Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data yang dihimpun oleh Direktorat Tindak pidana Narkoba di Indonesia

menyebutkan bahwa kasus penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Alkohol,

Psikotropika, dan Zat Adiktif) semakin bertambah dari tahun ke tahun jumlah.

Kasus narkoba di Indonesia mengalami kenaikan tajam, rata-rata naik 51, 3% atau

3100 kasus pertahun (BNN, 2016). Kriminolog Muhammad Mustofa,

menjelaskan kasus yang dihimpun Badan Narkotika Nasional ini bukan angka riil

yang terjadi dilapangan, karena masih banyak kasus yang belum diketahui.

Kabagbin Opsnal Dirnarkoba Polda Jawa Barat menyebutkan bahwa di Jawa

Barat sendiri terdapat sepuluh kabupaten/kota yang rawan penyalahgunaan obat-

obat terlarang sehingga perlu kiranya untuk dilakukan pengawasan yang lebih

ketat lagi. Tahun 2016 hingga tahun 2017 tercatat jumlah tersangka kasus

Narkoba pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 22.402, Sekolah

Menengah Pertama 44.878 tersangka, Sekolah Menegah Atas 117.147, dan pada

taraf pendidikan Perguruan Tinggi (PT) berjumlah 4.868 tersangka. Total

keseluruhan ada 189.294 tersangka. Kasus teratas terdapat pada tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni 61,9% dari total kasus.

(Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan BNN, Maret 2017).

1
2

Sudah tiba saatnya bagi Indonesia untuk bersikap tegas atas tindak kejahatan

Narkoba. Tahun 2015 keputusan kontroversial diambil oleh Presiden Republik

Indonesia yakni Joko Widodo dengan memberlakukan hukuman mati bagi

terpidanan dengan kejahatan NAPZA, keputusan ini juga didukung penuh oleh

dua organisasi keagamaan tersebesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU)

dan juga Muhammadiyah. Remaja menjadi target penyalahgunaan NAPZA

karena masa remaja adalah pencarian identitas diri, perasaaan penasaran dan ingin

mencoba hal yang baru sangat besar (Razak, 2016).

Survei yang dilakukan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indoneisa

pada tahun 2017 saja, menyebutkan bahwa 70% pengguna narkoba adalah anak-

anak sekolah atau pelajar (detiknews, 2017). Kasus lain yang tidak kalah

mengejutkan, di Kabupaten Indramayu aparat Badan Narkotika mendapati

sebanyak 95 siswa sekolah dasar terlibat dalam penggunaan narkotika dan obat-

obatan terlarang. Tidak hanya itu, aparat juga menemukan pengguna narkoba

sebanyak 363 kasus pada Sekolah Menengah Atas (SMA) (BNN, 2017).

Selain itu Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Siswa di 16 Provinsi di Indonesia

Tahun 2011 menunjukkan bahwa 4,3% pelajar/siswa Indonesia pernah

menggunakan Narkoba. Bahkan remaja Indonesia saat ini tidak hanya berstatus

sebagai pemakai tetapi juga pengedar. Hal demikian adalah bukti adanya

kemrosotan moral dan etika pada remaja dewasa ini (BNN, 2017).
3

Berdasarkan data BNN terkait pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang

Kabupaten Indramayu tahun 2015, tercatat anak usia di bawah 19 tahun

berjumlah 348 orang dari total 5.127 orang yang direhabilitasi di tahun itu.

Sedangkan jumlah tersangka kasus narkotika berdasarkan kelompok umur pada

2016 yakni anak usia sekolah dan remaja di bawah 19 tahun berjumlah 2.186 atau

4,4% dari total tersangka (BNN, 2017).

Survei Nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Nakoba pada kelompok pelajar/siswa di Indonesia Tahun 2011 disebutkan bahwa,

sebagian besar pelajar/siswa mulai menyalahgunaan narkoba pertama kali dengan

alasan coba-coba, untuk bersenang-senang, bujukan teman, masalah keluarga, dan

masalah di sekolah. Remaja dengan status orang tua seperti ini menimbulkan

permasalahan internal diri seperti, perasaan anak yang kurang percaya diri,

kurang sukses di pendidikan atau pergaulan, pemarah, suka mencela diri sendiri,

mudah frustasi, dan cenderung lebih mudah tergiur imingiming zat-zat adiktif

(Grudem, 2012).

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru Bimbingan

Konseling (BK) SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu

prestasi belajar yang menurun disebabkan oleh perilaku anak didik yang tidak

menaati peraturan sekolah seperti beberapa siswa keluyuran di luar kelas atau

membolos sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Saat ditegur

justru melawan terhadap guru. Beberapa siswa juga meminum-minuman keras


4

dan memakai obat-obatan terlarang sehingga menyebabkan siswa tidak dapat

mengikuti pelajaran dengan baik dan prestasi siswa kurang baik.

Perilaku remaja di luar dapat memberikan efek yang baik maupun buruk.

Apabila lingkungan tersebut lingkungan masyarakat yang baik-baik, beragama

dan penuh etika sosial tentu tidak masalah. Namun apabila lingkungan di luar itu

buruk seperti anggota masyarakatnya sering menggunakan obat-obatan terlarang

akan sangat membahayakan bagi remaja. Lingkungan yang buruk tersebut sangat

mudah mempengaruhi remaja karena sifat remaja yang senang mencoba hal-hal

yang baru dan belum memiliki kontrol diri yang kuat membuat remaja mudah

untuk melakukan perbuatan yang menyimpang Perilaku negatif tersebut dapat

disebabkan sebagai cara untuk mencari perhatian dari anggota keluarga, teman-

temannya atau sebagai kompensasi dari rasa inferiornya karena merasa ditolak di

dalam keluarga atau masyarakat. Perilaku yang negatif seperti seperti

menggunakan obato-batan sangat merugikan dan membahayakan remaja

khususnya sebagai siswa. Karena efek yang ditimbulkan dari minum-minuman

keras dan obat-obatan terlarang tersebut membuat siswa menjadi kurang

konsentrasi dan malas untuk belajar, dan perilaku tersebut dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa (Sarwono. 2013).

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka

penulis tertarik untuk mengkaji secara emperik dengan mengadakan penelitian

yang berjudul “Hubungan Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Pada


5

Remaja Putra Dengan Tingkat Prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan

Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu : apakah ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang

pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan

Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada

remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan

Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada

remaja putra di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten

Indramayu Tahun 2018

2. Diketahuinya gambaran tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya

Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018


6

3. Diketahuinya hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada

remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan

Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan lebih

lanjut dan kepentingan bagi lembaga terkait, antara lain :

1.4.1 Teoritis

Sebagai bahan kajian ilmiah dalam hal kaitanya dengan hubungan

penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat

prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu

1.4.2 Aplikatif

1. Siswa

Meningkatkan faktor protektif dalam diri siswa sehingga dapat

menghindarkan dari risiko penyalahgunaan NAPZA, baik dilingkungan

sekolah ataupun masyarakat.

2. SMA Negeri 1 Kroya

Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam

memerangi narkoba, terutama dikalangan pelajar lingkungan sekolah.

3. Poltekes BPH Cirebon

Sebagai tambahan refrensi bagi perpustakaan di Poltekes BPH Cirebon dan

sabagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa selanjutnya.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat-Obatan Terlarang / Narkoba

2.1.1 Pengertian

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan

adiktif. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum

seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim

dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk

pada ketiga zat tersebut adalah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif. Istilah NAPZA biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi

kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua

istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama. Secara etimologi

narkoba berasala dari bahasa inggiris yaitu narcotics ynag berarti obat bius,

yang artinya sama dengan narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti

menidurkan atau membiuskan. Sedangkan dalam kamus inggiris indonesia

narkoba berarti bahan-bahan pembius, obat bius atau penenang (Hasan Sadly,

2012).

Secara terminologis narkoba adalah obat yang dapat menenangkan

syaraf, menghiangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau merangsang.

