Anda di halaman 1dari 5

1.

VOUGHAN

KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersambungan dcngan kulit pada lepi kelopak (persambungan mukokutan)
dan dengan epitel kornea di limbus.

Konjungtiva palbebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekal erat ke tarsus. Di
tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan
inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali.
Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik. (Duktus-duklus kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di
limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat
longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya.

Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di
kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struklur epidermoid
kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial kc bagian dalam plika semilunaris dan
merupakan zona transisi yang mengandung clemen kulit dan membran mukosa.

Histologi

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial
dan basal.

Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat pcrsambungan
mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel
goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea.
Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa
(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada nconatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi
folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar
pada bola mata.

Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan funginya mirip kelenjar

lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas, dan sedikit
ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.
Perdarahan, Limfe, & Persarafan

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini
beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola
arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.

Pembuluh limfe konjungtiva tcrsusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan
bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya
relatif sedikit mempunyai serat nyeri.

KERATOKONJUNGTIVITIS VERNALIS

Penyakit ini juga dikenal sebagai "catarrh musim semi" dan "konjungtivitis musiman" atau
"konjungtivitis musim kemarau", adalah penyakit alergi bilateral yang jarang, biasanya mulai dalam
tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada anak
laki-laki daripada perempuan. Alergen spesifiknya sulit dilacak, namun pasien keratokonjungtivitis
vernalis kadang-kadang menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan
sensitivitas tepung sari rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas dan musim
gugur daripada di musim dingin.

Pasien umumnya mcngeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat. Biasanya
terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya) dan kadang-kadang pada
pasien muda juga. Kon jungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebrae superior sering memiliki papila raksasa mirip
batiu kali (Gambar 5-16). Setiap papila raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan
mengandung berkas kapiler.

Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada
beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus,
yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada
kornea dekat papila limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus
pada bebcrapa pasien dengan keratokonjungtivitis vernal selama fase aktif dari penyakit ini. Banyak
eosinofil dan granulac eosinofilik bebas terdapat di dalam sediaan hapus yang terpulas Giemsa dari
eksudat konjungtiva.

Sering tampak mikropannus pada keratokonjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus
besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah
mengalami krioterapi, pengangkatan papila, iradiasi, atau prosedur yang dapat merusak lainnya.
Mungkin timbul ulkus kornea superfisial ("tameng") (lonjong dan terletak di superior) dan dapat
berakibat parut ringan pada kornea. Sering terdapat keratitis epitelial difus khas. Tidak satu pun Iesi
kornea ini berespons baik terhadap terapi standar.

Penyakit ini mungkin disertai keratokonus.


Terapi

Karena keratokonjungtivitis vernal adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa
medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka-pendek, berbahaya jika dipakai
jangka-panjang. Steroid topikal atau sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit
mempengaruhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain)
dapat sangat merugikan. Cromolyn topikal adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang
sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur (jika
mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber AC sangat menyamankan pasien. Agaknya yang paling
Gejala berat seorang pasien yang sangat fotofobik sehingga tidak dapat berbuat apa-apa, seringkali
dapat ditolong dengan kuur pendek steroid topikal atau sistemik, diikuti dengan vasokonstriktor,
kompres dingin, dan secara teratur memakai tetes mata cromolyn. Medikasi anti-radang non-steroid
yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamide, cukup bermanfaat mengurangi gejala. (Lihat
pembahasan dalam Bab 3.) Seperti telah disinggung di atas, penggunaan steroid berkepanjangan
hendaknya dihindari karena sangat sering diikuti keratitis herpes simpleks, katarak, glaukoma, dan
ulkus kornea fungal dan oportunistik lainnya. Studi klinik baru-baru ini menunjukkan bahwa tetes
mata cyclosporine 1% topikal efektif untuk kasus yang tak responsif berat.

Desensitisasi terhadap tepung sari rumput dan antigen lain belum membuahkan basil. Blefaritis dan
konjungtivitis stafilokok adalah komplikasi yang sering dan harus segera diterapi. Kekambuhan pasti
terjadi, khususnya pada musim semi dan musim panas; tetapi setelah sejumlah kekambuhan papillae
sama sekali menghilang, tanpa meninggalkanjaringan parut.
Nana

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang meliputi palpebra dab bola mata. Ada 3 bagian,
yaitu; Konjungtiva palpebra (konjungtiva tarsus), Konjungtiva forniks, dan Konjungtiva bulbi.

1. Konjungtiva palpebra

Hubungannya dengan tarsus sangat erat. Gambaran dari Gl. Meiboom yang ada didalamnya, tam
pak membayang sebagai garis sejajar berwarna putih. Permukaan licin, dicelah Konjungtiva ter
dapat kelenjar Henle. Histologis : terdiri dari sel epitel siliridris. Dibawahnya, stroma dengan
bentuk adenoid dengan banyak pembuluh getah bening.

2. Konjungtiva forniks

Struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih
lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena
itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.
The regional variation of the conjunctiva start with an overview in a photograph in which the patient
is looking up. The limbus (1) is the junction of the conjunctiva and cornea. The bulbar conjunctiva (2)
covers the eyeball and extends into the recess created by forniceal conjunctiva (3). The tarsal
conjunctiva (4) covers the tarsus. The marginal conjunctiva (6) is at the eyelid margin where the
epithelium will begin to be keratinized. The punctum (5) is also shown.

A sagittal or vertical section of both eyelids and the eye


are shown to the left. The cornea (1) and lens (2) provide orientation.
The fornix (3) has more redundant conjunctiva. The marginal conjunctiva(4) and tarsal conjunctiva
(6) are indicated. The palpebral portion of the lacrimal gland (5) is also shown in this photograph.
The composition of each of these regions varies in the Goblet cell density within the epithelium. In
addition, note the greater length of the tarsus and higher number of Meibomian glands in the upper
eyelid compared to the lower eyelid. This has implications for the origin of sebaceous carcinoma.
This photograph also give a view of the cross section of the eyelid and the alert student will notice
the skin externally and orbicularis muscle.

Anda mungkin juga menyukai