Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

“Persepsi dan Perilaku Merokok pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 A.2016.2

Ipudaniati Simanjuntak (1611123294)

Endah Rizki Ayunita (1611123423)

Oktavia (1611123438)

Dosen Pembimbing :Ns. Arneliwati, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok adalah hal yang dianggap biasa pada era globalisasi seperti sekarang ini. Masa-
masa perubahan yang memiliki kesamaan dan kesempatan yang sama baik di Negara berkembang
maupun negara maju. Merokok merupakan kegiatan yang sering kita jumpai di masyarakat, tidak
hanya masyarakat di Indonesia tetapi juga masyarakat di dunia (Aliansi Pengendalian Tembakau
Indonesia,2013). Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang belum menandatangani FCTC
(Framework Convention on Tobacco Control) atau traktat pengendalian rokok. Oleh karena itu,
kebijakan dan aturan tentang merokok sangat minimal di Indonesia (Prawitasari, 2012).
Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah (Jaya,2009). Kandungan
dalam rokok terdapat 4000 zat kimia seperti nikotin yang bersifat kasinogenik yang dapat
mengakibatkan berbagai penyakit yaitu gangguan pencernaan, gangguan kehamilan dan janin,
bronchitis, kanker dan akan memacu kerja dari susunan sistem saraf pusat dan susunan saraf
simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat
(Bensley,2009).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) tahun 2011
terdapat 3,8 miliar perokok dunia. Sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia
jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat, pada kelompok umur 15 tahun keatas
yang merokok setiap hari pada 5 provinsi di Indonesia yang tertinggi ditemukan di provinsi
Kalimantan Tengah (36,0%), Kepulaan Riau (33,4%), Sumatra Barat (33,1%), Nusa Tenggara
Timur dan Bengkulu (33%), sedangkan 5 provinsi dengan perokok terendah dijumpai di provinsi
Sulawesi Tengah (22%), DKI Jakarta (23,9%), Jawa Timur (25,1%), Bali (25,1%), dan Jawa
Tengah (25,3%) (Riskesdas,2010).

Prevalensi perokok pada masyarakat Indonesia pada umur 20-24 tahun perokok setiap hari
sebanyak 27,2% dan perokok kadang-kadang 6,9%, pada 25-29 tahun perokok setiap hari 29,8%,
perokok kadang-kadang 5,0% ini terjadi tidak hanya pada kalangan dewasa saja namun sudah
merambat pada kalangan remaja. Prevalensi pada kalangan remaja umur 10-14 tahun perokok
setiap hari 0,5%, perokok kadang-kadang 0,9%, laki-laki 47,5% perokok setiap hari
perokok kadang-kadang 9,2% sedangkan perokok setiap hari pada perempuan 1,1% dan
perokok kadang-kadang 0,1% (Riskesdas,2013).

Setiap orang dalam kehidupannya pernah mengalami suatu peristiwa atau permasalahan
yang mengakibatkan stres. Berbagai sumber mengatakan mahasiswa yang mengalami stres seperti
masalah akademik, prestasi akademik yang rendah, kegagalam dalam menyelesaikan tugas,
tuntutan orang tua agar cepat menyelesaikan study nya, dan masalah kesehatan. Beban stres yang
dirasa terlalu berat dapat memicu gangguan memori konsentrasi, penurunan kemampuan
penyelesaikan masalah dan kemampuan akademik, sehingga mahasiswa percaya bahwa rokok
memiliki fungsi sebagai penenang saat mereka cemas dan stres (Sunaryo,2011).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang
merokok tetapi juga pada orang-orang disekitar perokok, salah satu penyebab perilaku merokok
yaitu karena faktor stres, peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan
akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi, beban stres yang dirasa berat dapat memicu
seseorang untuk merokok. Kerugian yang terjadi bisa dari sisi kesehatan dan ekonomi
(Bensley,2009).

Berdasarkan data yang telah disajikan diatas, dapat diketahui bahwa jumlah prevalensi
merokok di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai survey dan
penelitian yang telah dilakukan di wilayah Pekanbaru dan didapatkan hasil mahasiswa yang
merokok cukup banyak, hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan,
sikap dan tingkat stres yang dialami mahasiswa.

Fenomena merokok dikalangan mahasiswa sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi.Mereka


terkesan cuek dengan kebiasaan ini yang umumnya masih dipandang sebelahmata oleh sebagian
orang.Berdasarkan fenomena diatas, maka penelitiingin melakukan penelitian yang berjudul,
“Persepsi dan Perilaku Merokok pada Mahasiswa.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti membuat perumusan masalahyang
bertujuan membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas sehinggatetap focuspada
permasalahan yang akan di teleti. Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimanakah persepsi merokok pada mahasiswa?
2. Bagaimanakah perilaku merokok pada mahasiswa?
3. Apa yang melatar belakangi mahasiswa merokok?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap merokok.
2. Mengetahui perilaku mahasiswa terhadap merokok.
3. Mengetahuifaktor apa saja yang lebih mendominasi mahasiswa dalam membentuk
persepsinya terhadap merokok.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi yang
dapat menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan mengenai persepsi dan perilaku
mahasiswa terhadap merokok.
2. Bagi Mahasiswa
Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi mengenai
persepsi dan perilaku merokok pada mahasiswa. Dengan demikian diharapkan para
mahasiswa dapat memilih perilaku yang sesuai dengan norma, pantas dan sehat untuk
dilakukan demi menunjang aktivitasnya sehari-hari.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data, informasi dasar, dan
evidence based informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai persepsi dan perilaku
merokok pada mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi
1. Pengertian persepsi
Menurut pendapat David Krech disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif
yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat
berbeda dengan kenyataannya. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi
Komunikasi dijelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek,peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan sebuah penafsiran yang unik terhadap situasi, dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi


Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Liliweri dalam bukunya komunikasi
serba ada serba makna (2011:155) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi,yaitu:
1) Fisiologis:
a. Visual dan audio
b. Fisik
c. Umur
2) Kebudayaan:
a. Kepercayaan
b. Nilai-nilai
c. Pemahaman
d. Asumsi taken-for-granted
3) Standpoint Theory:
a. Komunitas Sosial
b. Ras, etnisitas, gender, kelas ekonomi, agama, spiritualitas, umur, orientasi seksual
c. Posisi kekuasaan dalam hierarki sosial
4) Peranan sosial:
a. Peranan sosial ketika berkomunikasi dengan kita
b. Harapan terhadap kepenuhan peran
c. Pilihan karir
d. Kemampuan kognitif dan kompleksitas kognitif.

3. Tahap- tahap persepsi


Proses presepsi ini dapat terjadi dalam tiga tahapan utama, yaitu :
a. Individu memperhatikan dan membuat seleksi.
b. Individu mengorganisasikan objek yang ditangkap oleh indera.
c. Individu membuat interpretasi. Namun, pada umumnya para pemerhati psikologi
komunikasi mengikuti lima tahapan utama, yakni stimulation, organization, interpretation–
evaluation, memory, dan recall.

Tahap 1
STIMULATION
 Sense Organs PERSEPS
 Meaningful Stimuli
I

Tahap 2
Tahap 6
STIMULATION
 Organization by rules RECALL
 Schemata
 Script

Tahap 3 Tahap 5
INTERPRETATION & MEMORY
EVALUATION
 Based on past experiences,
knowledge, ect.

Gambar 1.1 Proses Persepsi Manusia


Sumber: Liliweri. 2011:158. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna

Proses persepsi manusia selalu mengikuti 5 tahapan diatas, yakni :


1. Pada tahap 1, individu menerima stimulus ( rangsangan dari luar), di saat ini sense
organs atau indra akan menangkap makna terhadap stimulus (meaningful stimuli).
2. Pada tahap 2, stimulus tadi diorganisasikan berdasarkan tatanan tertentu
misalnyaberdasarkan schemata (membuat semacam diagram tentang stimulus) atau
dengan script (reflex prilaku).
3. Pada tahap 3, individu membuat interpretasi dan evaluasi terhadap stimulus
berdasarkan pengalaman masa lalu atau pengetahuan tentang apa yang dia terima itu.
4. Pada tahap 4, stimulus yang sudah diorganisasikan itu terekam dalam memori.
5. Pada tahap 5, semua rekaman itu dikeluarkan, itulah persepsi.
4. Jenis – Jenis Persepsi
Beberapa jenis persepsi menurut Liliweri (2011:160) sebagai berikut:
a. Persepsi Diri.
Persepsi diri individu (self-perception)merupakan cara seseorang menerima diri
sendiri. Persepsi diri berbasis pada self-esteem (apa yang dikagumi)– sejauh mana objek
dipersepsi itu bernilai bagi dia, misalnya apa yang dia yakini sebagai sesuatu yang akan
memberikan perasaan aman atau mungkin tidak nyaman. Konsep diri atau self- concept itu
dibentuk oleh bagaimana individu diterima dalam suatu kelompok tertentu, juga dibentuk
berdasarkan pengalaman masa lalu, atau yang berbasis pada self-efficacy (asas manfaat)
dari informasi yang diterima.
b. Persepsi Lingkungan..
Persepsi lingkungandibentuk berdasarkan konteks dimana informasi itu diterima.Ini
menunjukan bahwa persepsi terhadap kata – kata atau informasi yang dibuat atau
diucapkan bisa mengalami perubahan makna.Ini berarti bahwa lingkungan di sekeliling
kita dapat membentuk penyaring mental bagi persepsi manusia terhadap informasi.
c. Persepsi Yang Dipelajari.
Persepsi yang dipelajari merupakan persepsi yang terbentuk karena individu
mempelajari sesuatu dari lingkungan sekitar, misalnya dari kebudayaan teman – teman
dan kebiasaan orang tua. Persepsi yang dipelajari (learned perceptions) berbentuk pikiran,
ide, atau gagasan dan keyakinan yang kita pelajari dari orang lain. Jadi, reaksi setiap
individu berbasis pada persepsi yang dia telah pelajari, perhatikan bagaimana anak – anak
mengikuti perangai dan kepribadian orang tua mereka.
d. Persepsi Fisik.
Persepsi fisik dibentuk berdasarkan pada dunia yang serba terukur (the tangible world),
misalnya secara fisik kita mendengar dan melihat sesuatu lalu diikuti dengan bagaimana
kita memproses apa yang dilihat itu dalam pikiran dan akal.
e. Persepsi Budaya.
Persepsi budaya berbeda dengan persepsi lingkungan sebab persepsi budaya
mempunyai skala yang sangat luas dalam masyarakat, sedangkan persepsi lingkungan
menggambarkan skala yang sangat terbatas pada sejumlah orang tertentu. Persepsi budaya
sangat bervariasi dari satu desa ke desa lain, dari satu kota ke kota lain, dari satu bangsa
ke bangsa lain (Liliweri, 2011:160)

B. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat dari berbagai sudut
pandang baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya (Aula, 2010). Perilaku merokok
merupakan perilaku yang membakar salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu ataubentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotinarustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,dengan atau tanpa bahan tambahan
(Kemenkes, 2013).
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian
ini adalah reaksi individu yang diwujudkan dengan tindakan atau aktivitas terhadap suatu
rangsangan tertentu.Dalam hal ini rangsangan tersebut adalah rokok.

2. Penyebab Perilaku Merokok


Menurut Hutapea (2013), faktor faktor penyebab merokok dapat di bagi dalam beberapa
golongan:
a. Faktor genetik
Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai penentu dalam timbulnya prilaku
merokok dan bahwa kecendrungan menderita kanker. Studi menggunakan pasangan
kembar untuk membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik walaupun di
besarkan terpisah akan memiliki kebiasaan merokok yang sama bila di bandingkan kembar
non identik
b. Faktor kepribadian
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian merokok tetapi studi statistik
tidak dapat memberikan pebedaan yang cukup besar antara pribadi yang merokok dan yang
tidak merokok. Lebih bermanfaat menggunakan pengamatan dan studi observasi di
lapangan
c. Faktor sosial
Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya pola yang konsisten dalam
beberapa faktor sosial penting, ilustrasi lain dari pengaruh sosial ini di tunjukkan oleh
perubahan dalam pola merokok di kalangan wanita berusia di atas 40 tahun. Bukan saja
jumlah mereka yang semakin banyak tapi mereka merokok lebih berat dan mulai merokok
pada usia muda.
d. Faktor kejiwaan
Dua teori yang paling masuk akal adalah merokok merupakan suatu kegiatan
kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri
tak nyata. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok merupakan semacam pemuasan
kebutuhann oral yang tidak di penuhi semasa bayi.

3. Tipe-tipe Perokok
Menurut WHO (2013), tipe perokok dibagi 3 yaitu:
a. Perokok ringan merokok 1-10 batang per hari
b. Perokok sedang merokok 11-20 batang per hari
c. Perokok berat merokok lebih dari 20 batang per hari

