Buku Sak
ku Pengawas
Pen
nyusun :
PRODUCTION
N DEVELOPMENT
AD
DMO
E
Edisi 1
2012
2
VISI PT. SIS
Aiming to be Be Better Than The Best Mining Services and To
create Balance Stake Holder Value
Va
“ Menjadi perusahaan sercive
e penambangan yang lebih baik
dari yang terbaik dan menciptakan
m keseimbangan nilai
pemangku kepentingan”
MISI PT. SIS
VALUE PT. SIS
SMART (CERDAS)
ATTITUDE (PERILAKU)
PASSION FOR EXCELENCEE (SEMANGAT UNTUK SELALU UNGGUL)
TEAM WORK (KERJASAMA)
ACCOUNTABLE (BERTANGGUUNGJAWAB)
PRODUCTION DEPARTEMENT ii
PRODUCTION DEPARTEMENT iii
Janji K3LH Karyawa
an PT. Saptaindra Sejati
PRODUCTION DEPARTEMENT iv
Kewajiban Peng
gawas Operasional
PRODUCTION DEPARTEMENT v
Empat Langk
kah Keselamatan
LANGKAH
H PERTAMA
LANGKA
AH KEDUA
LANGKA
AH KETIGA
LANGKAH
H KEEMPAT
PRODUCTION DEPARTEMENT vi
KATA P
PENGANTAR
Team Penyusun
Production Development
PRODUCTION DEPARTEMENT vii
DA
AFTAR ISI
PRODUCTION DEPARTEMENT viii
PRODUCTIO
ON PROCESS
BISNIS PROSES DE
EPARTEMEN PRODUKSI
PRODUCTION DEPARTEMENT 2
LAND
D CLEARING
BRUSHING CU
UTTING GRUBBING
BRUSING
Membersihkan area kerja dari
d alang-alang dan pepohonan
yang berdiameter kecil (< <0,3m) dengan menggunakan
bulldozer atau excavator
CUTTING
Membersihkan area kerja dari pepohonan yang
berdiameter > 0,3 m, deengan menggunakan chainsaw,
bulldozer atau excavator
PRODUCTION DEPARTEMENT 3
GRUBBING
Pencabutan sisa-sisa akaar dari tunggul yang telah
dipotong, dan dikumpulkaan untuk diangkut ke tempat
yang ditentukan
LANGKAH KERJA
PRODUCTION DEPARTEMENT 4
PEMBERAIAN (DR
RILLING & BLASTING)
PRODUCTION DEPARTEMENT 5
Hole Design
PT. SAPTAINDRA
A SEJATI JOB SITE ADMO
MATRIK BOTTOM BURD
DEN (GEOMETRI 9 X 10 X 8.5)
KEDALAM
MAN 8,5 METER
ANGLEE CREST DRILL
SLOPE ROW 2
LOKASI DRILL ( BURDEN DEPTH
( ° ) ( ° ) 3 METER (METER) (METER)
25 22.88 5.05 9.37
20 LW (ELV. 84 Up)
30 21.88 4.01 9.86
25 14.62 5.05 9.37
29 COLLAR 2,5
30 13.64 4.01 9.86
25 13.99 5.05 9.37
30 LW (ELV. 84 Down)
30 12.95 4.01 9.86
25 9.35 5.05 9.37
40 PIT HW
30 8.31 4.01 9.86
25 9.07 5.05 9.37
41 HW JLR 2
30 8.05 4.01 9.86
25 8.23 5.05 9.37
43 MIDDLE
30 7.27 4.01 9.86
25 6.91 5.05 9.37
48 HW JLR 1
30 5.88 4.01 9.86
PRODUCTION DEPARTEMENT 6
Hole Design
PT. SAPTAINDRA
A SEJATI JOB SITE ADMO
MATRIK BOTTOM BURD
DEN (GEOMETRI 10 X 11 X 8.5)
KEDALAM
MAN 8,5 METER
ANGLEE CREST DRILL
SLOPE ROW 2
LOKASI DRILL ( BURDEN DEPTH
( ° ) ( ° ) 3 METER (METER) (METER)
25 22.88 6.05 9.37
20 LW (ELV. 84 Up)
30 21.88 5.05 9.86
25 14.62 6.05 9.37
29 COLLAR 2,5
30 13.64 5.05 9.86
25 13.99 6.05 9.37
30 LW (ELV. 84 Down)
30 12.95 5.05 9.86
25 9.35 6.05 9.37
40 PIT HW
30 8.31 5.05 9.86
25 9.07 6.05 9.37
41 HW JLR 2
30 8.05 5.05 9.86
25 8.23 6.05 9.37
43 MIDDLE
30 7.27 5.05 9.86
25 6.91 6.05 9.37
48 HW JLR 1
30 5.88 5.05 9.86
PRODUCTION DEPARTEMENT 7
andar
Sta
Tanggul Area
A Blasting
Unit Operasi Tinggi Tanggul
EH 1700 1.8 m
HD 785 1.9 m
HD 1500/785 C 2.2 m
789 C 2.5 m
EH 3500 2.5 m
Sta
andar
Jarak Row Perttama dari Tanggul
PRODUCTION DEPARTEMENT 8
SOP Pengamanan Area Peledakan Tidur
(Sleeep Blast)
PRODUCTION DEPARTEMENT 9
SOP Persiapan Area Pemboran
P dan Peledakan
PRODUCTION DEPARTEMENT 10
- Batasi area pemboran/peledakan menggunakan
tanggul berukuran minim mal ¾ tinggi ban alat terbesar
yang beroperasi di sekittar area pemboran/peledakan.
