Kekeruhan
Kekeruhan
PENDAHULUAN
1
baku mutu air adalah melalui pengukuran kandungan zat padatan TSS ( Total
Suspended Solid), TDS ( Total Dissolved Solid)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengukur tingkat kekeruhan air sampel.
2. Untuk mengukur nilai Total Disolved Solid (TDS) yang terlarut dalam
sampel.
3. Untuk mengukur nilai Total Suspended Solid (TSS) yang terlarut dalam
sampel.
4. Untuk mengukur nilai Volatile Suspended Solid (VSS) yang terlarut
dalam sampel.
5. Untuk mengukur tingkat daya hantar listrik dalam sampel.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang
dihasilkan karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel
suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut
dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material
koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah
partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di
dalam air (Saidar, 2002).
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan
tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya
kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan
dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjer-nihan air. Satuan
kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut :
a) mg/l SiO2 (satuan standar) = 1 unit turbiditas.
b) NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Batas maksimal yangdiperb
olehkan oleh US Environmental Protection Agency adalah 0,5-1
unit kekeruhan (NTU). Dalam batas ini, air boleh
digunakansebagai air minum.
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas
minimal kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala
NTU. Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi
dalam air.
2.1.2 TDS (Total Dissolved Solids)
Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu semua
mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk
semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum,
konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan
anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau
perbandingan rasio berat ion terhadap air.
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang
tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
4
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS
adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.
Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan
surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan
industri pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat
organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara
estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan
beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau
lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan
bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada
bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS
menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per million (ppm)
atau sama dengan milligram per liter (mg/L). Umumnya berdasarkan
definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Total
dissolved Solids yang terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20
sampai 1000mg/L. Pengukuran total solid dikeringkan dengan suhu 103
sampai 105°C. Digunakan suhuyang lebih tinggi agar air yang tersumbat
dapat dihilangkan secara mekanis.
Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif
dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau
hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam
masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan
terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas
umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation
dan anion terlarut (Oram.B,2014).
5
2.1.3 TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut
dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme,
dan sebagainya. Sebagai contoh air permukaan mengandung tanah liat dalam
bentuk suspense yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika
keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga mengakibatkan
terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti dengan pengendapan.
Tingginya kandungan TSS dalam perairan akan mengurangi kedalaman
penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga berpengaruh langsung
terhadap fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh tidak langsung terhadap
keberadaan zooplankton dalam perairan (Fardiaz, 1992).
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2 μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Total Suspended
Solid (TSS) menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut
dan tidak dapat langsung mengendap. Total Suspended Solid (TSS) terdiri
dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya leih kecil dari sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme,
dan sebagainya (Nasution, 2008).
TSS akan berpengaruh terhadap kejernihan air, selanjutnya
berpengaruh terhadap daya penetrasi cahaya dan akhirnya akan
mempengaruhi produktivits primer. TSS yang tinggi dapat menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses
fotosintesis dan menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke
dalam air oleh tanaman (Sumawidjaja, 1974).
2.1.4 Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air
merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan
6
untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-
garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi,
suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya. Pengukuran daya hantar
listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air.
Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan
pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion
yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p
Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah
µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm,
sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam
Effendi, 2003). Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter
dengan satuan µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang
terlarut dalam contoh air berbanding lurus dengan daya hantar listrik.
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa
pengukuran
DHL berguna dalam hal sebagai berikut :
a) Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air
destilasi.
b) Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
c) Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air
perkirakan jumlah zat dikonsumsi atau tidak.
2.1.5 Warna
Warna air alam dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Warna sesungguhnya (true colour) ditimbulkan oleh kandungan
senyawa organik seperti lignin, humus dan dekomposisi bahan-
7
bahan organik (daun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Warna
sesungguhnya akan tetap ada meskipun kekeruhan (yang dapat
menimbulkan warna dalam air) sudah dihilangkan.
