Konsep Dasar Keperawatan Tentang Abortus
Konsep Dasar Keperawatan Tentang Abortus
TENTANG ABORTUS
ANGGOTA
KELOMPOK 7
1. FIKRI GUNAWAN
2. HERIAWAN
3. INDRAWAN PRAYUDA
4. JULIA NINGSIH
Alhamdulillahirabbil ‘alamin...
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur
kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992). Kata aborsi biasa
kita dengar dikalangan remaja. Aborsi termasuk hal yang biasa di Indonesia.
Bahkan kita sering lihat bayi yang dibuang. Itu bukan hanya terjadi di kota-
kota besar melainkan menjalar ke pelosok-pelosok desa. Selain itu abortus
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan
abortus bnyak dilakukan oleh remaja-remaja yang hamil diliar nikah. Mereka
melakukan itu karena merasa bahwa janin yang dikandungnya dianggap
sebagai aib yang harus dijauhkan, karena mereka mendapatkan omongan yang
tidak mengenakkan bagi diri dan keluarganya.
Penentangan masalah abortus datang dari berbagai sudut; sudut agama,
budaya, hukum dan kesehatan.
1.2.Rumusan masalah
1.2.1. Apa pengertian dari abortus?
1.2.2. Apa penyebab abortus?
1.2.3. Bagaimana abortus menurut sudut pandang hukum, kode etik, agama dan
budaya?
1.3.Tujuan masalah
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari abortus
1.3.2. Untuk mengetahui penyebab abortus
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana abortus menurut sudut pandang hukum,
kode etik, agama dan budaya
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
(abortus insipien), abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah
atau dihalangi lagi. Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya tiga kali. Keguguran dengan
infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian
besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara yang kurang
legeartis. Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim selama dua bulan atau lebih
setelah janin mati.
5
2.2.7. Kelainan rahim
2.3.1. Hukum
Abortus buatan legal dilakukan dengan cara tindakan opertaif (paling
sering dengan cara uretase, aspirasi vakum) atau dengan cara medikal.
Dalam deklarasi Oslo (1970) dan UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, mengenai abartus buatan legal terdapat ketentuan-ketentuan
sebagai berikut.
1. abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatau tindakan
terapeutik yang keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang
dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur
operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten
diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan
tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
2. Jika dokterf yang melakukan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia
berhak menggugurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan
medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.
3. Yang dimaksu dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal ini
adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan
tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu
atau adanya ancamaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika
kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat jelas bahwa anak yang
akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.
4. Hak utama untuk memberiakan persetujuan tindakan medik adalah
pada ibu hamil yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar
atau tidak dapat memberikan prsetujuannya dapat meminta pada
suaminya/wali yang sah.
6
Secara rinci KUHP mengancam pelaku-pelaku abortus buatan ilegal
sebagai berikut:
1. Wanita yang sengaja menggugurkan kandunagn atau menyuruh orang
lain melakukannya, hukuman maksimal 4 tahun (KUHP pasal 336).
2. Seseorang yang menggugurkan kandungan tanpa seizinnya, hukuman
maksimal 12 tahun dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman
maksimal 15 tahun (KUHP pasal 347).
3. Seseorang yang menggugurkan kandunagan wanita denagan seizin
wanita tersebut, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita
tersebut meninggal, maksimum 7 tahun (KUHP pasal 348).
4. Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan diatas,
hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaan
nya (KUHP pasal 349).
5. Barang siapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandunagan
kepada anak dibawah usia 17 tahun/dibawah umur, hukuman
maksimum 9 bulan (KUHP pasal 383)
6. Barang siapa menganjurkan/merawat/memberi obat dengan memberi
harapan agar gugur kandungannya, hukuman maksimum 4 tahun
(KUHP pasal 299)
2.3.2. Kode etik
Abortus telah menjadi salah satu perdebatan permasalahan etika
internasional. Berbagai pendapat bermunculan, baik yang pro maupun
yang kontra. Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian
kehamilan secara spontan atau rekayasa. Pihak-pihak yang pro
menyatakan bahwa aborsi mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang
tidak diinginkan. Sedangkan pihak antiaborsi cenderung mengartikan
aborsi sebagai membunuh manusia yang tidak bersalah.
Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu moral dan hukum. Secara umum ada tiga pandangan yang dapat
dipakai dalam memberi tanggapan terhadap abortus: pandangan
konservatif, moderat dan liberal (Megan, 1991).
7
1. Pandangan Konservatif
Menurut pandangan konservatif, abortus secara moral jelas salah,
dan dalam situasi apapun abortus tidak boleh dilakukan, termasuk
dengan alasan penyelamatan, misalnya bila kehamilan dilanjutkan
maka menyebabkan ibu meninggal dunia.
2. Pandangan moderat
Menurut pandangan moderat, abortus hanya merupakan suatu
prima facia kesalahan moral dan hambatan penentangan abortus dapat
diabaikan dengan suatu pertimbangan moral yang kuat. Sebagai contoh
abortus dapat dilakukan selama tahap pre-sentience (sebelum fetus
mempunyai kemampuan merasakan). Contoh lain, abortus dapat
dilakukan bila kehamilan merupakan hasil perkosaan, atau kegagalan
kotrasepsi.
3. Pandangan liberal
Pandangan liberal menyatakan bahwa abortus secara moral
diperbolehkan atas dasar permintaan. Secara umum pandangan ini
menganggap bahwa fetus belum mnejadi manusia. Fetus hanyalah
sekelompok sel-sel yang menempel pada dinding rahim wanita.
Menurut pandangan ini, secara genetik dapat dianggap sebagai bakal
manusia, tetapi secara moral fetus bukan manusia.
8
Allah SWT berfirman: “Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para
malaikat : sesungguhnya Aku hendak menjadiakn seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata: mengapa engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengna memuji
engkau dan menyucikan engkau? Rabb berfirman: sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ” (Q.S. Al-Baqarah (2): 30).
Untuk mengemban tugas-tugas tersebut manusia diciptakan sebaik-
baiknya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” (Q.S. At-Tin (95): 4).
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah Jusuf, Amir Amri. 2012. Etika kedokteran & Hukum Kesehatan,
Edisi 4. Jakarta: EGC
11