Anda di halaman 1dari 4

Gagal jantung (heart failure / HF) adalah penyakit kompleks yang ditandai dengan

berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa dan / atau mengisi darah. Dari sudut
pandang fisiologis, gagal jantung dapat didefinisikan sebagai curah jantung yang tidak adekuat
untuk memenuhi tuntutan metabolisme atau curah jantung yang adekuat akibat kompensasi
aktivasi neurohormonal (umumnya bermanifestasi sebagai peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri). HF baru-baru ini telah diklasifikasikan menjadi tiga subtipe, yaitu HF dengan
fraksi ejeksi berkurang (HF with reduced ejection fraction, HFrEF), HF dengan fraksi ejeksi
yang dipertahankan (HF with preserved ejection fraction, HFpEF) dan HF dengan fraksi ejeksi
mid-range (HF mid-range ejection fraction, HFmrEF) (Savarese & Lund, 2017).

HF telah didefinisikan sebagai pandemi global, karena terjadi pada sekitar 26 juta orang
di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, sebanyak 9 juta orang memiliki HF; dengan prevalensi 6,7%
di Malaysia dan 4,5% di Singapura (Lam, 2015). Sebuah studi yang membandingkan prevalensi
kejadian HF di beberapa negara Asia menyebutkan bahwa prevalensi HF di Indonesia adalah
5%, dengan 66% di antaranya adalah pria. Rerata usia pasien HF di Indonesia adalah 57.8 tahun
saat didiagnosis (Reyes et al, 2016).

CHF memiliki tingkat readmission yang tinggi di Amerika Serikat, dengan tingkat
readmission 30 hari sebesar > 10% dan tingkat readmission 6 bulan sebesar 50%. Studi kohort
oleh Chamberlain et al menunjukkan tingkat rerata readmission 30 hari sebesar 9.42%, dengan
kecenderungan lebih tinggi pada pasien dengan gagal ginjal (Chamberlain et al, 2018). Di
Indonesia, tingkat readmission 6 bulan ditemukan sebesar 29% (Siswanto et al, 2005).

Berdasarkan Framingham Heart Study, tingkat mortalitas setelah diagnosis gagal jantung
di AS adalah sekitar 10% pada 30 hari, 20-30% pada 1 tahun dan 45-60% selama 5 tahun masa
follow up. Penelitian pada pasien gagal jantung di Eropa menunjukkan angka yang lebih rendah,
dengan tingkat mortalitas 11% dan 41% selama masa follow up 1 tahun dan 5 tahun (Bytyçi &
Bajraktari, 2014). Sementara itu, tingkat mortalitas di Indonesia adalah sebesar 12% selama
masa follow up 6 bulan (Siswanto et al, 2005).

DAFPUS EPID
Bytyçi I, Bajraktari G. Mortality in heart failure patients. Anatol J Cardiol. 2014;15(1):63-8.
Chamberlain RS, Sond J, Mahendraraj K, Lau CS, Siracuse BL. Determining 30-day
readmission risk for heart failure patients: the Readmission After Heart Failure scale. Int
J Gen Med. 2018;11:127-141
Lam CSP. Heart failure in Southeast Asia: facts and numbers. ESC Heart Failure. 2015;2:46–49.
Reyes EB, Ha JW, Firdaus I, et al. Heart failure across Asia: same healthcare burden but
differences in organization of care. Int J Cardiol. 2016;223:163–167.
Savarese G, Lund LH. Global Public Health Burden of Heart Failure. Card Fail Rev.
2017;3(1):7-11.
Siswanto BB, Sunanto, Munawar M, Kusmana D, Hanafiah A, Waspadji S, et al. Predictor of
mortality and rehospitalization of acute decompensated heart failure atsix months follow
up. Crit Care & Shock. 2006;9:61-7
Ketika seseorang berolahraga, otot-otot menggunakan ATP lebih cepat daripada oksigen yang
dapat dikirimkan kepada mereka. Penggunaan energi pada saat berolahraga secara intens
meningkat hingga 15-25 kali dibandingkan saat beristirahat. Dalam kondisi aerobik, piruvat akan
memasuki siklus Krebs, juga disebut siklus asam sitrat atau siklus asam trikarboksilik. Olahraga
yang memicu siklus aerobik adalah olahraga intensitas rendah dalam durasi yang cukup lama.
Sebaliknya, olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi pendek akan memicu penggunaan
energi secara anaerobik. Selama olahraga berat, ketika oksigen yang cukup untuk siklus Krebs
tidak tersedia, peningkatan ketergantungan pada glikolisis menghasilkan peningkatan akumulasi
asam laktat, yang pada awalnya mengakibatkan peningkatan PaCO2. Namun, hal akan ini
dinetralkan oleh peningkatan ventilasi dan sebagai hasilnya PaCO2 akan turun (Burton, 2004;
ACSM).

Studi menunjukkan adanya peningkatan kapasitas aerobik setelah 16 minggu latihan


aerobik. Penyerapan oksigen maksimal seseorang (VO2 max) mengacu pada jumlah maksimal
oksigen yang dapat dikonsumsi individu sekitar lebih dari satu menit selama aktivitas fisik yang
intens. VO2max adalah standar emas untuk menilai tingkat kebugaran aerobik seseorang.
Peningkatan kapasitas aerobik mungkin disebabkan oleh peningkatan tonus vagal yang
memperlambat jantung sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk pengisian ventrikel. Jadi
menurut hukum jantung Frank Sterling, karena volume ventrikel yang membesar, miokardium
akan mengeluarkan volume darah yang lebih besar di setiap fase sistol, sehingga meningkatkan
stroke volume dan cardiac output (Karadkhedkar & Somwanshi, 2015).

DAFPUS

American College of Sports Medicine. ACSM's Resource Manual for Guidelines for Exercise
Testing and Prescription, Seventh Edition. LWW; 2013.
Burton DA, Stokes K, Hall GM. Physiological effects of exercise. Continuing Education in
Anaesthesia, Critical Care & Pain. 2004(4):187.
Karadkhedkar S, Somwanshi ND. Effect of aerobic training on VO2 max and other physiological
parameters in working women. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology, April –
June 2015;2(2):105-107

Anda mungkin juga menyukai