Anda di halaman 1dari 8

PEMECAHAN MASALAH TEKNIK KIMIA

SWEETENING GAS ALAM ( CO2 REMOVAL FROM NATURAL


GASS) KEPULAUAN NATUNA

Nurlailatush Sholihah NIM. 151424021

JURUSAN TEKNIK KIMIA


D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
2019
1. Data input:
a. Kondisi operasi aliran sweet gas

Temperatur = 83°F
Tekanan = 650 psig (664.7 psia)
Laju alir = 85 MMSCFD

b. Komposisi

Komposisi utama aliran sweet gas


-CO2 = 21% (mol)
-CH4 = 75% (mol)
2. Masalah
Natuna merupakan salah satu kepulauan dengan cadangan gas alam terbesar di
dunia yang terletak di ujung utara Indonesia. Mengutip dari medium.com (2016),
menurut hitungan pemerintah, cadangan gas alam yang tersimpan sebesar 222 triliun
kaki kubik (TCT). Ladang gas ini terletak 225 km di sebelah utara kepulauan Natuna,
yaitu blok Natuna D-Alpha menyimpan gas dan minyak sebesar 500 juta barel.
Sampai saat ini, pemanfaatan gas Natuna masih terhambat karena masih
banyaknya kandungan gas CO2. Kandungan yang tinggi mencapai 71%, dimana batas
umumnya hanya 1-2%. Masalah utama dari tingginya kandungan gas CO2 dapat
diselesaikan dengan proses separasi.
Menurut Cita dan Ariadji (2010), gas alam yang masih mengandung senyawa
seperti CO2 (carbon dioxide), H2S (hydrogen sulfide), dan senyawa lainnya disebut
sour gas, sedangkan gas alam yang sudah tidak mengandung senyawa asam disebut
sweet gas. Proses penghilangan senyawa asam yang tedapat pada gas alam disebut
proses gas sweetening. Gas alam yang mengandung H2S dan CO2 dapat menyebabkan
korosif karena bersifat asam. Hal ini akan berdampak pada harga dan dapat
menurnkan kandungan panas karena senyawa tersebut menurunkan kandungan panas
pada gas, selain itu juga dapat mengganggu lingkungan.
Sehingga dibutuhkan suatu solusi untuk menurunkan kadar CO2 yang terdapat
pada gas alam agar tidak merusak peralatan dan dapat digunakan untuk keperluan
yang lain.

3. Metoda
Salah satu cara untuk menurunkan kadar CO2 adalah absorpsi. Mengutip
Donsius dan Fuadi (2017), absorpsi CO2 merupakan hal penting pada industri
petrokimia, oil and gas, dan pada proses yang memerlukan pemisahan gas CO2, salah
satu caranya adalah dengan mengabsorpsi menggunakan pelarut
methyldiethanolamine (MDEA).

MDEA dipilih sebagai absorben karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu :


tekanan uap rendah, tidak mudah terdegradrasi, sedikit korosif, panas reaksi rendah,
selektivitas yang tinggi terhadap H2S, dan lebih atraktif.
Komposisi sour gas (gas sweetening) ketika memasuki kolom absorber mengandung
21% (moles) gas CO2, dan akan di turunkan kadarnya.
Proses penghilangan gas CO2 dan H2S yang terkandung pada gas alam dimulai
dengan masuknya sour gas ke dalam unit absorber. Berdasarkan simulasi yang terlah
dilakukan menggunakan aplikasi Aspen Hysys, kolom absorbsi memiliki diameter
12,14 ft, jarak antar isian tray 1,640 ft dan volume isian tray sebesar 189,9ft3.

Gas akan terabsorbsi dan keluar di aliran sweet gas yang akan masuk kedalam
flash drum kemudian di panasakan sebelum masuk ke dalam kolom stripper.Reaksi
absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut:

(C2H4OH)2CH3N + H2O(l) + CO2(g) → CH3N(C2H4OH)2H+ + HCO3-


Pada proses ini, kandungan H2S juga menurun, karena selektivitas MDEA yang tinggi
terhadap H2S. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

(C2H4OH)2CH3N + H2O(l) → CH3N(C2H4OH)2H+ +HS-

(Bishnoi dan Rochelle, 2000)


4. Gambar/skema
5. Solusi dan komentar
Untuk mengurangi kadar CO2 adalah dengan cara absorpsi. Telah dilakukan simulasi
absorpsi gas CO2 dari gas alam menggunakan pelarut MDEA, didapatkan hasil gas
H2S dan CO2 menurun dari konsentrasi 0,5% dan 21% menjadi 0%.

H2S yang terabsorb, di recovery kemudian diumpankan ke dalam unit Shell-


Paques untuk diolah dengan proses desulfurisasi biologis dari gas bertekanan tunggi.
Biosulfur yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk karena mempunyai karakter
hydrophilic. Bio-sulfur hasil unit ini akan dicuci dan dilelehkan untuk dicairkan
sehingga dapat digunakan untuk bahan baku pupuk (Cita dan Ariadji, 2010).
Sedangkan CO2 di murnikan untuk dijadikan bahan baku dry ice atau sebagai bahan
baku pupuk urea.

Sedangkan untuk pelarut MDEA yang telah jenuh, akan melewati proses
flashing (penurunan tekanan) untuk melepas senyawa hidrokarbon yang terabsorbsi,
kemudian akan diregenerasi di kolom stripper untuk melepaskan CO2 dari amine.
Amine yang sudah tidak mengandung CO2 akan dipompa kembali ke kolom absorber
dengan penambahan make up amine karena adanya loss amine di sistem tersebut
(Marsella dan Maharani, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Bishnoi, S., dan Rochelle, G.T., 2000. Carbon Dioxide Absorption and Solution Equilibrium
in Piperazine Activated Methyldietanolamine. Austin: The University of Texas

Cita dan Ariadji, 2010, Studi Sensitivitas Konsentrasi Larutan Methyldiethanolamine untuk
Proses Penghilangan Gas Pengotor Hidrogen Sulfida dan Pengolahan Limbah Sulfur
pada Lapangan Gas X.

Donsius dan Fuadi, 2017, Studi Absorpsi CO2 dalam Larutan MDEA-TEA dengan Katalis PZ,
Skripsi, ITS
Marsella, V., dan Maharani, Y., 2013. Simulasi Optimasi Regenerasi Amine Menggunakan Flash
Tank dan Reboiler di CO2 remover plant PT Rekayasa Industri-Pertamina EP Field Subang,
Bandung: Politeknik Negeri Bandung

Anda mungkin juga menyukai