Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN AGAMA

“KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM”

NAMA : NPM :
1. MUJAH AL BADRI 201743501412
2. HAYU NINGSARI ABIDIN 201743501415
3. NOVAN BACHRUL ALAM 201743501436
4. FUJI RAMADHAN 201743501439
5. HENRI SETIAWAN 201743501459
6. RIVAN ADRINALDI JULIANTO 201743501475

KELAS R2U
TEKNIK INFORMATIKA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen : Usman Sutisna, M.Pd.I

Kepemimpinan Dalam Islam


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik
dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah
saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas
manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu
mengelola lingkungan dengan baik. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka
bumi hanya untuk menyembah dan beribadah kepadaNya. Mengerjakan segala perintahNya,
mulai dari shalat, puasa, zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi diri
manusia itu sendiri dan menjauhi laranganNya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun
perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik dan
sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah
dapat terselesaikan dengan baik.

Kepemimpinan Dalam Islam


2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
1) Pengertian Kepemimpinan Menurut Islam
Kepemimpinan adalah kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepemimpinan secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata
“pimpin”. Dengan diawali me menjadi “memimpin” maka berarti menuntun, menunjukkan
jalan dan memimbing. Masih pada pengertian memimpin, pengertian lain adalah mengetuai
atau mengepalai,memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat
mengerjakan sendiri.

Secara terminologis, kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku


orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi seseorang, sehingga apa yang
menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai tujuan yang
menjadi kesepakanan antara pemimpin dan rakyatnya.

B. DASAR KEPEMIMPINAN ISLAM


1) Dasar Lepemimpinan Islam
1. Dasar Tauhid
Dasar atau dasar menegakkan kalimat tauhid serta memudahkan penyebaran Islam
kepada seluruh umat manusia.

2. Dasar Persamaan Derajat Sesama Umat Manusia


Pada prinsip ini bahwa manusia memiliki derajat yang sama dimata Allah, hanya saja
yang membedakan adalah ketaqwaan kepada Allah SWT.

Islam tidak pernah mengistimewakan ataupun mendiskriminasikan individu atau


golongan. Semua sama dan tidak ada yang berbeda. Islam juga melindungi hak-hak
kemanusiaan siapapun dia, muslim atau non muslim, selama mau hidup bersama dan taat
terhadap pemimpin dan menjaga kesatuan dan persatuan.

3. Dasar Persatuan Islamiyyah (Ukhuwah Islamiyah)


Prinsip ini untuk menggalang dan mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat
islam.

Kepemimpinan Dalam Islam


3
4. Dasar Musyawarah Untuk Mufakat atau Kedaulatan Rakyat
Islam selalu menganjurkan ada kesepakatan dari orang-orang terkait dalam
memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kemanusiaan baik dalam kehidupan
keluarga, lebih-lebih kehidupan berkelompok untuk menciptakan lingkungan yang damai dan
tentram dalam suatu masyarakat tersebut.

Asyuro atau musyawarah diartikan sebagai meminta pendapat kepada orang yang
berkompeten dengan urusannya, atau meminta pendapat umat atau orang-orang yang
diwakilinya dalam urusan-urusan umum yang berhubungan dengannya.

5. Dasar Keadilan dan Kesejahteraan Bagi Seluruh Umat


Atas dasar prinsip ini pemimpin harus menegakkan persamaan hak segenap warganya,
maksudnya seorang pemimpin memiliki kewajiban menjaga hak-hak rakyat dan harus dapat
merealisasikan keadilan diantara mereka secara keseluruhan tanpa terkecuali.

Kelima Prinsip atau dasar tersebut harus senantiasa dijadikan landasan dalam
menetapkan setiap kebijakan pemimpin sehingga tujuan kepemimpinan dalam Islam akan
dapat terwujud dengan sebaik-bainya.

C. SYARAT – SYARAT KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM


Khalifah sebagai kepala Negara dalam system Negara Islam tidak identic dengan
presiden dalam system Negara sekuler. Perbedaan itu banyak antara kain kriteria pencalonan
khalifah. Adapun kriterianya calon khalifah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempunyai ambisi untuk menjadi khalifah. Sikap ini bias dilihat dari cara
kampanye yang dilakukannya, baik langsung atau tidak.
2. Muslim yang beraqidah murni dan bebas dari syirik.
3. Taat beribadah.
4. Berakhlak mulia dan hidup sederhana.
5. Istiqomah dalam pendirian.
6. Mempunyai pengorbanan yang penuh untuk kepentingan Islam.
7. Mempunyai ilmu yang luas, khususnya tentang syari’at Islam.

Selanjutnya berdasarkan ketentuan syar’I dan praktek ketatanegaraan zaman khulafa


al-Rasyidin, maka calon khalifah itu harus dipilih oleh rakyat atau wakil-wakil dari rakyat.
Untuk lebih terperinci tentang pemilihan Khalifah, maka kita lihat susunan sebagai
berikut :

Kepemimpinan Dalam Islam


4
1. Pemilihan Khalifah harus dilakukan oleh wakil-wakil rakyat, yang berkumpul dalam
satu wadah yang disebut majelis Syura’.
2. Calon khalifah dapat diajukan oleh seorang tokoh masyarakat atau oleh segolongan
masyarakat. Jumlah calon bias seorang atau lebih, asalkan ia sesua dengan kriteria
yang ditentukan.
3. Pemilihan khalifah harus dilaksanakan secara bebas, jujur, terbuka dan tanpa tekanan
dari siapapun.
4. Calon Khalifah terpilih dengan suara terbanyak, harus dibai’at didepan umum dengan
mengambil tempat yang paling mungkin dapat menampung orang banyak, dan
sebaiknya di masjid.
5. Dalam upacara bai’at ini, apabila masih ada wakil rakyat yang masih merasa
keberatan akan calon khalifah terpilih, boleh menyatakan pendapatnya bahwa ia
tidak turut membai’at.
6. Mempunyai keahlian dan kecakapan dalam jabatan yang akan dipegangnya.
7. Jujur dan amanah didalam menjalankan tugas-tugasnya.

