Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS INKUIRI MATERI HUKUM

NEWTON UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS SISWA IMERSI

artikel
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh
Priagung Susetiadi
4201407045

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
PENGESAHAN

Artikel yang berjudul

Bahan Ajar Fisika Berbasis Inkuiri Materi Hukum Newton Untuk Mengembangkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Imersi

disusun oleh

Priagung Susetiadi

4201407045

telah disetujui dan disahkan pada

hari :

tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Dwi Yulianti, M.Si Ellianawati, S.Pd., M.Si.


19600722 198403 2 001 19741126 200501 2 001
BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS INKUIRI MATERI HUKUM NEWTON UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA IMERSI

P. Susetiadi, D. Yulianti, Ellianawati

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
e-mail: physic_sweet@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan bahan ajar fisika bilingual berbasis
inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi. Desain
penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan uji coba menggunakan
penelitian eksperimen. Data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis
diperoleh dari tes uraian, data hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari
lembar observasi. Bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri yang dihasilkan,
termasuk dalam kriteria sangat layak dan mudah dipahami. Hasil belajar kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol. Bahan ajar yang dimodifikasi dengan aspek berpikir kritis dan
kegiatan praktikum dapat membantu siswa mempelajari materi pelajaran. Siswa lebih
antusias dan terlibat dalam menemukan konsep-konsep karena terdapat kegiatan
bereksperimen pada bahan ajar. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar fisika
bilingual berbasis inkuiri yang telah disusun layak digunakan, karena mudah dipahami
dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Berpikir Kritis, Inkuiri.

ABSTRACT

This study aims to provide bilingual teaching materials physics-based inquiry to


develop students' critical thinking skills of immersion classes. Design of research was
conducted using the approach to research and development with the trial test of
experimental research. Cognitive learning outcomes and critical thinking skills gained
obtained from the descriptions test, affective and psychomotor learning outcomes
obtained from the observation sheet. Bilingual teaching materials physics-based
inquiry produced is very reasonable and understandable. The results of cognitive
learning, affective, and psychomotor and also critical thinking skills of the experimental
class is better than the control class. Teaching materials that modified with aspects of
critical thinking and practical activities could help students to learn subject matter.
Students are more enthusiastic and engaged in discovering the concepts, not just
listening to the teacher and memorized the existing concepts. Events experiment in
teaching materials. These results showed that bilingual teaching materials physics-
based inquiry is reasonable, because it can be develop student’s critical thinking skills
of immersion classes.
Keyword: Critical Thinking, Inquiry, Teaching Materials.