2. Warna bukan sesungguhnya (apparent colour) ditimbulkan oleh
kehadiran bahan-bahan tersuspensi dalam air industry dan lain
sebagainya. Warna bukan sesungguhnya ini ditetapkan dari contoh
air asli tanpa melalui penyaringan atau (filtasi) atau sentrifugasi
(Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan dan Pramiati
Purwaningrum, 2019).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Kekeruhan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Kekeruhan
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Turbidimeter - 1 Air - -
Sampel
2. Kuvet - 1 Air - -
Turbidimeter Suling
3.2.2 TDS
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.2 Alat dan Bahan TDS
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Labu Didih 500 ml 1 Air - 50 ml
Sampel
2. Desikator 300 mm 1 Air - -
Suling
3. Pemanas 210 cm 1
4. Timbangan - 1
analitis
5. Cawan -
porselen
3.2.3 TSS
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.3 Alat dan Bahan TSS
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Kertas saring 0,45 µm 1 Air Sampel - 1
berpori yang
terdapat di
kertas saring
2. Desikator 300 mm 1
3. Alumunium 10 cm x 1
foil 10cm
10
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
4. Timbangan - 1
analitis
5. Oven 210 cm
3.2.4 VSS
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.4 Alat dan Bahan VSS
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Cawan - 1 Air Sampel - 1
porselen yang
terdapat di
kertas saring
2. Desikator - 1
3. Tanur - 1
4. Timbangan - 1
analitis
3.2.5 DHL
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.5 Alat dan Bahan DHL
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Konduktomet - 1 Air Sampel. - 50 ml
er
2. Elektroda - 1
3. Gelas piala 100 ml 1
3.2.6 Warna
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Tabel 3.6 Alat dan Bahan Warna
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
1. Spektofotometer 460 x 1 Air Sampel. secuku
360 x pnya
255 mm
11
Nama
No Nama Alat Ukuran Jumlah Konsentrasi Jumlah
Bahan
2. Kuvet - 1 Air Suling secuku
Spektofotometer pnya
3. Masukkan ke dalam
turbidimeter, tutup kuvet
dengan tutup yang
tersedia. Tekan tombol
READ.
4. Diamkan hingga layar
turbidimeter memberikan
pembacaan yang tetap
Catat hasil kekeruhan
sampel (NTU).
12
3.3.2 TDS
Tabel 3.8 Cara Kerja Mengukur TDS
No Cara Kerja Gambar
1. Timbang cawan porselen
sebelum digunakan.
5. Setelah kering,
pindahkan ke dalam
desikator sampai dingin.
Timbang hingga beratnya
konstan.
3.3.3 TSS
13
Tabel 3.9 Cara Kerja Mengukur TSS
No Cara Kerja Gambar
1. Timbang kertas saring
sebelum digunakan.
3.3.4 VSS
14
No Cara Kerja Gambar
1. Ambil kertas saring hasil
dari pengukuran TSS.
Lalu letakkan di cawan.
3.3.5 DHL
Tabel 3.10 Cara Kerja Mengukur DHL
No Cara Kerja Gambar
1. Bilas elektroda dengan
air suling sebelum
dicelupkan pada sampel
air yang akan diuji.
15
No Cara Kerja Gambar
2. Celupkan elektroda ke
dalam sampel air hingga
konduktometer
menunjukkan pembacaan
yang tetap.
3. Catat hasil pembacaan
skala atau angka pada
tampilan konduktometer,
lalu catat pula suhu
sampel air.
3.3.6 Warna
Tabel 3.11 Cara Kerja Mengukur Warna
No Cara Kerja Gambar
1. Bersihkan kuvet
spektrofotometer dengan
air suling kemudia lap
dengan tisu
16
3.3.7 Sampling
Tabel 3.12 Cara Kerja Menyempling Air
No Cara Kerja Gambar
1. Menyiapkan botol
sampling dan jirigen
2. Menenggelamkan botol
sampling hingga ke dasar
agar mengetahui
dalamnya badan air
tersebut
3. Menenggelamkan botol
1
sampling sekitar 2
17
No Cara Kerja Gambar
4. Menenggelamkan botol
1
sampling sekitar 2
18
BAB IV
4.1.2 Kekeruhan
Tabel 4.2 Pengamatan Kekeruhan Sampel Air
No. Gambar Keterangan
1. Setelah dibaca dengan
turbidimeter didapatkan data
kekeruhan = 59,6 NTU
19
4.1.3 TDS
Tabel 4.3 Pengamatan Kandungan TDS Pada Sampel Air
No. Gambar Keterangan
1. Massa cawan sebelum
digunakan = 59,803 gram
4.1.4 TSS
Tabel 4.4 Pengamatan Kandungan TSS Pada Sampel Air
No. Gambar Keterangan
1. Masa kertas saring sebelum
dipakai = 0,0728 gram
20
No. Gambar Keterangan
2. Massa kertas saring setelah
dipakai = 0,0755 gram
4.1.5 VSS
Tabel 4.5 Pengukuran VSS Pada Sampel Air
No. Gambar Keterangan
1. Massa cawan + kertas saring
sebelum dipakai = 59,8866
gram.
