Teori Belajar KK Yenita
Teori Belajar KK Yenita
Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung
perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan
tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia
belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil
belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori
ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran
mengenai makna kehidupan siswa. Contohnya: Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai
Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang
beradaptasi (berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini
menyeluruh. Contohnya: guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang
dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar
bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya.
4. PSIKOMOTORIK
(skill) Atau GERAKAN FISIK. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti
dengan menggunakan gerakan. Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil
belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan kegiatan sederhana
dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta
didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang
sama sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori
yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan
yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat
mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan. Kemampuan pada
tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil
kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan
arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada
tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang
melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak
dini.Contohnya: Pada tahap perkembangan fase anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari
libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap
ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh
kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan
pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
contohnya: anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.