BUERGER DISEASE
Disusun oleh:
Riqqah U Sallatalohy
(2013-83-052)
PEMBIMBING
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
referat dengan judul “Beurger Disease”, dalam rangka memenuhi tugas sekaligus
syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian ilmu bedah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di negara-
Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di
Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan
Asia Timur.1,2
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu
atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data pada pada bulan Desember tahun
2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di
Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin
perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah
8:1.3
4
Terapi pada Buerger’s disease dilakukan dengan penggunaan obat-obatan
untuk mengurangi rasa sakit dan menyembuhkan ulkus. Namun, tatalaksana awal
yang paling penting untuk dilakukan adalah menghentikan konsumsi rokok. Hal ini
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Arteri
tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1
6
Dan arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang
memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah pembuluh darah
terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk
2. Vena
banyak vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang
lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang
seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe
sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan
3. Kapiler
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
arteriovenosa.4
7
2.2.Histologi Pembuluh Darah
2.1.Tunica intima
Merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah, lapisan ini dibentuk
2.2.Tunica media
Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan
elastis.5
2.3.Tunica adventitia
Merupakan lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat
(Junqueira, 2007).5
8
2.3.Definisi
penyakit inflamasi oklusif pada pembuluh darah arteri dan vena. Inflamasi bersifat
kronis dan mengenai pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan
sedang. Terutama pada pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior.
Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak
mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh
darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi
Tahun 1908, Leo Buerger mendeskripsikan penyakit ini menurut evaluasi patologikal
dari ekstremitas yang telah diamputasi dan dipublikasikan dalam bukunya pada
1924.1,6
2.4.Epdemiologi
Buerger’s disease terjadi pada orang dewasa muda usia 20-45 tahun. Rasio
antara laki-laki dan perempuan yang menderita penyakit ini adalah 3:1.4 Beberapa
studi melaporkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi pada wanita dari 11% ke
23%.7,8
9
Buerger’s disease jarang terjadi pada individu keturunan Eropa Utara dan
Amerika Serikat, namun individu asli India, Korea, dan Jepang serta Israel memiliki
insidensi penyakit Buerger’s disease yang tertinggi.7 Prevalensi penyakit ini pada
Prevalensi penyakit arteri perifer berkisar antara 0.5-5.6% di Eropa Barat, 45%- 63%
di India, 16-66% di Korea dan Jepang, dan 80% pada orang Yahudi di Israel.8
2.5.Etiologi
Etiologi dari Buerger’s disease atau TAO ini masih belum diketahui, namun
sebagian besar individu yang terkena penyakit ini adalah perokok berat. Penyakit ini
bentuk lain dari tembakau, seperti tembakau yang dikunyah atau chewing tobacco.
Perokok yang setiap harinya mengkonsumsi satu setengah bungkus rokok atau lebih
per harinya sangat mungkin berkembang menjadi Buerger’s disease. Perokok berat
didefinisikan sebagai individu yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang rokok setiap
harinya.Rasa nyeri pada bagian tubuh yang terkena dapat menyebar ke daerah sentral
tubuh.6
10
2.6.Patofisiologi
TAO adalah jenis vaskulitis tetapi berbeda dari vaskulitis lainnya. TAO
berbeda dari banyak jenis vaskulitis lainnya karena penanda imunologis yang biasa
peningkatan reaktan fase akut seperti laju endap darah (LED) dan C-reaktif protein
(CRP), kompleks imun yang beredar, dan autoantibodi seperti antinuklear tingkat
mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien
tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan
III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel
HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic
perubahan patologis. (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis (b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
berkembang menjadi osteomielitis (5) terjadi kontraktur dan atrofi (d) kulit menjadi
atrofi (e) fibrosis perineural dan perivaskular (f) ulserasi dan gangren yang dimulai
11
Gambaran patologis yang menyertai TAO dikategorikan dalam tiga fase
termasuk akut, subakut dan kronis, sesuai dengan pola trombus dan sifat sel-sel
pembuluh yang terkena, dan khususnya lamina elastis internal, tetap utuh dalam
dengan inflamasi minimal pada dinding pembuluh darah yang terkena. Pada fase ini,
dapat membentuk mikroabses di dalam trombus. Namun, dalam fase subakut, PMN
esensi dari hubungan ini masih belum jelas sampai sekarang. Sel-sel endotel
memainkan peran dalam inisiasi dan berlangsungnya respon inflamasi dan disfungsi
2.7.Manifestasi klinis
Gejala (symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam
tingkatnya. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan
berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat
12
bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada
keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat
dan menetap.1,12
kaki yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin
penyakit oklusif arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri
istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga
jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda (sign) sianosis atau
rubor, bila bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia.
Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut
13
Tanda (sign) dan gejala (symptom) lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal
dan bebal pada tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas
distal : jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan
gangren pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger. Sakit mungkin sangat
dalam grade.
2.8.Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis pada Buerger’s disease akan ditemukan riwayat merokok serta rasa nyeri,
klaudikasio pada kaki atau juga tangan saat beraktivitas dan istirahat. Sebagian besar
individu yang terkena Buerger’s disease merupakan perokok. Buerger’s disease juga
dapat terjadi pada individu yang mengkonsumsi bentuk lain dari tembakau, seperti
tembakau yang dikunyah atau chewing tobacco. Perokok yang setiap harinya
14
mengkonsumsi satu setengah bungkus rokok atau lebih per harinya sangat mungkin
yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang rokok setiap harinya. Rasa nyeri pada
b. Pemeriksaan Fisik
yaitu perubahan warna kulit menjadi lebih pucat ketika berada di lingkungan yang
dingin.8 Fenomena Raynaud terjadi pada sekitar 40% pasien Buerger’s disease.12
tangan. Pada tes Allen, pasien diminta untuk mengepalkan tangannya dan pemeriksa
akan menekan pergelangan tangan pasien yang bertujuan untuk mengobstruksi aliran
15
darah ke tangan. Setelah itu, pasien diminta untuk membuka kepalan tangan, dan
Hasil tes Allen pada pasien dengan Buerger’s disease biasanya negatif atau
abnormal, dimana terjadi perlambatan aliran darah pada tangan. Hal ini membuktikan
adanya gangguan pada aliran darah pada tangan pasien. Hasil abnormal pada tes
Allen pada perokok muda ditambah dengan adanya ulserasi dapat menjadi indikasi
yang jelas menunjukkan adanya Buerger’s disease. Namun hasil yang abnormal ini
juga dapat terlihat pada tipe penyakit oklusif arteri kecil pada tangan seperti
16
skleroderma, calcinosis syndrome, Raynaud's syndrome, oesophageal dysmotility,
hipperkoagulabilitas; dan vaskulitis.12 Tak jarang, pasien datang ketika telah terjadi
kematian jaringan yang menimbulkan luka dan nyeri pada ekstremitas yang terkena
c. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis Buerger’s disease ini sulit dilakukan pada tahap awal,
karena gejala yang ditemukan tidak spesifik dan tidak ada pemeriksaan penunjang
yang spesifik.12 Oleh karena itu, penegakan diagnosis penyakit ini dibantu dengan
menggunakan suatu kriteria diagnosis. Kriteria diagnosis yang sudah diajukan untuk
mendiagnosis Buerger’s disease adalah kriteria Shionoya dan kriteria Olin.12 Kriteria
Shionoya terdiri dari lima kriteria, yaitu riwayat merokok; onset terjadi sebelum umur
migrans; dan tidak ada faktor risiko aterosklerosis lain selain merokok. Kriteria Olin
terdiri dari onset dibawah 45 tahun; riwayat penggunaan tembakau; adanya iskemia
ekstremitas bagian distal dengan indikasi klaudikasio, nyeri saat istirahat, ulserasi
iskemik atau gangren, dan didokumentasikan dengan tes vaskular non-invasif; tidak
pada ekstremitas yang secara klinis terkait dan yang tidak terkait.12 Kriteria diagnosis
17
Tabel 2. Kriteria Shionoya dan Olin
SHIONOYA criteria [44] OLIN criteria [45]
Onset before age 50 Onset before age 45
Smoking history Current (or recent past) tobacco use
Infrapopliteal arterial occlusions upper Distal extremity ischemia (infrapopliteal and/or
limb intrabrachial), such as claudication, rest pain, ischemic
involvement or phlebitis migrans ulcers, and gangrene documented with noninvasive testing
Laboratory tests to exclude autoimmune or connective
tissue diseases and diabetes mellitus
Absence of atherosclerotic risk factors Exclude a proximal source of emboli with
other than smoking echocardiography and arteriography Demonstrate
consistent arteriographic findings in the involved and
clinically noninvolved limbs
segmental atau karena adanya oklusi pada ekstremitas bagian distal.12 Namun, tanda
ini juga terlihat pada lupus eritromatus, skleroderma, sindrom CREST, atau penyakit
oklusif pembuluh darah kecil lainnya, atau pada pasien dengan ingesti kokain,
amfetamin atau kanabis. Biopsi vascular sering digunakan untuk pasien-pasien yang
atipikal, seperti pasien lanjut usia, atau pasien yang terkena penyakit ini pada arteri
besar.6
18
Gambar 4. Gambaran Corkscrew pada Buerger’s disease
infiltrate leukosit polimorfonuklear dan terdapat juga sel raksasa multinuklear pada
arteri dan vena yang terkait.17 Gambaran histopatologi fase akut termasuk oklusif
juga leukosit polimorfonuklear, mikroabses, dan dapat ditemukan juga sel raksasa
multinuklear. Ketika Buerger’s disease terjadi di lokasi pembuluh darah yang tidak
umum, maka diagnosisnya dapat ditegakkan jika terdapat gambaran fase akut ini.