21
4.1.6 DHL
Tabel 4.6 Pengukuran DHL Pada Sampel Air
No. Gambar Keterangan
1. Pada perhitungan DHL bisa
dilihat didapatkan data DHL
sebesar 420 μs pada suhu
27oC
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Debit Sungai
Q=VxA
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
V = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
6,44
= = 0,161 𝑚/𝑠
40
A = Kedalam x Lebar
= 1,8 x 4 = 7,2
Q = 0,161 x 7,2 = 1,1592 m3/s
22
4.2.2 Perhitungan TSS
1000
TSS = (A- B) x 𝑉
Dimana:
A = Massa kertas saring + TSS
B = Massa kertas saring
V= volume sampel (ml)
Diketahui :
Bobot awal kertas saring = 0,0728 gram
Bobot akhir kertas saring = 0,755 gram
Volume sampel = 50 ml
Jawab :
1000
TSS = (75,5-72,8) mg x 50 𝑚𝑙
= 54 mg/l
4.2.3 Perhitungan VSS
1000
VSS = (B-A) x 𝑉
Diketahui :
Cawan + Saring (B) = 59,8866 gram
Cawan + Saring setelah dari tanur (A) = 59,8112 gram
Jawab :
1000
VSS = (59886,6-59811,2) mg x 50 𝑚𝑙
= 1508 mg/l
4.2.4 Perhitungan TDS
1000
TDS = (A- B) x 𝑉
23
Dimana:
A = Massa cawan + TSS
B = Massa cawan
V= volume sampel (ml)
Diketahui :
Bobot awal kertas saring = 59,8030 gram
Bobot akhir kertas saring = 59,9112 gram
Volume sampel = 50 ml
1000
TDS = (59803-59911,2) mg x 50 𝑚𝑙
= 2164 mg/l
4.2.5 Perhitungan warna
Tabel 4.8 Tabel Konsentrasi dan Absorbansi Spektofotometer
Y= a + bx
a = 6,8 x 10 -3 b = 0,02304
r2 = 0,9997 y = 0,196
0,196 = 6,8 x 10 -3 + 0,02304X
X = 8,212
24
Grafik 4.1. Kalibrasi Spektrofotometer
4.3 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini yaitu menganalisis kualitas air secara fisika dan
kimia yang terdiri dari kekeruhan air, TDS, TSS, DHL, dan warna. Praktikan
menggunakan sampel air yang berisi padatan yang terlarut dan yang tersuspensi.
Sampel air yang diuji diambil dari sungai dibawah kolong jembatan jalan S.
Parman yang berkoordinat 6º10’4” S dan 106º47’16”E, terlihat oleh mata secara
fisik memiliki warna air agak kehitaman, dan berbau busuk.
Pada percobaan pertama yaitu uji kekeruhan, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum, kekeruhan dibawah 5 NTU merupakan syarat
untuk air minum yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji kekeruhan terhadap air
sampel. Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan 100 mL sampel air
kedalam gelas kimia dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan tabung
turbidimeter. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air sebesar
59,6 NTU. Berdasarkan data kekeruhan dan percobaan menunjukkan bahwa
sampel air tidak layak minum karena berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa air yang layak
untuk minum tidak berbau dan kekeruhan maksimal 5 NTU, air tersebut harus
melewati proses terlebih dahulu untuk dijadikan air minum.
