Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian dari Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian


mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat
keputusan lain untuk membuat alokasi sumberdaya keputusan di dalam perusahaan, organisasi,
dan lembaga pemerintah. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang
akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, ataupun pemilik.Pengertian dari
Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar persamaan kehendak untuk memperjuangkan baik kepentingan
anggotanya maupun bangsa dan negara melalui Pemilihan Umum. Tujuan umum partai politik
adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi
berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita
para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Moralitas politik
yang menyangkut keuangan dan kesejahteraan rakyat tidak pernah menjadi agenda kerja yang
serius dalam proses reformasi. Akibatnya ketiadaan transparansi akan sumber keuangan partai
merupakan bagian yang paling lemah dari kemungkinan untuk terjadi praktek-praktek korupsi
untuk keuangan partai, seperti kasus yang paling mutakhir. Kasus perginya kader partai memberi
kesan kepada rakyat bahwa partai membangun sandiwara murahan. Institusi hukum yang
berselisih waktu dalam pencekalan perginya sang kader partai ke negeri yang tidak memiliki
perjanjian extradisi, dan KPK yang juga dicitrakan terlambat dalam mencegah kepergian pelaku
yang diduga terlibat dalam kasus penyuapan pembangunan wisma Atlit. Jika ini benar, maka kita
dapat mengatakan bahwa partai tidak lagi memiliki moralitas politik.Lebih dari itu juga partai
yang semestinya membela rakyatnya sebagai korban korupsi justru memberi kesan lebih
membela kadernya yang telah merugikan rakyat.Ini adalah sebuah gambaran dari kehidupan
politik tanpa moral.Partai dalam hal ini, tampak seperti tidak peduli dengan rakyatnya yang
semestinya mereka sejahterakan, yaitu dengan menjalankan negara secara bersih dan
bekeadilan.Negeri ini akan di bawa ke mana jika partai tidak memiliki moralitas dan
pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai konstituen politiknya.Rakyat selama ini hanya
dijadikan korban partai karena pada dasarnya partai-partai di Indonesia bukan muncul karena
kepentingan rakyat melalui gerakan sosialnya, namun lebih merupakan kepentingan elit politik
dan elit bisnis yang bergerak menggunakan kekuatan social untuk memenuhi kepentingan elit itu
sendiri. Akibatnya rakyat hanya merupakan obyek politik yang sesungguhnya tidak aktif dalam
mendorong terjadinya perubahan yang mendasar yaitu kesejahteraan sosial.Ini artinya reformasi
politik lebih lanjut perlu dipikirkan agar lebih mendasar dan radikal.Dalam hal ini rakyat perlu
membentuk kekuatan alternatif berupa gerakan sosial yang berfungsi sebagai pengendali
moralitas politik menuju masyarakat yang sejahtera.Reformasi social dengan menjadikan
warganegara secara aktif membentuk gilda sosial yang berfungsi untuk membuka ruang
partisipasi aktif guna mencapai kesejahteraan social yang menyeluruh.Ini merupakan suatu
kebutuhan ketika partai tidak memiliki moralitas politik dan menjadikan rakyat hanya sebagai
obnyek kepentingan ekonomi politik semata.Dan pada kesempatan ini, maka penulis akan lebih
lagi membahas mengenai Akuntansi Partai Politik itu sendiri yang sekiranya bermanfaat bagi
pembaca.

Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan teknik-
tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik, prinsip) dan praktik yang
sudah diterima oleh umum karena kegunaan dan kelogisannya. Standar itu disebut standar
akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip Akuntansi Indonesia kemudian diganti menjadi Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) kemudian diganti lagi menjadi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).(Harahap, 2008) Kewenangan menyusun standar akuntansi ini dipegang oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada di bawah naungan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).

Standar Akuntansi mengatur pelaporan keuangan entitas bisnis maupun nirlaba.Untuk entitas
nirlaba, IAI mengeluarkan PSAK 45 Tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.PSAK 45
pertama kali disahkan oleh IAI pada 23 Desember 1997 kemudian direvisi pada tahun 2011.
PSAK 45 begitu diperlukan, mengingat entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis dimana
entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yangdiberikan.(IAI,
2011) Salah satu contoh entitas nirlaba yang pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK 45
tersebut adalah Partai Politik.

Berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, Indonesia adalah negara yang menganut sistem
demokrasi.Kondisi ini menyebabkan Partai Politik tumbuh subur karena kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28.
Terdapat lima belas Partai Politik yang menjadi peserta Pemilihan Umum tahun 2014. Menurut
Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 1, “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.”

Dalam sistem politik Indonesia, Partai Politik ditempatkan sebagai pilar utama penyangga
demokrasi.Begitu pentingnya Partai Politik, maka diaturlah Partai Politik-Partai Politik tersebut
dalam suatu undang-undang yaitu UU RI No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum,
dan bantuan dari anggaran negara. Oleh karena itu, Partai Politik secara berkala wajib
menyediakan dan mengumumkan informasi mengenai laporan keuangan sesuai dengan UU RI
No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Selain itu, Partai Politik wajib menyediakan dan mengumumkan informasi
yang berkaitandiberikan.(IAI, 2011) Salah satu contoh entitas nirlaba yang pelaporan
keuangannya mengacu pada PSAK 45 tersebut adalah Partai Politik.

Berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, Indonesia adalah negara yang menganut sistem
demokrasi.Kondisi ini menyebabkan Partai Politik tumbuh subur karena kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28.
Terdapat lima belas Partai Politik yang menjadi peserta Pemilihan Umum tahun 2014. Menurut
Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 1, “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.”

Dalam sistem politik Indonesia, Partai Politik ditempatkan sebagai pilar utama penyangga
demokrasi.Begitu pentingnya Partai Politik, maka diaturlah Partai Politik-Partai Politik tersebut
dalam suatu undang-undang yaitu UU RI No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan
bantuan dari anggaran negara. Oleh karena itu, Partai Politik secara berkala wajib menyediakan
dan mengumumkan informasi mengenai laporan keuangan sesuai dengan UU RI No. 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik dan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Selain itu, Partai Politik wajib menyediakan dan mengumumkan informasi yang berkaitan.
BAB II

AKUNTANSI KEUANGAN PARTAI POLITIK

2.1 Pengertian Partai Politik

Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun 2008


tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan
negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik merupakan bentuk


kepatuhan terhadap undang-undang partai politik dan undang-undang pemilu.Partai politik harus
mampu dan melaksanakan pertanggungjawaban terhadar seluruh sumber daya keuangan yang
digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai
politik serta pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu),serta
Laporan Keuangan (khusus untuk partai politik), yang harus diaudit oleh Kantor Akuntan Publik,
ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat menciptakan good political party governance sehingga
dapat meminimalisasi kecurangan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik.
Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana kampanye secara
transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu
yang bersih dalam rangka membengun demokrasi yang berkredibilitas dan dapat menciptakan
kepercayaan publik kepada pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.

Realitas yang ada masih menunjukkan lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai politik
untuk membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dananya. Faktanya pada
nopember 2010, masih ada 11 parpol kontestan pemilu 2009 yang belum menyerahkan laporan
pertanggungjawaban dana kampanyenya kepada KPU. Hal ini tentunya dapat menghambat
pembangunan demokrasi yang berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu
PSAK 45, merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk organisasi nirlaba yang
juga digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodir karakteristik partai
politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba.

Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan
keuangan partai politik.Dengan demikian laporan keuangan partai politik dapat lebih mudah
dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi.Laporan
yang baik dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota partai,
pemerintah, donator, kreditur, dan publik dalam membantu menilai, memonitor, dan
mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan gerak langkah partai selanjutnya.Secara khusus,
tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan partai politik.

2.2. Fungsi Partai Politik

Dalam Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:

1. Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik:Menyalurkan aneka ragam pendapat dan


aspirasi masyarakat serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat masyakat menjadi berkurang.

2. Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik:diartikan sebagai proses sikap dan
orientasi seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya.

3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik: Untuk mencari dan mengajak orang
yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik,Rekruitmen anggota partai merupakan
uapaya regenerasi kepemimpinan.

4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik: Persaingan dan perbedaan dalam
masyarakat merupakan hal yang wajar.Jika sampai terjadi konflik partai politik berusaha untuk
mengatasinya.

2.3. Memahami Akuntansi Partai Politik


Untuk mengatur pelaporan keuangan partai politik.Dengan adanya standar pelaporan
diharapkan laporan keuangan organisasi partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi.

Dalam rangka pesta demokasi di negara ini, tanda tanya besar perlu tidaknya suatu
pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke Parpol maupun peserta pemilu. Idealnya mereka
harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana public yang besar
tanggung jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Mereka harus mempertangungjawabkan sumber daya keuangan yang digunakan kepada


para konstituennya dan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada Undang-undang.Bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta pemilu, adalah dengan menyampaikan
Laporan Dana kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Parpol),
yang harus diaudit oleh akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk diakses
publik.

2.4. Penyusunan Pelaporan Keuangan Dalam Partai Politik

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut
hukum, dan bantuan dari anggaran negara.Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa
uang, barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa.Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam
peraturan pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapat kursi
di lembaga perwakilan rakyat.Sumbangan dari anggota dan bukan anggota yang sah menurut
hukum paling banyak senilai Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu)
tahun.Dan sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum paling
banyak senilai Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun.Laporan
keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan tahunan dan laporan dana
kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba,
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

• Laporan Posisi Keuangan.

• Laporan Aktivitas.
• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.

• Laporan Arus Kas.

• Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik juga terikat
pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai

Partai Politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12
tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan keuangan
untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi
Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye
Peserta Pemilihan Umum.

