Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

SUDIBYO, S.Kep
N520184114

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
mmHg ( Smeltzer, 2013 ).
Menurut Price (2012) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi
medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

B. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder). ( Smeltzer, 2013 ).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2013 ).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2012)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar
5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonalatau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). ( Smeltzer, 2013 ).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (Price, 2012).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

3
C. Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi. ( Smeltzer, 2013 ).
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress
dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2012)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan
tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price, 2012)
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. ( Smeltzer, 2013).

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.

4
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer, 2013).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Price, 2012)

E. Manefestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. (Price, 2012)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. (Price, 2012). Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera. (Price,2012)

5
F. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih
yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining
awal. (Smeltzer, 2013).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali
dalam jangka beberapa minggu. (Price, 2012)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis. (Price, 2012)
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced
hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya
reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi
peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah
meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah
diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon
vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi

6
penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat
menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2013).

G. PATHWAY

7
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

8
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

I. KOMPLIKASI
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung

J. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik

9
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

10
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1). Dosis obat pertama dinaikkan
2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3). Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1). Obat ke-2 diganti
2). Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2). Re-evaluasi dan konsultasi
3). Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak
boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.Sedapat mungkin
tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita. Ikut sertakan
keluarga penderita dalam proses terapi
5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari

11
7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

K. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

L. Perawatan Hipertensi
a. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
b. Batasi pemakaian garam.

12
c. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan
hipertensi dalam keluarga.
d. Tidak merokok.
e. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
f. Hindari minum kopi yang berlebihan.
g. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
h. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
Bagi yang sudah sakit
a. Berobat secara teratur.
b. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa
petunjuk dokter.
c. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit
lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

M. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi Cholesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1. Sumber kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan,
gula.)
2. Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50
gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu
tanpa lemak.)
3. Sumber protein nabati (Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.)
4. Sumber lemak (Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5. Sayuran (Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.)

13
6. Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam
jumlah terbatas.)
7. Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gram perhari.)
8. Minuman (Thea encer, coklat encer, juice buah.)
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
 Makanan yang banyak mengandung garam
1. Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda.
2. Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang,
sarden ikan teri, telur asin.
3. Keju, margarine dan mentega.
 Makanan yang banyak mengandung kolesterol (Makanan dari hewan
seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.)
 Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
1. Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
2. Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
 Makanan yang banyak menimbulkan gas (Kool, sawi, lobak, dll.)
d. Bagaimana Mengatur Diit
1. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega
sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah
tertentu.
2. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50
gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca
cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat
secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal
yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya,
dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat
tradisional tersebut diantaranya:

14
1. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian
parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air
perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali.
Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi
mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah
belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.
2. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan
sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian
daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
3. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat
kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam
keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak
zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya,
sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
4. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu
setiap pagi dan sore hari secara teratur
5. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas
diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
6. Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7. Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

15
8. Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

N. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas
3. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4. Bunyi jantung : murmur
5. Distensi vena jugularis
6. Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat)
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
a. Letupan suasana hati
b. Gelisah
c. Penyempitan kontinue perhatian
d. Tangisan yang meledak
e. Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f. Peningkatan pola bicara

16
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
a. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
b. Mual
c. Muntah
d. Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema
c. Kongesti vena
d. Peningkatan JVP
e. Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
a. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b. Episode kebas
c. Kelemahan pada satu sisi tubuh
d. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e. Episode epistaksis
Tanda :
a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c. Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri hilang timbul pada tungkai
b. Sakit kepala oksipital berat
c. Nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea

17
c. Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
f. Riwayat merokok
Tanda :
a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c. Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alkohol

O. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Resiko Injury berhubungan dengan adanya diplopia, spasme arteriol pada
retina
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke otak
menurun