PENDAHULUAN
Kelas imersi merupakan kelas yang diadakan dalam rangka persiapan dan langkah
awal menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Kelas imersi sebagai persiapan
bagi sekolah menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) diharapkan mampu bersaing dalam
persaingan global di bidang pendidikan. Agar siswa kelas imersi mampu bersaing di tingkat
internasional, maka siswa perlu dibimbing untuk menjadi siswa yang aktif, mampu berpikir kritis
dan logis. Sadia (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan
melalui metode inkuiri. Melalui metode inkuiri, siswa dapat memperoleh keterampilan dan
mampu mengembangkan sikap dalam penyelesaian masalah sehingga kemampuan berpikir
kritis siswa akan berkembang. Oleh karena itu diperlukan bahan ajar bilingual yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi melalui metode inkuiri.
Salah satu tujuan utama pembelajaran fisika adalah membantu siswa memperoleh
pengetahuan dasar secukupnya yang dapat digunakan secara fleksibel (Reif, 1995).
Pembelajaran fisika di kelas imersi tetap menggunakan kurikulum nasional yang berlaku, tetapi
sekolah dapat menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai
dengan perkembangan internasional dengan tetap memperhatikan kondisi sekolah dan nilai
budaya Indonesia.
Penyusunan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri untuk kelas imersi bertujuan
untuk mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran. Metode inkuiri yang dilakukan
pada penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), yaitu guru berfungsi
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Wenning, 2005). Penggunan metode inkuiri
pada bahan ajar diharapkan dapat menekankan pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam
konteks dunia nyata (Gangrelly, 2009). Kemampuan berpikir kritis yang ditekankan meliputi
kemampuan mengaplikasikan, mengobservasi, menganalisis, mengukur, menyimpulkan, dan
mengevaluasi. Apabila siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi maka mereka akan
mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa yang akan datang yang penuh
dengan tantangan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode
inkuiri yang terdapat dalam bahan ajar bilingual dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas imersi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan bahan ajar fisika
bilingual berbasis inkuiri, mengetahui kelayakan bahan ajar fisika bilingual, dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa imersi kelas X SMAN 1 Bojong tahun
2011/2012. Sampel penelitian ini adalah kelas X2 sebagai kelas eksperimen dan X1 sebagai
kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan”
(Research and Development). Penelitian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah
direncanakan agar mencapai tujuan. Prosedur penelitian ini tahap pertama adalah
menganalisis latar belakang pentingnya penyusunan bahan ajar bilingual, yaitu kurangnya
bahan ajar fisika bilingual dalam proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Bojong untuk
kelas imersi. Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap guru fisika SMA Negeri 1
Bojong. Tahap yang kedua adalah menganalisis kurikulum. Peneliti mempelajari dan
menganalisis pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) bidang studi Fisika
kelas X sebagai bekal untuk mendesain bahan ajar yang berorientasi pada KTSP. Tahap ketiga
adalah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan produk bahan ajar.
Penyusunan RPP mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
pada silabus. Standar kompetensi untuk materi hukum Newton yaitu menerapkan konsep dan
prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik, sedangkan kompetensi dasarnya adalah
menerapkan hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal,
dan gerak melingkar beraturan. Tahapan selanjutnya adalah membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sekaligus penyusunan produk bahan ajar fisika berbasis inkuiri. Bahan ajar
dirancang dengan pendekatan inkuiri pada materi hukum Newton, dan disajikan dalam bentuk
dua bahasa (bilingual) yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tahap keempat adalah
melakukan validasi bahan ajar dan melakukan uji kelayakan. Validasi bahan ajar dilakukan oleh
dosen pembimbing selaku ahli. Setelah bahan ajar divalidasi oleh dosen pembimbing, maka
dilakukan uji kelayakan. Uji kelayakan dilakukan oleh 6 mahasiswa fisika PGSBI dan 2 guru
fisika SMA Negeri 1 Bojong. Tahap keenam adalah melakukan uji coba bahan ajar. Uji coba
bahan ajar dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Bojong kelas X2. Setelah bahan ajar diujikan,
penelitian mencapai tahap terakhir yaitu menghasilkan produk berupa bahan ajar fisika bilingual
berbasis inkuiri yang telah diujicobakan pada kelas X2 SMA Negeri 1 Bojong.
Metode pengumpulan datanya menggunakan metode tes, non tes, dan angket. Metode
tes meliputi Cloze Test dan tes uraian, metode non tes meliputi lembar observasi afektif dan
psikomotorik, sedangkan metode angket meliputi angket kelayakan bahan ajar.
Data yang diperoleh dari Cloze Test yaitu tingkat keterbacaan bahan ajar. Data yang
diperoleh dari tes uraian yaitu hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, hasil belajar
dianalisis menggunakan uji homogenitas, uji-t satu pihak, sedangkan kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji gain dan analisis kemampuan berpikir kritis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil uji kelayakan bahan ajar fisika berbasis inkuiri disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik hasil penilaian kelayakan bahan ajar

Skor tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis inkuiri dari hasil perhitungan adalah
85,07%. Apabila hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria Bormuth, maka
bahan ajar fisika berbasis inkuiri materi hukum Newton termasuk kedalam kriteria mudah
dipahami.
Data hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik, dan peningkatan kemampuan berpikir
kritis disajikan pada Tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4.

Tabel 4.1 Nilai hasil belajar kognitif

No. Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Pre test Post test Pre test Post test
1. Nilai tertinggi 57,14 89,29 57,14 85,71
2. Nilai terendah 28,57 60,71 28,57 57,14
3. Nilai rata-rata 39,90 75.31 39,18 71,94
4. Ketuntasan klasikal (%) 0 71,42 0 65,71

Tabel 4.2 Nilai hasil belajar psikomotorik

No. Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


1 Nilai tertinggi 100 100
2 Nilai terendah 50 50
3 Nilai rata-rata 80,27 77,85
4 Ketuntasan klasikal (%) 88,57 80
Tabel 4.3 Nilai hasil belajar afektif

No. Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


1 Nilai tertinggi 100 100
2 Nilai terendah 58,33 50
3 Nilai rata-rata 89,29 85,32
4 Ketuntasan klasikal (%) 95,24 85,71

Tabel 4.4 Peningkatan kemampuan berpikir kritis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


No. Kategori
Pre test Post test Pre test Post test
1 Mengukur 47 72 45 62
2 Menghipotesis 100 117 96 117
3 Menyimpulkan 60 137 59 134
4 Menganalisis 35 79 35 69
5 Mengklasifikasi 40 130 39 133
6 Mengamati 74 127 75 118
7 Mengevaluasi 35 76 35 72
Jumlah 351 798 314 705
Persentase (%) 35,81 81,42 32,04 71,94
Peningkatan (Uji gain) 0,71 0,58

Hasil analisis skor peningkatan kemampuan berpikir kritis disajikan pada Gambar 4.2
berikut.

Gambar 4.2 Peningkatan kemampuan berpikir kritis

KELAYAKAN BAHAN AJAR


Penilaian komponen kelayakan bahan ajar menggunakan angket kelayakan bahan ajar.
Persentase yang diperoleh dari angket hasil uji kelayakan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri
termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai media untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Pencapaian kelayakan tersebut dikarenakan penyusunan bahan ajar
bilingual menggunakan prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan (Depdiknas, 2006:6).
Prinsip relevansi dan konsistensi diterapkan pada isi bahan ajar bilingual, yaitu disesuaikan
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator materi pelajaran. Bahan ajar
dikembangkan menggunakan metode inkuiri dan tujuh kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu
berupa pertanyaan-pertanyaan dan LKS untuk memandu siswa dalam mempelajari materi
pelajaran. Prinsip kecukupan diterapkan pada isi bahan ajar yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan RPP sehingga semua materi dapat diajarkan secara tuntas dan tepat waktu.
Bahan ajar sudah memperhatikan adanya tingkat perkembangan siswa, yaitu berupa
kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan menemukan konsep melalui metode inkuiri.
Kelebihan pembelajaran inkuiri yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan sendiri mengaitkan konsep yang sudah dipelajari dengan konsep
yang akan dipelajari (Rapi, 2008: 182). Bahan ajar yang telah disusun juga terdapat informasi
atau kegiatan yang mampu menunjang pembelajaran aktif dan efektif. Kegiatan tersebut yaitu
“Mari Bereksperimen”. Kegiatan ini merupakan kegiatan minilab atau praktikum yang bertujuan
untuk membantu siswa lebih memahami materi pelajaran secara efektif.
Penggunaan bahasa dalam bahan ajar menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris atau bilingual, sehingga bahan ajar tersebut dapat membantu meningkatkan
kemampuan bahasa siswa kelas imersi. Bahan ajar dilengkapi dengan gambar sebagai
penjelas sehingga membantu guru dalam menyampaikan materi dan dapat menarik perhatian
siswa. Berkaitan dengan fungsi dan kegunaan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, bahan
ajar bilingual berbasis inkuiri sudah mampu mempermudah atau membantu siswa dalam
memahami materi yang disampaikan karena dilengkapi dengan kegiatan praktikum yang
mampu meningkatkan kerja sama dan dapat memberikan pengalaman belajar yang menarik
karena kegiatan tersebut jarang dilakukan oleh siswa. Packham et al (2001) menjelaskan
bahwa bahan ajar bertujuan untuk memberikan informasi dan teori kepada siswa menggunakan
sistem berbasis kelompok dan menerapkannya pada kondisi nyata.