4. Dampak Perilaku Merokok


Dikutip dari jurnal online Centers for Disease Control and Preventiontentang Dampak
Merokok bagi Kesehatan yang dipublikasikan pada tahun 2015, merokok dapat merusak setiap
organ tubuh, menyebabkan berbagai macam penyakit, dan tentunya menurunkan kesehatan
tubuh perokok itu sendiri. Menurut Poltekes Depkes Jakarta 1 (2012), beberapa penyakit yang
di timbulkan oleh kebiasaan merokok di antaranya:
a. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang
sehingga tidak terjadi ereksi.
b. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah
perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan
membutuhkan waktu 80 % lebih lama untuk penyembuhan.
c. Gangguan kehamilan
Mmerokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat
meningkatkan resiko berat badan lahir rendah. Resiko keguguran pada wanita perokok 2-
3 kali lebh sering karena karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar
oksigen.
d. Jantung koroner
Penyakit pembuluh darah perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena
di tungkai bawah atau tangan sering di temukan pada dewasa muda perokok berat, baisanya
aka berakhir dengan amputasi.
e. Sistem pernafasan
Kerugian jagka pendek sistem pernafasan akibar rokok adalah kemampuan rokok untuk
mebunuh sel rambut getar (silia) di salur pernafasan, ini adalah awal dari bronkitis,
iritasi,batuk. Sedangkan jangka panjang berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya
elastisitas paru paru dan bronkitis kronis.
Adapun dampak rokok bagi kesehatan menurut Tarwoto (2010) adalah sebagai berikut:
a. Dampak bagi paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan
paru-paru.Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mukus bertambah
banyak.Pada saluran nafas kecil terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli.Akibat perubahan anatomi saluran nafas, akan timbul perubahan pada fungsi paru
dengan berbagai macam gejala klinisnya. Hal tersebutlah yangmenjadi dasar utama
terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Menahun yang biasa disingkat dengan sebutan PPOM.
Dikatakan bahwa merokok merupakan penyebabutama timbulnya PPOM, termasuk
enfisema, paru-paru, bronchitis kronis dan asma.
Asap rokok adalah penyebab utama timbulnya kanker paru. Partikel pada asap rokok,
seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan dikenal sebagai bahan karsinogen yang
berisiko menimbulkan kanker paru. Kemungkinan timbulnya kanker paruparu pada
perokok mencapai 10-30 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Hubungan
antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir. Didapatkan
hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan kejadian kanker paru-paru terutama
pada sigaret (Tarwoto, 2010).
b. Dampak terhadap jantung
Tarwoto (2010) menyatakan bahwa merokok menjadi faktor utama penyakit jantung
dan pembuluh darah. Bukan hanya itu merokok juga dapat berakibat buruk bagi otak dan
parifer. Asap pada perokok dibagi menjadi dua bagian yaitu asap utama yang merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok. Sedangkan asap samping merupakan
asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau
perokok pasif.

5. Aspek-aspek perilaku merokok.


Umumnya setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek. Aspek-
aspek perilaku menurut Smet dalam (Alawiyah, 2015) adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi
Frekuensi adalah sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah bermanfaat
untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang dengan menghitung jumlah
munculnya perilaku merokok sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok
seseorang,dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya.
b. Lamanya berlangsung
Lamanya berlangsung adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang. Dari
aspek inilah dapat diketahui perilaku merokok seseorang apakah dalam menghisapnya
lama atau tidak.
c. Intensitas
Intensitas adalah banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek
intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang
menghisap rokok. Dimensi intensitas merupakan cara yang paling subjektif dalam
mengukur perilaku merokok seseorang.
Menurut Rasmiyati dalam (Alawiyah, 2015) aspek-aspek perilaku merokok antara lain:
1) Aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, diukur melalui
intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok yaitu bagaimana penerimaan keluarga
terhadap perilaku merokok
3) Lingkungan teman sebaya, yatu sejauh mana individu mempunyai teman sebaya yang
merokok dan memiliki penerimaan positif terhadap perilaku merokok.
4) Kepuasan psikologis, yaitu efek yang diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan dan
perasaan yang menyenangkan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku merokok.


Menurut Alamsyah (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai
kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian:
a. Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat
mempengaruhi perasaan atau kebiasaan
b. Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang
dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman.
c. Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya
sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku merokok, yaitu adalah pengetahuan tentang rokok, pengaruh iklan
dan sarana yang mendukung perilaku merokok.

C. Kerangka Konsep

Adapaun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan
Mahasiswa sebagai kelompok transisi remaja akhir menuju dewasa awal mengalami
banyak perubahan. Perubahan tersebut meliputi pola aktivitas sehari-hari termasuk pola
makan dan istirahat, dan pola berfikir/rasionalisasi. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek atau peristiwa
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan trigger bagi terbentuknya sikap
dan kemudian akan menimbulkan kecenderungan terjadi perilaku merokok (Papalia et al.,
2010).

2. Sikap
Keyakinan individu erat kaitannya dengan sikap individu terhadap perilaku merokok.
Sikap ini timbul akibat adanya trigger dari faktor pemodifikasi. Semakin kuat pengaruh
faktor pemodifikasi maka semakin kuat sikap akan terbentuk pada individu terhadap perilaku
merokok (Papalia et al., 2010).

3. Tingkat Stres

Stres dapat diartikan sebagai respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap satu
tuntutan beban atau stres juga dapat diartikan gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Misalnya bagaimana respon tubuh
seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila
ia sanggup mengatasinya maka tidak terjadi gangguan fungsi organ, sebaliknya maka akan
terjadi gangguan fungsi organ dan orang tersebut dapat dikatakan mengalami stress (Hidayat,
2012). Stres dapat terjadi pada mahasiswa ketika ia harus meninggalkan rumah untuk
melanjutkan studi di tempat lain (Santrock, 2011). Pada saat itu terjadi beberapa perubahan
pola yang mengharuskan mahasiswa untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru. Di saat
yang bersamaan, mahasiswa dituntut untuk melakukan tugas dan peran secara mandiri
sehingga timbul stress. Koping yang negatif dalam menghadapi stress membuat mahasiswa
melakukan aktivitas negatif, diantaranya adalah merokok (Hidayat, 2012).
Skema 2.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan

Persepsi dan prilaku merokok


Sikap
pada mahasiswa

Tingkat stres
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 dalam penelitian ini memaparkan desain dan metode penelitian, waktu dan tempat
penelitian, populasi dan sampel, etika penelitian, pengumpul data, prosedur pengumpulan data,
analisa data, dan validasi data. Metode penelitian ini bertujuan sebagai acuan dalam pelaksanaan
penelitian.

A. Desain dan Metode Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga
peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitian dipilih
untuk mencapai tujuan penelit, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
yang diinginkan (Setiadi, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi dan perilaku mahasiswa terhadap merokok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan
memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia
dalam berbagai bentuk (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pendekatan fenomenologi ini
memudahkan peneliti mengerti apa dan bagaiman suatu pengertian yang dikembangkan oleh
subjek pada peristiwa didalam kehidupan sehari-hari.Tahapan metode fenomenologi yaitu
memberikan pertanyaan dalam wawancara, melakukan analisa sesuai interaksi yang
dilakukan, menulis makna dari pengalaman dalam bentuk narasi, menulis narasi sesuai dengan
tujuan penelitian yang dilakukan (Putra, 2012). Fokus pendekatan fenomenologi adalah
memahami keunikan fenomena dunia kehidupan individu, bahwa kehidupan masing-masing
individu berbeda-beda, dalam hal ini adalah respon-respon unik dan spesifik yang dialami tiap
individu termasuk interaksinya dengan orang lain, untuk selanjutnya mengeksplorasi makna
atau arti dari fenomena tersebut (Afiyanti & Rachmawati, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah Universitas yang ada di Kota Pekanbaru.
Pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi ini tidak menyebutkan universitas dari
mahasiswa guna menjaga nama baik dari masing masing universitas. Sehingga lokasi
penelitian ini bebas dilakukan pada universitas mana saja namun dalam lingkup wilayah
pekanbaru.
2. Waktu dan jadwal penelitian
Kegiatan penelitian dimulai dari perumusan masalah sampai dengan seminar hasil
peneltiian. Proposal peelitian disusun dari bulan Maret sampai dengan Juni 2017 dengan
tahapan yaitu izin penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan seminar hasil.
Untuk lebih jelasnya penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jadwal kegiatan dan waktu penelitian

Kegiatan Waktu Pelaksanaan


Mar Apr Mei Jun Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perumusan Masalah
Penyusunan
Proposal
Seminar Peoposal
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan Data
Hasil Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian

C. Partisipan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak terdapat istilah populasi karena penelitian kualitatif berasal dari
kasus tertentu pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi, tetapi diberikan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan
situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini akan
menggunakan teknik non-probability sampling. Non-probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi.
Sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai partisipan, partisipan pada penelitian ini
adalah mahasiswa perokok aktif. Ukuran sampel yang diperlukan pada penelitian ini
disesuaikan dengan ketercapaian kelengkapan informasi atau dengan kata lain telah tercapai
kejenuhan (saturated) atau tidak terdapat informasi yang baru ditentukan, jumlah sampel
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi sebanyak 1-10 orang partisipan
(Afiyanti & Rachmawati, 2014). Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak lima orang
mahasiswa perokok aktif.
Penelitian ini memiliki kriteria tambahan yang dibuat oleh peneliti dalam memilih
partisipan yang disebut dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik
partisipan yang dapat terjangkau dan yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteri inklusi dalam
penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa aktif yang berkuliah di Universitas wilayah Kota Pekanbaru.
2. Mahasiswa yang memiliki perilaku sebagai perokok aktif.
3. Mahasiswa yang mampu berkomunikasi dengan baik.
4. Mahasiswa yang bersedia menjadi partisipan.

D. Etika Penelitian
Prinsip dasar etik merupakan landasan untuk mengatur kegiatan suatu penelitian.
Pengaturan ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah penelitian antara peneliti
dan subjek penelitian. Subjek pada penelitian kualitatif adalah manusia dan peneliti harus
mengikuti seluruh prinsip etik penelitian selama melakukan penelitian (Afiyanti &
Rachmawati, 2014).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara individual dengan
wawancara semi-struktur. Jenis wawancara ini termasuk in-dept interview dimana
pelaksanaanya lebih bebas dan dapat menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana
partisipan diminta pendapat dan ide-idenya. Saat melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mecatat apa yang dikemukakan oleh subjek (Sugiyono, 2014).
Jenis wawancara ini memaparkan deskripsi kehidupan partisipan serta mempunyai tanggung
jawab menyimpulkan makna dari fenomena yang dideskripsikan oleh para partisipan (Afiyanti
& Rachmawati, 2014).
Menurut gunawan (2015) peneliti perlu memperhatikan hal-hal tertentu dalam melakukan
wawancara meliputi pedoman wawancara. Pedoman tersebut merupakan tidak terjebak pada
penjelasan yang panjang sehingga perlu menggunakan penjelasan standar, tidak menyimpang
dari pengantar studi atau rumusan pertanyaan, tidak membiarkan individu lain menjawab dan
memberikan saran terhadap pertanyaan yang diberikan kepada partisipan, tidak pernah
menyarankan suatu jawaban atau menyetujui/tidak menyetujui dengan suatu pandangan
pribadi. Peneliti tidak dibolehkan memberikan ide-ide dari pandangan pribadinya, tidak
menafsirkan arti suatu pertanyaan cukup hanya mengulangi pertanyaan dan memberikan
instruksi atau klarifikasi, tidak memperbaiki seperti menambahkan kategori jawaban atau
membuat perubahan susunan kata-kata.
Alat yang digunakan untuk mendukung wawancara ini adalah handphone sebagai alat
perekam agar semua informasi dari partisipan dapat terekam dengan baik dna peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada partisipan. Wawancara ini menggunakan pedoman
yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi dan menjawab pertanyaan
penelitian yang ingin diketahui oleh peneliti. Pedoman utama wawancara dalam penelitian ini
menggunakan 8 pertanyaan dan dapat diperdalam sesuai kebutuhan pada saat wawancara.
Pedoman wawancara bukan berupa jadwal penelitian serta urutan pertanyaan pada tiap
partisipan tidaklah sama bergantung pada proses wawancara dan jawaban dari partisipan
(Afiyanti & Rachmawati, 2014).
Pertemuan wawancara yang dilakukan dalam penelitian sebanyak tiga kali sampai empat
kali pertemuan kepada setiap partisipan dalam rentang waktu sekitar 60-90 menit dikediaman
partisipan menggunakan alat perekam (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Pada pertemuan
pertama peneliti melakukan perkenalan, menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian.
Perkenalan ini berguna untuk menjalin hubungan saling percaya agar partisipan dapat nyaman,
percaya dan terbuka saat wawancara. Tujuan dan prosedur penelitian berguna untuk
meyakinkan partisipan bahwa peneliti ini tidak akan merugikan pihak manapun, apabila
partisipan mengerti dan setuju menjadi partisipan untuk dilakukan penelitian maka peneliti
memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani. Selanjutnya peneliti dan
partisipan menentukan tempat dan waktu untuk melakukan wawancara, penentuan ini harus
disetujui oleh kedua belah pihak.
Pada pertemuan kedua, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan sesuai waktu dan
tempat yang telah ditentukan dan disepakati peneliti akan merekam wawancara dan mencatat
semua keadaan yang sedang berlangsung dalam lembar catatan lapangan. Setelah wawancara
peneliti melakukan transkip data dari hasil wawancara kemudian dikonsulkan kepada dosen
pembimbing dan melakukan kontrak waktu dengan partisipan untuk pertemuan selanjutnya.
Hal ini untuk mengetahui kelengkapan informasi yang di dapat saat wawancara yang dinilai
oleh dosen pembimbing apabila informasi kurang tergali maka peneliti melakukan wawancara
ulang untuk menambah informasi yang ingin di dapat, sekaligus untuk melakukan konfirmasi
kembali transkip yang sudah dibuat oleh peneliti setelah itu peneliti melakukan terminasi
kepada partisipan.
Pada pertemuan terakhir peneliti melihatkan hasil transkip data dari hasil wawancara yang
telah dibuat oleh peneliti apakah hasil transkip tersebut sesuai dengan informasi yang
disampaikan partisipan, dan apabila terdapat data yang kurang peneliti dapat melakukan
wawancara kembali kepada partisipan. Setelah data lengkap peneliti melakukan terminasi
kepada partisipan, kemdian peneliti mengkonsultasikan lagi hasil transkip data wawancara
yang telah dibuat.