18
P. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung berhubungan dengan  Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
peningkatan afterload,  Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi,  Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
hipertrofi/rigiditas ventrikuler,  Tissue perfusion: perifer output
iskemia miokard Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam penurunan  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
DO/DS: kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil: jantung
 Aritmia, takikardia,  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah,  Monitor balance cairan
bradikardia Nadi, respirasi)  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti
 Palpitasi, oedem  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan aritmi
 Kelelahan  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
 Peningkatan/penurunan  Tidak ada penurunan kesadaran kelelahan
JVP  AGD dalam batas normal  Monitor toleransi aktivitas pasien
 Distensi vena jugularis  Tidak ada distensi vena leher  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
 Kulit dingin dan lembab  Warna kulit normal ortopneu
 Penurunan denyut nadi  Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Oliguria, kaplari refill lambat  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
 Nafas pendek/ sesak nafas  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Perubahan warna kulit  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
 Batuk, bunyi jantung S3/S4 aktivitas
 Kecemasan  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas aktivitas
imobilisasi  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan antara jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
suplei oksigen dengan Hasil : secara berlebihan
kebutuhan  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
 Gaya hidup yang peningkatan tekanan darah, nadi dan RR (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
dipertahankan.  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara perubahan hemodinamik)
DS: mandiri  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
 Melaporkan secara verbal  Keseimbangan aktivitas dan istirahat  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
adanya kelelahan atau merencanakan progran terapi yang tepat.
kelemahan.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
 Adanya dyspneu atau dilakukan
ketidaknyamanan saat  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
beraktivitas. dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
DO :  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
 Respon abnormal dari yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
tekanan darah atau nadi  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
terhadap aktifitas kursi roda, krek
 Perubahan ECG : aritmia,  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
iskemia  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

20
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
psikologis), kerusakan jaringan  comfort level presipitasi
DS: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO:  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
 Posisi untuk menahan nyeri mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Tingkah laku berhati-hati mengurangi nyeri, mencari bantuan) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Gangguan tidur (mata sayu,  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
tampak capek, sulit atau menggunakan manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
gerakan kacau,  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
menyeringai) dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
 Terfokus pada diri sendiri  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
 Fokus menyempit  Tanda vital dalam rentang normal  Tingkatkan istirahat
(penurunan persepsi waktu,  Tidak mengalami gangguan tidur  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
kerusakan proses berpikir, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
penurunan interaksi dengan ketidaknyamanan dari prosedur
orang dan lingkungan)  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
 Tingkah laku distraksi, analgesik pertama kali
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
 Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,

21
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Resiko Injury NOC : NIC :


Faktor-faktor risiko :  Risk Kontrol Environment Management (Manajemen lingkungan)
Eksternal  Immune status  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
 Fisik (contoh : rancangan  Safety Behavior  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
struktur dan arahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
masyarakat, bangunan dan selama 1x24 jam Klien tidak mengalami injury riwayat penyakit terdahulu pasien
atau perlengkapan; mode dengan kriterian hasil:  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
transpor atau cara  Klien terbebas dari cedera (misalnya memindahkan perabotan)
perpindahan; Manusia atau  Klien mampu menjelaskan cara/metode  Memasang side rail tempat tidur
penyedia pelayanan) untukmencegah injury/cedera  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Biologikal ( contoh : tingkat  Klien mampu menjelaskan factor risiko dari  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
imunisasi dalam lingkungan/perilaku personal dijangkau pasien.
masyarakat,  Mampumemodifikasi gaya hidup  Membatasi pengunjung
mikroorganisme) untukmencegah injury  Memberikan penerangan yang cukup
 Kimia (obat-obatan:agen  Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
farmasi, alkohol, kafein,  Mampu mengenali perubahan status  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
nikotin, bahan pengawet, kesehatan  Memindahkan barang-barang yang dapat
kosmetik; nutrien: vitamin, membahayakan
jenis makanan; racun;  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
polutan) pengunjung adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
Internal :
 Psikolgik (orientasi afektif)
 Mal nutrisi
 Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia
 Perubahan faktor
pembekuan,