Wiliam Benton sebgaiaman dikutip oleh Mardani menjelaskan dalam bukunya

narokoba adalah istilah umum untuk semua jenis zat yang melemahkan atau
7
8

membius atau megurangi rasa sakit. Soedjono dalam patologi sosial

merumuskan defenisi narkotika sebagai bahan-bahan yang terutama

mempunyai efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran.

Sementara Smith Kline dan French Clinical memberi defenisi narkotika

sebagai zat-zat yang dapaat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan

dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat saraf.

Dalam defenisi narkotika ini sudah termasuk jenis candu seperti morpin,

cocain, dan heroin atau zat-zat yang dibuat dari candu seperti (meripidin dan

methodan). Sedangkan Korp Reserce Narkoba mengatakan bahwa narkotika

adalah zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, susunan pengamatan

atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan saraf (Hari

Sasangka, 2013).

Selanjutnya dalam UU No 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 1 ayat

1 menyebutkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilngnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan. Lebih lanjut

dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 Tentang narkotika dijelaskan

ada tiga jenis golongan narkotika, yaitu:

1. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi


9

serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium, Ganja, Jicing, Katinon,

MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.

2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin,

Fentanil, Metadon dan lain-lain.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif

ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian.

Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein, Buprenorfin,

Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga

belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya. Untuk informasi

lebih mendalam tentang jenis narkotika dalam ketiga golongan tersebut

dapat dilihat di lampiran undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009.

Dari beberapa pengertina di atas dapat penulis simpulkan bahwa

narotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan

ketidaksadaran atau pembiusan, menghilangkan rasa sakit dan nyeri,

menimbuka rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stufor


10

serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan dan ditetapkan oleh menteri

kesehatan sebagai narkotika.

2.1.2 Jenis-Jenis Narkotika

2.1.2.1 Jenis Narkoba Berdasarkan bahannya

Jenis Narkoba berdasarkan bahannya dapat dibedakan menjadi 3 bagian,

narkoba alami, semi sintesis dan narkoba sintesis.

1. Narkoba alamai

Narkoba alami merupakan jenis narkoba yang masih alami dan belum

mengalami pengolahan. Berikut ini penulis uraikan contoh narkoba alami.

a. Ganja

Hari Sasangka menjelaskan bahwa ganja berasal dari tanaman

cannabis sativa, cannabis indica dan cannabis Americana. Tanaman

tersebut termasuk keluarga Urticaceae atau Moraceae. Tanaman

Canabis merupakan tanaman yang mudah tumbuh tanpa perawatan

khusus. Tanaman ini tumbuh pada daerah beriklim sedang dan tumbuh

subur di daerah tropis (Hari Sasangka, 2013).

Suharno menjelaskan bahwa Ganja (cannabis sativa) merupakan

tumbuhan penghasil serat. Lebih dikenal karena bijinya mengandung

tetrahidrokanabinol (THC), zat narkotika yang membuat pemakainya

mengalami eufhoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab)

(Soeharno, 2011).
11

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai dua meter.

Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman

berbeda. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan elevasi di

atas 1.000 meter di atas permukaan air laut. Lebih jelas Mardani

menjelaskan bahwa ganja adalah dammar yang diambil dari semua

tanaman genus cannabis termasuk biji dan buahnya termasuk hasil

pengolahan (Mardani, 2012).

Bahaya penyalahgunaan ganja secara teratur dan

berkepanjangan akan berakibat fatal berupa radang paru-paru, iritasi

dan pembengkakan saluran nafas. Lalu kerusakan aliran darah koroner

dan berisiko menimbulkan serangan nyeri dada, terkena kanker,

menurunya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit, serta

menurunnya kadar hormone pertumbuhan seperti tiroksin. Gangguan

psikis berakibat menurunnya kemampuan berpikir, membaca,

berbicara, berhitung dan bergaul. Kecenderungan menghindari

kesulitan dan menganggap ringan masalah, tidak memikirkan masa

depan dan tidak memilki semangat juang. Bila dibayangkan betapa

mengerikannya penyalahgunaan ganja? Menghentikan seorang

pecandu ganja tidak mudah. Merawat dan memulihkan pecandu ganja

butuh perawatan terapi dan rehabilitasi secara terpadu dan

berkelanjutan (Ridho Ma‟ruf, 2010).


12

b. Opium

Opium atau candu (poppy: dalam bahasa inggiris) atau (opos/

Juice dalam bahasa Yunani) adalah getah bahan baku Narkotika yang

diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L atau P

paeoniflorum) yang belum matang. Opion (Poppy Juice), Poppy Juice

opium disebut juga dengan poppy adalah getah bahan baku narkotika

yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L. atau P.

paeoniflorum) yang belum matang. Opium merupakan tanaman

semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan

subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jarang

dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari

ujung ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dengan

kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah

cerah. Bunga opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver

lazim dijadikan tanaman hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola

pingpong bewarna hijau (Mardani, 2012).

Andi Hamzah menyebutkan bahwa opium adalah getah

berwarna putih seperti susu yang keluar dari kotak biji tanaman

papaver samni verrum yang belum masak. Dalam bahasa indonesia

bermakna sari buah bunga candu. Menurut Oxford English Dictionary,

opium adalah suatu warna coklat yang kemerah-merahan, memberi

wewangian obat yang sangat kuat menyebabkan kecanduan yang


13

disiapkan dari getah kental yang dikeringkan dari kapsul bunga candu

opium, memiliki nama ilmiah Papaver Somniverum, digunakan secara

terlarang sebagai sebuah narkotika, dan adakalanya berhubungan

dengan obat medik sebagai obat penenang dan sebagai obat

penghilang rasa sakit. (Hamzah dan Surahman, 2014). Bunga candu

opium atau papaver somniverum, adalah hanya satu dari lebih 100

spesies tumbuhan bunga yang tumbuh di alam liar dan yang

dibudidayakan diseluruh dunia. Papaver somniverum adalah satu dari

banyak bunga yang berbeda, itu merupakan satu dari hanya dua

spesies yang menghasilkan morfin (morphine) / bahan aktif didalam

opium, dan satu-satunya secara aktif ditanam untuk memproduksi obat

(Dadang Hawari, 2015).

Bertentangan dengan namanya, opium bukan sebuah campuran

kimiawi tunggal, namun merupakan gabungan beberapa campuran

kimiawi, seperti sebuah salad yang terdiri dari beberapa campuran

seperti gula, protein, cuka, air dan banyak alkaloida, dan beberapa

bahan lainnya. masyarakat yang menumbuhkan opium untuk harga

narkotika terutama tertarik akan alkaloidanya. Suatu alkaloida adalah

suatu unsur bahan kimia kompleks organik, ditemukan di tumbuh-

tumbuhan, yang memiliki karakteristik menggabungkan nitrogen

dengan elemen lainnya, memiliki rasa yang pahit, dan secara khas

memiliki beberapa racun, stimulan, memiliki efek penghilang rasa


14

sakit. Memiliki banyak alkaloid berbeda, pada tumbuhan opium

ditemukan 30 jenis. Dengan morfin (morphine), merupakan alkaloid

paling penting pada opium - itu kualitas narkotik alaminya seperti

halnya struktur kimiawi yang sama tersedia untuk heroin -alkaloid

lainnya, codeine, adalah yang juga dicari untuk ciri-ciri medisnya.

Alkaloid lain termasuk di dalamnya, papaverine,narcotine, nicotine,

atropine, cocain, dan mescaline (Dadang Hawari, 2015).

2. Narkoba Semi Sintesis

Narkotika Semi Sintetis adalah berbagai jenis narkotika alami yang

diolah dan diambil zat adiktifnya ( Intisarinya ) agar memiliki khasiat

yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

kedokteran. Beberapa jenis Narkotika Semi Sintesis yang disalah gunakan

adalah sebagai berikut:

a. Morfin

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan

merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.Umumnya

opium mengandung 10% morfin. Kata "morfin" berasal dari

Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfin adalah hasil

olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama

dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung

halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.

Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Adapun gambar


15

morfin bentuk tepung yaitu sebagai berikut : Sifat morfin yaitu khasiat

analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus

(interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup

tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin

menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga

menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan dosis

morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini.