- Pasang tanda “DRIL LLING AREA -DILARANG
MASUK TANPA IJIN”” untuk area pemboran.
- Pasang tanda “BLAS STING AREA -DILARANG
MASUK TANPA IJIN”” untuk area peledakan.
- Area pemboran/peledaakan yang mempunyai sisi
freeface atau beda tinnggi dan berhadapan langsung
dengan loading point, maka pada toe line freeface
harus dipasang safety line dengan jarak 7 meter dari
toe line actual.
PRODUCTION DEPARTEMENT 11
- Pastikan area tersebut bebaas dari batubara yang terbakar, baik
yang berdekatan maupun posisi di atas atau di bawah area
pemboran.
- Area pemboran/peledakaan dengan beda tinggi dan
berhadapan langsung denggan loading point, dimana elevasi
area pemboran/peledakan lebih rendah dari loading point,
maka pada crest line bedaa tinggi harus dipasang safety line
dan jarak rencana lubangg bor minimal 10 m dari toe line
actual.
PRODUCTION DEPARTEMENT 12
Revenue
Harga Produksi
PRODUCTION DEPARTEMENT
& Disposal • Operator Rest & Meal (S)
• Operator • Machine Shift Change (S)
• Machine Road Maintenance, Pindah front (US)
ngaruhi Produksi
No Material (US)
Refueling, P2H, Blasting (US)
Tunggu alat lain, blasting (US)
Not Planned (S)
OVAL & COAL GETTING
13
PRODUKSI
PRODUKTIVITAS ALAT
a. Alat Muat (Excavator ataau Shovel)
Q = q x k x (3.6000/ct) x E
Dimana:
Q = Productivity (bcm/jam)
q = Bucket capacity (lcm)
k = Bucket Factor (%)
ct = Cycle Time (detik) (diggging-swing load-load-swing empty)
E = Efisiensi Kerja (%) (waktu produktif/waktu tidak
produktif)
Note :
PRODUCTION DEPARTEMENT 14
Standar Kapasitas Unit
Handbook komatsu
PRODUCTION DEPARTEMENT 15
Faktor Konversi
Effisiensi Kerja
H
Handbook komatsu
Contoh :
Excavator R9400 beroperasi deengan cycle time rata-rata (digging-
swing load-load-swing empty) 28 detik, waktu produktif selama 1
jam adalah 50 menit. Maka prooductivity R9400 adalah :
Q = q x k x (3.600/ct) x E
Q = 24 x 75% x (3600/28) x 0,883
Q = 24 x 0,75 x 128,57 x 0,83
= 1.921 Lcm/jam
1 lcm =0,8 bcm
Q = 1.921 lcm/jam x 0,8 = 1.5337 bcm/jam
PRODUCTION DEPARTEMENT 16
Target produktivity alat muat (lloader) adalah sebagai berikut :
P = Q x WH
W
PRODUCTION DEPARTEMENT 17
P = Produksi Total (bcm)
Q = Productivity (bcm/jamm)
WH = Jam kerja unit (jam)
{total jam kerja dikuraangi dengan waktu standby (s1 –
s20) dan waktu breakddown}
Contoh :
Produksi excavator EX 3600 dalam 1 hari dengan productivity
1.300 bcm/jam dan working hoour 16 jam adalah :
Q = C x 60/ct x E
Dimana :
Q = Productivity (bcm/jaam)
C = Standar Muatan (bcm m)
Ct = Cycle time (menit)
(loading-hauling-duumping-traveling-manuver)
E = Effisiensi kerja (%)
PRODUCTION DEPARTEMENT 18
Note :
Contoh :
CAT 785 (standar muatan = 600 bcm) mengangkut OB dari front
ke disposal dengan rata2 cycle time 20 menit. Total waktu antri
dalam 1 jam adalah 10 menit, maka
m produktifitas hauler tersebut
adalah :
Q = C x ( 60/cycle time) x E
Q = 60 x (60/20) x ((60 – 10)/660)
Q = 60 x 3 x 0,83
Q = 150 bcm/jam
PRODUCTION DEPARTEMENT 19
Untuk memenuhi pencapaian target produktifitas dump truck,
maka terdapat beberapa faktor yang
y perlu diperhatikan yaitu :
Kondisi jalan, baik itu lebaar jalan atau pun permukaan jalan.