2.5. Daftar Kode Akun Partai Politik

Kode Akun Dana Rutin

1. Penerimaan Dana Rutin

Kode Akun Keterangan Penjelasan

41.01.01 ABB – Iuran Anggota Dewan

41.01.02 ABB – iuran & infak anggota

41.02.01 ABB – Sumbangan perorangan

41.02.02 ABB – Sumbangan Badan

41.02.03 ABB – Bantuan pemerintah

41.02.04 ABB – Bantuan dari DPP/DPW

41.09.19 ABB – Penghasilan lainnya

41.10.01 ABB – Penghasilan nonkas

48.01.00 ABP – Sumbangan kegiatan sosial


2.6. Akuntabilitas Dana Kampanye

Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah pasti
memerlukan dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan
dana yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, korupsi, konflik.
Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan
mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party
governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilu.
Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye secara
transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu
yang bersih dalma rangka membangun kepercayaan publik kepada pemerintah dan
pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.

Pelaporan dana kampanye Parpol

Tipe pelaporan dana kampanye partai politik:

1. Tentukan metode pencatatan yang digunakan (sistem pencatatn tunggal atau sistem
pencatatan berpasangan, basis kas atau akrual)

2. Pisahkan pencatatan pemasukan dan pengeluaran antara keuangan rutin parpol dengan
pendanaan kampanye

3. Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki bukti tertulis seperti surat
perjanjian/kontrak tertulis, kwitansi, faktur

4. Semua kegiatan yang berkaitan dengan kampanye harus dilengkapi dengan


dokumentasi kegiatan seperti foto kegiatan atau rekaman video.

2.7. Kemana dan Kapan Dana Kampanye Organisasi Partai Politik itu dilaporkan
Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan
dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke
akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara
itu, akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan
hasilnya dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit.Ketentuan tersebut
dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai Pengelolaan Dana Kampanye Pemilu
sehingga dapat menepis tuduhan akan adanya praktik-praktik politik uang (money politics). Tapi
pada kenyataannya, berdasarkan data dan catatan di KPU hingga batas waktu yang ditetapkan 12
Juli 2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit dana kampanye Pemilu
legistalif. Ini artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum menyerahkan audit dana
kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan Umum memperpanjang batas waktu
penyerahan hasil audit dana kampanye Partai Politik hingga tanggal 27 Juli 2004. Untuk itu KPU
mengirimkan surat peringatan lagi kepada Partai Politik yang belum menyerahkan laporan.
Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai Politik yang
tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan Partai Politik melaporkan audit
dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi legislatif. Meskipun tidak ada sanksi
hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang akan
menurunkan kredibilitas Partai Politik kepada publik. KPU juga akan memberikan rekomendasi
kepada pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU Pemilu dan UU
Partai Politik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partai politik adalah politik institusi politik yang berupa organisasi nonpemerintahan
yang didirikan untuk memperjuangkan hak dan kewajiban warga negara dalam rangka mencapai
kesejahteraan serta kedaulatan rakyat.Perbedaan partai politik dari lembaga sosial
kemasyarakatan lainya adalah bahwa partai politik dapat berperan dalam penentuan kebijakan
publik dimana kebijakan tersebut bisa membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi
masyarakat dan mengakibatkan resiko pertanggungjawaban publik menjadi lebih luas. Dalam
Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi: Partai Politik Sebagai
Komunikasi Politik yaitu Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta
mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat masyakat
menjadi berkurang; Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik diartikan sebagai proses
sikap dan orientasi seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan
masyarakatnya; Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik yaitu Untuk mencari dan
mengajak orang yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Rekruitmen anggota
partai merupakan upaya regenerasi kepemimpinan; Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur
Konflik yaitu Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat merupakan hal yang wajar.Jika
sampai terjadi konflik partai politik berusaha untuk mengatasinya. Keuangan partai politik
bersumber dari: Iuran anggota, Sumbangan yang sah menurut hukum dan bantuan dari anggaran
negara, Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan atau
jasa, Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam pemerintahan ) diberikan secara
operasional kepada partai politik yang mendapat kursi dilembaga perwakilan rakyat.Penyusunan
Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK no.45 tentang akuntansi untuk
organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan
berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Perubahan dalam aktiva
Neto/Ekuitas, Laporan arus kas, Cacatan atas laporan keuangan. Selain mengacu pada PSAK
No.45,Penyusunan Laporan keuangan Partai politik juga terikat pada ketentuan yang terdapat
dalam perundang-undangan RI mengenai Partai politik dan pemilu seperti UU No.31 Th.2002
tentang partai politik dan UU No.12 th 2003 tentang pemilu.

“AKUNTANSI PARTAI POLITIK”

DISUSUN
OLEH:

1. Asshyfa Ditazadela (01010581721035)


2. Ramadhan Di Afdal Dinil Haq (01010581721036)
3. M. Revido Saputra (01010581721037)
4. M. Riefandi Febrian (01010581721038)
5. Adelia Puspita Amientia (01010581721041)

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018-2019

Anda mungkin juga menyukai