Efek menekan pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan

imipramin. Sifat morfin lainnya ialah dapat menimbulkan kejang

abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang

disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi,

karena morfin dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui

pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi

antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang

(Latief dkk, 2011).

Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon

gonadotropin sehingga kadar 17 ketosteroid dan kadar 17-hidroksi

kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang. Gangguan hormonal

ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi. Sifat

dan reaksi morfin sebagai alkaloid bersifat basa karena mengandung

gugus amin tersier (pKa ≈ 8,1) dan membentuk garam berbentuk

Kristal dengan sederetan asam. Yang digunakan adalah garam


16

hidroksida yang mengandung tiga molekul air Kristal ( morfin

hidroksida pH, Eur). Berdasarkan gugus hidroksil fenolnya morfin

juga bersifat asam ( pKa = 9,9) dan bereaksi dengan alkalihidroksida

membentuk fenolat, tetapi tidak bereaksi dengan larutan ammonia.

Titik isolistrik terletak pada pH 9. Morfin yang terdapat dalam alam

memutar bidang polarisasi ke kiri (Latief dkk, 2011).

Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang

mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat

mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi

yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.

Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah,

hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika

(ADH) (Latief dkk, 2011).

4. Narkotika sintesis

Narkotika Sintetis adalah Narkotika yang dibuat dari bahan kimia

dan digunakan untuk pembiusan atau pengobatan bagi mereka

yangmengalami ketergantungan narkoba. Narkotika sintesis berfungsi

sebagai pengganti sementara untuk mencegah rehabilitasi sehingga

penyalahgunaan dapat menghentikan ketergantungannya. Adapun contoh

dari narkotika sintetis adalah :


17

a. Sabu (Amfetamin)

Amfetamin merupakan kelompok obat psikoaktif sintetis yang

disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin

merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini

terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk

putih, kuning, maupun coklat, bubuk putih kristal kecil. Merek

amfetamin lain, seperti Metedrin, Deksamil dan Benzedrin, kemudian

membanjiri pasaran. Metamfetamin (meth) dan kokain lagi ini dari

akhir 1960-an hingga akhir 1980-an. Dan ada beberapa bentuk meth

dan kokain yang dikenal, misalnya, sebagai Crank, Speed, Bennies,

Rock, Kristal, dan Crack. Pada awal 1990-an, satu bentuk

metamfetamin lagi, dikenal sebagai Kristal Meth atau Ice, dan di

Indonesia sebagai sabu-sabu (Mardani, 2012).

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine

merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk

mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD),

dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang

mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine

(dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis

meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya

meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu


18

makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam

keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan (Mardani,

2012).

Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi

amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan

kokain (waktu paruh amfetamin 10–15 jam) dan durasi yang

memberikan efek euforianya 4–8 kali lebih lama dibandingkan kokain.

Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi

“reserve powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek

yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan

“signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi.

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah

laku yang disebabkan oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam

golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan ketergantungan

psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah

dihirup melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa

nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon

dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang

berbeda: dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan

levoamphetamine murni. Since dextroamphetamine is more potent


19

than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat

daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat

daripada campuran amfetamin.

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek

amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang

merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam,

dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari

obat. Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah

Amfetamin, MetamfetamiN dan Metilendioksimetamfetamin

(MDMA, ecstasy atau Adam) (Mardani, 2012).

b. Ekstasi (MDMA)

MDMA (methylenedioxy-N-methylamphetamine) biasanya

dikenal dengan nama Ekstasi, E, X, atau XTC adalah senyawa kimia

yang sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat

penggunanya menjadi sangat aktif. Resiko penggunaannya adalah

dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air. Hal sebaliknya juga

dapat terjadi, di mana seseorang minum terlalu banyak air. Ekstasi

(MDMA) adalah entactogen psychedelic semisintetik dari keluarga

phenethylamine yang efeknya jauh lebih ringan dari kebanyakan

narkotik lainnya yang memproduksi psychedelics. Ekstasi digunakan

sebagai sampingan dan sering digunakan dengan seks dan

berhubungan dengan obat-obatan klub sebagai entheogen selain itu


20

digunakan untuk melengkapi berbagai jenis praktek untuk

transendensi termasuk dalam meditasi, psychonautics, dan psikoterapi

psikedelik. Dampak utama dari MDMA termasuk peningkatan

kesadaran indra, perasaan keterbukaan, euforia, empati, cinta,

kebahagiaan, rasa kejernihan mental dan penghargaan peningkatan

musik dan gerakan. Sensasi taktil yang dirasakan beberapa pengguna,

membuat kontak fisik dengan orang lain lebih menyenangkan. MDMA

(Methylene Dioxy Meth Amphetamine) memiliki struktur kimia dan

pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi

biasanya berbentuk tablet berwarna dengan disain yang berbeda-beda.

Ekstasi bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul. Seperti kebanyakan

obat terlarang, tidak ada kontrol yang mengatur kekuatan dan

kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan

bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Seringkali ekstasi

dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya.

Mardani (2012) menjelaskan bahwa din Indonesia telah diketahui

ada 36 jenis ekstasi yang telah beredar. Ada bukti bahwa orang dapat

menjadi kecanduan ekstasi secara psikologis. Pemakai mengakui

kesulitan mereka untuk berhenti atau mengurangi

pemakaian.Pengaruh-pengaruh ekstasi dapat membuat seseorang

bertingkah laku yang membahayakan, atau menempatkan dirinya ke

dalam keadaan tidak berdaya. Hal ini dapat mengarah pada


21

pemerkosaan, hubungan seks yang tidak diinginkan, kehamilan dan

penyakit-penyakit seperti AIDS atau Hepatitis C.

M. Ridha Ma‟ruf (2010) menjelaskan bahwa ekstasi merusak

neuron yang melepaskan serotonin, bahan kimia otak yang mengatur

daya ingat dan fungsi-fungsi lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa

bekas pemakai yang sudah tidak memakai ekstasi selama enam bulan

masih terpengaruh secara mental, yang berarti bahwa kerusakannya

bersifat jangka panjang dan tidak dapat diperbaiki. Bahkan ekstasi bisa

mengakibatkan kematian sebagai akibat dari tiga keadaan yang

berbeda:

a) Pengaruh stimulasi yang mengakibatkan serangan jantung atau

pendarahan otak.

b) Kombinasi penggunaan ekstasi dengan dengan aktivitas menari

akan menyebabkan naiknya temperatur suhu badan pada tingkat

yang berbahaya. Karena biasanya ekstasi diminum di klub-klub

malam atau diskotik, maka resiko kematian karena panas yang

berlebihan (hyperthermia) akan meningkat.

c) Walau bukan karena akibat langsung dari ekstasi, kematian dapat

terjadi karena banyaknya air yang diminum akibat temperatur suhu

badan yang tinggi sehingga terjadi "dilutional hyponatremia" -

keadaan dimana otak kelebihan cairan


22

c. Cocain

Cocain adalah suatu alkloida yang berasal dari daun

Erythroxylum coca Lam. Kokain merupakan salah satu jenis narkoba,

dengan efek stimulan. Kokain diisolasi dari daun tanaman

Erythroxylum coca Lam. Zat ini dapat dipakai sebagai anastetik

(pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral.

Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang

meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah,

demam, perut nyeri, mual, dan muntah. (M. Ridha Ma‟ruf, 2010).

Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis

tertentu dapat mengakibatkan kematian. Daun koka umumnya

mengandung tiga kelompok utama alkaloid, yaitu :

a) Turunan acgeriin (kokain, cis dan transinnamoilkokain, alfa dan

beta-truxilin

b) Tropine (tropakokaine, valerine)

c) Alkaloid higrin (higrolin, kuskohigrin

Bentuk dan macam cocain yang beredar dan terdapat dalam

perdagangan gelap antara lain cairan berwarna putih atau tanpa warna,

kristal berwarna putih seerti dammar (getah perca), bubuk putih seperti

tepung dan Tablet berwarna putih (Hari Sasangka, 2013).

Bila seseorang menghirup kokain (inhalasi) atau merokoknya

maka dengan cepat kokain didistribusikan ke dalam otak. Yang paling


23

sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi

lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat

didistribusikan ke otak. Kokain yang dijual di pasar gelap mempunyai

nama jalanan yang lain seperti koka, coke, crack, happy dust, charlie,

srepet, snow atau blow (Hari Sasangka, 2013).

d. Heroin

Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa heroin

adalah bubuk kristal putih yang dihasilkan dari morfin; jenis narkotik

yang amat kuat sifat mencandukannya (memabukkannya);

C21H23O5N. Hari Sasangka menjelaskan bahwa nama heroin diambil

dari Hero, dalam bahasa jerman heroic yang berarti pahlawan (Hari

Sasangka, 2013). Lebih lanjut Dadang hawari menjelaskan bahwa

heroin adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver

somniferum). Heroin berbentuk Kristal, berwarna putih atau coklat.

Biasanya dibungkus dan dijual dalam bungkusan kecil.25 Dadang

hawari juga menyebutkan bahwa heroin sering disebut dengan putaw.

Penggunaan heroin dengan cara dilarutkan dengan air, disaring dengan

kapas dan disuntikkan ke intravena (pembuluh darah) atau subkutan

(bawah kulit).26 Selain cara yang demikian, cara yang lebih berbahaya

dengan cara melarutkan heroin ke dalam air kemudian dihisap atau

disedut, sedangkan cara pemakaian heroin yang lainnya dengan

chasing, yakni serbuk diletakkan dalam alumanium foil dan


24

dipanaskan bagian bawahnya, kemudia uapnya dialirkan melalui

sebuah lubang dari keristal rol atau pipa setelah itu dihirup melalui

hidung kemadian terus ke paru-paru (Dadang Hawari, 2012).

Akmal Hawi (2012) heroin atau disebut juga diachetyl morpin

meruakan suatu zat semi sintettis turunan morpin. Proses pembuatan

heroin adalah melalului peroses penyulingan atau proses kimia lainnya

di laboratorium dengan cara achetalasi dengan acetiacanydrida. bahan

bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau astilklorid. Heroin

dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a) Heroin nomor Satu bentuknya masih merupakan bubuk atau

gumpalan yang berwarna kuning tua sampai coklat, jenis ini

sebagaian besar masih berisi morpin dan merupakan hasil

ekstaraksi. Nama dipasar gelap disebut dengan gula merah (red

sugar)

b) heroin nomor dua sudah merupakan bubuk berwarna abu-abu

sampai putih dan merupakan hasil transisi dari mopin ke heroin

yang belum murni

c) Heroin nomor tiga merupakan bubuk butir-butir kecil kebanyakan

berwarna abu-abu yang juga diberi warna lain untuk menandai cici

khas dari pembuatnya biasanya masih dicampur kafein, barbital

dan kinin.
25

d) Heroin nomor empat bentuknya sudah merupakan Kristal khusus

untuk disuntikkan.

e. Putaw

Putaw Merupakan nama jalanan dari heroin. Mardani

menjelaskan istilah putaw sebenarnya meruppakan minuman keras has

Cina yang mengandung alkohol akantetapi oleh pecandu narkoba

menyebut barang yang sejenis heroin yang masih serumpun dengan

ganja dijuluki putaw hanya saja kadar narkotika yang dikandung

putaw lebih rendah atau dapat disebut heroin kelas emapat sampai

enam. Putaw banyak disalahgunakan karena harganya yang

terjangkau. Salah satu ciri yang membedakan antara pemakai putaw

dan heroin/morphine adalah pada putaw pemakai akan merasakan

gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka dan hidung sedangkan

pada heroin/morphine tidak. Putaw dipakai dengan cara dimakan,

dihisap melalui hidung, dibakar di atas kertas timah dan dihirup

asapnya, sering disebut dengan metode “nge-drag” (chasing the

dragon), bisa juga dipakai dengan cara dihirup melalui lubang hidung

(sniffing), atau dengan disuntikkan ke dalam pembuluh darah balik

dengan menggunakan insulin atau jarum suntik. Pemakaian putaw

menyebabkan penggunanya menjadi mengantuk dan perubahan mood

yang tidak menentu. Pemakaian secara kontinyu akan berujung pada


26

kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis (sugesti

untuk memakainya lagi). (Sumarno Ma‟sum, 2011).

f. Katinone

Narkoba jenis katinon adalah narkoba yang sudah lama ada. Di

Indonesia, zat ini sudah beberapa tahun ada. Pengguna metilon belum

banyak di Indonesia dan belum ada yang mengalami gejala putus zat

atau intoksikasi sampai overdosis. Secara medis, katinon memiliki

nama asli cathinone (Katinona) yang struktur kimia dan efek mirip

amfetamin, yang memilki efek samping yang berbahaya. Nafrialdi

mengatakan kandungan zat tersebut asal mulanya ditemukan dari

tumbuhan yang bernama Khat atau Cathaedulis atau Sirih Arab, yang

biasa tumbuh di Afrika Timur dan Tengah serta sebagian Jazirah Arab.

Tumbuhan Khat atau sirih Arab, biasa diminum sebagai teh Arab atau

dikunyah seperti daun sirih (BNN, 2016).

Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali

lipat dibandingkan dengan yang alami, zat katinon yang sintetis ini

menjadi disalahgunakan dan dimasukkan dalam kelompok

psikotropika. Katinon sintetis berbentuk serbuk kristal putih atau

kecoklatan yang dikemas didalam kapsul dan dapat dibentuk tablet /

pil sebagai pengganti pil ekstasi. Dibanyak negara, Khat bukan bahan

terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara Eropa.

Katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB untuk zat-zat


27

Psikotropika Tahun 1971. Cathinone yang terdapat dalam Khat

dimasukkan sebagai golongan III, sedangkan cathinone sintetis yaitu

amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV

konvensi itu. Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan

dengan katinon. Derivat (turunan) dari katinon yaitu 3,4 metilenedioksi

– N – metilkatinon 3. Zat sintetis ini juga disebut sebagai metilon.32

Katinon atau S – alfa – aminopropiofenon merupakan zat yang

konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Sedikit

perbedaan hanya pada gugusan belakang konfigurasi struktur

kimianya. Bila ekstasi, gugusan belakangnya adalah amfetamin dan

metilon, gugusan belakangnya adalah katinon. Efek kedua zat ini sama

bahkan dikatakan metilon lebih hebat efeknya (BNN, 2016).

2.1.2.2 Jenis- jenis narkoba berdasarkan efeknya

Selain jenis narkoba ditinjau dari bahannya maka narkoba juga dapat

ditinjau berdasarkan efeknya. Para ahli menggolongkan narkoba ini menjadi

tiga golongan besar berdasarkan efeknya terhadap susunan saraf pusat.

Menurut G Austin (2011) golongan ini antara lain stimulan, depresan, dan

halusinogen.

1. Stimulan

Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di

hipotalamus sehingga meningkatkan kerja organ. Contoh stimulan yaitu

kafein, nikotin, atau amfetamin, kokain, shabu, ekstasi.


28

a) Efek dari pemakaian obat ini adalah: menghambat perasaan lapar,

menurunan perasaan letih, menurunkan kebutuhan tidur, memicu

kerja jantung, serta meningkatkan tekanan darah. Dalam dunia medis,

kokain digunakan untuk anestesi (pembiusan local), khusunya untuk

operasi pembedahan hidung, tenggorokan, dan telinga. meningkatkan

denyut jantung dan tekanan darah, dan mengecilkan pupil dan

meningkatkan gula darah.

b) Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organ lainnya yang

berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan

berkurangnya rasa lapar dan kantuk.

2. Depresan

Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga

menurunkan aktivitas pemakainya. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu

sebagai berikut:

a) etanol (etil alkohol)

b) barbiturat, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal

Barbiturat tergolong obat penenang yang digunakan untuk membantu

agar cepat tidur, menghalau kecemasan, ketegangan, dan frustasi.

Dalam dunia medis, barbitural digunakan untuk obat tidur, epilepsy,

dan obat penenang pada saat stres.

c) obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium)


29

d) opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon Morfin

diperoleh dari getah tumbuhan Papaver somniferum. Berguna untuk

mennghilangkan/mengurangi rasa sakit, memberikan perasaan nyaman

/gembira, dan mengurangi perasaan cemas/gelisah. Dalam dunia

medis, morfin digunakan untuk meredakan penyakit batuk dan

mengatasi rasa sakit pada pembedahan.

e) anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain

yang mudah menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya

benzen, toluena, dankarbon tetraklorida.

Di Indonesia para pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil

koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf dapat menimbulkan berbagai

macam efek perasaan menjadi labil, bicara tak karuan dan tidak jelas,

mudah tersinggung, dan daya ingat dan koordinasi motorik terganggu

sehingga jalannya menjadi limbung.

3. Halusinogen

Halusinogen meliputi ganja, LSD (Lysergic Acid Diethylamide), STP

(mirip amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari

pohon kaktus peyote), ketamine, psilosibin (dari jenis jamur), dan PCP

(Phencyclidine) suatu obat bius hewan.Efek yang ditimbulkan oleh

penyalahgunaan obat halusinasi ini:


30

a) Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur,

timbul perasaan cemas, tekanan darah naik, frekuensi pernafasan naik,

produksi air liur berlebihan, pilek dan muntah-muntah

b) Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.

c) Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi. LSD

dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang

mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan.

2.1.3 Dampak Narkoba Dalam Kehidupan

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai

oleh manusia dari waktu ke waktu, tidak sedikit justru terjadi penyalahgunaan.

Narkoba, yang disatu sisi dapat digunakan dalam dunia kedokteran dan ilmu

pengetahuan, akan tetapi pada sisi lain telah disalahgunakan oleh segelintir

orang. Menurut Walker (2010) penyalahgunaan narkoba sudah barang tentu

membawa dampak negatif bagi manusia yaitu :

1. Masalah Kesehatan

Penyalahgunaan narkoba telah menjadi bahaya Nasional. Tidak hanya di

negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi juga

telah memasuki atau menimpa negara-negara yang menganut paham

sekuler. Dalam buku “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi

Pemuda” yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

disebutkan; bahwa dampak yang ditimbulkan karena penyalahgunaan


31

narkoba yaitu berupa gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan

psikis dan tidak menutup kemungkinan penyalahgunaan narkoba dapat

mengakibatkan penularan virus HIV. Mengenai gangguan kesehatan fisik

yang ditimbukan akibat penyalahgunaan narkoba meliputi :

a. Kerusakan organ vital, termasuk otak, jantung, paru-paru, hati, ginjal,

dan reproduksi‟

b. Keracunan dengan berbagai tanda dan gejala, sperti mual, muntah,

pusing kejang, gemetar, jantung berdebar, nyeri dada, takikardi,

bradikardi, hiperpireksia, hipertensi, dilatasi pupil, hipotensi

hipotermia, sampai koma (setiap jenis narkoba dan dosis yang

digunakan mempunyai dampam keracunan berbeda).

c. Menurut hasil penelitian, kerusakan sel otak akibat penyalahgunaan

dan ketergantungan narkoba, tidak dapat dipulihkan seperti sediakala,

sehingga penyalahgunaan narkoba, sering disebut sebagai One Way

Tiket.

d. Gejala putus obat (withdrawal syndrome), seperti anatara lain mual,

muntah, diare, mengantuk, pilekm bensinm lakrimasi, diatasi pupil,

pilo ereksi, tekanan darah naik, pernafasan naik, suhu badan naik,

gemetar, hilang selera makan, insomia, takikardi, lemas, kejang

lambung, impotensi, gangguan jantung dan ginjal, gangguan paru-

paru dan saluran nafas, (setiap jenis narkoba menimbulkan gejala

putus obat yang berbeda).


32

e. Gejala putus obat dikalangan pengguna narkoba disebut “sakau”,

singkatan dari “sakit sekali karena putaw”. Sakau digambarkan oleh

penderitanya sebagai keadaan penderitaan sakit sekujur tubuh

gabungan dari semua rasa sakit/nyeri yang hebat.94

Narkoba, disamping membawa pengaruh/dampak terhadap kesehatan

fisik, keracunan dan gejala putus obat, juga menimbulkan gangguan

psikis, seperti antara lain gelisah, cemas, takut, curiga dan waspada

berlebihan, paranoid, panik, disorientasi, bingung, fotofobia, mudah

tersinggung, depresi, halusinasi visual, waham kebesaran, europhobia,

agresif, gangguan daya ingat, gangguan nalar, nilai dan konsentrasi,

hilangnya hambatan impuls seksual, banyak bicara, gangguan kesadaran,

kognitif, afektif, persepsi, dan perilaku (Walker, 2010).

Narkoba, di samping dapat membawa kerusakan/gangguan fisik, juga

dapat mendatangkan gangguan pada mental atau rohani dari si pecandu.

Seorang yang kecanduan narkoba dapai dipastikan akan mengalami

gangguan mental. Orang yang menjadi pecandu narkoba mempunyai

kepribadian yang labil atau mudah goyah. Mereka yang sudah kecanduan

akan sulit melepastkan diri dari ketergantungan. Tidak menutup

kemungkinan pecandu narkoba akan melakukan apa saja asal

keperluannya terhadap narkoba dapat terpenuhi. Boleh jadi barang-barang

miliknya dan milik keluarganya akan digadaikan, mungkin pula ia

mencuri, merampok, merampas, menggarong, membunuh dan sebagainya.


33

Pendek kata, segala macam tindakan kriminal dapat dilakukan oleh

pecandu narkoba demi terpenuhinya kebutuhan akan narkoba (Walker,

2010).

2. Masalah Ekonomi

Selain membawa dampak negatif dalam masalah kesehatan, narkoba

juga membawa masalah atau dampak buruk dalam bidang perekonomian.

Menurut BNN, (2016) adapun dampak buruk yang ditimbulkan oleh

narkoba dalam hal ekonomi di antaranya meliputi:

a. Menimbulkan biaya ekonomi yang sangat tinggi uruuk membeli

narkoba yang harganya sangat mahal dan kebutuhannya terus menerus

dan makin tinggi biaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan yang

juga sangat mahal, yang dapat menjerumuskan orang tua atau keluarga

yang bersangkutan dalam jurang kebangkrutan dan kehancuran.

b. Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba serta pengedaran gelap

secara nasional juga dapat menambah anggaran belanja pelayanan

kesehatan masyarakat, serta beban biaya program pencegahan, serta

pengobatan, perawatan dan pemulihan pelaku penyalahgunaan /

penderita ketergantungan narkoba. Bayangkan bila di Indonesia

terdapat 3.000.000 (tiga juta) penyalahguna dan penderita

ketergantungan narkoba dan bila semuanya mengikut program

pengobatan, perawatan dan pemulihan selama 6 (enam) bulan, dengan

biaya sebesar Rp3.000.000,- (tiga juta rupiah) per-bulan per-orang,


34

maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 54.000.000.000.000,-

(lima puluh empat trilyun rupiah) dalam enam bulan.

c. Transfer uang dalam jumlah yang sangat besar sebagai upaya

pencucian uang haram (money laundry) hasil bisnis gelap narkoba

dapat menimbulkan gangguan instabilitas nilai tukar mata uang,

moneter dan kinerja perekonomian nasional.

3. Masalah Sosial dan Pendidikan

Tidak kalah penringnya, dalam hal sosial dan pendidikan, narkoba

turut membawa masalah atau kerugian dalam kehidupan.

Dampak/kerugian narkoba dalam bidang sosial dan pendidikan meliputi :

a. Menimbulkan gangguan ketenangan, ketentraman, kerertiban dan

keamanan dalam keluarga, akibat perilaku yaang bersangkutan.

b. Menimbulkan gangguan terhadap hubungan dan pergaulan sosial, serta

menyebabkan penguilan sosial.

c. Bila sudah berkeluarga, menyebabkan berantakan bangkrut dan

hancurnya kehidupan keluarga. di muna istri dan anak-anak harus turut

memikul beban dan

d. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi putus sekolah atau putus kerja

dan biaya peluang (oppurtunity cost) karena hilangnya peluang

bersekolah atau bekerja serta beban psikologis, aib, dan sosial yang

sangat berat bagi orang tua dan keluarga yang bersangkutan.


35

e. Menirukan sampai membunuh semangat belajar dan semangat kerja

yang lebih jauh dapat menyebabkan putus sekolah, putus kerja atau

pemutusan hubungan kerja.

f. Dapat memicu tindakan asosial, antisosial, amoral, tindakan

kekerasan, dan tindakan kejahatan.

g. Dapat menyebabkan penderitaan berkepanjangan yang berujung pada

kematian

4. Masalah Kultur/Budaya

Penyalahgunaan narkoba dipandang sebagai penyimpangan perilaku

yang merugikan diri pelakunya, keluarga dan masyarakat. Penyimpangan

perilaku tersebut akibat kondisi sosial budaya tertentu, termasuk

industrialisasi, urbanisasi, modernisasi, pengangguran, putus sekolah, dan

pemukiman kumuh. Penyalahgunaan narkoba dipandang sebagai

penyimpangan atau bukan, tergantung kepada kebudayaan setempat.

Menurut C. Allen (2011) dampak atau masalah yang ditimbulkan karena

peredaran gelap (ilegal) atau penyalahgunaan narkoba adalah sebagai

berikut:

a. Dapat meugakibatkan gangguan ketentraman dalam kehidupan si

pelaku (penyalahguna) khususnya, juga pada gilirannya dapat

mengusik ketentraman warga masyarakat di mana ia tinggal,

b. Menjadikan diri sendiri (penyulahguna/peggedar) "terkucil” dalam

pergaulan hidup benuasyarakat. Dalam realitas kehidupan, jarang ada


36

sekelompok orang yang mau berkawan/bersahabat dengan

pecandu/penyalahguna maupun deugan pengedar narkoba. Hal ini

dapat dimaklumi, mengingat kekhawatiran dari orang-orang yang

hidup di tengah masyarakat akan "ketularan" dari life style (gaya

hidup) si penyalahguna/pengedar narkoba.

c. Menjadikan yang bersangkutan (si penyalahguna) apatis atau bersikap

“masa bodo" dengan lingkungan sekitarnya. Kalau hal ini terus terjadi,

maka amat disayangkan; padahal manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa

telah diberikan dan dibekali potensi yang harus dikembangkan dalam

kehidupannya. Sementara orang yang menyalahgunakan narkoba

hanya untuk kesenangan sesaat, berani tanpa disadari ia telah

"membunuh" potensi dan mematikan kreasi diri yang amat bernilai."

5. Masalah Keamanan Nasional

Menurut C. Allen (2011) bahwa narkoba juga dapat membawa

dampak massalah dalam bidang keamanan nasional. Dampak atau masalah

yang ditimbulkan narkoba dalam bidang keamanan nasional meliputi:

a. Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, serta

keamanan bangsa dan negara.

b. Menghancurkan kualitas dan daya saing bangsa sorta membunuh masa

depan dan kejayaan bangsa.

c. Berkaitan dengan peningkatan tindak kejahatan termasuk kerusuhan,

separatisme dan terorisme."


37

6. Masalah Penegakan Hukum

Dampak yang tidak kalah penting dari peredaran ilegal dan

penyalahgunaan narkoba yaitu berkaitan dengan masalah penegakan

hukum Indonesia yang dahulu hanya menjadi tempat transit

(persinggahan) jalur peredaran gelap narkoba, saat ini justru menjadi

“bidik market” empuk dan potensial sindikat narkoba internasional.

Peredaran gelap narkoba sangat kompleks dan canggih, menggunakan

teknologi maju, dan terorganisir dengan rapih. Peredaran gelap narkoba

bukan hanya melanggar perundang-undangan nasional (Indonesia), tetapi

juga melanggar berbagai perjanjian dan konvensi internasional. Peredaran

gelap narkoba melibatkan berbagai tindak kejahatan yang lainnya, seperti;

penyuapan pejabat negara, elit politik, pejabat pemerintahan, jajaran

penegak hukum persekongkolan jahat, korupsi, penggealapan pajak,

pelanggaran undang-undang perbankan, transfer uang haram,

penyelundupan, pelanggaran undang-undang kepabeanan, tindak

kekerasan, kejahatan, pembunuhan, perdagangan gelap senjata,

separatisme dan terorisme (Thomas Dunne, 2014).

Banyaknya kasus yang berkaitan masalah peredaran

gelap/penyelundupan narkoba serta penyalahgunaannya, kalau tidak

ditindak/dijerat dengan penegakan hukum yang konsisten, konsekuen dan

berkesinambungan, maka jangan harap bangsa Indonesia dapat keluar dari

jerat narkoba. Upaya penegakan hukum yang tegas dan ketat diharapkan
38

dapat mengurangi sediaan narkoba di masing-masing negara, termasuk di

Indonesia, akan menjadi faktor deterrent (penghalang/penangkis) bagi

tindak kejahatan yang berkenaan dengan narkoba. Hal itu juga dapat

memberikan sumbangan terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan

narkoba dengan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi upaya

pengurangan sediaan ilegal narkoba (Thomas Dunne, 2014).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa narkoba apapun

jenis dan bentuknya dapat membahayakan kehidupan umat manusia. Hal

ini mengingatbahwa dalam realitas kehidupan sehari-hari dampak negative

dari penyalahgunaan serta peredaran narkoba secara ilegal secara tidak

langsung dapat membawa suatu generasi menuju jurang kebinasaan,

Sementara untuk meminimalisasikan kejahatan yang berkenaan dengan

narkoba diperlukan upaya penegakan hukum yang konsisten dan

berkelanjutan serta turut didukung oleh semua pihak yang rerkait

didalamnya (Yayasan Wajar Hidup, 2011).

2.2 Prestasi Belajar

2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi

tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi (Nurman, 2016), hal senada diungkapkan oleh

Woodworth dan Marquis (dalam Supartha, 2014) bahwa prestasi belajar


39

adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan

menggunakan tes.

Menurut Nasution (2011) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah

penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam

suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang

diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi

seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka

prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang

sukses dalam belajar. Ini berarti prestasi belajar menuju kepada optimal dari

kegiatan belajar.

Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang

berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai

yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar. Berdasarkan

beberapa pendapat tersebut, prestasi belajar dalam penelitian ini secara

konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

bentuk angka yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat

diukur dari tes atau hasil ujian siswa.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2013) secara garis besarnya factor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas :


40

a. Faktor Internal

Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik

maupun mental atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor

instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang

mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain.

1) Kondisi Fisiologis Secara Umum

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam

keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata

kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan

gizi. Anakanak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan

tidak mudah menerima pelajaran.

2) Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu

semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar

seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari

faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor

psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang

utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor

luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor

luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan,
41

bakat, motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor

psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3) Kondisi Panca Indera

Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah

pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan

pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelari

menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan

membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi,

mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan

orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.

4) Intelegensi/Kecerdasan

Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk

belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi

seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan

belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha

belajar tidak akan berhasil.

5) Bakat

Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang

tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat

adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan

merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada umumnya komponen

intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah,


42

dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap

tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak

mendapat kesempatan untuk berkembang.

6) Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah,

semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai

motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan

kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit

yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar

seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu

motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam

diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa

depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita.

Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita

dapat dicapai dengan belajar.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan.

Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala

sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi

prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain.


43

1) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan Keluarga

Merupakan pusat pendidikan pertama yang memegang peran

penting, meliputi perhatian orangtua, kondisi ekonomi orangtua

dan hubungan antar anggota keluarga.

b) Lingkungan Sekolah

Diantaranya para pengajar atau ceramah dan siswa, ceramah sangat

berperan dalam proses penyampaian prestasi belajar yang

memuaskan. Begitu juga siswa, harus tertib dan tenang agar

tercpita suasana belajar yang kondusif.

c) Lingkungan Masyarakat

Di samping lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan,

lingkungan masyarakat juga tidak sedikit pengaruhnya terhadap

hasil belajar siswa karena lingkungan alam sekitar sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi dan dalam

kehidupan sehari-hari kita akan lebih banyak bergaul dengan

lingkungan tempat dia berada.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah yang penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor

ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan

yang telah dirancang.


44

Faktor-faktor instrumental dapat berupa :

a) Perangkat keras /hard ware misalnya gedung, perlengkapan belajar,

alat-alat praktikum, dan sebagainya.

b) Perangkat lunak /soft ware seperti kurikulum, program, dan

pedoman belajar lainnya.

2.2.3 Prinsip – Prinsip Belajar yang Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar

Syah (2013) berpendapat bahwa prinsip-prinsip belajar yang dapat

meningkatkan prestasi belajar adalah ;

a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling

mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan.

b. Belajar harus senantiasa bertujuan searah dan jelas bagi peserta didik.

c. Belajar akan efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni

dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.

d. Belajar memerlukan bimbingan dari ceramah dan tuntunan dari buku

pelajaran.

e. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar dengan berpikiran kritis

karena lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

f. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pemecahan masalah melalui

diskusi.

g. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang di pelajari sehingga di

peroleh pengertian.
45

h. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang di pelajari dapat di

kuasai.

i. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup penerangan dan harus

tertib.

2.2.4 Pengukuran prestasi belajar

Pengukuran prestasi belajar pada dasarnya adalah untuk mengetahui

tingkat prestasi belajar yang dicapai siswa dalam materi pelajaran.

Pengukuran prestasi belajar siswa dengan melakukan tes, ujian dan ulangan.

Istilah ulangan umum yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB

(Tes Prestasi Belajar). Sebuah proses belajar mengajar atau untuk menentukan

taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran atau penyajian materi dan

kenaikan kelas. Sistem pemberian angka terhadap tes biasanya dilakukan

dengan huruf A, B, C, D dan E, angka (0-10, 0-100) dan kategori kemampuan

sangat baik/sangat memuaskan, baik / memuaskan, cukup / sedang, kurang

dan tidak lulus (Syah, 2013).

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu

dilakukan penilaian (evaluasi). Dengan penilaian dapat diketahui kemampuan,

kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan dan

nilai-nilai. Penilaian pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan

kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang

disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum,

(Harahap dalam Supartha, 2014). Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui


46

dan mengumpulkan informasi terhadap perkembangan dan kemajuan, dalam

rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Fungsi penilaian

dapat dikatakan sebagai suatu evaluasi yang dilakukan sekolah mempunyai

tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk mengetahui perkembangan

dan kemajuan, dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk mengetahui sampai di

mana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam mendidik dan

mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang

terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan, Purwanto

(2010).

Pendapat lain menyatakan bahwa fungsi penilaian dalam proses belajar

mengajar antara lain: (1) untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai

dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta memperbaiki belajar

bagi murid, (2) untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau

hasil belajar dari murid, (3) untuk menempatkan murid dalam situasi belajar

mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh

murid, dan (4) untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami

kesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan

kesulitan itu, (Harahap dalam Supartha, 2014).

Penilaian dalam pendidikan ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif,

sumatif, penempatan, dan diagnostik, (Harahap dalam Supartha, 2014). Di

samping itu, dapat juga dikatakan bahwa jenis-jenis penilaian sebagai berikut:

(1) ulangan harian mencakup bahan kajian satu pokok bahasan atau beberapa
47

pokok bahasan untuk memperoleh umpan balik bagi guru, (2) ulangan umum

merupakan ulangan yang mencakup seluruh pokok bahasan, konsep, tema,

atau unit dalam catur wulan atau semester yang bersangkutan dalam kelas

yang sama. Hasil ulangan umum selain untuk mengetahui pencapain siswa

juga digunakan untuk keperluan laporan kepada orang tua siswa dan

keperluan administrasi lain, bentuk alat penilaiannya adalah berupa pilihan

ganda dan sering dilakukan secara bersama-sama pada suatu wilayah maupun

wilayah tingkat I, (3) ujian akhir, ujian akhir ada yang bersifat nasional, ada

yang bersifat regional, dan ada yang bersifat lokal. Hasil penilaian ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan kelulusan siswa dan digunakan untuk

pemberian surat tanda tamat belajar (Kemendiknas, 2016).

Teknik dan alat penilaian yang sering digunakan kepala sekolah adalah:

(1) teknik tes, terdiri dari tes tertulis, yaitu: tes objektif dan tes uraian, tes

lisan, dan tes perbuatan, (2) teknik non tes yang dilaksanakan melalui

observasi maupun pengamatan (Kemendiknas, 2016).

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama

kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia

mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga

sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik
48

(Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak

perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh

dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah

setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14

tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24

tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2011), masa

remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian

dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir

(18-21 tahun).

2.3.2 Tahapan Remaja

Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu :

1. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang

dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.


49

2. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa

senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cendrung berada

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang

mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk

berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual

sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka

inginkan.

3. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai

dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan

dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

publik.
50

2.3.3 Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja

Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:

1. Kegelisahan.

Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak angan-

angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Hal ini

menyebabkan remaja mempunyai angan-angan yang sangat tinggi, namun

kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai sehingga remaja

diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan

Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena sering

mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua. Pertentangan

yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja

tersebut.

3. Mengkhayal

Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya remaja

akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan

mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat

negatif. Terkadang khayalan remaja bisa bersifat positif, misalnya

menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

4. Akitivitas berkelompok

Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan mengakibatkan

kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat para remaja.


51

Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi

dengan berkumpul bersama teman sebaya. Mereka akan melakukan suatu

kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka

atasi bersama.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high

curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung

ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan ingin mencoba semua

hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

2.3.4 Perkembangan remaja

1. Perkembangan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan

seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara primer

dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik dan

hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki-laki dan

perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009).

Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara

membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam

kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat menghasilkan

sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan diawali dengan

mimpi basah (Sarwono, 2011).


52

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh seperti

tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan

pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama

(menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja perempuan

telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar

bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita

(Sarwono, 2011).

2. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan

hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum

bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya

(Sarwono, 2011).

3. Perkembangan kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan

masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan

menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah,

remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang

sangat banyak (Potter & Perry, 2009).

4. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada

kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan

jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih


53

penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti

berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak

menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).

2.4 Kerangka Teori

Faktor Internal
 Kondisi Fisiologis
Secara Umum
 Kondisi Psikologis
 Kondisi Panca Indera
 Intelegensi/Kecerdasan
 Bakat Prestasi Belajar
 Motivasi
Faktor Eksternal
 Faktor Lingkungan
 Faktor Instrumental
 Faktor Narkoba

Diagram 2.1 Kerangka Teori


54

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penyalahgunaan Obat-Obatan

Terlarang Pada Remaja Putra merusak disiplin dan motivasiyang sangat penting

bagi proses belajar. Siswa yang menyalahgunaan narkoba mengganggu susana

belajar-mengajar dikelas dan prestasi turun drastis. Penylahgunanaan narkoba

juga berkaitan dengan kanakalan dan putus sekolah. Kemungkinan penyalahguna

membolos lebih besar dari pada siswa lain, hal ini dapat dapat menyebabkan

menurunnya tingkat prestasi belajar siswa.

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyalahgunaan Obat-Obatan Tingkat Prestasi


Terlarang Pada Remaja Putra

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen

yaitu penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dan variabel

dependen yaitu tingkat prestasi belajar siswa.