Semakin jalan lebar dan permukaan
p jalan baik speed hauler
bisa lebih meningkat sehinngga cycle time hauler bisa semakin
singkat dan productivity puun menjadi meningkat
Jarak (Distance)
Semakin dekat jarak tempuuh maka akan membuat cycle time
semakin singkat
Kondisi front loading dan disposal.
d
Semakin baik kondisi fronnt dan disposal maka hambatan di
disposal dan di front loadinng bisa diminimalkan
Muatan hauler.
Pencapaian produktifitas akan menurun apabila kondisi
muatan yang diangkut dibaawah dari standar yang ditentukan
P = Q x WH
W
PRODUCTION DEPARTEMENT 20
Contoh ;
ut (Hauler)
Penentuan jumlah alat angku
Contoh:
Cycle time EX 3600 dengan paasangan hauler HD 1500 adalah 28
detik dengan rata-rata jumlah bucket
b adalah 4 bucket. Sementara
cycle time HD 1500 adalah 155 menit, maka jumlah hauler yang
dibutuhkan adalah :
PRODUCTION DEPARTEMENT 21
Jml Hauler = ct hauler / (ct loadder x jml bucket)
= 15 / ((28 /60) x 4))
= 15 / (0,467 x 4)
= 8,03 buah
Match Factor
Kesesuian antara alat muat (loaader) dan alat angkut (hauler).
Match factor dapat dihitung denngan pendekatan berikut :
Contoh :
PRODUCTION DEPARTEMENT 22
C. Fleet Productivity
PRODUCTION DEPARTEMENT 23
PROSEDUR KER
RJA OPERASIONAL
PRODUCTION DEPARTEMENT 24
PRODUCTION DEPARTEMENT 25
Pengoperasian Excavator dan
n Shovel
3.
Excavator
PRODUCTION DEPARTEMENT 26
4. Usahakan sudut pengambillan sekecil mungkin (< 900)
Saf
afety hole
PRODUCTION DEPARTEMENT 27
Shovel
10. Pastikan dudukan unit dalaam posisi rata, posisi track tegak
lurus terhadap jenjang kerja dan posisi idler harus berada
didepan menghadap dindinng dengan jarak terhadap bidang
kerja ± 1 m.
PRODUCTION DEPARTEMENT 28
±3m
13. Pastikan jarak antara DT dan
d shovel ± 4 – 5 meter (dari sisi
luar track)
PRODUCTION DEPARTEMENT 29
PRODUCTION DEPARTEMENT 30
Pengoperasian Dump Truck
PRODUCTION DEPARTEMENT 31
4. Pastikan geometri jalan dand disposal sudah sesuai dengan
standar parameter unit yang beroperasi
5. Saat memasuki disposal manuver harus searah jarum dan
melakukan komunikasi poositif dengan traffic man serta jarak
antar unit pada saat dumpinng minimal harus 1 kali lebar HD
6. Saat posisi mundur untukk dumping jarak tyre belakang DT
dengan winrow minimal 2 meter
7. Pastikan area dumpingan DT D 200 ton tidak tergabung dengan
DT kecil dibawah 50 ton.
8. Pada saat overshift atau saat
s parkir unit pastikan unit besar
(class 200 ton) tidak bersattu dengan unit kecil (class dibawah
50 ton)
PRODUCTION DEPARTEMENT 32
5. Sebelum melaksanakann evakuasi pengawas harus
mempertimbangkan kondiisi permukaaan tanah yang ada
disekitar unit amblas, alatt bantu lain yang akan digunakan,
titik penarikan, ruang gerrak unit yang amblas serta akses
keluarnya, posisi unit yangg amblas dan kemiringannya.
6. Instruksi saat penarikan harus dari satu orang dan tidak
diijinkan ada orang beradaa disekitar penarikan (radius kurang
dari 2 kali panjang seling)
7. Jika kondisi unit sangat beerbahaya evakuasi harus difokuskan
kepada operator dan hanyaa boleh dilakukan pada siang hari.
8. Periksa kondisi unit sebeluum dioperasikan kembali
9. Pastikan saat pekerjaan suudah selesai dilaksanakan barikade
area bekas amblas bila tidaak memungkinkan untuk dilakukan
perbaikan dengan segera
10. Pastikan semua alat yang digunakan untuk evakuasi
dikembalikan dan disimpann ditempat aman.
1. Stop operasi pada saat konndisi jalan sudah mulai licin. Segera
memparkirkan unit ditem mpat aman yang terdekat, yaitu di
area yang rata, atau dippinggir jalan yang rata. Pastikan
parking brake aktif dan enggine di matikan.
2. Jika tidak memungkinkan mencapai tempat yang rata, maka
parkir di tempat, usahakan tidak mengganggu akses atau jalan
unit lain.
3. Jika terpaksa parkir diposissi tanjakan saat bermuatan, maka :
PRODUCTION DEPARTEMENT 33
Aktifkan parking brakke, putar steering ke arah kiri, agar
jika tergelincir maka arahnya ke bundwall atau pinggir
jalan terdekat.