F. Prosedur Pengumpulan Data


1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini merupakan tahap peneliti menentukan masalah
dan judul penelitian dilanjutkan dengan mengurus surat izin pra-riset untuk melakukan
studi pendahuluan dengan menanyakan fenomena apa yang terjadi distudio tersebut untuk
penentuan partisipan penelitian kemudian menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada penelitian ini terdapat 3 fase diantaranya fase orientasi, fase
kerja, dan fase terminologi. Fase orientasi merupakan fase peneliti akan melakukan kontrak
waktu, tempat dan membina hubungan saling percaya yang dilakukan oleh peneliti kepada
partisipan. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada partisipan serta
menjelaskan bahwa data yang di dapatkan akan dirahasiakan.
Pada fase kerja peneliti melakukan wawancara kepada partisipan dengan menggunakan
pedoman wawancara dan direkam untuk mendapatkan data dari partisipan sesuai tujuan.
Wawancara ini dilakukan selama 60-90 menit dengan keadaan senyaman mungkin agar
partisipan dapat mengeksplor semua pengalaman yang ia rasakan.
Fase terminasi merupakan peneliti akan mengakhiri wawancara mendalam dan
mengucapkan terimakasih dan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.
3. Tahap akhir
Tahap akhir pada penelitian ini dilakukan setelah validasi hasil transkip. Peneliti akan
memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mengoreksi ulang data yang dibuat oleh
peneliti. Apabila data yang telah dibuat sudah cukup dan partisipan menyetujui maka
pengumpulan data akan diberhentikan.

G. Analisa Data
Teknik analisa dalam penelitian kualitatif dilihat dari pendekatan yang digunakan,
pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologi. Langkah-langkah analisa
data pada studi fenomenologi menurut Polit & Beck (2010) adalah:
1. Mendengarkan hasil rekaman pada file
Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan menyalin kata demi kata yang diucapkan
partisipan kemudian membaca transkip data yang telah disalin keseluruhan untuk
mendapatkan ide pokok yang dianggap penting dari percakapan yang dilakukan.
2. Melihat kembali hasil keseluruhan transkip dan mengutip pernyataan partisipan yang
dianggap penting.
Peneliti membaca transkip wawancara berulang-ulang untuk memperoleh ide yang
dimaksud oleh partisipan dan menemukan kata kunci yang di dapat oleh peneliti di garis
bawahi dan di highlight.
3. Menguraikan atau mengembangkan makna pernyataan penting yang diucapkan partisipan
seperti kata yang berbeda dengan makna yang sama atau hampir sama. Peneliti
mengelompokkan kata kunci yang telah di dapatkan dan akan digabungkan menjadi
kategori.
4. Mengelompokkan kata dengan makna yang sama kedalam kelompok sub-tema kemudian
lihat transkip asli untuk memvalidasi kategori makna kata tersebut. Catat perbedaan
diantara berbagai kategori dan hindari mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai.
Peneliti mengelompokkan kategori menjadi sebuah subtema. Peneliti harus akan berhati-
hati terhadap perbedaan diantara kategori dan menggabungkan data yang tidak sesuai.
5. Sub tema mempunyai makna yang sama dan terkait dirumuskan dalam bentuk yang
terstruktur dan konseptual yang disebut tema. Peneliti melakukan pengelompokkan sub-
tema untuk menemukan tema yang tepat berdasarkan sub-tema yang telah dikelompokkan
sesuai dengan penelitian.
6. Mengintegrasikan keseluruhan hasil dalam bentuk deskriptif naratif dari fenomena yang
diteliti. Pada penelitian ini setelah tema ditentukan, peneliti mengintegrasikan hasil secara
keseluruhan dalam bentuk deskriptif naratif.
7. Menanyakan kembali kepada partisipan tentang kesimpulan sebagai langkah akhir untuk
validasi data.