22
 Trombositopeni
 Sickle cell
 Thalassemia,
 Penurunan Hb,
 Imun-autoimum tidak
berfungsi.
 Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
 Disfungsi gabungan
 Disfungsi efektor
 Hipoksia jaringan
 Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
 Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)
Kurang pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Keterbatassan kognitif,  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
interpretasi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
informasi yang salah, pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses cara yang tepat.
kurangnya keinginan untuk penyakit dengan kriteria hasil:  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
mencari informasi, tidak  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, dengan cara yang tepat
mengetahui sumber-sumber penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
informasi.  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
DS : Menyatakan secara yang dijelaskan secara benar tepat
verbal adanya masalah  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
DO : Ketidakakuratan yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya cara yang tepat
mengikuti instruksi, perilaku  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
tidak sesuai pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau

23
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Gangguan perfusi jaringan NOC : NIC :
cerebral Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..........x INTRACRANIAL PRESSURE MONITORING
Berhubungan dengan: 24 jam, diharapakan perfusi jaringan serebral efektif  Catat respon pasien terhadap stimulasi
 Hipovolemia dengan kriteria hasil:  Monitor TIK pasien dan respon neurology pasien
 Aliran arteri terputus Circulation Status terhadap aktivitas
 Aliran vena terputus  Tekanan darah sistol dalam rentang yang diharapkan  Monitor intake dan output cairan
 Hipoventilasi  Tekanan darah diastole dalam batas yang diharapkan  Restrain pasien jika perlu
 Reduksi mekanik pada  Tekanan nadi dalam rentang yang diharapkan  Monitor suhu dan angka WBC
vena dan atau aliran darah  Rata-rata tekanan darah dalam rentang yang  Kolaborasi pemberian antibiotic
arteri diharapkan  Minimalkan stimuli dari lingkungan
 Kerusakan transport  Tekanan vena sentral dalam rentang yang diharapkan  Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
oksigen melalui alveolar  Hipotensi ortostatik tidak muncul penyebab
dan atau membrane  Heart rate dalam rentang yang diharapkan  Pantau status neurologis sesering mungkin dan
kapiler  Suara jantung abnormal tidak muncul bandingkan dengan keadaan normal
 Keracunan enzim  Angina tidak muncul  Pantau TTV
 Perubahan afinitas/ ikatan  Gas darah dalam rentang yang diharapkan  Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan
oksigen dengan Hb  Perbandingan O2 arteri vena dalam rentang yang reaksi terhadap cahaya
 Penurunan konsentrasi Hb diharapkan  Letakkan kepala pada posisi agak ditinggikan dan dalam
dalam darah  Suara napas tambahan tidak muncul posisi anatomis
 Intake dan output 24 jam seimbang  Pertahankan keadaan tirah baring
Tanda dan gejala  Perfusi jaringan perifer  Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya
 Abnormalitas bicara  Nadi perifer teraba kuat kebutaan, kesamaan, gangguan lapang pandang/
 Kelemahan ekstrimitas  Nadi perifer simetris kedalaman persepsi
 Paralisis  Pembesaran pembuluh darah tidak ada  Kaji rigiditas, kedutan, kegelisahan yang meningkat,
 Perubahan status mental  JVP tidak tampak peka rangsang dan serangan kejang
 Perubahan pada respon  Edema perifer tidak muncul  Beri obat sesuai medikasi
motorik  Asites tidak muncul  Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi,
 Perubahan reaksi pupil  Status kognitif dalam rentang yangt diharapkan seperti massa protrombin dan kadar dilantin
 Kesulitan untuk menelan  Kelemahan ekstrim tidak ada
 Perubahan kebiasaan

24
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Elsevier.
Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol.
1. Elsevier :St. Louis Missouri 63146.
Gloria M. Bulechek.2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Moorhed. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri:
Mosby Elsevier
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan
Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (terjemahan
Sumarwati, Made dan Subekti). Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Nanda NIC NOC; Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis. Jakarta : Mediacton
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Price, Sylvia A, 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
vol.1.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Sudarth
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Udjiati, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai