Anda di halaman 1dari 7

Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence

Vol. 3, No. 1, April 2017

Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Anak


Bawah Lima Tahun Menggunakan
Metode Forward Chaining
Bagus Fery Yanto1), Indah Werdiningsih2), Endah Purwanti3)
1)2)3)
Program Studi S1 Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo, Surabaya
1)
bagus.fery.yanto@gmail.com
2)
indah_werdiningsih@yahoo.co.id
3)
endahpurwanti@fst.unair.ac.id

Abstrak— Anak-anak pada usia 2 bulan sampai 5 tahun (Balita) lebih rentan terkena penyakit. Lingkungan
sangat mempengaruhi kesehatan Balita. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah aplikasi sistem pakar
diagnosa penyakit pada Balita berbasis mobile. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah
pengumpulan data dan informasi dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan wawancara dengan
Bidan. Dari pengumpulan data dan informasi tersebut ditemukan fakta penyakit, keluhan, gejala dan saran
penanganan. Tahap kedua adalah pembuatan rule dengan 18 penyakit. Tahap ketiga adalah implementasi
aplikasi sistem pakar berbasis mobile dengan fitur diagnosa penyakit, riwayat diagnosa dan kumpulan
penyakit. Aplikasi sistem pakar yang dibuat dapat mendiagnosa penyakit dan memberikan saran
penanganan. Hasil evaluasi dari 50 data uji coba menghasilkan tingkat akurasi sebesar 82%, dimana 41 hasil
diagnosa yang benar dan 9 diagnosa yang salah.

Kata Kunci— Sistem Pakar, Forward Chaining, Diagnosa Penyakit, Manajemen Terpadu Balita Sakit,
Knowladge Base
Abstract— Children at the age of 2 months to 5 years (toddlers) are more susceptible to disease contagious.
Environmental condition significantly influences the children health. This research aimed to create a mobile-
based expert system application to diagnose disease in toddlers. This research consist of three stages. The first
stage were data and information collection from Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) and interview
with medical staffs. From the first stage, we can discover the disease facts, signs, symptoms and treatment
advices. The second stage was the construction of rules for 18 diseases. The third stage was the implementation
of mobile-based expert system application with features of disease diagnosis, diagnosis history and collection of
disease diagnosis. Expert system application made able to diagnose the disease and provide treatment advice.
The results of evaluation using 50 testing data provides the level of accuracy of 82%, where 41 diagnosis result
were true and 9 diagnosis were false.

Keywords— Expert System, Forward Chaining, Disease Diagnosis, Manajemen Terpadu Balita Sakit,
Knowledge Base
Article history:
Received 16 February 2017; Received in revised form 30 March 2017 & 11 April 2017; Accepted 19 April 2017;
Available online 28 April 2017

I. PENDAHULUAN mendiagnosa gejala penyakit pada Balita seperti


Anak-anak, terutama Balita pada usia 2 bulan halnya seorang ahli atau pakar.
sampai 5 tahun lebih rentan terhadap penyakit. Bidan merupakan tenaga medis yang disiapkan
Pada usia tersebut, Balita mudah terkena penyakit dalam penanganan kesehatan ibu dan anak.
yang dari lingkungan tidak sehat. Berdasarkan riset Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki bidan
yang dilakukan pemerintah Indonesia penyakit dalam menangani Balita sakit dapat digunakan
atau masalah kesehatan yang menyerang Balita sebagai pendukung dalam pembuatan aplikasi
masih berkisar pada yaitu gangguan perinatal, sebagai seorang pakar.
penyakit-penyakit infeksi, dan masalah kekurangan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
gizi (Badan Penelitian dan Pengembangan adalah suatu pendekatan yang terpadu dalam
Kesehatan, 2007) Kebanyakan penyakit tersebut tatalaksana Balita sakit (Wijaya, 2009) MTBS
seharusnya bisa dicegah dan ditangani dengan merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan
mudah apabila tenaga medis bisa mendiagnosa kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka
penyakit dengan cepat dan tepat. Dengan kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan Balita
penanganan yang cepat dan tepat akan membantu di negara – negara berkembang.
dalam menurunkan angka kematian Balita di Kecerdasan Buatan sudah sering digunakan
Indonesia. Oleh karena itu, maka dibutuhkan suatu dalam aplikasi medis sebagai solusi pelengkap
sistem yang memiliki kemampuan untuk dapat untuk menemukan solusi dalam permasalahan

e-ISSN 2443-2555 ©2017 The Authors. Published by Universitas Airlangga.


This is an open access article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
doi: http://dx.doi.org/10.20473/jisebi.3.1.61-67
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

medis (Obot, 2010). Munculnya teknologi Wawancara: Wawancara dilakukan dengan


kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan Bidan untuk mengetahui cara dalam menuntukan
memacu pengembangan aplikasi sistem pakar gejala yang diderita Balita.
untuk layanan kesehatan, salah satunya adalah
B. Pengolahan Data dan Informasi
proses diagnosa penyakit. Dengan menggabungkan
pendekatan MTBS, pengetahuan Bidan dan Pengolahan data dilakukan melalui beberapa
kecerdasan buatan akan dibuat sistem pakar untuk tahapan yaitu studi pustaka, wawancara, analisis
mendiagnosa penyakit pada Balita. data dalam basis pengetahuna.
Sistem pakar merupakan bidang studi pada Studi pustaka: Hasil dari studi pustaka
Kecerdasan Buatan yang sudah ada dalam pendekatan MTBS dikumpulkan data mengenai
beberapa dekade (William P. Wagner, 2017). penyakit, keluhan, gejala dan saran penanganan.
Sistem pakar dapat digunakan untuk mendiagosa Wawancara:Hasil wawancara digunakan
penyakit balita, misalnya sistem pakar untuk sebagai acuan dalam proses mendiagnosa dan
mendeteksi penyakit paru-paru kronis yang tambahan keterangan dalam basis pengetahuan.
diderita oleh bayi secara dini (Marcin Ochab, Analisis data dalam basis pengetahuan:Data
2016). yang sudah didapat dimasukkan dalam basis
Metode forward chaining merupakan salah satu pengetahuan kemudian dipilah mana yang
dari metode dalam sistem pakar (Cut Fiarnia, dijadikan sebagai inputan sistem dan output
2015). Pada penelitian sebelumnya sistem pakar sistem.
yang menggunakan metode forward chaining C. Pengolahan data dan informasi
memberikan hasil diagnosa sesuai dengan fakta –
fakta yang diinputkan user. Sistem pakar dengan Dari data yang sudah didapatkan dari analisa
metode forward chaining dalam bidang diagnosa data kemudian dikunsultasikan dengan Bidan.
kesehatan telah digunakan dalam beberapa Setelah itu data yang sudah diperoleh dijadikan
penelitian diantaranya Pembuatan Aplikasi aturan menggunakan metode forward chaining.
Diagnosa Penyakit Jantung Berdasarkan Faktor Dari aturan-aturan yang sudah dibuat dimasukkan
Resiko dan Gejala dengan Metode Forward ke dalam basis pengetahuan (knowledge base).
Chaining dan Certainly Factor (Dewi, 2009). D. Perancangan Sistem
Implementasi Metode Forward Chaining untuk Pada penelitian ini alur aplikasi sistem pakar
Pendeteksian Dini Penyakit Diabetes Melitus yang akan dibuat dapat dilihat pada Gambar 1
(Harahap, Suyanto, & Ariyanto, 2009), dan
Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Menular
pada Balita dengan Metode Forward Chaining
(Yohan Kurnia Putra Tjumoko, 2012).
Pada penelitian ini akan dibangun sistem pakar
berbasis rule based sistem menggunakan metode
forward chaining. Penggunaan metode forward
chaining di penelitian ini karena program aplikasi
sistem pakar yang dibangun membutuhkan suatu
masukan data dari user dan pendekatan yang
terdapat dalam MTBS berupa inferensi, dimana
basis pengetahuan yang terdapat dalam MTBS
diekstrak kedalam sistem pakar. Dengan dibuat
dan dirancang sistem pakar ini diharapkan dapat
mendiagnosa penyakit pada Balita dengan cepat
dan tepat. Gambar 1. Gambaran Umum sistem

II. METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan dalam penelitian Berikut penjelasan gambaran umum sistem :
terdiri dari pengumpulan data dan informasi, 1. Input, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
pengolahan data dan informasi, perancangan, muncul dalam aplikasi sistem pakar.
implementasi, ujicoba dan evaluasi. 2. Knowledge base (domain pengetahuan),
pengetahuan mengenai klasifikasi penyakit
A. Pengumpulan Data dan Informasi berdasarkan buku bagan MTBS yang dijadikan
Pengumpulan data dan informasi dilakukan sebagai rule-based.
dengan cara studi pustaka dan wawancara. 3. Working memory, fakta-fakta yang diinputkan
Studi pustaka: Studi pustaka dilakukan dengan oleh pengguna kedalam aplikasi sistem pakar.
cara memahami dan mempelajari lebih dalam 4. Inference Engine, proses pencocokan fakta-
pendekatan MTBS dan penyelesaian masalah. fakta yang ada pada working memory dengan

62
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

domain pengetahuan, untuk menrik kesimpulan domain pengetahuan pakar. Tabel 4 menunjukkan
dari masalah yang dihadapi. contoh beberapa aturan yang dibuat berdasarkan
5. Klasifikasi penyakit, hasil kesimpulan dari penyakit.
proses diagnosa sistem pakar TABEL 1.TABEL GEJALA
6. Tindakan/pengobatan, tata cara penanganan
yang bisa dilakukan oleh pengguna. Kode Gejala
Diagram yang digunakan dalam perancangan G1 Anak tidak bisa minum atau menyusu
Anak memuntahkan makanan yang
aplikasi yang dibuat adalah use case diagram dan G2 dimakan
acyivity diagram G3 Anak menderita kejang
E. Implementasi sistem G4 Anak tampak letargis atau tidak sadar
G5 Napas Normal
Implementasi pada sistem dilakukan untuk
G6 Napas cepat
membangun aplikasi diagnosa penyakit pada anak
G7 Tarikan dinding dada ke dalam
Balita. Aplikasi yang dibangun berbasis mobile
G8 Stridor
yang menggunakan sistem operasi Android dengan
G9 Berak cair atau lembek
Java sebagai bahasa pemrogramannya.Tools yang
G10 Mata cekung
digunakan dalam implementasi sistem adalah G11 Cubitan kulit perut kembali lambat
Android Studio 1.0. G12 Gelisah, rewel/mudah marah
F. Pengujian sistem G13 Haus, minum dengan lahap
G14 Cubitan kulit perut sangat lambat
Pengujian dilakukan dengan menggunakan satu
G15 Anak tampak letargis atau tidak sadar
data uji coba. Hasil uji coba data sampling
G16 Tidak bisa minum atau malas minum
digunakan untuk melihat respon sistem ketika
G17 Diare 14 hari atau lebih
menerima inputan.
G18 Ada darah dalam tinja
G. Evaluasi sistem G19 Suhu badan melebihi 37.5º C
Kaku kuduk (anak tidak bisa menunduk
Berdasarkan pengujian sistem, evaluasi sistem G20 hingga dagu mencapai dada)
dilakukan dengan mencocokkan 50 hasil diagnosa G21 Ruam kemerahan di kulit
bidan dengan hasil diagnosa sistem. Evaluasi ini G22 batuk pilek atau mata merah
dilakukan untuk mengukur akurasi aplikasi yang G23 Luka di mulut yang dalam atau luas
dibangun dalam mendiagnosa penyakit. G24 Kekeruhan pada kornea mata
G25 Luka di mulut
G26 Mata bernanah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
G27 Demam 2 - 7 hari
A. Pengumpulan Data dan Informasi Demam mendadak tinggi dan terus
G28 menerus
Pengumpulan data dan informasi dilakukan G29 Nyeri di ulu hati
beberapa tahap yaitu studi wawancara, dan studi G30 bintik bintik merah
pustaka. Berikut adalah hasil dari tahapan G31 Muntah bercampur darah / seperti kopi
pengumpulan data dan informasi. G32 Tinja berwarna hitam
1) Hasil Wawancara : berdasarkan hasil G33 Perdarahan dihidung dan gusi
wawancara diketahui cara mengetahui gejala yang G34 Syok dan gelisah
dialami Balita. Untuk menentukan keluhan dan G35 Infeksi
gejala yang dialami oleh Balita dapat dilakukan G36 Pilek
dengan cara tanya jawab dengan orang tua tentang
TABEL 2.TABEL PENYAKIT
keluhan, pemeriksaan fisik secara langsung dan
pemeriksaaan penunjang Klasifikasi Klasifikasi
Kode Penyakit Kode Penyakit
2) Studi Pustaka : Studi pustaka untuk
Tanda Bahaya
peneyelesaian masalah diambil dari buku, jurnal P1 Umum P10 Disentri
dan skripsi mengenai metode forward chaining. P2 Batuk P11 Demam
Hasil studi pustaka yang dilakukan diperoleh Demam dengan
langkah-langkah metode forward cahining. Dari Tanda Bahaya
P3 Pneumonia P12 Umum
pendekatan MTBS didapatkan data dan iformasi Pneumonia
mengenai fakta gejala, penyakit dan keluhan yang P4 Berat P13 Campak
dialami oleh Balita yang ditampilkan pada Tabel 1, Campak dengan
Tabel 2 dan Tabel 3 P5 Diare P14 komplikasi berat
Diare Dehidrasi Campak dengan
B. Pembuatan Rule Based P6 Ringan P15 komplikasi
Diare Dehidrasi Demam
Dari fakta yang sudah didapat kemudian P7 Berat P16 Mungkin DBD
dirubah menjadi aturan (rule) berdasarkan 18 P8 Diare Persisten P17 DBD
penyakit. Berdasarkan penyakit tersebut dihasilkan Diare Persisten Demam bukan
108 aturan, Aturan yang dibuat berdasarkan dari P9 Berat P18 DBD

63
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

TABEL 3.TABEL KELUHAN diagram yang ditampilkan pada Gambar 2.


Adapun proses yang disusun berdasarkan fitur
Kode Keluhan
K1 Batuk
yang dibuat sebagai berikut:
K2 Diare
1) Melakukan diagnosa :proses ini
K3 Demam
menggambarkan proses diagnosa sistem pakar.
Dalam proses ini pengguna terlebih dahulu
C. Penerapan Metode Forward Chaining menginputkan nama, umur dan alamat Balita yang
Dalam sistem pakar yang dibangun akan didiagnosa. Setelah itu aplikasi akan
penelusuran menggunakan adalah forward memunculkan pertanyaan-pertanyaan gejala yang
chaining, apabila bagian premis (jika) terpenuhi harus dijawab oleh user. Dari jawaban yang
maka bagian konklusi (maka) juga akan bernilai diinputkan oleh user, aplikasi akan menampilkan
benar. Berikut langkah – langkah penelusuran hasil diagnosa beserta tindakan yang akan
dengan forward chaining: diberikan dan dapat menyimpan hasil diagnosa.
Langkah 1: mengajukan pertanyaan kepada user
Langkah 2 : menampung inputan dari user sebagai 2) Melihat kumpulan penyakit: proses ini
fakta yang diketahui pada short term dapat digunakan oleh user untuk menambah
memory yang disimpan pada tiap wawasan mengenai penyakit-penyakit yang dapat
variabel pertanyaan yang diajukan dialami oleh Balita. Pada proses ini akan
Langkah 3: memeriksa rule berdasarkan fakta pada ditampilkan beberapa penyakit yang dapat dialami
short term memory menggunakan oleh Balita. Apabila pengguna memilih salah satu
metode forward chaining. penyakit akan muncul detail penyakit, gejala dan
Langkah 4 : jika rule ditemukan maka konklusi rule penanganannya.
ditampung pada short term memory,
apabila ada fakta baru maka langkah 3) Melihat riwayat pasien: pada proses ini
satu sampai dengan langkah empat digunakan untuk melihat data-data hasil diagnosa
diulang. Jika rule tidak ditemukan Balita yang sudah diproses. Fitur ini semua data
maka berikan default output. pasien yang sudah diproses oleh aplikasi akan
Langkah 5 : memberikan solusi. ditampilkan. User dapat melihat detail diagnosa
yang dilakukan oleh aplikasi. Selain itu untuk
memudahkan user untuk melakukan pencarian
TABEL 4. ATURAN UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT
berdasarkan nama.
Rule IF THEN
1 G1 OR G2 OR G3 OR G4 P1
System
2 K1 AND G5 P2
3 K1 AND G6 P3
P4 Melakukan diagnosa
4 K1 AND P1 OR G7 OR G8
5 K2 AND G9 P5
P5 AND G10 AND G11 OR G12
6 P6 Melihat kumpulan
OR G13
penyakit
P5 AND G10 AND G14 OR G15 user
7 P7
OR G16
8 P5 AND G17 P8
9 P8 AND P6 OR P7 P9 Melihat riwayat
pasien
10 P5 AND G18 P10
11 K3 AND G19 P11
12 P1 AND P11 OR G20 P12
13 P11 AND G21 AND G22 OR G25 P13
14 P13 AND P1 AND G23 OR G24 P14 Gambar 2. Use Case Sistem yang Dibangun
P15
15 P13 AND G25 OR G26
P11 AND G27 AND G28 AND E. Implementasi Sistem
16 P16
G29 OR G30
Implementasi penelitian ini dibangun
P11 AND G27 AND G28 AND menggunakan bahasa pemrograman Java berbasis
17 P17
G31 OR G32 OR G33 OR G34
Android dan database SQLite. Database SQLite
18 P11 AND G35 OR G36 P18 digunakan untuk menyimpan hasil output aplikasi.
Berikut implementasi yang dilakukan:
1) Diagnosa Penyakit Balita :fitur ini digunakan
D. Perancangan Sistem untuk mendiagnosa penyakit pada Balita. Sebelum
Untuk mempresentasikan tiap fitur yang melakukan proses diagnosa dilakukan pengguna
terdapat dalam aplikasi digunakan use case harus memasukkan data identitas Balita pada

64
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

antarmuka home. Antarmuka home terdapat dua


fitur yaitu, fitur pertanyaan dan fitur hasil
diagnosa. Setelah memasukkan data identitas
maka akan memulai mendiagnosa dengan mengisi
pertanyaan pada antarmuka pertanyaan. Kemudian
akan menghasilkan hasil diagnosa pada antarmuka
hasil diagnosa. Halaman antarmuka pertanyaan
dan hasil diagnosa dapat dilihat pada Gambar 3
dan Gambar 4.

Gambar 5. Halaman antarmuka Riwayat Pasien

Gambar 3. Halaman antarmuka pertanyaan

Gambar 6. Halaman antarmuka Hasil Pencarian

3) Penyakit : Fitur ini pengguna dapat


mempelajari penyakit pada balita. Fitur ini dapat
dibuka dengan menekan icon berlambang
penyakit. Ketika dibuka akan ditampilkan
Gambar 4. Halaman antarmuka Hasil Diagnosa beberapa penyakit, yaitu : Pneomania, Diare,
Demam, Campak, dan Demam Berdarah Dengue.
2) Riwayat Diagnosa : Fitur riwayat
Dengan mengklik nama penyakit, akan muncul
diagnosa digunakan untuk melihat riwayat
diagnosa pasien dan pencarian berdasarkan nama detail penyakit, gejala dan tindakan. Halaman
Balita. Untuk membuka fitur ini pengguna detail penyakit dapat dilihat pada Gambar 7
menekan icon “Riwayat”. Antarmuka riwayat
pasien dan pencarian dapat dilihat pada Gambar 5
dan 6.

