama. Dalam kenyataannya, wanita yang
telah berusia lima puluhan atau lebih mengalami risiko patah tulang lebih banyak,
dibandingkan pria pada usia yang sama. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada
wanita daripada pria dan merupakan masalah kesehatan utama, khususnya pada
kali lebih besar dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas instrumental
bahwa terdapat hubungan signifikan antara faktor jenis kelamin dengan tingkat
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kemandirian lansia (p>0,05).
Hasil penelitian Darmojo (2004), bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin
besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring dengan
dapat dilihat bahwa wanita lebih banyak yang mandiri. Dapat dilihat dalam
masyarakat bahwa lebih banyak wanita yang ditinggalkan suaminya, yang dapat
d. Aktivitas Sosial
pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia berasal
dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari
prilaku orang lain. Pekerjaan yang dilakukan sendiri pun dapat menimbulkan
kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya
(Suhartini, 2004).
hubungan yang bermakna antara kehidupan beragama dengan kemandirian lansia (p <
0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yeniar (2004)
Kegiatan agama yang paling banyak dilaksanakan oleh responden adalah sholat lima
waktu sehari semalam yaitu (97,7%), dan yang paling sedikit dilaksanakan responden
adalah bersedekah/member santunan anak yatim dan fakir miskin yaitu (66,6%).
Seybold dan Hill (2001) dalam studinya menemukan agama memainkan peran
mendukung bagi banyak lansia, hal ini antara lain dukungan sosial, keinginan akan
gaya hidup yang sehat, persepsi tentang control terhadap hidup mereka melalui doa,
mendorong kondisi emosi positif, penurun stres dan keimanan terhadap Tuhan
sebagai cara hidup yang baik. Agama memiliki pengaruh positif pada kesehatan
mental secara fisik dan usia. Ibadah yang bersifat hubungan dengan Tuhan sebagian
besar responden dapat melaksanakan dengan baik. Tetapi ibadah yang berhubungan
dengan manusia lain belum dapat dilakukan dengan baik seperti bersedekah terhadap
anak yatim dan fakir miskin. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi responden
perasaan empati terhadap orang lainyang dapat menurunkan sifat egois seseorang,
sehingga akan muncul ketenangan dalam jiwa yang dapat menekan rasa stres.
Bersedekah tidak harus dilakukan dengan uang yang banyak, tetapi dapat dilakukan
dengan jumlah yang sangat sedikit sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan dalam
memberikannya. Oleh karena itu lansia dapat meningkatkan ibadah bersedekah ini
sosial dan religius. Mental yang sehat ditandai dengan adanya integrasi diri, regulasi
emosi, sentimen, dan segenap tingkah laku. Oleh karena itu, agama mengarahkan
para lansia pada perubahan sikap mentalnya yaitu rajin beribadah, supel dan mudah
berinteraksi dengan orang lain. Karena itu, sangatlah penting kehidupan beragama
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan
fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi. (Paris
Erikson. Perkembangan psikososial lansia adalah tercapainya integritas diri yang utuh
mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit
rangsangan dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering terjadi pada kaum lansia (Nugroho, 2000).
dijelaskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Lanjut usia menurut Hardywinoto (2007) terdiri dari 3 kategori, yaitu
young old (70 – 75 tahun), old (75 – 80 tahun) dan very old (di atas 80 tahun).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan batasan lanjut usia sebagai berikut:
Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua
sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Asumsi dasar tentang
teori penuaan yang harus diperhatikan dalam mempelajari lansia yaitu (1) lansia
adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi
tua, tetapi perkembangan dari bayi, anak–anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua.
Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis
seperti orang usia 50 tahun, (2) peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari
proses penuaan yang baik dapat dilihat dari kesehatan fisik dan mental lansia, fungsi
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses penuaan merupakan suatu proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak-anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
Proses tua secara umum ditandai dengan adanya kemunduran fungsi organ
tubuh. Kemunduran yang sering terjadi oleh lanjut usia lebih dikenal dengan istilah
kemampuan, visual sparsial dan intelegensi umum) dan psikomotor pada lanjut usia
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity
of daily living (Setiawan, 2009). Bantuan hidup bagi lansia merupakan alternatif yang
digunakan bagi lansia yang merasa tidak aman dalam kehidupannya, sehingga
Menjadi tua merupakan suatu proses yang natural. Penuaan akan terjadi pada
semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran
pada waktu yang sama. Meski proses menjadi tua terjadi secara universal, tetapi tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab mengapa manusia menjadi tua pada
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan
memerlukan kerjasama para pihak antara lain peran aktif dari lanjut usia dan
keluarganya dalam melaksanakan gaya hidup sehat serta perawatan diri lanjut usia itu
sendiri, masyarakat, pemerintah, organisasi dan kelompok pemerhati lanjut usia serta
profesi di bidang kesehatan yang menyangkut penyediaan dana, sarana serta sumber
a. Perubahan Fisik
1). Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan
intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun,
jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atropi
dan beratnya berkurang 5-10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
(Nugroho, 2008).
2). Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terjadi penebalan dan kaku pada katup jantung,
berkurang dan perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri dapat
pusing mendadak. Tekanan darah dapat naik yang di akibatkan oleh meningkatnya
3). Respirasi
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli
4). Pernafasan
merespons dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang
penciuman dan perasa serta lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Hubungan
pernafasan menurun dan lambat berespon atau bereaksi khususnya terhadap stress
(Nugroho, 2000).
Menurunnya hubungan persarafan, berat otak pun menurun 10-20% (sel saraf
otak setiap orang berkurang setiap harinya). Respon dan waktu untuk bereaksi
terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif
5). Pendengaran
terjadi atrofi pada membran timpani dan penumpukan serumen yang dapat mengeras
telinga dalam terutama terhadap suara-suara tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit
6). Penglihatan
Pada sistem penglihatan sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap
sinar menghilang, terjadi kekeruhan pada lensa, menjadi katarak, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susah bila menglihat gelap, terjadi
menurun, terutama warna biru atau hijau (Nugroho, 2008). Respons terhadap sinar
7). Muskuloskeletal
(Kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
bagian vetebra, pergelangan. Insiden osteoforosis dan fraktur meningkat pada area
tulang tersebut. Kartilango yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan haus. Kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, terjadi
berkurang). Atrofi serabut otot, serabut otot menjadi kecil sehingga gerakan menjadi
lambat, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit
8). Gastrointestinal
menurun sehingga daya tahan absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil
frekuensi buang air seni meningkat. Prostate: Hipertrofi pada 75% lansia (Maryam,
2008)
10). Endokrin
tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah. Produksi dari ACTH, TSH,
11). Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan
Pada sistem integumen, kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak dan permukaan kulit menjadi kusam, kasar, bersisi, timbul bercak pigmentasi
akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga
tampak bintik-bintik atau noda coklat, terjadi perubahan disekitar mata, tumbuhnya
kerutan halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, jumlah dan fungsi kelenjar
Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori (daya ingat)
menurun karena proses encoding menurun (Maryam, 2008). Lansia yang tidak
memiliki demensia atau gangguan alzaimer, masih memiliki kemampuan belajar yang
baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar sejak lahir sampai akhir hayat. Pelayanan
kesehatan lanjut usia yang bersifat promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif adalah
b. Perubahan Mental
lanjut usia adalah perubahan pada sikap yang semakin egosentris, mudah curiga dan
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Sikap umum yang di temukan pada
hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika meninggal pun,
mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang
kesehatan badannya. Sikap hidup, perasaan, dan emosi akan memengaruhi perubahan
mental lansia. Perubahan mental seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian orang
tersebut. Seseorang yang kepribadiannya ambisius akan selalu berambisi untuk lebih
mau ketika memasuki masa lansia akan cenderung gelisah, mudah stress, merasa di
remehkan, dan tidak siap tinggal dirumah. Sebaliknya jika kepribadian seseorang itu
tenang dan mencapai sesuatu dengan usaha yang tidak terburu-buru, orang tersebut
terhadap orang yang sudah lansia berbeda secara sosial. Sikap sosial yang kurang
baik ini sering menyebabkan lansia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada budaya timur, adat nilai yang masih mengagungkan dan menghormati orang
tua. Orang tua dianggap sebagai orang yang bijaksana dan banyak pengalaman yang
selalu menjadi panutan. Perubahan mental pada lansia dapat dikurangi dengan sikap
positif “orang muda” yang tidak menilai lansia sebagai orang lusuh, lemah, siap
kemandirian yaitu :
a. Jenis Kelamin
Kemandirian lansia dipengaruhi oleh jenis kelamin dalam hal ini, laki-laki
b. Usia
Seseorang yang telah memasuki lanjut usia biasanya akan mengalami penurunan
sehari-hari.
c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga merupakan susunan atau pola yang dibangun didalam keluarga.
fungsi keluarga.
d. Budaya
Setiap daerah memiliki adat isdiadat yang berbeda. Pada budaya barat lansia lebih
mandiri.
e. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk sosial memang tidak dapat dipisahkan dengan manusia
lain dan juga lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang baik dapat
Setiap individu berbeda, ada yang ingin melakukan sesuatu dengan bebas tanpa
harus di kekang oleh orang lain. Perbedaan setiap individu ini juga mempengaruhi
a. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan bagi penduduk lanjut usia sebagai faktor yang memengaruhi
kemandirian lanjut usia perlu diperhatikan meliputi keadaan kesehatan fisik dan
mental. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik
menurun pada usia setengah baya. Pada lanjut usia juga mengalami penurunan
demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan
usia, maka banyak dari mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan
b. Faktor Sosial
hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman sekerja yang biasanya
menjadi menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat di jumpai setiap hari.
berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul
dengan orang lain. Secara sosial lansia mandiri itu melakukan aktivitas sosial,
memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan mendapat dukungan dari
Faktor Sosial :
Aktifitas Sosial
Berdasarkan pada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Kondisi Kesehatan Fisik Kemandirian Lanjut Usia
d. Kondisi Kesehatan Mental
e. AktivitasSosial