KETERBACAAN BAHAN AJAR


Uji keterbacaan bahan ajar digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap isi bahan ajar sesuai dengan standar aspek bahasa atau keterbacaan. Standar yang
berkaitan dengan aspek keterbacaan yang harus ada pada setiap bahan ajar meliputi bahasa
yang baik dan benar, peristilahan, kejelasan bahasa, kesesuaian bahasa, dan kemudahan
untuk dibaca.
Penilaian keterbacaan bahan ajar menggunakan Cloze Test. Berdasarkan hasil analisis
diketahui keterbacaan bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri masuk dalam kriteria mudah
dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar tidak mengandung kata-kata ambigu, kata
atau istilah asing yang jarang dikenal siswa diberikan penjelasannya pada glosarium.
Penggunaan ragam bahasa yang baik dan benar, penggunaan bahasa Inggris pada bahan ajar
ini sudah disesuaikan dengan grammar yang benar. Penambahan ilustrasi dan contoh dalam
bahan ajar serta penggunaan alat peraga juga dapat memudahkan pemahaman materi, sesuai
yang dijelaskan oleh Untari dkk (2007) bahwa penyajian topik atau konsep yang abstrak,
contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting dalam memotivasi dan membantu
pemahaman siswa terhadap materi bahan ajar. Ilustrasi yang digunakan dalam bahan ajar
bilingual berbasis inkuiri meliputi gambar, skema, daftar, simbol, dan foto.
Ada beberapa hambatan yang menyebabkan tingkat keterbacaan bahan ajar kurang
maksimal, yaitu kemampuan bahasa Inggris siswa yang masih perlu ditingkatkan lagi agar
dapat memahami isi bacaan dengan lebih cepat. Hal ini terlihat siswa lebih senang menjawab
pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris. Program pelatihan
bahasa Inggris di sekolah mungkin dapat mengurangi masalah kualitas bahasa Inggris siswa.
Kualitas hasil cetakan juga menyebabkan kurang maksimalnya tingkat keterbacaan bahan ajar.
Ada beberapa bahan ajar yang memiliki kualitas kurang memuaskan misalnya cetakan tidak
terlalu jelas, karena proses pencetakan masih menggunakan peralatan yang sederhana. Agar
diperoleh hasil yang cukup baik, proses pencetakan harus dilakukan oleh orang yang ahli
dibidangnya dan menggunakan bahan dan peralatan yang lebih modern.

HASIL BELAJAR KOGNITIF


Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Berdasarkan rekapitulasi nilai Post Test,
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami
peningkatan. Kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar kognitif lebih baik
daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal siswa kelas eksperimen
71,42% sedangkan ketuntasan klasikal kelas kontrol 65,71% dan rata-rata hasil post test kelas
eksperimen 75,31 sedangkan rata-rata hasil post test kelas kontrol 71,94.
Penggunaan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri ternyata membantu siswa mempelajari
materi hukum Newton dengan lebih mudah dan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa
secara lebih baik daripada penggunaan bahan ajar biasa. Hal ini terjadi karena dalam bahan
ajar bilingual berbasis inkuiri siswa diajarkan untuk aktif dalam proses pembelajaran dan siswa
diberikan kesempatan lebih banyak untuk menemukan konsep-konsep melalui kegiatan
praktikum, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau menghafalkan konsep-konsep
fisika yang ada. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan potensi intelektual siswa
yang datang dari dalam diri siswa (intrinsik) dan memperpanjang proses ingatan karena siswa
diberikan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi sehingga akan terjadi
proses belajar yang sejati (Rapi, 2008: 173).
Bahan ajar bilingual berbasis inkuiri menyediakan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan materi hukum Newton. Hal ini dapat membuat pengetahuan
tentang materi hukum Newton mudah dipahami dan diingat. Untuk permasalahan yang
sederhana siswa dapat mengamati dan memperagakannya secara langsung di dalam kelas,
tetapi apabila tidak memungkinkan pengamatan dilakukan di luar kelas. Misalnya mengamati
gaya gesek dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu dengan mendorong meja di atas lantai yang
licin atau kasar. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di luar kelas misalnya mengamati
pengaruh pemberian gaya terhadap arah benda, siswa dapat mengamati melalui permainan
sepak bola.

HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR


Pengamatan ranah psikomotorik digunakan untuk mengukur keterlibatan siswa selama
proses pembelajaran. Pengamatannya meliputi 4 aspek, yaitu keaktifan bertanya, merancang
alat dan bahan percobaan, mencatat hasil percobaan, dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Penilaian ranah psikomotorik diperoleh dari lembar observasi siswa selama
proses pembelajaran.
Siswa dianggap tuntas pada aspek psikomotorik apabila terlibat aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran dengan mencapai minimal 75%, sedangkan
ketuntasan klasikal diperoleh dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 75. Berdasarkan analisis hasil belajar psikomotorik ketuntasan klasikal kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 75%, tetapi kelas eksperimen memperoleh hasil belajar
psikomotor lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan penggunaan bahan ajar
bilingual berbasis inkuiri lebih baik dalam hal peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa.
Kegiatan bereksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai, salah satunya adalah prinsip keterlibatan. Sesuai dengan
pendapat Fall (2009) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran cukup efektif apabila
dilakukan secara bersama-sama dan menekankan kepada siswa untuk berpartisipasi
menemukan pengetahuannya. Dari penelitian ini dapat ditegaskan bahwa pelajaran IPA
khususnya fisika tidak dapat dilakukan dengan ceramah satu arah saja melainkan harus
melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajarinya.
Kegiatan “Mari Bereksperimen” pada bahan ajar bilingual berbasis inkuiri membantu
siswa dalam menyiapkan, merancang, dan melaksanakan percobaan. Gangrelly (2009: 79)
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa lebih ditekankan pada proses
daripada hasil akhir. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat melakukan proses percobaan
sesuai prosedur, menanyakan permasalah yang belum jelas, dan mendiskusikannya sehingga
diperoleh suatu kesimpulan yang tepat.
HASIL BELAJAR AFEKTIF
Pengamatan ranah afektif digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkaitan
dengan perasaan, sikap atau perilaku, dan minat siswa. Penilaiannya meliputi 4 aspek, yaitu
kehadiran di kelas, tanggung jawab, perhatian mengikuti pelajaran, dan bekerja sama.
Siswa dianggap tuntas pada ranah afektif apabila sudah mencapai tujuan hasil belajar
afektif, seperti memiliki perhatian terhadap adanya sesuatu, merespon, konseptualisasi nilai
atau tanggung jawab, dan pembentukan pola hidup. Berdasarkan analisis hasil belajar afektif
ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih tinggi daripada ketuntasan klasikal kelas kontrol. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih baik daripada hasil belajar
afektif kelas kontrol.
Penggunaan bahasa Inggris dalam bahan ajar membuat siswa lebih antusias dalam
belajar, karena model bahan ajar bilingual merupakan pengalaman yang baru bagi siswa.
Tiarani dkk (2007) menjelaskan bahwa bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi
siswa untuk membaca dan mengerjakan tugas-tugasnya serta menimbulkan rasa ingin tahu
siswa untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Hal ini berakibat
dengan meningkatnya minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika yang akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa.
Kegiatan bereksperimen pada bahan ajar bilingual berbasis inkuiri dapat membantu
siswa meningkatkan kesadaran bekerja sama dengan orang lain, karena siswa dilatih
menyelesaikan masalah secara berkelompok. Hasil belajar afektif berkaitan dengan mengenali
tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia. Perhatian siswa
dalam proses pembelajaran tidak terpecah, karena bahan ajar bilingual berbasis inkuiri
menuntut tanggung jawab siswa untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam
bahan ajar sehingga menjadikan siswa fokus dalam pelajaran dan dapat merespon pelajaran
dengan baik.
Kebiasaan selalu masuk tepat pada waktunya, berdoa sebelum dan sesudah belajar, ijin
bertanya sebelum bertanya dan berpendapat secara tidak langsung dapat membimbing dan
mengajarkan siswa tentang kedisiplinan. Perilaku toleransi, menghargai pendapat orang lain,
menerima kritikan orang lain, dan sikap positif lainnya akan dapat mengantarkan siswa dalam
proses pembentukan pola hidup yang baik.