65
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

F. Uji Coba Sistem


Uji coba digunakan untuk menguji seberapa
baik kinerja dari aplikasi yang dibuat. Hasil
ujicoba sistem untuk 50 data dapat dilihat pada
Tabel 5.
G. Evaluasi Sistem
Evaluasi sistem dilakukan dengan mengujikan
50 data uji coba untuk mengevaluasi akurasi
sistem. Berdasarkan Tabel 5, maka dari 50 data
yang diujikan, 41 data menunjukkan hasil yang
sama dengan hasil diagnosa pakar sehingga hasil
presentase akurasi sistem pakar sebesar 82 %.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan
bahwa pembuatan aplikasi sistem pakar diagnosa
penyakit pada Balita menggunakan metode
forward chaining dapat dilakukan dengan tiga
tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data
dan informasi dari MTBS dan wawancara. Tahap
Gambar 7. Halaman detail penyakit kedua adalah pembuatan rule berdasarkan 18
penyakit menggunakan metode forward chaining.
TABEL 5.TABEL PENGUJIAN DATA
Tahap ketiga adalah implementasi aplikasi sistem
Data
Gejala yang Diagnosa Output
Keterangan
pakar berbasis android dengan fitur diagnosa
Dialami Bidan Sistem
penyakit, riwayat diagnosa dan kumpulan
Suhu badan 38,5
C,anak batuk
penyakit. Hasil evaluasi menunnjukkan tingkat
Data 1
selama 42hari,
Pneumonia Demam
Tidak akurasi sistem yang telah dibuat sebesar 82%
nafas dalam satu Sesuai dengan menggunakan 50 data uji coba.
menit 43 kali,
Agak pucat,
Suhu badan 37,5 DAFTAR PUSTAKA
C, keluhan
batuk, nafas
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, D. K.
cepat, nafas (2007). Laporan Nasional Riset Kesehatan
Data 2 Pneumonia Pneumonia Sesuai
dalam satu menit Dasar (Riskesdas). Indonesia.
43 kali, batuk Cut Fiarnia, A. S. (2015). Automated Scheduling System
selama 3 hari,
agak pucat for Thesis and Project Presentation Using
Suhu badan 38,5 Forward Chaining Method With Dynamic
C, keluhan Allocation Resources. Procedia Computer
batuk, nafas
normal, nafas Tidak
Science, 209-216.
Data 3 Demam Batuk Dewi, A. (2009). Pembuatan Aplikasi Diagnosa
dalam satu menit Sesuai
35 kali, batuk Penyakit Jantung Berdasarkan Faktor Resiko
selama 4 hari, dan Gejala dengan Metode Forward
agak pucat
Suhu badan 37,5
Chaining dan Certainly Factor.
C, keluhan Harahap, E., Suyanto, & Ariyanto, E. (2009).
batuk, nafas 38 Implementasi Metode Forward Chaining
Data 4 kali dalam satu Batuk Batuk Sesuai Untuk Pendektesian Dini Penyakit Diabetis
menit, batuk
selama 3 hari, Mellitus. Bandung: Telkom University.
agak pucat Marcin Ochab, W. W. (2016). Expert System
Suhu badan 38 Supporting an Early Prediction of The
C,anak batuk
selama 1 hari, Tidak
Brochopulmonary Dysplasia. Computers in
Data 5 Pneumonia Demam Biology and Medicine, 236-244.
nafas dalam satu Sesuai
menit 45 kali, Obot, O. U. (2010). Experimental Comparison of Fuzzy
Agak pucat, Logic and Analytic Hierarchy Process for
. . . . . Medical Decision Support Systems. Computer
. . . . .
. . . . .
Methods and Programs in Biomedicine, 123-
130.
Suhu badan 38
C, anak batuk Wijaya, A. M. (2009). Manajemen Terpadu Balita Sakit
Data pilek selama 3 Tidak (MTBS) atau Integrated Management of
Demam Batuk
50 hari, nafas 41 Sesuai Childhood Illaness (IMCI). Indonesia.
kali dalam satu William P. Wagner. (2017). Trends in Expert System
menit
Jumlah Sesuai 41 Development : A Longitudinal Content
Jumlah Tidak Sesuai 9 Analysis of Over Thirty Years of Expert
System Case Studies. Expert System With
Applications, 85-96.

66
Bagus Fery Yanto, Indah Werdiningsih, Endah Purwanti
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2017, 3 (1), 61-67

Yohan Kurnia Putra Tjumoko, A. S. (2012). Aplikasi


Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Menular
Pada Balita Dengan Metode Forward
Chaining. JSIKA, 1-8.

67

Anda mungkin juga menyukai