Lesi fase intermediate ditemukan gambaran progresif dari trombus dalam pembuluh
darah.
19
2.9. Diagnoasis banding
aterosklerotik. eadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi
kaki.
Selain itu, buerger disease juga harus dibedakan dengan tipe penyakit oklusif
2.10. Penatalaksanaan
vasodilator yang efektif pada pasien Buerger’s disease. Ticlopidine, salah satu
berarti. Postasiklin (PGI2) atau analognya, seperti iloprost, beraprost, postinil sodium,
20
juga digunakan untuk Buerger’s disease. Penggunaan iloprost, analog prostasiklin,
menunjukkan efek yang lebih baik dari pada aspirin terhadap meredakan nyeri pada
Streptococcus C. hemolyticus dan berguna untuk pengobatan fase dini emboli paru
akut dan infark miokard akut, telah diuji pada beberapa pasien yang memiliki gangren
atau lesi pregangren pada kaki atau jari kaki, menunjukkan hasil yang baik dalam
mencegah amputasi.18
medula spinalis, dan terapi gen factor pertumbuhan vaskular endotel. Simpatektomi
adanya efek meredakan nyeri dan membantu penyembuhan ulkus pada sebagian
ekstremitas bawah dan mengurangi nyeri karena iskemia. Penurunan tonus simpatis
akan meningkatkan aliran darah nutrisi pada daerah yang terkena.20,21 Pada pasien
tension (tcpO2) dalam 3 bulan dan tetap stabil selama lebih dari 4 tahun, serta
klaudikasio dan nyeri saat istirahat hampir menghilang ketika diterapi dengan
stimulasi medula spinalis diiringi dengan penurunan konsumsi rokok (kurang dari 3
rokok per hari).20 Administrasi gen faktor pertumbuhan vaskular endotel pada pasien
21
dengan penyakit arteri perifer dapat meningkatkan konsentrasi faktor angiogenik
Tatalaksana lain yang dapat dilakukan pada pasien Buerger’s disease adalah
amputasi. Indikasi amputasi adalah terdapat gangren, infeksi sekunder basah, rasa
nyeri yang hebat, dan sepsis.21 Namun, amputasi dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan pada pasien setelah lebih dahulu dilakukan simpatektomi. Hal ini
2.11. Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi,apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangrene, angka
kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan
pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi
selama periode waktu 6 sampai 7 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus
dilakukan multiple amputasi. Pada pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi
tungkai, pasien juga terus merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Buku Kedokteran
2008.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta: EGC;
2006.
6. Lazarides MK, Georgiadis GS, Papas TT, Nikolopoulos ES. Diagnostic criteria
and treatment of buerger's disease: a review. Int J Low Wounds. 2006; 5(2):89-
95.
23
10. M. Papa, A. Bass, R. Adar et al., “Autoimmune mechanisms in thromboangiitis
obliterans (Buerger’s disease): the role of tobacco antigen and the major
13. Centers for Disease Control and Prevention. Smoking and buerger’s disease
15. Mayo Clinic Staff. Buerger’s disease. USA: Mayo Clinic Staff; 2016
17. Conde ID, Pena C. Buerger disease (thromboangiitis obliterans). Tech Vasc
18. Khanna AK, Puneet MS. Manual of vascular surgery. New Delhi: JP Medical
Ltd; 2011.
19. Klomp HM, Steyerberg EW, Habbema JDF, van Urk H. What is the evidence on
efficacy of spinal cord stimulation in (subgroups of) patients with critical limb
24
20. Gersbach P, Argitis V, Gardaz J, Segesser LV, Haesler E. Late outcome of spinal
25