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


Kemampuan berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian
pengetahuan yang relevan tentang dunia nyata. Berpikir kritis meliputi beberapa aspek, yaitu
kemampuan membuat hipotesis, menganalisis, mengukur, mengamati, menyimpulkan, dan
mengevaluasi. Bahan ajar bilingual berbasis inkuiri dirancang dan dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan aspek berpikir kritis. Siswa terbiasa menyelesaikan suatu permasalahan
secara ilmiah, diawali dengan membuat dugaan sementara sampai dengan menyimpulkan.
Berdasarkan hasil analisis, kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada uji gain kelas eksperimen sebesar
0,71 dan termasuk dalam kriteria tinggi, sedangkan uji gain kelas kontrol sebesar 0,58 dan
termasuk dalam kriteria sedang.
Hasil di atas menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar bilingual berbasis inkuiri
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bahan ajar dikembangkan dirancang
sesuai tujuan pembelajaran fisika yang dimodifikasi dengan aspek-aspek berpikir kritis dan
kegiatan laboratorium atau praktikum. Sesuai dengan pendapat Sadia (2008: 223) yang
menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui bahan ajar/paper
yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ujian atau post test juga
dirancang dengan menyajikan soal-soal tentang hukum Newton yang dimodifikasi sehingga
dapat mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar fisika
bilingual yang disusun menggunakan metode inkuiri layak digunakan, karena mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas imersi.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu sebaiknya responden uji kelayakan
bahan ajar fisika bilingual berbasis inkuiri ditambah dengan pakar bahasa agar kualitas bahan
ajar semakin baik dan kemampuan bahasa Inggris seluruh komponen akademik perlu
ditingkatkan agar proses pembelajaran menggunakan pengantar bahasa Inggris dapat
dilaksanakan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.
Fall. 2009. Improving Critical thinking skills in History. On line Journal for Teacher 2(11): 4-5.
Gangrelly, L M. 2009. Closing the Gap: Inquiry in research and the Secondary Science
Classroom. Journal Science Education Technology 18:74-48.
Packham, Cramphorn, Miller. 2001. Module Development Through Peer-assisted Student
Support: an initial evaluation 2(2).
Rapi, N K. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran
Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
UNDIKSHA 41(1).
Reif, F. 1995. Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. Journal of
Science Education and Technology 2(4).
Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran yang Efektif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 41(2): 219-237.
Tiarani, V A. 2011. Teknik Pengembangan Bahan Ajar Dwi Bahasa untuk Kelas Internasional.
Jogjakarta: UNY.
Untari, Hakim, Astawa, Rochmadi. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Lembar Kegiatan
Siswa Matapelajaran PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA di
Jawa Timur. Jurnal Penelitian Kependidikan 18(2).
Wenning, Carl J. 2005. Levels of Inkuiri: Hierarchies of pedagogical practices and inkuiri
processes. Journal of physics teacher education online 3(2): 7-8.

Anda mungkin juga menyukai