Dumping material muuatan setelah memastikan kondisi
aman untuk melakukann dumping
4. Jika mendapati kondisi hujjan saat turunan kosongan, maka :
Aktifkan parking brakke, putar arah steering ke arah kiri
agar jika tergelincir mengarah ke arah bundwall atau
pinggir jalan terdekat.
5. Jika berada di jalan yang sudah di surfacing dengan batuan
split dan jalan tidak licin, maka
m :
Usahakan mencari tem mpat parkir yang relatif datar, jika
tidak memungkinkan untuk parkir ditempat dan bila
dalam kondisi muataan jangan di dumping di tempat
tersebut.
PRODUCTION DEPARTEMENT 34
Shift Pengganti
Pengoperasian Dozer:
Air
2. Dozing
Memindahkan tanah hanyya bisa dilakukan dengan posisi
maju dan lebih efektif dilakkukan pada posisi turun.
3. Cutting & Ditching
Tanah cukup keras cukupp gunakan tilt blade, apabila tanah
sangat keras dan menggum mpal gunakan ripper.
PRODUCTION DEPARTEMENT 35
4. Full track on ground
a. Hindarkan unit mendoorong material dengan track bagian
depan terangkat, sebabb akan mengurangi ground pressure
dan track akan tergellincir, disamping itu semua beban
unit akan tertumpu padda final drive .
b. Hindarkan melakukan steering (kiri/kanan) saat dozing.
6. Pengoperasian ripper
Maksimum sudut shank untuk
u penggalian lurus pada garis
tengah 45 – 50O. jangann menggunakan sudut tilt shank
kebelakang berlebihan, kaarena akan mempercepat keausan
dan hilang ketajamannya pada
p ujung point.
PRODUCTION DEPARTEMENT 36
Cara ripping:
Ripping tegak lurus dengann alur tanah, agar tanah lebih cepat
hancur.
PRODUCTION DEPARTEMENT 37
8. Dozing pada kemiringan dan
d menurun
a. Dozing efisien, maksimal pada kemiringan
11,3o(19,59%), lebihh dari itu tidak efisien karena
kecepatan balik munduur lebih lambat dari pada kecepatan
unit meluncur maju.
PRODUCTION DEPARTEMENT 38
Apabila fuel di dalam
m fuel tank tinggal sedikit engine
bisa masuk angin, disebabkan oleh sudut unit,
kemiringan atau goncaangan.
Pengoperasian Graderr:
PRODUCTION DEPARTEMENT 39
2. Melewati daerah berair
Saat melewati daerah berair, batas ketinggian air adalah
sebatas bagian bawahh dari tandem case. Blade & ripper
harus dinaikkan sam mpai maksimum keatas, setelah
melewati daerah beraair pastikan fungsi brake dan unit
bersih dari air.
Lakukan greasing ulang
u terhadap lokasi yang telah
terendam air .
3. Meratakan tanah
Bekas galian
Gear yang digunakan speeed 1 – 2 dengan sudut propulsion
60o.
Spreading
Kecepatan berjalan grader yang paling cocok untuk pekerjaan
ini adalah pada speed 2 dan
d 3 dengan blade dalam keadaan
hanya memotong dengan rata.
r
PRODUCTION DEPARTEMENT 40
4. Meripping jalan
- Gunakan Speed 1 atau 2.
- Pasti kan shank ripper teertanam dalam tanah
PRODUCTION DEPARTEMENT 41
Perhitungan Productivity Motor Grader
Keterangan:
A : Productivity (m2/hr)
V : Working Speed (km/hr)
Le : Effective blade length (m)
Lo : Width of overlap (m)
E : Job efficiency
Contoh:
Unit Cat 16M, Blade angle 60o
V : 5 km/jam
Le : 4.224 m
Lo : 0,5
E : 0,5
A = V x (Le – Lo) x 1.000 x E
= 5 x (4.224-0,3) x 1.000 x 0,5
= 9.310 m2/h
PRODUCTION DEPARTEMENT 42
DISPOSAL M
MANAGEMENT
1. Tinggi windrow adalah 2/33 dari tinggi ban unit terbesar yang
dumping di disposal tersebbut.
2. Lebar disposal minimum m 2 x lebar + turning circle DT
terbesar yang beroperasi dii area tersebut.
3. Tinggi dumpingan maksim mal 6 meter.
4. Harus terdapat grade box sebagai
s acuan elevasi.
5. Bisa disupport material baaik untuk area manuver (sesuai izin
dan prosedur yang berlaku).
6. Untuk operasi di malam haari harus disediakan penerangan.
PRODUCTION DEPARTEMENT 43
Standar Lebar Disposal
(2 x lebar unit terbesar) +
Turning circle
PRODUCTION DEPARTEMENT 44
Prosedur Penanganan Dispossal Lumpur :
PRODUCTION DEPARTEMENT 45
7. Harus terdapat tiang bendeera sebagai rambu/acuan batas unit
dumping.
8. Pengawasan yang contiinue oleh pengawas dan atau
dumpman.
