History of Ilm Kalam
History of Ilm Kalam
Kelas Psikologi J1
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
FAKULTAS DAKWAH
PRODI PSIKOLOGI
SURABAYA
1
2010
PEMBAHASAN
1
Abbas Mahmoud Al-Akkad,Ketuhanan ,hlm.14
2
Ibid., hlm .15
2
Abbas Mahmoud Al- Akkad, pada bagian lain, mengetakan bahwa sejak
pemikiran pemujaan terhadap benda-benda alam berkembang, di wilayah-wilayah
tertentu pemujaan terhadap benda-benda alam berkembang secara beragam. Di Mesir,
masyarakatnya memuja Totemisme. Mereka menganggap suci terhadap burung elang,
burung nasr, ibn awa (semacam anjing hutan), buaya, dan lain-lain. Anggapan itu lalu
berkembang menjadi pemujaan terhadap matahari. Dari sini berkembang lagi menjadi
percaya adanya keabadian dan balasan bagi amal perbuatan yang baik.3
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepercayaan Tuhan, secara instingtif, telah
berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh sebab itu, sangat wajar kalau
William L.Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan, yang
dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama. Ia bahkan mengatakan
bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was originally viewed as
concerned with myth). Selanjutnya teologi itu berkembang menjadi “theology
natural” (teologi alam) dan “revealed theology”(teologi wahyu).4
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara historis, ilmu kalam
bersumber pada Al-Qur’an, hadist, pemikiran manusia, dan instink. Ilmu kalam
adalah sebuah ilmu yang mempunyai objek tersendiri, tersistematiskan, dan
mempunyai metodologi tersendiri. Dikatakan oleh Musthafa Abd Ar-Raziq bahwa
ilmu bermula di tangan pemikir Mu’taziiah, Abu Hasyim, dan kawannya Imam Al-
Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah.5 Adapun orang yang pertama membentangkan
pemikiran kalam secara lebih baik dengan logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh
ahli sunnah wa al-jamaah, melalui tulisan-tulisannya yang terkenal, yaitu Al-
Muqalat,6dan Al-Ibnah An-Ushul Ad-Diyanah.
Diluar pasukan yang membelot Ali, sebagaian besar yang tetap mendukung
Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok Syi’ah. Syi’ah muncul
ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan
Perang Siffin. Sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang
ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali disebut syi’ah dan dan kelompok lain menolak sikap Ali
disebut Khawarij.8
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu
disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan
selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat untuk menggantikan beliau Shallallahu
‘Alaihi wasallam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala
pemerintahan.
Bermula dari timbulnya persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir
dalam arti siapa yang telah ke luar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam
Islam.khawarij memandang bahwa Ali, Muawiyah, Amr Ibn al-As, kafir, karena Al-
Qur’an mengatakan:
9
Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan la hukma illa lillah. Karena ke
empat pemuka Islam diatas telah dipandang kafir dalam arti bahwa mereka mereka
telah ke luar dari Islam.
Pendapat Al-Hasan ini dibantah keras oleh muridnya Washil Ibn Atha’. Dia
mengatakan bahwa orang yang mengerjakan dosa bsar berada diantara dua martabat.
Pendapatnya diikuti oleh Ibn Ubaid.
Karna mereka ini mengasingkan diri dari majlis gurunya Al Hasan atau dari
pendapat umum, dinamakanlah mereka dengan Mu’tazilah.
Oleh karena golongan Qadariyah dan Jabariyah tidak dapat berdiri sebagai
golongan, tetapi lebur dalam kelompok-kelompok lain, maka nama Qadariyah dan
Jabariyah menjadi nama faham sahaja, tidak menjadi nama golongan. Maka
Qadariyah berpindah kepada nama Mu’tazilah. Mereka dinamakan juga Qudriyah,
lantaran mereka menetapkan bahwa hamba mempunyai qudrat yang bebas aktif.
Mereka sendiri tidak menerima nama-nama itu. Mereka menanamkan dirinya dengan
Ahlul ‘ad-li wat Tauhid.
9
Al-Maidah (5):44
5
Di akhir masa ini washil bin atha’ telahdapat menyusun dasar-dasar Ilmiyah
bagimadzab Mu’tazilah dan jalan-jalan masyarakat kepadanya. Dia melepaskan
pembantu-pembantunya (pendukung-pendukung fahamnya) ke pelosok untuk
mengembangkan fahamnya dengan segenap tenaga dan kecakapannya, hingga
samapilah da’wahnya ke Khurasan sebelah timur dan ke Marokosebelah barat, ke
Armiya sebelah utara dan ke Yaman sebelah selatan.
Menurut uraian Al-Maqrizi, Washil Ibn Atha’ telah menyusun sebuah kitab lagi yang
dinamakan Kitabut Tauhid, sebuah kitab lagi yang dinamakan Kitabul Manzilati Bainal
Manzilataini dan kitab Al-Futuya.
Dengan demikian dapatlah kita ktakan, bahwa dalam masa inilah mulai timbul usaha
menyusun ilmu (kitab) dalam Ilmu Kalam.
6
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul, Rosihon Anwar, ILMU KALAM, Pustaka Setia, Bandung, 2003