25
Tabel 4.9 Baku Mutu Kekeruhan
Baku Mutu Kekeruhan (NTU)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
Namun jika diamati secara langsung, keadaan Sungai Grogol tampak sangat
tercemar dikarenakan warna badan air yang hitam keabu-abuan. Hal ini mungkin
disebakan karena limbah organik maupun anorganik yang masuk ke badan air
mengendap dan mati. Penyebabnya karena oksigen yang masuk kurang,
kecepatan air rendah dan intensitas sinar matahari yang kurang sehingga self
purification sulit terjdi.
Pada percobaan kedua yaitu uji nilai TDS pada air sampel, nilai TDS dari
perhitungan ex situ yang dilakukan diperoleh sebesar 2164 mg/L. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum tentang Air Minum syarat-syarat air minum yang mengandung TDS (
Total Padatan Terlarut ) maksimal 500 mg/L. Tentunya hal ini menyatakan bahwa
air tersebut harus diolah untuk dikonsumsi karena sudah melebihi baku mutu.
Tabel 4.10 Baku Mutu TDS
Baku Mutu TDS (mg/L)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
Pada percobaan ketiga yaitu uji nilai TSS pada air sampel, hasil perhitungan
ex situ TSS yang didapatkan adalah sebesar 54 mg/L. Jika dibandingkan lagi
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kualits air
Sungai Grogol dinyatakan masih aman, bahkan jika dibandingkan dengan
golongan A yang diperuntukan untuk air minum.
26
Tabel 4.10 Baku mutu TSS
Baku Mutu TSS (mg/L)
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
VSS
Pada pengukuran DHL ini digunakan alat konduktometer untuk mengukurnya,
semakin tinggi nilai DHL maka semakin banyak pula zat-zat terlarut yang ada
pada sampel tersebut. Pada sampel-sampel yang telah diuji, nilai DHL yang
diperoleh termasuk baik karena tidak melebihi ambang batas yang telah
ditentukan yaitu air suling (aquades) murni memiliki nilai DHL sekitar 1 µs,
sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µs. Hasil pengukuran sampel air tidak
melebihi ambang batas yaitu 420 µs.
Pada pengamatan selanjutnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh, air
sampel ini mempunyai warna kuning dengan hasil pengukuran y = 0,096 nm dan
x = 3,871 nm. Hal ini
menunjukkan bahwa air sampel tidak layak minum karena sesuai dengan PERME
NKES 416/1990 bahwa syarat-syarat air yang layak untuk dikonsumsi yaitu air
tidak berwarna keruh, tidak berwarna dan tidak berbau apapun. Air yang layak
dikonsumsi tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Namun
dari hasil pengamatan, diketahui bahwa air sungai tersebut berwarna keruh dan
berbau.
27
BAB V
SIMPULAN
Pada percobaan Ananlisis pendahuluan fisika-kimiawi ini bisa didapatkan
kesimpulan bahwa:
1. Setelah dibaca dengan turbidimeter, air sampel yang di uji mempunyai
data kekeruhan = 59,6 NTU.
2. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai TSS yaitu 54 mg/l.
3. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai TDS yaitu 2164 mg/l.
4. Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai VSS yaitu 1508 mg/l.
5. Kualitas sampel air memiliki DHL yaitu 420 μs.
28
DAFTAR PUSTAKA
Hikmatullah, Bisma. 2017. Laporan Labling Analisis Pendahuluan.
https://www.academia.edu/32437911/Bab_1_yang_bener. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2018 pukul 15.11 WIB.
Lindu, Muhammad, Diana Hendrawan dan Pramiati Purwaningrum. 2019.
Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I. Jakarta:Trisakti
Rosmilya Mentari, dkk. 2014. Analisis Tts (Total Suspended Solid) Dan Tds
(Total Disolved Solid).
https://www.academia.edu/9789383/analisis_tts_total_suspended_solid_
dan_tds_total_disolved_solid_jurusan_kimia_fakultas_sains_dan_matem
atika_universitas_diponegoro_semarang_2104. Diakses pada tanggal 23
Maret 2018 pukul 08.21 WIB.
Saviga Silky, Rifky Eko S. 2014. Laporan Praktikum Kimia Lingkungan Modul
Iii Kekeruhan (Metode Nefelometri).
https://www.academia.edu/17667571/Kekeruhan_Silky_Eko_Kel6_Kam
is_koreksi_Nartri. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 pukul 09.11
WIB.
29
LAMPIRAN
30