54
55

3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Penyalahgunaan Obat-Obatan


Terlarang Pada Remaja Putra Dengan Tingkat Prestasi di SMA
Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun
2018

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Independen
1 Penyalahgun Tindakan siswa Mengisi Angket 1. Tidak : jika Ordinal
aan Obat- dalam Angket tidak pernah
Obatan menggunakan menggunakan
Terlarang obat atau zat yang narkoba
Pada Remaja dapat 2. Ya, jika
Putra menenangkan pernah
syaraf, menggunakan
mengakibatkan narkoba
ketidaksadaran
atau pembiusan,
menghilangkan
rasa sakit dan
nyeri, menimbuka
rasa mengantuk
atau merangsang,
dapat
menimbulkan
efek stufor serta
dapat
menimbulkan
adiksi atau
kecanduan
Dependen
2 Tingkat Hasil perubahan Melihat Buku 1. A jika nilai 85 Ordinal
Prestasi tingkah laku yang Raport Raport - 100
meliputi tiga 2. B, jika nilai
ranah kognitif 70-74
terdiri atas : 3. C, jika nilai
pengetahuan, 55-59
pemahaman, 4. D, jika nilai
aplikasi, analisis, 40-50
sintesis, dan 5. E, jika nilai <
evaluasi 40
56

3.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010) hipotesis adalah pernyataan tentative yang

merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha

untuk memahami. Hipotesis dapat diturunkan dari teori, tetapi ada kalanya sukar

diadakan perbedaan yang tegas antara teori dan hipotesis. Hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Ha : ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra

dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten

Indramayu Tahun 2018

2. Ho : Tidak ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja

putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya

Kabupaten Indramayu Tahun 2018


57

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian

cross sectional. Adapun cross sectional menurut (Notoatmodjo, 2010:37) yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat.

4.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang

suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2010:65). Variabel dalam penelitian ini

terdiri dari variabel independen penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada

remaja putra, sedangkan variabel dependennya yaitu tingkat prestasi.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa putra kelas XI di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan

Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 sebanyak 55 orang.


57
58

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari

keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2010:115). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

putra kelas XI di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten

Indramayu Tahun 2018 sebanyak 55 orang atau total sampling.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumentasi penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2010:126).

a. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu

metode pengumpulan data yang menggunakan kumpulan pernyataan

mengenai suatu obyek. Pernyataan dalam kuesioner bersifat tertutup, yaitu

variasi jawaban sudah ditetukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga

responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang

telah diberikan

b. Cara pengambilan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah membagikan

kuesioner kepada responden dan responden diminta mengisi kuesioner


59

tersebut, untuk mengetahui penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja

putra, dan tingkat prestasi.

4.5 Cara Pengumpulan Data

4.5.1 Sifat dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pembagian kuesioner

dengan teknik angket yaitu memberikan kuesioner kepada responden yang

berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Tenaga

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti. Dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Proses perijinan surat-surat ijin pengambilan data untuk studi

pendahuluan dan penelitian.

b. Mengambil data siswa di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya

Kabupaten Indramayu

c. Melakukan pengundian secara systematic random sampling, sesuai

dengan jumlah dan kriteria sampel yang diinginkan

d. Mencatat nama – nama yang terpilih menjadi sampel penelitian

e. Penelitian ini tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, melainkan dibantu

oleh seseorang (enumerator). Enumerator dalam penelitian ini adalah

guru yang berjumlah 2 orang. Sebelumnya enumerator tersebut sudah


60

dijelaskan tentang penelitian tersebut dan telah bersedia menjadi

enumerator.

f. Memberikan informasi tentang cara pengisian kuesioner kepada

responden.

g. Menunggu responden mengisi kuesioner tersebut, dan jika ada hal yang

tidak dimengerti oleh responden, maka responden berhak menanyakan ke

peneliti.

h. Mengembalikan kuesioner kepada peneliti yang sudah dilakukan

pengecekan sebelumnya untuk dilakukan pengolahan data.

4.5.2 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010:126) pengolahan data dalam penelitian

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian dalam kuisioner tersebut apakah sudah lengkap dalam arti

semua data yang diperlukan telah terisi dan apakah cukup jelas atau

terbaca. Apabila ada data-data yang belum lengkap maka perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi data tersebut. Tetapi, apabila

tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka data yang tidak lengkap

tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.


61

b. Coding

Setelah semua data-data yang terkumpul diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukan data (data entry) atau processing

Langkah ini adalah data-data dari masing-masing sampel dimasukan

dalam bentuk kode (angka atau huruf) kemudian diolah ke dalam program

atau software komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian karena

apabila tidak akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja.

d. Pembersihan data (cleaning).

Apabila semua data dari setiap sumber data atau sampel selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.6 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melakukan penyesuaian

data sesuai dengan kriteria yang ada. Analisis data untuk penelitian ini

menggunakan perangkat lunak statistik dengan program SPSS.


62

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

masing-masing variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010:139).

Langkah-langkah analisis univariat adalah sebagai berikut:

1) Distribusi Frekuensi

Mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel ke

dalam distribusi frekuensi dan presentase masing-masing variabel dari

semua jawaban responden dengan rumus sebagai berikut:

f
p x100%
n

Keterangan :

P = Proporsi

f = Frekuensi Kategori

n = Jumlah sampel

(Arikunto, 2010:131)

Tabel 4.2 Distribusi Masing-Masing Variabel

Variabel f %

Jumlah

Interpretasi data hasil penelitian dengan menggunakan skala ukur

proporsional menurut Arikunto (2010:131) seperti pada tabel dibawah ini :


63

Tabel 4.3 Interpretasi Hasil Prosentase


Skala
No Interpretasi
Pengukuran (%)
1 0 Tidak satupun responden
2 1 – 25 Sebagian kecil responden
3 26 – 49 Kurang dari setengah responden
4 50 Setengah responden
5 51 – 75 Lebih dari setengah responden
6 76 – 99 Sebagian besar responden
7 100 Seluruh responden

2) Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel

yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Uji yang

dipakai adalah uji Chi- Square dengan batas kemaknaan α = 0,05 atau

derajat kebebasan df= 1 (Notoatmodjo, 2010:141). Langkah – langkah

analisis bivariat adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Tabel Silang ( 2x2 )

Tabel 4.4 Tabel Silang (2x2)


Variabel Terikat
Variabel Bebas
faktor resiko (+) a b a+b (m1)
faktor resiko (-) c d c+b (m2)
a+c ( n1) b+d (n2) N
(Budiarto, 2011:321)

b. Menghitung Chi-Square dengan rumus :

Menghitung chi-square dengan rumus menurut Budiarto (2011:

321) adalah:
64

(𝑂−𝐸)2
X2=∑ 𝐸

Apabila ada sel yang kosong atau nilai < 5, maka di gunakan

fisher exact dengan rumus:


1
(|𝑂−𝐸|− )2
2 2
X= 𝐸

Menurut Budiarto (2011: 321) syarat penggunaan uji chi square

adalah sebagai berikut :

1) Jumlah sampel > 30

2) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kecil dari

1(satu)

3) Tidak lebih dari 20% sel yang mempunyai nilai harapan kecil dari

5 (lima). Kalau hal ini ditemui didalam suatu tabel

kontingensi,dengan ukuran tabelnya > 2 x 3, maka diperlukan

penggabungan. cara menanggulanginya adalah dengan

menggabungkan nilai 2 kategori menjadi 1 kategori. Artinya

kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai

harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain.

4) Namun untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan sehingga

solusinya dengan menggunakan uji Fisher Exact.

c. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan

nilai  (  value) dengan nilai  = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 %

dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah keputusan sebagai berikut :


65

1) Nilai  (  value) < 0,05, maka HO ditolak, yang berarti ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

2) Nilai  (  value) > 0,05, maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak

ada hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel

terikat.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya

Kabupaten Indramayu Tahun 2018, adapun waktunya direncanakan pada bulan

Maret-April tahun 2018.

Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi Tahun 2018

Tahun 2018
No Kegiatan
Februari Maret April
I II III IV I II III IV I II III IV
1 TAHAPAN PERSIAPAN
a. Memilih Lahan Penelitian
b. Studi Pendahuluan
c. Menyusun proposal
d. Seminar Proposal
e. Perbaikan hasil sidang
proposal
2 TAHAPAN PELAKSANAAN
a. Permohonan Izin Penelitian
b. Pengumpulan Primer
c. Melakukan Pengolahan Data,
Analisa Data
d. Penarikan Kesimpulan
3 TAHAP AKHIR
66

a. Menyusun Laporan
b. Sidang Ujian Hasil Penelitian
c. Perbaikan Hasil Sidang

Anda mungkin juga menyukai