9. Hanya dilakukan pada sianng hari.
Dumping dekat Air
PRODUCTION DEPARTEMENT 46
3. Apabila posisi scotlite berada
b di bawah benang, berarti
UNDER FILL.
4. Apabila posisi scotlite berrada di atas benang, berarti OVER
FILL.
5. Apabila posisi scotlite sejajar dengan benang, berarti sudah
ON GRADE.
PRODUCTION DEPARTEMENT 47
2. Pastikan area penyambunngan hose HDPE lebih luas dari
panjang total hose yang akkan disambung.
3. Penyambungan antar hosse HDPE dibantu oleh excavator
kecil.
4. Pemasangan baut dipastikaan kencang menggunakan peralatan
yang sesuai.
5. Penempatan rangkaian hosse HDPE di tebing/lereng dilakukan
hanya pada siang hari.
6. Setelah antar hose tersambbung, sambungkan rangkaian hose
HDPE tersebut ke outlet poompa.
7. Saat penyambungan rangkkaian hose HDPE ke outlet pompa
sebaiknya posisi pompa di atas air.
8. Jika posisi pompa jauh di tengah sump, maka hose HDPE
harus diberi pelampung (drum/ponton)
( untuk memudahkan
pemasangan.
9. Jika posisi pompa di darrat maka hose HDPE yang harus
menyesuaikan dengan posiisi outlet pompa.
PRODUCTION DEPARTEMENT 48
MINE ROAD &
& GENERAL WORK
1. Road contruction
Adalah pekerjaan pembuattan jalan baru atau jalan yang sudah
ada tapi lingkup pekerjaaannya besar (bersifat re-kontruksi,
yang meliputi: cut & fill, rise up dan repair gorong-gorong,
serta menyangkut penaambahan base jalan. Pekerjaan
kontruksi jalan disesuaaikan dengan kesepakan/kontrak
dengan customer.
2. Road Maintenance
Adalah aktivitas pemelihaaraan jalan yang sudah ada dengan
lingkup pekerjaan yang tiddak besar (bukan re-kontruksi)
PRODUCTION DEPARTEMENT 49
c. Road Resheeting
Aktivitas menambah keetebalan lapisan permukaan jalan
dengan batu pecah /nnon split (surface coarse) guna
memperbaiki kerusakan struktural yang terjadi pada lapisan
perkerasan yang aus akibbat gesekan dengan roda kendaraan
yang lewat.
d. Repair & Maintenance Drainage
D dan Bundwall
Aktivitas pemeliharaan parit di kiri kanan jalan dengan
lebar dan kedalaman sesuai desain atau sesuai keadaan
lapangan. Dan peliharaaan tanggul disisi dan kiri dan kanan
jalan dengan ketinggian minimal ¾ kali diameter luar ban
DT terbesar.
e. Dust Management
Pekerjaan menyiram jaalan tambang atau jalan angkut
batubara dari lokasi pitt sampai dumping area (disposal,
stockpile, hooper/crussher), yang bertujuan untuk
mengurangi debu dan meempertahankan kadar air optimum.
3. Mine Infrastructure
Adalah pekerjaan pembuaatan infrastruktur tambang seperti,
pembuatan Change Shift Area
A (CSA), Pit Stop, View Point,
Waterfill dll.
4. House Keeping
Adalah pekerjaan kerappian tambang seperti perapian
bundwall, pembersihan spooil & saluran air.
PRODUCTION DEPARTEMENT 50
Geometry & Trafficability Jaalan Tambang
PRODUCTION DEPARTEMENT 51
Geometri & trafficability Jalan Tambang
PRODUCTION DEPARTEMENT 52
Superelevasi Jalan Pada Tikunggan
PRODUCTION DEPARTEMENT 53
Sight Distance Vertical Curvee
PRODUCTION DEPARTEMENT 54
Sight Distance Horizontal Cu
urve
PRODUCTION DEPARTEMENT 55
Patching Jalan Tambang:
PRODUCTION DEPARTEMENT 56
10. Lakukan komunikasi aktiif dengan operator motor grader,
operator dump truck dan pengguna
p haul road. Jangan sampai
terjadi antrian berlebihan pada
p sepanjang segmen jalan yang
sedang dilakukan pekerjaann patching.
PRODUCTION DEPARTEMENT 57
9. Panjang jarak maksimal area repair 200 meter.
10. Lakukan pekerjaan ripping apabila terdapat badan jalan
dalam kondisi bergelombaang, balik dan ratakan hasil tanah
yang di ripping untuk menndapatkan jalan yang lebih rata dan
lebih baik dari yang ada.
11. Pekerjaan me-ripping haruus seizin pengawas.
PRODUCTION DEPARTEMENT 58
c. Jumlah fleet ;
Dengan fleet yang baanyak maka sekali slippery di jalur
tertentu, akan dapat banyak fleet yang bisa segera
beroperasi.
d. Kebutuhan ;
Misalnya di jalur Coaal lebih diutamakan daripada OB,
karena pada saat terteentu kita lebih membutuhkan Coal,
sehingga slippery di jaalur Coal kadang didahulukan.
Note: Penentuan jalur priioritas ini berdasarkan koordinasi
MRG, DDL, MLH & ENG..
4. Pada saaat dozer mauppun grader melakukan slippery,
DISARANKAN untuk melakukan grading dari lokasi yang
tinggi ke rendah, tujuannyaa untuk memudahkan grader meng-
grading jalan lebih ringan dan tidak membebani kerja mesin
grader.
5. Proses slippery,tergantung kondisi yang ada:
a. Haul road yang baguus (crown jalan masih berfungsi,
sehingga tidak ada genangan
g air, grade jalan < 6%),
Prosesnya: grader bisa langsung grading (mengupas
tipis) permukaan jalaan. Dimulai dari tengah haul road
dan selanjutnya ke araah tepi untuk grading berikutnya.
b. Haul road yang sudahh kurang bagus (crown jalan tidak
terbentuk, sehingga banyak
b genangan air, drainase tepi
jalan tidak berfungsi sehingga
s lumpur masih tertinggal di
tengah jalan, grade > 6%), Prosesnya: Dozer melakukan
grading dulu dari sissi tengah jalan sampai selebar 2
blade dozer. Tujuannyya adalah memberi pijakan untuk
ban grader agar tiidak tergelincir saat melakukan
grading.
PRODUCTION DEPARTEMENT 59
c. Area seputar front atau disposal, untuk lokasi ini
bisasanya kondisi daasar haul roadnya kurang bagus,
sehingga tahap awall diperlukan dozer untuk grading
lapisan lumpurnya.
Dozer grading selurruh area sampai lapisan lumpur
hilang.
6. Parameter slippery disebutt selesai apabila:
a. Loader sudah mulai looading (waktu awal loading).
b. MRG, DDL & MLH telah sepakat bahwa kondisi jalan
tidak licin lagi dari frront loading sampai ujung disposal
dan aman untuk operasional Dump Truck.
c. Tidak ada lagi aliran air
a yang melintas di haul road.
7. Setelah operasional sudahh berjalan kembali, tetap lakukan
pemantauan kondisi haull road, biasanya haul road tetap
memerlukan unit suppoort maintenance (grader) untuk
menjaga kondisi jalan.
1. Penyiraman ditikungan :
a. Penyiraman di tikunngan tidak boleh terlalu basah,
sedangkan sprayer diihidupkan satu saja hanya bagian
kanan dengan harapaan debu berkurang di jalur tengah
sehingga ada pijakann kering untuk unit truck yang
melintas di tikungan teersebut.
b. Informasikan dengan menggunakan
m radio channel OB ke
unit di belakang mauupun di depan water tank untuk
mengurangi kecepatannnya.
PRODUCTION DEPARTEMENT 60
2. Penyiraman Di tanjakan :
a. Pastikan untuk mem mberikan informasi melalui radio
channel OB kepada semua pengguna jalan tanjakan
bahwa proses penyiramman akan dilakukan.
b. Semprotkan sprayer kiri dan kanan sedangkan untuk
sprayer tengah dimatikkan untuk menghindari jalan terlalu
basah.
c. Penyiraman putus-puttus sepanjang 10 meter dan selalu
informasikan kepada unit
u truck yang berada di belakang
untuk menjaga jarak 40
4 meter dari Water Tank pada saat
menyiram kondisi turuunan.
PRODUCTION DEPARTEMENT 61
DAFTA
AR ISTILAH
PRODUCTION DEPARTEMENT 62
dan pepohonan yang berdiaameter kecil dari 0,3 dengan
menggunakan bulldozer keecil.
Bundwall: tanggul pengaman yangy letaknya di sisi kiri dan kanan
jalan angkut OB yang tinggginya ¾ x tinggi ban unit terbesar
yang beroperasi di area terssebut.
Bussines Process: suatu bentukk alur proses kerja suatu section
yang terhubung dengan secction atau departemen lain.
Bus Pad: Tempat khusus berrhenti bus yang berada di tengah-
tengah CSA yang berfungsi untuk menurunkan operator saat
overshift.
Bucket Capacity: Kemamppuan bucket untuk menampung
material yang diloading.
C
Cut: Pemotongan berdasarkann design OB ataupun Coal dalam
aktivitas penambangan.
Cabin: Ruang control operatoor dalam unit yang berfungsi untuk
mengontol unit yang dibaw
wanya.
PRODUCTION DEPARTEMENT 63
Crack: Retakan yang terjaddi pada area kerja yang sangat
berpotensi mengakibatkan longsor.
Crest Line: Bagian atas darri slope(kepala slope) yang pada
umumnya berada pada sisi tebing bench.
Continue : suatu proses (pekerjaan)
( yang sifatnya masih
berlanjut.
Crane Truck : truck/kendaraaan derek yang digunakan untuk
mengangkat dan meminndahkan sesuatu (tower lamp,
countainer, dll.).
Crack : retakan yang terdapatt di suatu area kerja (disposal atau
front loading).
Crest Line : bagian atas dari frrame disposal.
Crest Toe : Pertemuan antara kepala
k slope dengan kaki slope.
Cycle Time : Waktu yangg dibutuhkan suatu unit untuk
melakukan satu putaran kerrja
Cut Back : Proses pemotongann kembali area yang telah ditimbun
D
Debit : ukuran yang digunakkan untuk mengetahui volume air
dalam satuan waktu.
Dewatering : proses pengeluaaran air dari tambang dengan cara
pembuatan saluran/parit menuju keluar tambang dan
pemompaan.
Disposal : tempat yang diranncang untuk menampung material
buangan overburden / wastte (lumpur,batubara kotor,dsb).
Dumping: Proses Hauler mem mbuang muatan di Disposal ataupun
tempat tertentu yang diingiinkan pengawas.
PRODUCTION DEPARTEMENT 64
Dozer: Unit yang digunakann untuk mendorong material dan
meripping material keras,ada 2 tipe yaitu yang memakai
Wheel (roda) dan Undercarrriage.
Dozing : proses pemindahan taanah menggunakan alat berat yaitu
bulldozer.
Drainage : sutau proses peenyaliran tambang yaitu dengan
mencegah masuknya air kee dalam area kerja tambang.
Dumpman : orang yang berrtugas menjaga dan mengarahkan
dump truck dumping di dissposal.
Dump Truck/Hauler : Unit yang
y mengangkut material baik OB
maupun Batubara.
Drop Cut : Proses pemotonggan suatu area yang menuju level
yang lebih bawah
E
Empty Stop Time: waktu yaang digunakan unit untuk berhenti
dalam keadaan kosongan.
Effective Working Hours: Lamanya waktu efektif unit
beroperasi.
Elevasi: Ukuran ketinggian darri suatu area
Excavator: Unit yang dapat menggali
m dan memuat material ke
Dump Truck.
F
Face : permukaan
Fatique: Kondisi dimana seseeorang mengalami kelelahan dalam
bekerja akibat dari kurang istirahat ataupun masalah pribadi.
PRODUCTION DEPARTEMENT 65
Fleet: Gabuangan antara jum mlah hauler dengan 1 loader yang
beroperasi untuk menganngkut material baik OB maupun
batubara.
Frame : bagian atau sisi terluarr dari disposal.
Front: Area operasi dimana teerdapat unit Excavator(Loader) dan
Hauler(Dump Truck) unntuk memindahkan Overburden
ataupun batubara.
Fuel Consumption: Banyaknnya bahan bakar yang habis yang
digunakan unit untuk operaasi.
G
General Service: Perawaatan yang dilakukan dengan
memperbaiki komponen-koomponen unit secara keseluruhan.
H
HDPE : High Density Poly Ethhylene merupakan pipa berbahan
plastik yang mempunyai kuualitas dan kerapatan yang tinggi.
Pipa ini digunakan pada peekerjaan dewatering (pompa).
Head : Total daya dalam satuann panjang yang di perlukan untuk
mengalirkan air dari inlet sampai
s dengan outlet.
Sunction Head : daya suatu poompa untuk menghisap air yang
dihitung dari jarak mesin pompa ke kedalaman sumur.
Discharge Head : daya dorongg suatu pompa dari pusat
pemompaan ke outlet tertinnggi (secara vertikal).
High Wall : bagian paling atass / tinggi lapisan posisi batubara.
Hose : pipa yang digunakan daalam kegiatan pemompaan
(dewatering).
PRODUCTION DEPARTEMENT 66
Hot Seat Change Shift : Metoode Overshift cepat dimana Engine
unit tetap menyala dan operator
o shift sebelumnya dengan
operator berikutnya melaakukan pergantian di atas unit
tersebut.
I
Inter Burden (IB): Sisipan ataua lapisan penutup yang ada di
diantara batubara.
Inlet : saluran tempat masuknyya air.
K
Kontaminasi: Keadaan dimaana batubara bercampur dengan
material-material lain.
L
Land Clearing: Proses peembersihan lahan dari tumbuh-
tumbuhan oleh Bulldozer ataupun Excavator sehingga dapat
digunakan disposal ataupunn loading point.
Layer : lapisan tanah atau batuubara.
Lighting : penerangan yang adda di front loading, jalan, atau
disposal.
Loading Point: Area yang diggunakan untuk me-loading material
baik Top Soil, Overburden maupun batubara.
Lost Time: Waktu yang hilangg akibat unit Standby.
Low Wall : bagian bawah dari lapisan posisi batubara.
M
Maintenance Road: Perawatann Jalan
PRODUCTION DEPARTEMENT 67
Man Power : sumber daya mannusia, dalam hal ini mencakup
karyawan.
Manuver : perpindahan posisi unit ke kiri atau ke kanan.
Mud: Material Lumpur
N
NAF (Non Acid Forming) : baatuan penutup yang tidak
membentuk asam.
O
Outlet : saluran tempat keluarnnya air.
Overburden: lapisan penutup baikb di atas maupun di antara
lapisan batubara.
P
PAF (Potential Acid Formingg) : batuan penutup yang
membentuk asam.
Periodical Service: Perawatann unit yang dilakukan secara berkala
disesuaikan dengan jumlahh HM yang telah dicapai.
Pit : bagian dari bukaan tambanng batubara.
Pin Lock : suatu batang besi/baaja yang berfungsi sebagai
pengunci sling saat dikaitkaan pada unit.
Planning : perencanaan suatu kegiatan.
k
Ponton : kedudukan mesin pom mpa saat berada di atas air.
Post Guide : jenis rambu berjejejer yang terletak di atas bundwall
di mana jarak satu dengan yang
y lain 40 meter. Post guide ini
juga berfungsi sebagai acuaan jarak aman antar unit.
PRODUCTION DEPARTEMENT 68
Productivity: Jumlah produksi yang dihasilkan ubit persatuan
waktu.
R
Radius : jarak suatu kegiatan/tempat dengan kegiatan/tempat
yang lain.
Ripper : bagian dari bulldozer atau grader (terletak di belakang
unit) yang berbentuk kuku berfungsi memberai permukaan
tanah yang padat.
Roof Protector : atap pelindunng / bingkai pelindung cabin
bulldozer, bulldozer yang melakukan
m land clearing yang
menggunakan roof protectoor.
S
Sackle : semacam pengait slingg yang berfungsi sebagai
penghubung antara sling deengan pengait yang ada pada unit
A2B.
Safety : kondisi yang aman.
Safety Berm : tanggul pengam man unit dumping di disposal yang
tingginya 2/3 tinggi unit terrbesar yang beroperasi di area
tersebut.
Settling Pond : suatu kolam peenampungan air yang berasal dari
pit di mana posisi kolamann ini berada di luar area operasional
tambang.
Sling : alat penarik berbentuk tali
t yang terbuat dari besi atau baja.
Sling biasanya digunakan untuk
u menarik unit amblas atau
tower lamp.
PRODUCTION DEPARTEMENT 69
Slope : lereng disposal atau froont loading yang mempunyai
kemiringan tertentu.
Soil : tanah yang terletak dekatt dan atau bersentuhan langsung
dengan udara luar yang meengandung unsur organik.
Soil Replcement : proses pemiindahan soil ke disposal yang
sudah final design guna proogres revegetasi.
Soil Stockpiling : aktivitas pennyimpanan tanah yang bersifat
sementara sebelum digunakkan untuk proses revegetasi.
Soil Stripping : aktivitas penguupasan tanah (soil) menggunakan
excavator dan dipindahkann ke lokasi yang sudah ditentukan,
baik dihampar atau dikumppulkan.
Spreading : aktivitas mendoronng atau menyebar material
menggunakan bulldozer.
Stakeout: pancang guna memoonitor keadaan sesuatu (seperti
posisi atau ketebalan timbuunan) mencakup elevasi.
Sub Soil : tanah bagian bawah dari top soil yang sedikit
mengandung unsur organikk (humus).
Sump : suatu cekungan di temppat paling rendah di area tambang
sebagai tempat penampunggan air.
T
Toe : kaki / bagian paling bawaah dari suatu lereng atau bench.
Top Soil : bagian paling atas laapisan tanah yang banyak
mengandung unsur organikk (humus).
Tower Lamp : penerangan di area a operasional tambang yang
posisinya bisa dipindah-pinndah.
V
Vessel : bak material yang terddapat pada unit dump truck.
PRODUCTION DEPARTEMENT 70
W
Waste Dump : sebutan lain unntuk disposal.
Windrow : tanggul pengaman unit dumping di disposal yang
tingginya 2/3 tinggi unit terrbesar yang beroperasi di area
tersebut.
PRODUCTION DEPARTEMENT 71
Safety Guide
Emergency Call
SOS Adaro : 052627016666
Dokter Adaro : 081150169999
SHE SIS : 0821501585882
Area Tambang
Jalan aktif : 40 km/jam
m
Jalan simpang : 30 km/jam
m
Jalan berdebu : 20 km/jam
m
Jalan licin : 20 km/jam
m
Office : 20 km/jam
m
Workshop : 15 km/jam
m
Maintenance jalan : 20 km/jam
m
Jalan Hauling
Trailer : 70 km/jam
m
Sarana : 80 km/jam
m
Jalur hijau : 40 km/jam
m
Jembatan : 20 km/jam
m
Maintenance Jalan : 20 km/jam
m
Kelanis : 25 km/jam
m
Jarak Beriringan
HT - HT : 200 meter
HT – LV : 100 meter
HD – HD, HD – LV : 40 meter (jalan
(j datar & naik)
HD – HD, HD – LV : 80 meter (turunan)
(
PRODUCTION DEPARTEMENT 72
DAFTA
AR PUSTAKA
PRODUCTION DEPARTEMENT 73
PRODUCTION D
DEPARTEMENT
PRODUCTION DEPARTEMENT 74