Sedangkan mengenai wewenang dan kewajiban khalifah, al-Mawardi dan Ibnu


Taimiyyah merinci sebagai berikut :
1. Menjaga Kepentingan agama.
2. Melaksanakan Keadilan.
3. Menjaga keselamatannegara dan kesejahteraan hidup rakyat.
4. Menjalankan hukum sebagaimana telah ditentukan Allah SWT dan Rasul-Nya.
5. Menghormati hak-hak rakyat.
6. Menjalankan jihad terhadap musuh-musuh agama dan Negara/
7. Membagikan harta rampasan perang dengan seksama.
8. Melakukan kebajikan dengan bersedekah.
9. Menjalankan Administrasi Keuangan dengan baik
10. Memberi perhatian kepada masalah-masalah pemerintah yang berhubungan dengan
kebajikan agama dan umum.

Kepemimpinan Dalam Islam


5
D. HAK DAN KEWAJIBAN PEMIMPIN
Al-Mawardi menyebutkan ada dua hak imam,yaitu hak untuk di ta’ati dan hak untuk
dibantu. Akan tetapi, apabila kita pelajari sejarah ternyata ada hak lain bagi imam, yaitu hak
untuk mendapat imbalan dari harta Baitul Mal untuk keperluan hidupnya dan keluarganya
secara patut, sesuai dengan kedudukannya sebagai imam.
Hak-hak imam ini erat sekali kaitannya dengan kewajiban rakyat, Hak untuk ditaati dan
dibantu musalnya adalah kewajiban rakyat untuk mentaati dan membantu. Selain itu Dhafir
Al-Qasimu menyebutkan lagi hak Imam dalam melaksanakan tugas Negara :
1. Hak mendapat penghasilan (Al-Qasimy). Hal ini terang adanya, sebab imam telah
melakukan pekerjaan demi kemaslahatan umum, sehingga tak ada waktu lagi baginya
memikirkan kepentingan pribadinya.
2. Hak Mengeluarkan peraturan (Haq Al-Tasyri’). Seseorang imam juga berhak
mengeluarkan peraturan yang mengikat warganya, sepanjang peraturan itu tidak
terdapat dalam Al-Qur’an dan mengikuti Al-Sunnah.
3. Memelihara dan menjaga keamanan agar manusia dapat dengan tentram dan tenang
berusaha mencari kehidupan, serta dapat berpergian dengan aman, tanpa ada gangguan
terhadap jiwanya dan hartanya.
4. Menegakkan hukum-hukum Allah, agar orang tidak berani melanggar hokum dan
memelihara hak-hak hamba dari kebinasaan dan kerusakan.
5. Menjaga wilayah batasan dengan kekuatan yang cukup, agar musuh tidak berani
menyerang dan menumpahkan darah muslim atau non muslim yang mengadakan
perjanjian damai dengan muslim (mu’ahid).
6. Memerangi orang yang menenrang islam setelah melakukan dakwah dengan baik tapi
mereka tidak mau masuk islam dan tidak pula menjadi kafir dzimmi.
7. Memungut Fay dan shadaqah-shadaqah sesuai sesuai dengan ke tentuan syara’ atas
dasar nash atau ijtihad tanpa ragu-ragu.
8. Menetapkan kadar-kadar tertentu pemberian untuk orang-orang yang berhak
menerimanya dari Baitul Mal dengan wajar serta menyebarkannya pada waktunya.
9. Menggunakan orang-orang yang dapat dipercaya dan jujur di dalam menyelesaikan
tugas-tugas serta menyerahkan pengurusan kekayaan Negara kepada mereka. Agar
pekerjaan dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli, dan harta Negara diurus oleh
orang yang jujur.
10. Melaksanakan tugas-tugasnya yang langsung di dalam membina umat dan menjaga
agama.

Kepemimpinan Dalam Islam


6
E. IMAMAH, KHALIFAH DAN SULTHAN
1) Imamah
Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk menyebut sebuah Negara.
Dalam literatur-literaur klasik, istilah imamah dan khalifah disandingkan secara bersamaan
untuk menunjuk pada pengertian yang sama, yakni Negara dalam sejarah Islam.
Iamamah adalah kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan keagamaan
dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW.
2) Pengertian Khalifah
Arti primer kata khaligah, yang bentuk pluralnya Khulafa’ dan khalaif yang berasal dari
kata khalaf, adalah pengganti, yaitu seseorang yang menggantukan tempat orang lain dalam
beberapa persoalan.
Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi territorial, sehingga
kekhalifahan Islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Pada intinya,khilafah merupakan
kepemimpinan umum yang mengurusi agama dan kenegaraan sebagai wakil dari Nabi SAW.
3) Pengertian Shultan
Sulthan tidak jarang digunakan untuk gelar seorang penguasa, bahkan di Indonesia kata
shultan lebih banyak dikenal daripada khalifah, imam, malik, atau amir. Sudah tentu ucapannya
disesuaikan dengan lidah Indonesia, bukan lagi sukthan tetapi menjadi sultan.

Kepemimpinan Dalam Islam


7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama.
menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus bisa
menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah sebagai seorang
pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati
tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi.

B. Saran
Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa hendaknya
kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang berupa makalah
khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat sendiri agar kedepannya kita
menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan masyarakat maupun dunian kerja.

Kepemimpinan Dalam Islam


8

Anda mungkin juga menyukai