Skema 3.1 Teknik analisa data


Baca transkip data secara berulang-ulang

Mengelompokkan kata-kata kunci

Membuat kategori-kategori

Mengelompokkan kategori-kategori ke subtema

Merumuskan tema

Mengintegrasikan hasil analisis kedalam bentuk deskriptif

Menanyakan kepada pasrtisipan tentang kesimpulan/ pendapat


H. Validasi Data
Validasi data merupakan bentuk keabsahan yang dilakukan setelah analis data, ada
beberapa bentuk keabsahan data menurut Prastowo (2016) yaitu:
1. Ujii Credibility (Keterpecayaan)
Uji kredibilitas data ini memiliki dua fungsi, yang pertama melaksanakan pemeriksaan
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dapat dipercaya. Kedua yakni memperlihatkan tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian
dengan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan catatan lapangan dan member check. Catatan
lapangan yang dibuat oleh peneliti dilakukan dari hasil observasi selama wawancara.
Member check yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pemeriksaan kembali hasil
wawancara untuk memastikan bahwa temuan tersebut sesuai dengan temuan yang ada.

2. Uji Transferbilitas (Validitas/Generafisasi)


Nilai transferbilitas pada penelitian kualitatif bergantung pada pasrtisipan hingga hasil
penelitian tersebut digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Memahami hasil
penelitian kualitatif dan menerapkan hasil penelitian ini pembuatan laporan hasil penelitian
harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya sehingga
pembaca menjadi jelas dengan hasil penelitian ini dan dapat memutuskan akan
mengaplikasikan atau tidaknya hasil penelitian ini.
Peneliti melakukan penguraian secara rinci, sistematis, jelas, dan selengkap mungkin
dari hasil wawancara yang telah dilakukan kemudian membuat dalam bentuk narasi semua
data hasil observasi, rekaman wawancara, catatan lapangan, dan dihubungkan dengan
jurnal terkait.

3. Uji Dependabilitas (Ketergantungan)


Uji dependabilitas dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dapat dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing
untuk memeriksa keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian seperti
menentukan masalah/focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan
analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Pada penelitian
ini auditor independen dilakukan oleh pembimbing skripsi yang berkompeten di
bidangnya.

4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas dapat dikatakan objektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak
orang. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian yang dihubungkan dengan
proses penelitian yang dilakukan. Uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas
sehingga pengujiannya dapat bersamaan. Jika hasil penelitian ini merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, penelitian ini telah memenuhi standar konfirmabilitas.
Peneliti meneliti tentang pengalaman yang bersifat subjektif agar hasil penelitian
bersifat objektif maka hasil penelitian harus disepakati oleh beberapa orang.
Konfirmabilitas sejalan dengan dependebiliti dimana peneliti mengumpulkan data-data,
alat pendukung penelitian, dan hasil penelitian yang ditemukan selama penelitian kepada
teman sejawat dan dosen pembimbing agar dapat memberikan pendapat mengenai hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawanti, N. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam riset keperawatan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Alamsyah, R.M. (2009). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan
Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Kota medan 2007”. Tesis S2
Universitas Sumatera Utara Medan, 2009. Tesis diakses pada tanggal 10 Desember 2011
dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf
Alawiyah, H. M. 2015. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dan Pengetahuan Tentang
Rokok Dengan Perilaku Merokok Remaja. Skripsi.
Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia. (2013). Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau
Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV. Jejak
Aula., & Lisa. (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Yogyakarta: Garailmu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Bensley, R.J., & Fisher, J.B. (2009). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, T. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada
Mahasiswa Keperawatan di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis, Universitas
Indonesia. Diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/14640/SKRIPSI.pdf?sequence
=1
Hutapea, R. (2013). Why Rokok? Tembakau dan Peradaban Manusia. Jakarta: Bee Media
Indonesia.
Jaya, M. (2009). Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Sleman: Riz’ma.
Kuswana & Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Liliweri, A.(2011). Komunikasi serba ada serba makna.Kencana : Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:
Selemba Medika.
Papalia, D. E., Olds & Fieldman (2010). Human Development, Usa, The Mcgraw Hill Companies.
Polit, D., & Beck. T. C. (2010). Essentials of nursing research. China: Library of congress
cataloging.
Poltekkes Depkes Jakarta I. (2012). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika.
Prastowo, A. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Prawitasari, J.E. (2012) Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Putra. (2012). Metode penelitian kualitatif pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan
Repblik Indonesia tahun 2013. Diperoleh 4 April 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Riskesdas. (2010). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan
Repblik Indonesia. Jakarta.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. New York, Mc Graw-Hill.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan Edisi 2. Konsep dan praktik
penulisan riset keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarwoto. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization. (2011). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. Warning
about the danger of tobacco, Jenewa.
World Health Organization. (2013). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. Country
Profile Indonesia.
Yusuf, A, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan Edisi
Pertama. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai